KAJIAN KEPUSTAKAAN
Ayam Pelung adalah ayam lokal asli dari Cianjur. Dilaporkan Subandi dan
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dipelihara oleh masyarakat terutama untuk suara
jago yang khas. Populasi Ayam Pelung pada tahun 1994 sekitar 5 – 6 ribu ekor
(Alm.) alias Bapak Guru Karta, penduduk Kampung Cicariang, Desa Jambudipa,
Pelung sudah dipelihara dan dikembangkan sejak tahun 1850. Pemelihara Ayam
Pelung tersebut adalah seorang Kiai bernama H. Djarkasih alias Mama Acih
Warungkondang, yang menemukan pertama kali seekor anak ayam jantan besar,
tinggi dan “turundul” (berbulu jarang), kemudian dipelihara dengan baik. Ayam
tersebut tumbuh dengan pesat dan berkokok dengan suara besar, panjang dan
berirama. Pada saat itu, orang – orang kagum dengan suara ayam tersebut, maka
dinamakan dengan “Pelung”. Sejak itu ayam tersebut mulai berkembang dan
Secara ilmiah, hal tersebut tentu dapat saja terjadi mengingat banyak sekali
variasi genetik ayam hutan yang ada di Pulau Jawa ini dan salah satu turunannya
7
adalah Ayam Pelung, yang secara genetik mempunyai kekerabatan yang dekat
dengan ayam hutan merah (Fumihito dkk., 1994; Sulandari dkk., 2006). Ayam
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Aves
Ordo : Galiformes
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
yang memiliki potensi sebagai ayam penyanyi dan pedaging. Ayam Pelung jantan
memiliki suara kokok khas yang panjang dan merdu, sementara Ayam Pelung
pada Ayam Pelung dilakukan berdasarkan sifat – sifat khas yang ada pada Ayam
Pelung, yaitu suara kokok yang merdu. Postur tubuh yang besar menjadikan
Ayam Pelung sebagai ayam pedaging unggul. Ayam Pelung yang bagus mampu
berkokok dengan leher tegak agar suaranya tinggi dan terdengar sampai jauh.
besar dan tinggi dapat dikatakan bahwa Ayam Pelung berasal dari ayam ras tipe
pedaging dan tipe dwiguna. Ayam Pelung memiliki kemampuan tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan ayam lokal lain. Ukuran tubuh yang besar
8
lokal lainnya dengan cara disilangkan dengan ayam – ayam lokal lain (Iskandar,
dkk 2003).
yang relatif besar dengan kaki yang panjang, kepala Ayam Pelung berbentuk oval,
jantan memiliki jengger tunggal (single comb), bergerigi, bagian atas berukuran
besar dan berwarna merah, cuping telinga berwarna merah dan ditemukan warna
sebagian besar Ayam Pelung betina dewasa memiliki warna bulu yang hitam
(61%), berwarna bulu coklat kehitaman (20%) dan kuning gambir (19%). Ayam
Pelung jantan dewasa memiliki bulu berwarna hitam dan merah (100%). Para ahli
Ayam Pelung berpendapat bahwa warna merah dan warna merah kehitam-
hitaman merupakan warna keturunan Ayam Pelung yang asli, sedangkan warna
lainnya sudah merupakan warna campuran dengan ayam lokal lain seperti Ayam
Kampung (Sudradjad, 2003). Sifat kualitatif Ayam Pelung dirangkum pada Tabel
1.
Performa fisik Ayam Pelung besar, tegap dan jika berdiri tegak, tembolok
akan tampak menonjol. Bobot badan dewasa jantan dapat mencapai 5,4 kg dan
9
bobot pada betina dapat mencapai 4,5 kg (Sulandri dkk., 2007). Ayam Pelung
memiliki kaki panjang, kuat dengan proporsi daging paha yang tebal. Pada
pemeliharaan semi intensif, Ayam Pelung dewasa dapat mencapai berat 3,37 kg
untuk ayam jantan dan 2,52 kg untuk ayam betina, sedangkan berat DOC adalah
30,7 gram untuk jantan dan 31,6 gram untuk betina (Prajoga, dkk., 2013). Sifat
dan mencukupi makanan bagi embrio. Telur dibagi ke dalam telur konsumsi dan
telur tetas. Menurut BSN (2008), telur konsumsi adalah telur ayam yang belum
Suprijatna dkk., (2005) menjelaskan bahwa telur tetas merupakan telur fertil atau
telah dibuahi. Telur tetas berperan penting dalam alur peternakan unggas karena
menentukan kualitas DOC. Telur tetas yang baik adalah telur yang memiliki daya
tetas tinggi dan dihasilkan oleh induk ayam yang telah dikawini oleh pejantannya
(Sudrajad,1995).
10
Hal paling utama yang harus diperhatikan dalam memilih telur tetas adalah
kualitas telur yang baik. Jika kualitas telur tidak baik, persentase jumlah telur tetas
yang menetas akan kurang atau rendah. Untuk memperoleh telur tetas yang baik,
Sudaryani dan Santosa (2002), menyatakan bahwa tujuan seleksi telur adalah
untuk memperoleh telur yang diharapkan. Seleksi telur tetas merupakan tahapan
yang harus dilaksanakan karena adanya korelasi yang erat antara kualitas telur
tetas (berat, tebal kerabang, serta bentuk dan kondisi permukaan kerabang)
harus memenuhi persyaratan antara lain telur tetas harus berasal dari induk
(pembibit) yang sehat dan produktivitas nya tinggi dengan sex ratio yang baik
sesuai dengan rekomendasi untuk strain atau jenis ayam, umur telur tidak boleh
lebih dari satu minggu, kualitas dan fisik telur tetas yang meliputi bentuk telur
harus normal, tidak terlalu lonjong atau bulat, berat atau besar telur dan warna
kulit telur harus seragam, sesuai strain atau bangsa.
telur yang mempengaruhi selera konsumen. Kualitas telur sebagai ciri atau sifat
yang sama dari suatu produk dalam menentukan derajat kesempurnaannya akan
mengatakan kualitas telur tetas tergantung dari kualitas induk, kualitas pakan yang
Kualitas telur menurut Umar, dkk (2000) dibagi menjadi dua, yaitu
kualitas eksterior yang meliputi warna, bentuk, tekstur, keutuhan, dan kebersihan
11
bentuk kuning telur serta kebersihan pada putih maupun kuning telur.
Menurut North dan Bell, (1990), kualitas interior mengacu pada putih telur
(albumen) yaitu kebersihan dan viskositas, ukuran sel udara, bentuk kuning telur
dan kekuatan kuning telur. Penurunan kualitas interior dapat diketahui dengan
meneropong rongga udara (air cell) dan dapat juga dengan memecah telur untuk
diperiksa kondisi kuning telur, putih telur, warna kuning telur, posisi kuning telur,
sehingga bentuk telur setiap unggas memiliki bentuk khas sesuai dengan bentuk
telur dan besar alat reproduksi. Bentuk telur yang baik adalah proposional, tidak
Bentuk telur dinyatakan dalam indeks telur atau shape index telur yaitu
perbandingan antara sumbu lebar dengan sumbu panjang dikalikan 100 (Yuwanta,
2010). Jull (1951), menyatakan bahwa nilai indeks telur merupakan suatu cara
untuk mengetahui tingkat lonjong atau bulatnya bentuk telur, dimana semakin
tinggi angka indeks telur maka bentuk telur akan semakin lonjong. Menurut
MacLaury (1973), nilai indeks telur dikatakan berada dalam kisaran telur
