Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem manajeman peternakan sapi perah di Indonesia pada umumnya
masih bersifat tradisional dan dalam pengelolaannya masih kurang efisien.
Program Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu teknologi reproduksi yang
banyak dipilih peternak. Keberhasilan IB ditunjang oleh beberapa faktor, Salah
satu faktor yang berperan adalah kualitas semen yang digunakan untuk IB.
Kualitas semen bisa diperoleh berdasarkan cara kita menampung semen dari
pejantan. Semen yang dipersiapkan untuk pelaksanaan IB harus mengandung
jumlah spermatozoa yang cukup dan fertilitas yang memadai. Pengujian terhadap
fetilitas merupakan tahapan akhir dari rangkaian pengujian kualitas spermatozoa.
Untuk menentukan spermatozoa layak untuk IB, kualitas spermatozoa diperiksa
dengan berbagai metode, antara lain: persentase motilitas, daya hidup, intak
akrosom dan morfologi normal.
Penilaian motilitas dan morfologi spermatozoa dapat dilakukan segera
sesudah koleksi semen atau post thawing pada semen beku sebelum IB. Oleh
karena itu akan pada laporan praktikum ini akan dibahas masalah thawing dan
penampungan semen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup penampungan semen pada sapi?
2. Apa yang dimaksud dengan thawing?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui apa
itu thawing dan cara memperoleh semen cair atau beku melalaui proses
penampungan semen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penampungan Semen


Proses penampungan semen merupakan simulasi atau hampir menyerupai
kopulasi kawin alam. Penampungan semen merupakan salah satu mata rantai dari
produksi Balai Inseminasi Buatan untuk mendapatkan semen beku dengan
kualitas yang optimal. Secara umum penampungan semen adalah proses ejakulasi
yang dipengaruhi oleh beberapa factor internal dan eksternal. Factor internal
anatara lain hormonal, metabolism, dan keturunan, sedangkan factor eksternal
adalah factor lingkungan. Ada beberapa metode penampungan semen diantaranya
metode vagina buatan, masase (pemijatan), dan elektroejakulator.
Penampungan

semen

dengan

vagina

buatan

dilakukan

dengan

menggunakan alat yang berbentuk silinder yang dilengkapi dengan selongsong


dalam, corong penampungan tabung penampung. Pada selongsong dilengkapi
dengan ventilasi atau lubag angin. Kondisi vagina buatan pada saat penampungan
semen akan menyerupai kondisi vagina sapi betina yang sedang berahi. Semen
yang ditampung dengan vagina buatan keadaannya cukup bersih dan ejakulasinya
normal (Feradis, 2010).
Penampungan semen dengan metode pemijatan atau masase dilakukan
dengan cara memijat kelenjer vesikularis dan ampula dari depan ke belakang
melalui rectum. Sebelum penampungan, preputium dan daerah sekitarnya dicuci
dengan larutan NaCl fisiologik atau air hangat, kemudian dikeringkan dengan
handuk. Pemijatan harus dilakukan dengan lembut dan harus dibiarkan rileks.
Metode ini dilakukan apabila sapi pejantan unggul tetapi impoten, tidak mau atau
tidak sanggup berkopulasi secara alam dan tidak dapat melayani vagina buatan.
Semen yang diperoleh dengan cara ini mempunyai kualitas yang rendah karena
cendrung berkontaminasi dengan urin dan jasad renik pada preputium dan
memiliki ketidakseimbangan komponen-komponennya dibandingkan dengan
semen yang diejakulasikan (Feradis, 2010).

