Pereambul UU ini menitipkan tiga pesan yaitu (1) perlunya upaya pengamanan maksimal
atau maksimum sekuriti (2) Penguatan otoritas veteriner dan (3) penegakkan hukum.
Namun dalam melaksanakan pembangunan peternakan sapi potong, pemerintah
telah mengabaikan ketiga hal tersebut. Pengabaian tersebut tampak sebagai
berikut;
pertama, munculnya kembali frasa zona base dalam pasal 36 UU No. 41/2014, yang
telah dilakukan perbaikan oleh putusan MK No. 137/PUU-VII/2009, yaitu bahwa UU ini
kembali kepada kebijakan country base bukannya zona base. Sehingga terbitnya
berbagai kebijakan turunan dalam bentuk PP, Permentan dan SK Mentan mengenai
masuknya daging asal India. Dalam pertimbangnnya mengambil maksimum sekuriti
lantaran negara belum siap atas siskeswanas dan otritas veteriner sebagai penangkal,
karena belum adanya PP tentang hal tersebut.
Kedua, mengenai penguatan otoritas veteriner; UU 41/2014 telah mengamanatkan
bahwa Ketentuan mengenai Otoritas Veteriner dan Siskeswanas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 68, Pasal 68A, Pasal 68B, Pasal 68C, dan Pasal 68D akan diatur dengan
Peraturan Pemerintah (PP). Pasal-pasal ini, merupakan pasal yang akan sangat
menentukan ketangguhan negeri ini terhadap pertahanan dan kemungkinan
berjangkitnya penyakit hewan menular utama yang akan muncul di dalam negeri.
Namun demikian, ternyata hal ini diabaikan oleh pemerintah, malah justru menerbitkan
PP yang sangat riskan terhadap munculnya penyakit PMK dimana negeri ini telah bebas
PMK.
Ketiga, mengenai penegakkan hukum, hingga kini kegiatan ini ternyata bukannya
memberikan iklim kondusif malah membuat kegaduhan terhadap pembangunan
peternakan. Misalnya, panangkapan peredaran daging ilegal yang tidak diproses secara
hukum, pemotongan sapi betina produktif yang dibiarkan di RPH serta tidak tunduk
Indonesia terhadap kebijakan OIE mengenai kebijakan importasi ternak/produk hewan
antar negara dengan menerbitkan SK Mentan No. 2556/2016. Hal ini dikarenakan India
belum bebas PMK baik secara negara maupun zona berdasarkan Resolusi No. 16 pada
sidang umum ke 84 Majelis Dunia OIE Mei 2016.
Berdasarkan berbagai hal tersebut, kiranya kebijakan otoritas veteriner yang diurai oleh
Bachtiar Murad serta importasi dengan memberikan izin impor terhadap daging asal
India sesungguhnya dapat dilakukan jika perangkat otoritas veteriner dan siskeswanas
yang diamanatkan oleh UU No. 41/2014 dapat diwujudkan dalam bentuk PP. Sehingga,
harapan Bachtiar Murad akan terwujud karena negara ini telah siap melakukan proteksi
terhadap berbagai penyakit yang akan timbul pada peternakan rakyat dalam
pembangunan peternakan nasional.....