Anda di halaman 1dari 18

7

TINJAUAN PUSTAKA

Burung Merpati
Burung merpati atau burung dara diklasifikasikan sebagai berikut: kelas
Aves; sub kelas Neornithes; super ordo Neognathae; ordo Columbiformes; sub
ordo Columbiae; famili Columbidae; genus Columba; spesies Columba livia (Levi
1945). Merpati termasuk famili Columbidae yang meliputi 289 spesies dengan
ukuran mulai dari merpati Diamond yang memiliki ukuran panjang 12 cm sampai
merpati Crowned yang berukuran sebesar kalkun betina dengan bermacam-
macam warna buah (Fruit Pigeon) sampai dengan warna abu-abu lembut. Burung
merpati lokal telah lama dikenal masyarakat di perkotaan maupun pedesaan.
Unggas ini berasal dari merpati liar (Columba livia) yang telah lama
dibudidayakan dan asal penyebarannya dari daerah Eropa (Antawidjaja, 1988).
Menurut Grzimek (1972), bagian terbesar dari famili Columbidae adalah merpati
dengan jumlah mencapai 302 spesies, dari yang berukuran kecil sampai medium
dengan panjang badan berkisar 15 cm sampai 80 cm. Selanjutnya Mac Kinnon
dan Phillipps (1993), melaporkan bahwa jumlah spesies pada famili Columbidae
sebanyak 280 spesies.
Kebanyakan tetua merpati domestik yang ada, walaupun tidak semuanya
adalah Rock Dove yang masih termasuk bangsa liar yang ada di pantai karang
Eropa (Peterson 1967). Stern dan Dickinson (2010) menyatakan bahwa rock
pigeon yang ada saat ini adalah populasi hasil seleksi, dan merupakan merpati tipe
liar yang tetap mempertahankan variasi dari nenek moyangnya.
Merpati termasuk salah satu unggas domestik selain ayam, kalkun, bebek,
angsa, ayam mutiara, burung unta, emu, ayam hutan dan lain-lainnya. Unggas
domestik tersebut dipelihara dan dimanfaatkan daging, telur, bulu maupun
tenaganya. Adapun unggas domestik penghasil daging seperti ayam, kalkun,
bebek, angsa, ayam mutiara, merpati, burung unta, emu, ayam hutan, burung, dll.
Unggas penghasil telur yaitu ayam, bebek, burung unta dan emu. Penghasil bulu
adalah ayam, dan burung unta. Selanjutnya unggas yang dimanfaatkan
tenaganya seperti merpati untuk balap merpati dan homing. Unggas juga dapat
dimanfaatkan sebagai hewan penjaga (University of Kentucky 2011).
8

Istilah pada burung merpati; cock adalah burung merpati jantan dewasa; hen
adalah burung merpati betina dewasa; squab (piyik) adalah anak burung merpati
yang baru menetas maupun anak burung merpati yang masih dalam sarang dan
belum disapih induknya. Adapun squaker adalah burung merpati muda dan
belum dipasangkan (dijodohkan) (University of Kentucky 2011).

Karakteristik Burung Merpati


Merpati dapat hidup dimanapun kecuali di Antartika. Merpati bernavigasi
sampai 1,000 mil atau 1,609.3 km; dapat merasakan medan magnet bumi; mampu
terbang dengan kecepatan 75 mil atau 120.70 km/jam; dapat mendengarkan ultra
sound; melihat warna termasuk ultra violet; memberi makan piyik dengan susu
(pigeon milk) meskipun jantan (Pigeon Recovery 2001).
Muhaimi (1983) mengemukakan bahwa salah satu ciri yang membedakan
antara merpati dengan unggas lain ialah merpati menghasilkan crop milk atau susu
burung merpati (pigeon milk) yaitu cairan yang berwarna krem menyerupai susu
yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina. Sumadi (1991)
menambahkan bahwa crop milk induk merpati warnanya menyerupai keju dan
cair, diproduksi induk sebelum telur yang dierami menetas. Cairan ini yang
diberikan induk merpati kepada squab dengan cara meloloh (proses regurgitasi)
dan memompakan ke dalam mulut squab. University of Kentucky (2011)
menyatakan bahwa pigeon milk (susu burung merpati atau susu tembolok)
diberikan kepada piyik dari sesaat setelah menetas hingga berumur 10 hari.
Produksi susu tembolok tersebut dikontrol oleh hormon prolaktin. Prolaktin juga
diproduksi oleh mamalia, namun pertama kali diidentifikasi pada burung merpati.
Levi (1945) mengemukakan bahwa merpati jantan merupakan satu-satunya
vertebrata jantan yang memberikan makanan dan melolohkan susu tembolok
kepada anaknya.
Levi (1945) mengemukakan bahwa merpati mempunyai sifat damai, tidak
ada peck order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang.
Selain itu merpati mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memilih
pasangan dan mempunyai sense of location dalam waktu yang lama dan dalam
jarak yang jauh. Stern dan Dickinson (2010) menyatakan bahwa burung merpati
menunjukkan perilaku sosial yang menarik termasuk dalam pemilihan pasangan,
9