Penampungan semen dengan metode ejakulator dilakukan dengan cara


mengalirkan arus listrik ke dalam rectum sebagai rangsangan yang teratur sampai
terjadi ejakulasi. Pada umumnya cara ini dilakukan pada pejantan yang tidak bisa
naik atau sakit pada kaki belakangnya. Hasil penampungan dengan cara ini pada
umumnya encer dan kurang baik kualitas semennya (Feradis, 2010).
2.2 Thawing
Thawing

(pencairan kembali) semen dilakukan 24 jam setelah

penyimpanan pada suhu 37C selama 30 detik. Thawing dimaksudkan untuk


mencairkan kembali semen beku dengan menggunakan media dan durasi tertentu
sehingga dapat dideposisikan ke alat reproduksi betina. Kondisi ini menimbulkan
heat shock effect maupun kontaminasi dengan oksigen pada spermatozoa
sehingga mempengaruhi kestabilan membran yang berdampak pada kualitas
semen beku.
Thawing pada semen sapi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu dengan cara
manual yang menggunkan tangan dengan suhu 270C selama 20 detik. Tangan
diusahakan dalam keadaan steril. Cara kedua yaitu dengan menggunakan air
hangat 370C 400C atau dengan merendamnya ke dalam ember selama 7-18 detik

BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
Pada penampungan semen bahan yang dipersiapkan adalah sapi jantan
dan teaser untuk menstimulasi ejakulasi, vacelline, dan kandang jepit. Selain alat
yang digunakan adalah rangkaian vagina buatan.
Pada praktikum thawing alat yang disediakan (diperagakan) adalah straw
yang berisi semen beku.
3.2 Metode
3.2.1 Penampungan Semen
3.2.1.1 Metode Vagina Buatan
Siapakan alat vagina buatan dengan memasukkan selongsong karet tipis ke
dalam silinder tebal. Jepit silinder tebal dan kuatkan untuk mengaitkan selongsong
karet tipis pada setiap ujung silinder dan ikat dengan erat. Pasang corong
penampung pada ujung vagina buatan dan ikat dengan karet gelang. Pasang
tabung penampung pada ujung corong penampung dan ikat dengan karet gelang.
Bungkus tabung penampung dengan kain atau kertas alumanium foil dan msukkan
pada suatu tabung pelindung dari plastic. Masukkan air panas (50 60 0C) melalui
lubang pada pertengahan silinder ke dalam ruangan antara silinder dan
selongsong. Suhu vagina buatan pada waktu penampungan harus berkisar antara
41 - 480C. Tiup atau pompakan udara melalui pentil untuk menambah tekanan
vagina buatan. Oleskan bahan pelican sampai setengah vagina buatan.
Pada saat proses penampungan, sapi betina atau hewan pemancing diikat
dikandang penampungan. Siapkan dan bawa pejantan ke tempat hewan
pemancing. Ransang pejantan untuk mempertinggi libido dengan mengadakan
sekali atau dua kali false mounts. Pada waktu pejantan ereksi pegang preputium,
tarik penis ke samping jangan masukkan semen ke dalam vagina buatan. Pegang
vagina buatan di sisi kanan pemancing dengan kemiringan sudut 45. Pada waktu
pejantan bereksi kembali dan menaiki pemancing untuk kedua kalinya, siap untuk

ditampung semennya, arahkan telapak tangan ke atas, pegang penis pada bagian
yang dibungkus preputium dan arahkan glans penis ke dalam vagina buatan.
Penampungan dapat dilakukan 2 atau 3 kali tergantung libido pejantan. Catat
nama atau kode pejantan, tanggal penampungan, ejakulasi keberapa pada tabung
penampung dan masukkan ke dalam termos untuk dibawa ke laboratorium.
3.2.1.2 Metode Masase
Pelaksana memasukkan tangannya yang telah diberi vacellin ke dalam
rectum pejantan dan membersihkannya dari feses. Kemudian kelenjer vesicullaris
dipijat perlahan-lahan selama beberapa menit dengan jari0jari yang ditekankan
kearah bawah dan ke belakang kea rah uretra. Seorang asisten dengan satu corong
dan beberapa tabung gelas menampung semen sewaktu menetes dari pintu
preputium atau dari penis.
3.2.1.3 Metode Eletroejakulator
Sebelum penampungan, sebaiknya rambut-rambut preputium digunting
terlebih dahulu daerah sekitarnya dicuci dan dikeringkan. Pemeriksaan rektal
terhadap

kelenjer-kelenjer

pelengkap

sebelum

penampungan

dengan

elektroejakulator sangat membantu penampungan suatu contoh semen yang baik.