Kerabang telur merupakan struktur telur yang paling luar. Fungsi dari
kerabang telur yaitu mengurangi kerusakan fisik dan biologis telur (Kurtini dkk.,
12
2011). Kerabang telur bersifat kuat, halus, dan berkapur. Kerabang telur terdiri
dari empat lapisan yaitu lapisan kutikula yang merupakan lapisan paling luar yang
bawah kutikula, lapisan mamila yang merupakan lapisan ketiga dan sangat tipis,
Warna kerabang telur ayam lokal dibedakan menjadi dua warna utama
yaitu putih dan kecokelatan. Suhardi (2013), menyatakan bahwa warna kerabang
telur ayam lokal berwarna putih kecoklatan. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh
cephorpyrin yang terdapat pada permukaan kulit telur yang berwarna coklat. Kulit
telur yang berwarna coklat relatif lebih tebal dibandingkan dengan kulit telur yang
berwarna putih. Warna cokelat pada kerabang dipengaruhi oleh porpirin yang
pada bagian tumpul isi telur dan berfungsi sebagai pemberi udara pada saat
embrio bernafas. Telur yang segar memiliki rongga udara yang lebih kecil
dibandingkan telur yang sudah lama. Romanoff dan Romanoff (1963), rongga
udara semakin bertambah besar karena adanya penguapan atau penyusutan berat
udara dapat dilihat melalui peneropongan atau candling sehingga bagian luar dan
di dalam telur dapat dilihat dengan jelas. Kedalaman rongga udara diukur dari
Menurut SNI (2008), telur segar memiliki rata rata kedalaman rongga
udara sebesar sekitar 3,2 mm yang berarti telur tersebut tergolong dalam telur
dengan mutu I. Telur dengan mutu II memiliki kedalaman rongga udara sekitar
4,8 mm dan bertambah menjadi sekitar 5,1 mm termasuk kedalam mutu III. Telur
segar memiliki ruang udara (air cell) yang lebih kecil dibandingkan telur yang
sudah lama.
pemeliharaan, iklim, umur ternak, strain unggas, umur telur, lingkungan dan
penyakit. Menurut Sudaryani, (2003) unggas yang dihasilkan dari keturunan yang
baik dan diberi makanan yang berkualitas, umumnya akan menghasilkan telur
yang berkualitas baik. Suhu yang panas akan mengurangi kualitas putih telur dan
mengurangi kekuatan maupun ketebalan kulit telur. Hal ini disebabkan oleh
penurunan nafsu makan pada ayam sehingga zat – zat gizi yang diperlukan tidak
yang tepat, baik, dari jumlah maupun kandungan nutrisinya akan mempengaruhi
lama disimpan, kualitas dan kesegaran telur semakin merosot. Selain karena CO 2
pada telur yang banyak keluar mengakibatkan naiknya derajat keasaman, juga
terjadi penguapan sehingga bobot telur menurun dan putih telur menjadi lebih
14
pakan. Pembentukan telur baru akan terjadi bila ada material yang berupa unsur –
unsur gizi pendukung pembentukan telur tersebut dan dalam keadaan normal telur
akan keluar dari tubuh induk dengan bentuk oval dan berat sesuai standar atau
berat yang wajar. Perbedaan bentuk telur dapat terjadi karena adanya berbagai
faktor yang mempengaruhi antara lain sifat genetis atau keturunan, umur hewan
kerabang yaitu umur dan genetik. Menurut Hargitai dkk., (2011) intensitas warna
kerabang dipengaruhi oleh tebal kerabang, semakin tebal kerabang telur maka
semakin gelap juga warnanya begitupun sebaliknya semakin tipis kerabang telur
maka semakin terang juga warna kerabang. Warna kerabang selain dipengaruhi
oleh jenis pigmen juga dipengaruhi oleh konsentrasi pigmen warna telur dan juga
struktur dari kerabang telur. Yuwanta, (2010) mengatakan semakin tua umur
ayam maka semakin tipis kerabang telurnya, hal ini terjadi karena ayam tidak
terjadi akibat adanya penguapan air dan gas seperti CO2 yang menyebabkan putih