perhitungan jenis kelamin, peremajaan untuk calon induk, manipulasi ratio jenis
kelamin anak, perilaku dominasi dalam kelompok (tidak ada peck order) dan
kedua induk meloloh anaknya.
Blakely dan Bade (1998) menambahkan bahwa bila salah satu pasangan
mati atau dipisahkan oleh manusia, maka dapat dicarikan pasangan lain dalam
beberapa hari; tetapi bila pasangan yang dipisahkan itu kembali, pasangan lama
akan terwujud kembali. Merpati betina biasanya lebih kecil dan tidak terlalu ribut
dibanding dengan jantan pada saat kawin. Pada proses cooing dan billing, betina
selalu menempatkan paruhnya pada paruh jantan. Ukuran merpati jantan lebih
besar dengan tekstur bulu yang lebih kasar dan bulu leher lebih tebal. Merpati
jantan pada saat bercumbu membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor
dan menjatuhkan atau merebahkan bulu sayap.

Manfaat Burung Merpati


Cartmill (1991) melaporkan bahwa merpati atau burung dara digunakan
sebagai penghasil daging, penyedia bibit sport, lomba, hias, penelitian bahkan
untuk keperluan komunikasi (merpati pos). Bangsa merpati dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu bangsa yang diambil keindahannya untuk pameran (fancy breed);
bangsa yang dinilai ketangkasannya (performing breed); bangsa yang diambil
kegunaannya sebagai daging (utility group). Blakely dan Bade (1998) dan Fekete
et al. (1999) menyatakan merpati dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu
untuk tujuan: (1) pameran; (2) ketangkasan dan (3) produksi `daging.

Tipe Hias (Fancy Breed)


Cartmill (1991) menyatakan bahwa tipe fancy breed terdiri atas Indian dan
American fantail yang mempunyai ekor kipas yang besar, Pouter yang
mempunyai kemampuan menggembungkan badan ke udara; Jacobin, Swallow,
Chinese owl dan English trumpeter yang memiliki keindahan pada pola bulu yang
dimiliki. Modena dan Helmet yang mempunyai bentuk badan yang bervariasi.
Adapun Gambar 2 menunjukkan burung merpati hias.
10

Modena pigeon Modena pigeon African owl pigeon


Sumber : Jerry (2011) Sumber : Jerry (2011) Sumber:pigeonfarms.com

Satinette Frill back Helmet


Sumber:faisalabad.olx.com.pk Sumber:Brown (2009) Sumber:faisalabad.olx.com.pk

English fantail pigeon Jacobin pigeon White Fantail pigeon


Sumber: wales.inetgiant.co.uk Sumber: Brown (2009) Sumber: Saad (2011)

Gambar 2 Burung merpati hias

Tipe Ketangkasan (Performing Breed)


Cartmill (1991) mengemukakan bahwa merpati dari tipe performing breed
seperti Homer memiliki kecepatan dan ketahanan terbang, Birmingham memiliki
kemampuan terbang dengan berputar (rolling), Parlor Tumbler memiliki
kemampuan jungkir balik di atas lantai. Merpati tipe ketangkasan roll dan balap
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
11

PerformingBreed (Roll)
Sumber: Allan (2009)

Birmingham roller pigeon Return home


Sumber: elec-intro.com Sumber: elec-intro.com

Gambar 3 Burung merpati tipe ketangkasan

Burung merpati balap datar Burung merpati balap tinggi

Gambar 4 Burung merpati balap


Sumber: pigeonbirdfarm.files.wordpress .com
12

Tipe Pedaging (Utility Group)


Cartmill (1991) mengemukakan bahwa merpati yang termasuk ke dalam
utility group dan mempunyai ukuran tubuh yang besar yaitu King, Carneau,
French, Swiss Mondain dan Runt. Selanjutnya Bokhari (2001) mengemukakan
bahwa bangsa yang baik menghasilkan squab antara lain: Carneau, Florentines,
Homer-Giant, King, Mondain, Runt dan Strassor. Merpati tipe pedaging dapat
dilihat pada Gambar 5.
Merpati silangan Homer x King lebih banyak dikembangkan di Indonesia.
Antawidjaja (1988) melaporkan bahwa Homer x King merupakan persilangan
antara bangsa King dan Homer, menghasilkan daging yang tinggi dan merupakan
salah satu bangsa merpati yang paling populer, mempunyai tingkat kesuburan dan
ketahanan fisik yang tinggi, aktif dan sedikit tenang.

Red Carneau King


Sumber :pigeon-france.com Sumber:pigeonaspets.co.uk
Gambar 5 Burung merpati King dan Carnaue (tipe pedaging)

Fenotipe
Warwick et al. (1990) menjelaskan bahwa fenotipe merupakan penampakan
luar atau sifat-sifat lain dari suatu individu yang dapat diamati atau dapat diukur.
Hardjosubroto (1994) mengemukakan bahwa penampilan individu ditentukan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen
di dalam kromosom dan mitokondria yang dimiliki, pengaruh genetik juga
bersifat baka tak akan berubah-ubah dan diwariskan pada keturunannya. Faktor
genetik sebagai kemampuan dapat dikatakan bahwa penampilan individu
ditentukan oleh kemampuan dan kesempatan yang ada.
13

Fenotipe dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Noor (2008) menyatakan bahwa sifat kualitatif adalah sifat yang
dikontrol oleh sepasang atau beberapa pasang gen yang memiliki perbedaan jelas
antar fenotipenya. Warwick et al. (1990) mengemukakan bahwa sifat kualitatif
merupakan sifat yang dapat mengklasifikasikan secara jelas individu-individu ke
dalam satu dari dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu jelas satu sama
lain. Sifat ini dikontrol oleh sepasang gen atau beberapa pasang gen dan hampir
tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Noor (2008) menjelaskan bahwa faktor genetik yang mempengaruhi warna
pada ternak selain sifat kuantitatif adalah gen ganda. Gen ganda adalah dua gen
atau lebih yang mempengaruhi suatu sifat. Selanjutnya diterangkan bahwa
sumber semua warna baik itu rambut, bulu, kulit dan mata pada ternak adalah
melanin.

Warna Bulu
Warna bulu burung merpati ras sudah diketahui, sedangkan warna bulu
merpati lokal masih bervariasi. Warna bulu King ada yang merah, biru serta
kuning. Carneau warna bulunya merah, putih, hitam serta kuning. Begitu juga
warna mata banyak variasi yang muncul, sedangkan warna shank sudah seragam
yaitu merah.

Warna Dasar
Merpati memiliki tiga warna dasar yang berbeda yaitu warna hitam, coklat
dan merah, sedangkan warna biru adalah tipe warna bulu merpati liar yang dekat
dengan warna hitam, warna putih adalah albino karena tidak mengandung pigmen
sama sekali pada bulu (Levi 1945). Warna biru tidak terdapat pada merpati
karena pigmen hitam yang menjadi satu dalam sel bulu merpati akan membias
menjadi terang sebagai warna biru. Warna biru pada bulu merpati dengan
berbagai pola adalah pola warna hitam. Contoh tiga warna dasar bulu merpati
yaitu coklat, biru (hitam) dan merah (Mosca 2000). Warna bulu putih adalah bulu
yang tidak mempunyai pigmen warna (Lebranche 2000).
Warna dasar bulu merpati memiliki dominasi sebagai berikut: Ash red (BA)
> Blue /Wild type (+) > Brown (b). Modifikasi dari Ash red adalah dilute yang
14

tidak mempunyai rambut halus kuning, sehingga Ash red dengan adanya gen
dilute warnanya kuning keemasan (BA), (d), (C//C). Ash red mealy (Ba), (C+)
yaitu Ash red dengan adanya pola warna pelangi, Ash red chek (BA), (C). Pola
Strawberry – Ash red sooty, gen Sooty (So) memiliki warna abu gelap pada ekor
dan sayap yaitu (BA), (C+), (So); Ash red grizzle (BA), (G). Warna dasar biru
dengan Bar (+//+), fenotipenya biru terang dengan pola Bar, mutasinya warna
Blue dun dengan pola Silver check (d, +, C), yang membawa gen modifikasi dilute
(d) yaitu warna terang dan menampilkan warna Brownish/hitam seperti dun dan
bukan biru/hitam pada Blue check standard. Modifikasi lain dari biru adalah
Bronze velvet akibat kombinasi 3 gen yaitu warna biru (+), T-pattern atau Velvet
(CT) dan Kite bronze (K), tanpa faktor Kite bronze, burung memiliki warna
hampir hitam. Warna dasar coklat (b), modifikasinya Brown bar (b)(+), bentuk
dilute disebut Khaki (b), (+), (d) nampak lebih terang warnanya. Warna dasar
coklat kurang dominan diantara tiga warna dasar bulu burung merpati.
Modifikasinya Cream (BA/+/d) mirip Ash red dilute; Brown grizzle, Brown
qualmond dan Blue qualmond, Khaki (brown dilute) dan Dilute blue. Corak bulu
Checker (C) dominan terhadap Barless (c); pada corak bulu T-pattern berarti
burung mempunyai warna biru lebih tua hampir hitam (CT) dominan terhadap cT).
Warna mata, terdapat beberapa warna iris mata pada merpati yaitu: (1) Bull eye;
(2) Pearl eye, (3) Red and Orange (Huntley 1999b). Warna dasar bulu merpati
disajikan pada Gambar 6.
Merpati mempunyai bulu leher yang berwarna-warni yaitu hijau, kuning dan
ungu yang disebut hackle. Hackle jantan dan betina dewasa nampak sama, tetapi
jantan mempunyai hackle yang lebih berwarna-warni dibandingkan dengan betina
(Lebranche 2000)

Ash Red (BA) Red Color


15

Blue Bar (+)

Brown (b) Brown Color


Gambar 6 Warna dasar bulu burung merpati
Sumber: Huntley (1999b)

Warna Iris Mata


Warna iris mata dikendalikan oleh gen. Noor (2008) menyatakan bahwa
sumber warna iris mata adalah melanin. Oliphant (2006) menyatakan bahwa ada
tiga warna iris mata yang ditemukan pada merpati, dua di antaranya mengandung
sel-sel pigmen stroma, sedang yang satu tidak memiliki sel-sel pigmen. Warna iris
mata kuning (kerikil) dan putih memiliki sel pigmen yang mengandung butiran
pigmen birefringent (kristal) dan ultrastructurally mirip dengan iridophores
vertebrata poikilothermic. Kedua jenis warna iris mata tersebut mengandung
guanin sebagai "pigmen", selain itu iris mata kuning sekurang-kurangnya
memiliki dua pigmen fluorescing kuning yang sementara diidentifikasi sebagai
pteridines. Sel-sel pigmen iris kuning dan putih secara struktural identik,
perbedaannya hanya ada atau tidak adanya pigmen kuning ini. Sel-sel pigmen dari
stroma iris mata putih sesuai dalam kimia struktur dan pigmen untuk iridophores
16

klasik meskipun mereka kekurangan irridescence kuat dan karena itu mungkin
paling dianggap leucophores. Sel-sel pigmen dari beberapa iris kuning dapat
dianggap "xanthophores” yang mencerminkan sifat gabungan dari keduanya yaitu
xanthophores klasik dan iridophore/leucophores. Adapun Gillespie (1992)
menyatakan bahwa warna mata pada unggas terdiri dari tiga macam yaitu reddish
bay, brown dan pearl. Warna iris mata burung merpati disajikan pada Gambar 7.

Warna iris mata kuning Warna iris mata putih

Gambar 7 Warna iris mata pada burung merpati


Sumber: Huntley (1999a)

Produktivitas Burung Merpati


Produktivitas ternak meliputi sifat produksi maupun reproduksi. Adapun
sifat produksi dan reproduksi pada burung merpati sebagai berikut:

Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pembentukan jaringan-jaringan baru yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berat, bentuk dan komposisi tubuh
hewan (Winter dan Funk 1960). Selanjutnya Card (1962) mengemukakan bahwa
ukuran tubuh mempunyai korelasi dengan pertumbuhan. Lawrence dan Fowler
(2002) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan suatu proses deposisi sel-sel,
serta peningkat ukuran dan jumlah sel pada tingkat dan titik tertentu yang berbeda
dalam suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ditandai oleh peningkatan jumlah sel
pada jaringan (hyperplasia) dan peningkatan ukuran sel (hypertrophy).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan ataupun interaksi
keduanya. Mc Donald et al. (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak
ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot dan adanya perkembangan.
17

Sintadewi (1987) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan anak burung


merpati sangat cepat pada minggu ke-1 dan ke-2, kemudian pertambahannya
berkurang pada minggu ke-3 dan ke-4, sedangkan pada minggu ke-5 dan ke-6
bobot badan sudah mulai menurun dan tidak konstan sehingga bobot badan
bervariasi menimbulkan keragaman yang besar. Rusdiyanto dan Sukardi. (1989)
memperoleh kisaran bobot badan merpati lokal 272.5-332.3 g pada umur empat
minggu dengan pemeliharaan intensif. Adapun rataan bobot badan merpati ras
penghasil daging berkisar 400-900 g dengan kisaran bobot hidup sesuai strainnya
seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Bobot hidup dewasa strain merpati penghasil daging


__________________________________________________________________
Bobot Hidup (g) Strain
American Swiss Modena, White King, Silver King,
Berat (700-900) Auto Sexing Texan Pioner, Auto Sexing King

Medium (600-700) White atau Red Carnaue, America Giant Homer


Hungarian (biru, putih atau merah), Squabing
Ringan (400-700) Homer (homer pekerja)
Sumber : Blakely dan Bade (1998)

Produksi Telur. Merpati bertelur sebanyak 1-3 butir per periode bertelur
dan rata-rata sebanyak 2 butir per periode bertelur. Telur merpati yang normal
berbentuk ellips, tetapi ujung meruncing pada bagian yang berlawanan dengan
rongga udara. Merpati yang dipelihara untuk tujuan komersial umumnya bertelur
rata-rata setiap 26-40 hari tergantung pada musim dan faktor lain (Priyati 1986).
Induk jantan dan betina merpati mengerami telur-telur secara bergantian
dengan alokasi pengeraman induk betina lebih lama dibandingkan jantan. Telur
yang pertama menetas 17-18 hari setelah dierami. Telur yang kedua menetas 48
jam kemudian (Blakely dan Bade 1998). Induk betina mulai bertelur lagi setelah
squab berumur dua minggu, meskipun induk jantan dan betina masih meloloh
atau memberi makan anak. Induk jantan meloloh anaknya lebih lama
dibandingkan induk betina, sementara betina bertelur kembali (Alwazzan 2000).
Puncak produksi bertelur terjadi pada umur 12-18 bulan dan berlangsung
selama 2-3 tahun (Blakely dan Bade 1998). Merpati dapat bertelur kembali
18

kurang lebih 14 hari kemudian, bila telur-telur tidak ditetaskan. Merpati dapat
hidup lebih dari 20 tahun, dengan masa produktif sampai dengan umur 5-7 tahun
(Winter dan Funk 1960).
Produksi Daging. Squab atau piyik adalah merpati muda siap dipasarkan
pada umur sekitar 28-30 hari (Drevjany 2001b). Selanjutnya dilaporkan pula
oleh Drevjany (2001b) bahwa kandungan kolesterol pada daging squab sangat
dianjurkan bagi orang yang menghindari mengkonsumsi daging dengan
kandungan kolesterol tinggi. Squab burung merpati disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Squab burung merpati


Sumber : Drevjany (2001b)

Drevjany (2001b) melaporkan bahwa daging squab berbeda dengan daging


unggas lain karena mengandung lemak intramuskuler yang tinggi yang menambah
daging menjadi lunak dan enak. Kandungan atau komposisi daging squab
disajikan pada Tabel 2.
Pasangan merpati masih muda (umur 2-3 tahun) dalam satu tahun mampu
menghasilkan squab sebanyak 16-18 ekor. Apabila pasangan tersebut tua (umur 5-
6 tahun) hanya dihasilkan sekurang-kurangnya 12 ekor/tahun. Semakin tua umur
merpati, kemampuan untuk menghasilkan squab semakin menurun (Blakely dan
Bade 1988). Rata-rata produksi squab dari pasangan yang baik antara 14-15
ekor/tahun. Produksi squab dari pasangan yang telah tua menurun menjadi 10-12
ekor/tahun (Bokhari 2002). Menurut Drevjany (2001b) bahwa bobot badan
squab setelah dibului adalah 66% dari bobot hidup.
19

Tabel 2 Komposisi nutrisi daging squab


__________________________________________________________________
Komposisi Nutrisi

Air Energi Protein Lemak Serat Abu


Tipe Daging (%) (kalori) (%) (%) (%) (%)

Total edible 58.0 279 18.6 22.1 0 1.5


Daging dan kulit 56.6 294 18.5 23.8 0 1.4
Daging 72.8 142 17.5 7.5 0 1.2
Daging tanpa kulit 74.6 125 20.7 4.2 0 1.2
Jerohan 59.8 154 19.8 7.2 1.2 2.6
Sumber : Composition of Foods : United State Departement of Agriculture (1993) yang disarikan
oleh Bokhari (2001)

Daya Tunas dan Daya Tetas


Hasil penelitian Muhaimi (1983) menunjukkan bahwa daya tetas yang
rendah pada merpati ras Homer x King disebabkan oleh faktor pengelolaan,
makanan, penyakit dan genetik. Persentase dari telur-telur merpati yang tidak
menetas cukup tinggi, rata-rata 20% dari produksi telur. Bokhari (2001)
melaporkan, kerugian pada peternakan merpati karena telur yang tidak subur,
janin mati dan squab mati pada saat menetas yang mencapai 20-25 % dapat
dihilangkan dengan memilih bibit-bibit yang baik.

Mortalitas
Burung merpati bersifat carrier terhadap penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri dan parasit. Kontaminasi virus pada pemeliharaan burung merpati
secara intensif hampir tidak ada. Hasil penelitian Muhaimi (1983) bahwa
mortalitas anak sampai dengan umur empat minggu 2.38%; dara dan induk
ditemukan sebesar 6.64% dan 0.23%. Mortalitas dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan kandang dan pemeliharaan yang baik agar burung merpati tidak mudah
terjangkit penyakit.
Parasit eksternal yang menjangkiti merpati hampir sama dengan unggas lain
seperti kutu, tungau dan hama (Alwazzan 2000). Merpati rentan terhadap parasit
baik secara internal maupun eksternal. Cacing dapat menyerang melalui air.
Penyediaan air yang tidak bersih dapat membawa parasit eksternal dan hal ini
20

harus diupayakan dengan menjaga kebersihan pada kandang dan tenggeran


sehingga penyakit tidak mudah berjangkit.
Kerugian akibat penyakit penting diperhatikan. Pengurangan kematian dapat
dilakukan dengan seleksi bibit dari pasangan merpati atas dasar uji keturunan
dengan seleksi yang berencana dan program pemeliharaan yang baik. Seleksi
diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat pertumbuhan yang lambat, bobot
piyik yang rendah, produksi telur dan daya tetas yang menurun pada merpati yang
pernah sakit (Bokhari 2001).
Seleksi
Seleksi adalah proses menentukan individu tertentu menjadi calon bibit
(tetua), berapa banyak keturunan yang dihasilkan dan berapa lama digunakan
sebagai bibit. Seleksi juga diartikan memberi kesempatan kepada individu yang
memiliki gen-gen unggul berkembang biak sehingga generasi berikutnya memiliki
rata-rata gen yang diinginkan lebih banyak dibandingkan generasi sekarang.
Individu yang memiliki komposisi gen terbaik disebut memiliki nilai pemuliaan
tinggi dan sebagai genetic parents. Dalam seleksi diperoleh ternak yang memiliki
nilai pemuliaan tinggi yang akan menurunkan gen-gen baik kepada generasi
berikutnya (Bourdon 2000). Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen yang
diinginkan dan menurunkan frekuensi gen yang tidak diinginkan, sehingga
diharapkaan terjadi peningkatan produktivitas dan keseragaman yang tinggi.
Perbedaan rataan performans ternak yang terseleksi dengan rataan performans
populasi sebelum seleksi disebut diferensial seleksi (Hardjosubroto 1994).

Ripitabilitas dan Heritabilitas


Ripitabilitas diartikan ukuran kemampuan mengulang fenotipe yang sama,
dapat diukur dari individu yang memiliki lebih dari satu catatan. Contoh sifat-sifat
yang berulang: produksi susu, balap dan ketangkasan pada kuda, jumlah anak
perkelahiran pada itik (Bourdon 2000). Jika ripitabilitas suatu sifat tinggi
mengidentifikasikan kemampuan produksinya baik, sebaliknya jika
ripitabilitasnya rendah berarti kemampuan produksinya rendah (Bourdon 2000).
Heritabilitas berperan penting untuk menduga nilai pemuliaan, keragaman
anak dan kemampuan produksi (Bourdon 2000). Heritabilitas adalah proporsi
keragaman total pengamatan suatu sifat pada suatu kelompok dan merupakan
21

ekspresi dari gen-gen yang mempengaruhinya. Nilai heritabilitas suatu sifat antar
populasi disesuaikan oleh genetik dan lingkungannya (Falconer dan Mackay
1996). Sifat pertumbuhan cenderung menunjukkan pewarisan tinggi, sehingga
sifat-sifat tersebut mudah ditingkatkan melalui seleksi. Fertilitas adalah sifat yang
nilai pewarisannya rendah, peternak tidak menekankan peningkatan fertility
genetic dan sebaliknya manajemen pakan yang baik untuk meningkatkan fertilitas.
Pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi performans sifat-sifat yang memiliki
heritabilitas rendah (Bourdon 2000).

Sistem Perkawinan
Menurut Perrins dan Berkhead (1983) terdapat empat macam sistem
perkawinan dengan kategori lama hubungan pasangan dan jumlah perkawinan
yang dilakukan dalam setiap persilangan yaitu :
1. Monogami : sepasang jantan dan betina pada waktu tertentu atau selama
musim kawin atau sepanjang hidup berpasangan tetap. Masing-masing tetua
mempunyai andil untuk mengasuh;
2. Poligami : satu pejantan kawin dengan beberapa betina, tetapi setiap betina
hanya kawin dengan satu pejantan. Seekor pejantan mungkin berpasangan
dengan beberapa betina terus menerus (simultaneous polygyny) atau
bergantian menggilir betinanya (successive polygyny). Tetua yang
bertanggungjawab mengasuh biasanya betina;
3. Poliandri : kebalikan poligami yaitu seekor betina berpasangan dengan
beberapa pejantan baik terus menerus atau bergiliran. Jantan selalu
menyediakan kebutuhan;
4. Pomiscuity; jantan dan betina kawin dengan individu lain sehingga
merupakan pencampuran poligami dan poliandri. Baik jantan maupun betina
menyediakan kebutuhan bersama. Adapun (Levi 1945) mengemukakan
burung merpati memilih pasangan sendiri dan bersifat monogami

Kecepatan Terbang
Pigeon seperti burung lainnya bisa terbang menggunakan gerakan udara.
Gerakan burung saat terbang pada prinsipnya bukan gerakan langsung. Adanya
aliran udara (gerakan udara) dan adanya sibakan dari sayap burung maka adanya
22

perpindahan udara dan arus (aliran udara) yang menjaga hewan bertahan di udara
dan bergerak maju maka burung bisa terbang. Ilmu yang mempelajari gerakan ini
disebut aerodinamika (Feedburner 2011).
Kecepatan terbang pada terowongan angin untuk burung merpati (Columba
livia) lebih tinggi dibandingkan burung gagak (Pica pic) masing-masing 6-20 m
detik-1 dan 4-14 m detik-1 dari hasil rekaman video berkecepatan tinggi (60 Hz)
yang dilakukan oleh Tobalske dan Dial (1996). Tyne dan Berger (1976)
menambahkan bahwa bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika terbang dan
penentu kapan akan berbelok, turun dan berhenti. Parentsnvolved.org (2011)
menyatakan bahwa merpati bisa terbang 40 sampai 50 mil per jam. Merpati yang
hidup di perkotaan tinggal dekat dengan pemukiman, terbang kurang dari 12 mil
dalam sehari. Namun, otot-otot sayap mereka yang kuat mengakibatkan merpati
bisa terbang lebih jauh lagi jika diperlukan. Beberapa jenis merpati dapat terbang
sampai jarak 600 km dalam sehari.

Merpati Daging dan Balap di Indonesia

Merpati pedaging ras pernah dikembangkan di daerah Sukabumi sekitar


tahun 1983. Selanjutnya Dinas Peternakan DKI Jakarta (2000) mengembangkan
ternak merpati silangan Homer x King dengan tujuan untuk mengurangi tingkat
penganguran dan menambah penghasilan bagi penduduk Jakarta dengan daging
squab yang dapat dijual seharga Rp. 15.000 per ekor, tentunya mempunyai potensi
yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Tahun 2002 peternak
yang merupakan anggota himpunan peternakan merpati silangan Homer x King
yaitu Haryono Herlambang, S.Sos mengembangkan merpati ras pedaging silangan
tersebut dibawah binaan Suku Dinas Peternakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pusat. Namun, kini peternakan tersebut tidak dilanjutkan lagi. Adapun budidaya
merpati silangan Homer x King yang kini masih berproduksi adalah BPTHMT
Batu Malang, Jawa Timur.
Merpati balap dimanfaatkan untuk lomba balap merpati. Lomba balap
merpati dibedakan oleh masyarakat menjadi dua jenis, yaitu balap merpati jarak
jauh atau balap tinggi yang berjarak 5-7 km dan balap merpati jarak pendek
(sprint) yang berjarak 500-1.200 m (Yonathan 2003).
23

Lomba balap merpati jarak jauh dengan cara melepaskan beberapa ekor
merpati dari jarak cukup jauh dari pagupon (kandang) oleh seorang pelepas
merpati. Pagupon ini umumnya dibangun dan ditempatkan di sekitar rumah
pemilik merpati dengan ketinggian sekitar 3-5 m dari permukaan tanah. Adapun
jarak yang dilombakan sekitar 5-7 km. Lomba merpati balap jarak dekat dengan
cara melepaskan merpati jantan pada jarak tertentu menuju merpati betina.
Ketinggian terbang merpati balap jarak dekat 0.5-2.0 m dari permukaan tanah.
Lokasi yang digunakan berupa lapangan terbuka dengan permukaan datar dengan
ukuran yang dapat digunakan untuk lomba minimum 1.000x300 m (Yonathan
2003).
Merpati balap merupakan jenis merpati yang dapat diadu kecepatannya, di
lokasi berbeda dengan jarak tempuh ratusan hingga ribuan meter. Penggemar
merpati balap ini sudah ada di Indonesia di bawah naungan KONI pusat maupun
daerah yaitu PPMBSI (Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia).
Keberadaan PPMBSI sama sekali tidak merusak lingkungan hidup yang ada
karena semua burung merpati yang dipelihara, diperjualbelikan dan yang
dilombakan merupakan hasil tangkaran masyarakat yang sifatnya tradisional
maupun yang sudah profesional yang ada di seluruh Indonesia, bukan hasil
menangkap di hutan atau di kebun, sehingga tidak merusak lingkungan hidup
(PPMBSI 2004)
24

Anda mungkin juga menyukai