Voltase dengan arus 2V dinaikkan dan diturunkan secara ritmik ke nol setiap 3
sampai 5 detik.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Thawing
Hasil dari praktikum thawing tidak diprakteikkan, akan tetapi hanya
membandingkan dari penelitian sebelumnya. Hasil pengamatan pada motilitas
individu post thawing spermatozoa semen beku ketiga bangsa sapi tertera pada
Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Persentase pada Motilitas Individu Post Thawing
Spermatozoa Semen Beku Ketiga Bangsa Sapi (%)
Bangsa
Sapi Bali
Sapi Madura
Sapi PO

I
34 5,67
37 5,7
31 4,60

Perlakuan
II
34 9,07
40 2,84
39 8,84

III
42 2,42
44 5,16
40 8,32

Hasil pengamatan pada viabilitas post thawing spermatozoa semen beku


ketiga bangsa sapi tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Persentase Viabilitas pada Berbagai Tingkat Perlakuan di
Ketiga Bangsa Sapi (%)
Bangsa Sapi
Sapi Bali
Sapi Madura
Sapi PO

I
61,85 0,30
65,20 0,26
37,85 0,08

Perlakuan
II
60,10 0,30
77,55 0,18
75,10 0,27

III
86,20 0,06
91,40 0,02
77,80 0,25

Hasil pengamatan abnormalitas post thawing spermatozoa semen beku


ketiga bangsa sapi tertera pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Persentase Abnormalitas pada Berbagai Tingkat Perlakuan
pada Ketiga Bangsa Sapi (%)
Bangsa Sapi
I

Perlakuan
II

III
6

Sapi Bali
Sapi Madura
Sapi PO

2,55 0,02
2,70 0,01
5,75 0,05

3,2 0,03
4,25 0,07
7,75 0,09

1,85 0,02
1,5 0,007
3,5 0,02

4.2 Pembahasan
4.2.1 Penampungan Semen
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah
(volume)-nya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk
keperluan inseminasi buatan. Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi
yang dipengaruhi oleh factor internal dan ekternal. Faktor internal yaitu hormon,
metabolisme, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan secara umum dari
pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan, tempat
penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan
termasuk teaster dll. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat
adalah mengamati dan memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan
ditampung semennya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penampungan
semen diantaranya :
1. Metode Pengurutan (Masase)
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada
ternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam).
Pada ternak besar metode pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila
hewan jantan tersebut memiliki potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu
melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena nafsu seksualnya rendah atau
mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau pincang/cedera). Sedangkan
pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satusatunya metode penampungan yang paling baik hasilnya.
2. Metode Vagina Buatan
Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa
dimana alat tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak
tersebut. Struktur dari alat ini adalah sebagai berikut :
7

a. Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastik atau karet.


b. Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan
ini adalah tempat masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada
penis.
c. Saluran tempat masuknya air dan udara.
d. Selongsong penampungan.
e. Tabung digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung
selongsong.
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang
paling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak
kecil (domba, kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus.
Kelebihan metode penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain
pelaksanaannya tidak serumit dua metode sebelumnya, semen yang dihasilkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode penampungan ini
merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki
pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung
ternak yang didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan yang akan
ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika pejantan tersebut
sudah menaiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut arahnya
dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina
tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi
(terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya.
Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki
kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita
mengutamakan metode penampungan semen menggunakan vagina tiruan pada
ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing). Sedangkan pada ternak
unggas (ayam dan kalkun) pelaksanaannya akan lebih mudah menggunakan
metode pengurutan.
3. Metode Elektrojakulator
Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina
buatan dikarenakan ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu

dilakukan penampungan dengan menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama


dari penampungan vagina buatan adalah volume yang didapatkan dengan elektro
ejakulator adalah dua kali lapit lebih besar dari vagina buatan, sedangkan
densitasnya adalah separuhnya. Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat
dilakukan dengan membuang bagian yang tidak mengandung spermatozoa.
Bagian ini keluar dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan dilanjutkan dan
penampungan ini menghasilkan semen dengan densitas yang baik.
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk
memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi
tidak mampu melakukan perkawinan secara alam akibat gangguan fisik atau
psikis. Metode ini saat ini lebih banyak diterapkan pada ternak kecil seperti
domba dan kambing karena pada ternak besar lebih mudah dilakukan melalui
metode pengurutan ampula vas deferens.
4.2.2 Thawing
Hasil rataan analisis menunjukkan bahwa rataan persentase motilitas
spermatozoa setelah perlakuan terbaik pada sapi Madura di setiap perlakuan. Hal
ini disebabkan sapi Madura memiliki keunggulan dari sisi genetik dengan
produksi semen yang memilki kualitas yang baik. Chandolia et al., (1999)
menyatakan genetik juga mempunyai peran dalam daya tahan spermatozoa dari
pengaruh kejutan panas pada saat proses thawing.
Hasil rataan analisis juga menunjukkan bahwa rataan persentase viabilitas
spermatozoa setelah perlakuan terbaik pada sapi Madura di setiap perlakuan. Hal
ini disebabkan karena dari sisi genetik, spermatozoa sapi Madura memiliki daya
tahan yang baik dari pengaruh perubahan suhu pada saat thawing. Hasil penelitian
Herwijanti dkk (2004) yang melaporkan kemampuan libido sapi Madura
berkorelasi positif dengan kualitas spermatozoa karena terkait dengan daya tahan
hidup spermatozoa. Disamping temperatur akhir semen, kecepatan perubahan dari
beku ke cair pada saat thawing juga mempengaruhi spermatozoa . Menurut
CHANDLER et al. (1984) meningkatnya kecepatan perubahan pada scat thawing
umumnya menghasilkan lebih banyak spermatozoa yang hidup. Hal ini dapat

dicapai apabila melakukan thawing dengan temperatur air thawing yang enkup
tinggi. Kecepatan perubahan selama thawing akan mengurangi tekanan terhadap
spermatozoa karena spermatozoa melewati masa kritis (fase transisi) dengan cepat
pula.
Hasil analisis statistik juga menunjukkan bahwa bangsa sapi tidak
berpengaruh nyata terhadap abnormalitas spermatozoa. Hasil ini menunjukkan
bahwa spermatozoa ke tiga bangsa sapi tidak terpengaruh dengan adanya
perlakuan thawing, tetapi abnormalitas yang terjadi diduga disebabkan karena
adanya kesalahan dalam preparasi ataupun ejakulasi. Arifiantini dkk., (2006)
menjelaskan bahwa abnormalitas sekunder kemungkinan disebabkan karena
kesalahan dalam preparasi atau ejakulasi.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Teknik thawing memberikan pengaruh terhadap motilitas dan viabilita
spermatozoa semen beku sapi Bali, sapi Madura dan sapi PO, dengan suhu
10

thawing 37oC dan durasi 15 detik yang memiliki kualitas terbaik di setiap bangsa
dengan rataan angka motilitas dan viabilitas tertinggi pada sapi Madura yaitu
masing-masing 44%5,16 dan 91,40%0,02. Sedangkan abnormalitas perlakuan
tidak berpengaruh. Bangsa Sapi memberikan pengaruh terhadap kualitas
spermatozoa semen beku post thawing dengan sapi Madura memiliki kualitas
terbaik, dengan tingkat motilitas dan viabilitas terbaik yaitu pada tehnik thawing
dengan air bersuhu 37oC berdurasi 15 detik. Sedangkan abnormalitas, bangsa sapi
tidak berpengaruh. Tehnik thawing terbaik yaitu pada thawing menggunakan air
bersuhu 37oC dengan durasi 15 detik.
Penampungan semen dapat dilakukan dengan metode yaitu masase
(pengurutan), metode elektroejakulator dengan menggunakan katoda dan listrik
dan metode vagina buatan dengan menggunakan betina pemancing atau dummy.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah agar semua praktikan dapat
mengikuti prosedur pada percobaan, sehingga praktikan dapat mengerti akibat
dari proses-proses yang dilakukan pada thawing dan penampungan semen.

DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai