TINJAUAN PUSTAKA
Burung Merpati
Burung merpati atau burung dara diklasifikasikan sebagai berikut: kelas
Aves; sub kelas Neornithes; super ordo Neognathae; ordo Columbiformes; sub
ordo Columbiae; famili Columbidae; genus Columba; spesies Columba livia (Levi
1945). Merpati termasuk famili Columbidae yang meliputi 289 spesies dengan
ukuran mulai dari merpati Diamond yang memiliki ukuran panjang 12 cm sampai
merpati Crowned yang berukuran sebesar kalkun betina dengan bermacam-
macam warna buah (Fruit Pigeon) sampai dengan warna abu-abu lembut. Burung
merpati lokal telah lama dikenal masyarakat di perkotaan maupun pedesaan.
Unggas ini berasal dari merpati liar (Columba livia) yang telah lama
dibudidayakan dan asal penyebarannya dari daerah Eropa (Antawidjaja, 1988).
Menurut Grzimek (1972), bagian terbesar dari famili Columbidae adalah merpati
dengan jumlah mencapai 302 spesies, dari yang berukuran kecil sampai medium
dengan panjang badan berkisar 15 cm sampai 80 cm. Selanjutnya Mac Kinnon
dan Phillipps (1993), melaporkan bahwa jumlah spesies pada famili Columbidae
sebanyak 280 spesies.
Kebanyakan tetua merpati domestik yang ada, walaupun tidak semuanya
adalah Rock Dove yang masih termasuk bangsa liar yang ada di pantai karang
Eropa (Peterson 1967). Stern dan Dickinson (2010) menyatakan bahwa rock
pigeon yang ada saat ini adalah populasi hasil seleksi, dan merupakan merpati tipe
liar yang tetap mempertahankan variasi dari nenek moyangnya.
Merpati termasuk salah satu unggas domestik selain ayam, kalkun, bebek,
angsa, ayam mutiara, burung unta, emu, ayam hutan dan lain-lainnya. Unggas
domestik tersebut dipelihara dan dimanfaatkan daging, telur, bulu maupun
tenaganya. Adapun unggas domestik penghasil daging seperti ayam, kalkun,
bebek, angsa, ayam mutiara, merpati, burung unta, emu, ayam hutan, burung, dll.
Unggas penghasil telur yaitu ayam, bebek, burung unta dan emu. Penghasil bulu
adalah ayam, dan burung unta. Selanjutnya unggas yang dimanfaatkan
tenaganya seperti merpati untuk balap merpati dan homing. Unggas juga dapat
dimanfaatkan sebagai hewan penjaga (University of Kentucky 2011).
8
Istilah pada burung merpati; cock adalah burung merpati jantan dewasa; hen
adalah burung merpati betina dewasa; squab (piyik) adalah anak burung merpati
yang baru menetas maupun anak burung merpati yang masih dalam sarang dan
belum disapih induknya. Adapun squaker adalah burung merpati muda dan
belum dipasangkan (dijodohkan) (University of Kentucky 2011).
perhitungan jenis kelamin, peremajaan untuk calon induk, manipulasi ratio jenis
kelamin anak, perilaku dominasi dalam kelompok (tidak ada peck order) dan
kedua induk meloloh anaknya.
Blakely dan Bade (1998) menambahkan bahwa bila salah satu pasangan
mati atau dipisahkan oleh manusia, maka dapat dicarikan pasangan lain dalam
beberapa hari; tetapi bila pasangan yang dipisahkan itu kembali, pasangan lama
akan terwujud kembali. Merpati betina biasanya lebih kecil dan tidak terlalu ribut
dibanding dengan jantan pada saat kawin. Pada proses cooing dan billing, betina
selalu menempatkan paruhnya pada paruh jantan. Ukuran merpati jantan lebih
besar dengan tekstur bulu yang lebih kasar dan bulu leher lebih tebal. Merpati
jantan pada saat bercumbu membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor
dan menjatuhkan atau merebahkan bulu sayap.
PerformingBreed (Roll)
Sumber: Allan (2009)
Fenotipe
Warwick et al. (1990) menjelaskan bahwa fenotipe merupakan penampakan
luar atau sifat-sifat lain dari suatu individu yang dapat diamati atau dapat diukur.
Hardjosubroto (1994) mengemukakan bahwa penampilan individu ditentukan
oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen
di dalam kromosom dan mitokondria yang dimiliki, pengaruh genetik juga
bersifat baka tak akan berubah-ubah dan diwariskan pada keturunannya. Faktor
genetik sebagai kemampuan dapat dikatakan bahwa penampilan individu
ditentukan oleh kemampuan dan kesempatan yang ada.
13
Fenotipe dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Noor (2008) menyatakan bahwa sifat kualitatif adalah sifat yang
dikontrol oleh sepasang atau beberapa pasang gen yang memiliki perbedaan jelas
antar fenotipenya. Warwick et al. (1990) mengemukakan bahwa sifat kualitatif
merupakan sifat yang dapat mengklasifikasikan secara jelas individu-individu ke
dalam satu dari dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu jelas satu sama
lain. Sifat ini dikontrol oleh sepasang gen atau beberapa pasang gen dan hampir
tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Noor (2008) menjelaskan bahwa faktor genetik yang mempengaruhi warna
pada ternak selain sifat kuantitatif adalah gen ganda. Gen ganda adalah dua gen
atau lebih yang mempengaruhi suatu sifat. Selanjutnya diterangkan bahwa
sumber semua warna baik itu rambut, bulu, kulit dan mata pada ternak adalah
melanin.
Warna Bulu
Warna bulu burung merpati ras sudah diketahui, sedangkan warna bulu
merpati lokal masih bervariasi. Warna bulu King ada yang merah, biru serta
kuning. Carneau warna bulunya merah, putih, hitam serta kuning. Begitu juga
warna mata banyak variasi yang muncul, sedangkan warna shank sudah seragam
yaitu merah.
Warna Dasar
Merpati memiliki tiga warna dasar yang berbeda yaitu warna hitam, coklat
dan merah, sedangkan warna biru adalah tipe warna bulu merpati liar yang dekat
dengan warna hitam, warna putih adalah albino karena tidak mengandung pigmen
sama sekali pada bulu (Levi 1945). Warna biru tidak terdapat pada merpati
karena pigmen hitam yang menjadi satu dalam sel bulu merpati akan membias
menjadi terang sebagai warna biru. Warna biru pada bulu merpati dengan
berbagai pola adalah pola warna hitam. Contoh tiga warna dasar bulu merpati
yaitu coklat, biru (hitam) dan merah (Mosca 2000). Warna bulu putih adalah bulu
yang tidak mempunyai pigmen warna (Lebranche 2000).
Warna dasar bulu merpati memiliki dominasi sebagai berikut: Ash red (BA)
> Blue /Wild type (+) > Brown (b). Modifikasi dari Ash red adalah dilute yang
14
tidak mempunyai rambut halus kuning, sehingga Ash red dengan adanya gen
dilute warnanya kuning keemasan (BA), (d), (C//C). Ash red mealy (Ba), (C+)
yaitu Ash red dengan adanya pola warna pelangi, Ash red chek (BA), (C). Pola
Strawberry – Ash red sooty, gen Sooty (So) memiliki warna abu gelap pada ekor
dan sayap yaitu (BA), (C+), (So); Ash red grizzle (BA), (G). Warna dasar biru
dengan Bar (+//+), fenotipenya biru terang dengan pola Bar, mutasinya warna
Blue dun dengan pola Silver check (d, +, C), yang membawa gen modifikasi dilute
(d) yaitu warna terang dan menampilkan warna Brownish/hitam seperti dun dan
bukan biru/hitam pada Blue check standard. Modifikasi lain dari biru adalah
Bronze velvet akibat kombinasi 3 gen yaitu warna biru (+), T-pattern atau Velvet
(CT) dan Kite bronze (K), tanpa faktor Kite bronze, burung memiliki warna
hampir hitam. Warna dasar coklat (b), modifikasinya Brown bar (b)(+), bentuk
dilute disebut Khaki (b), (+), (d) nampak lebih terang warnanya. Warna dasar
coklat kurang dominan diantara tiga warna dasar bulu burung merpati.
Modifikasinya Cream (BA/+/d) mirip Ash red dilute; Brown grizzle, Brown
qualmond dan Blue qualmond, Khaki (brown dilute) dan Dilute blue. Corak bulu
Checker (C) dominan terhadap Barless (c); pada corak bulu T-pattern berarti
burung mempunyai warna biru lebih tua hampir hitam (CT) dominan terhadap cT).
Warna mata, terdapat beberapa warna iris mata pada merpati yaitu: (1) Bull eye;
(2) Pearl eye, (3) Red and Orange (Huntley 1999b). Warna dasar bulu merpati
disajikan pada Gambar 6.
Merpati mempunyai bulu leher yang berwarna-warni yaitu hijau, kuning dan
ungu yang disebut hackle. Hackle jantan dan betina dewasa nampak sama, tetapi
jantan mempunyai hackle yang lebih berwarna-warni dibandingkan dengan betina
(Lebranche 2000)
klasik meskipun mereka kekurangan irridescence kuat dan karena itu mungkin
paling dianggap leucophores. Sel-sel pigmen dari beberapa iris kuning dapat
dianggap "xanthophores” yang mencerminkan sifat gabungan dari keduanya yaitu
xanthophores klasik dan iridophore/leucophores. Adapun Gillespie (1992)
menyatakan bahwa warna mata pada unggas terdiri dari tiga macam yaitu reddish
bay, brown dan pearl. Warna iris mata burung merpati disajikan pada Gambar 7.
Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pembentukan jaringan-jaringan baru yang
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berat, bentuk dan komposisi tubuh
hewan (Winter dan Funk 1960). Selanjutnya Card (1962) mengemukakan bahwa
ukuran tubuh mempunyai korelasi dengan pertumbuhan. Lawrence dan Fowler
(2002) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan suatu proses deposisi sel-sel,
serta peningkat ukuran dan jumlah sel pada tingkat dan titik tertentu yang berbeda
dalam suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ditandai oleh peningkatan jumlah sel
pada jaringan (hyperplasia) dan peningkatan ukuran sel (hypertrophy).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan ataupun interaksi
keduanya. Mc Donald et al. (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak
ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot dan adanya perkembangan.
17
Produksi Telur. Merpati bertelur sebanyak 1-3 butir per periode bertelur
dan rata-rata sebanyak 2 butir per periode bertelur. Telur merpati yang normal
berbentuk ellips, tetapi ujung meruncing pada bagian yang berlawanan dengan
rongga udara. Merpati yang dipelihara untuk tujuan komersial umumnya bertelur
rata-rata setiap 26-40 hari tergantung pada musim dan faktor lain (Priyati 1986).
Induk jantan dan betina merpati mengerami telur-telur secara bergantian
dengan alokasi pengeraman induk betina lebih lama dibandingkan jantan. Telur
yang pertama menetas 17-18 hari setelah dierami. Telur yang kedua menetas 48
jam kemudian (Blakely dan Bade 1998). Induk betina mulai bertelur lagi setelah
squab berumur dua minggu, meskipun induk jantan dan betina masih meloloh
atau memberi makan anak. Induk jantan meloloh anaknya lebih lama
dibandingkan induk betina, sementara betina bertelur kembali (Alwazzan 2000).
Puncak produksi bertelur terjadi pada umur 12-18 bulan dan berlangsung
selama 2-3 tahun (Blakely dan Bade 1998). Merpati dapat bertelur kembali
18
kurang lebih 14 hari kemudian, bila telur-telur tidak ditetaskan. Merpati dapat
hidup lebih dari 20 tahun, dengan masa produktif sampai dengan umur 5-7 tahun
(Winter dan Funk 1960).
Produksi Daging. Squab atau piyik adalah merpati muda siap dipasarkan
pada umur sekitar 28-30 hari (Drevjany 2001b). Selanjutnya dilaporkan pula
oleh Drevjany (2001b) bahwa kandungan kolesterol pada daging squab sangat
dianjurkan bagi orang yang menghindari mengkonsumsi daging dengan
kandungan kolesterol tinggi. Squab burung merpati disajikan pada Gambar 8.
Mortalitas
Burung merpati bersifat carrier terhadap penyakit yang disebabkan oleh
virus, bakteri dan parasit. Kontaminasi virus pada pemeliharaan burung merpati
secara intensif hampir tidak ada. Hasil penelitian Muhaimi (1983) bahwa
mortalitas anak sampai dengan umur empat minggu 2.38%; dara dan induk
ditemukan sebesar 6.64% dan 0.23%. Mortalitas dapat dicegah dengan menjaga
kebersihan kandang dan pemeliharaan yang baik agar burung merpati tidak mudah
terjangkit penyakit.
Parasit eksternal yang menjangkiti merpati hampir sama dengan unggas lain
seperti kutu, tungau dan hama (Alwazzan 2000). Merpati rentan terhadap parasit
baik secara internal maupun eksternal. Cacing dapat menyerang melalui air.
Penyediaan air yang tidak bersih dapat membawa parasit eksternal dan hal ini
20
ekspresi dari gen-gen yang mempengaruhinya. Nilai heritabilitas suatu sifat antar
populasi disesuaikan oleh genetik dan lingkungannya (Falconer dan Mackay
1996). Sifat pertumbuhan cenderung menunjukkan pewarisan tinggi, sehingga
sifat-sifat tersebut mudah ditingkatkan melalui seleksi. Fertilitas adalah sifat yang
nilai pewarisannya rendah, peternak tidak menekankan peningkatan fertility
genetic dan sebaliknya manajemen pakan yang baik untuk meningkatkan fertilitas.
Pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi performans sifat-sifat yang memiliki
heritabilitas rendah (Bourdon 2000).
Sistem Perkawinan
Menurut Perrins dan Berkhead (1983) terdapat empat macam sistem
perkawinan dengan kategori lama hubungan pasangan dan jumlah perkawinan
yang dilakukan dalam setiap persilangan yaitu :
1. Monogami : sepasang jantan dan betina pada waktu tertentu atau selama
musim kawin atau sepanjang hidup berpasangan tetap. Masing-masing tetua
mempunyai andil untuk mengasuh;
2. Poligami : satu pejantan kawin dengan beberapa betina, tetapi setiap betina
hanya kawin dengan satu pejantan. Seekor pejantan mungkin berpasangan
dengan beberapa betina terus menerus (simultaneous polygyny) atau
bergantian menggilir betinanya (successive polygyny). Tetua yang
bertanggungjawab mengasuh biasanya betina;
3. Poliandri : kebalikan poligami yaitu seekor betina berpasangan dengan
beberapa pejantan baik terus menerus atau bergiliran. Jantan selalu
menyediakan kebutuhan;
4. Pomiscuity; jantan dan betina kawin dengan individu lain sehingga
merupakan pencampuran poligami dan poliandri. Baik jantan maupun betina
menyediakan kebutuhan bersama. Adapun (Levi 1945) mengemukakan
burung merpati memilih pasangan sendiri dan bersifat monogami
Kecepatan Terbang
Pigeon seperti burung lainnya bisa terbang menggunakan gerakan udara.
Gerakan burung saat terbang pada prinsipnya bukan gerakan langsung. Adanya
aliran udara (gerakan udara) dan adanya sibakan dari sayap burung maka adanya
22
perpindahan udara dan arus (aliran udara) yang menjaga hewan bertahan di udara
dan bergerak maju maka burung bisa terbang. Ilmu yang mempelajari gerakan ini
disebut aerodinamika (Feedburner 2011).
Kecepatan terbang pada terowongan angin untuk burung merpati (Columba
livia) lebih tinggi dibandingkan burung gagak (Pica pic) masing-masing 6-20 m
detik-1 dan 4-14 m detik-1 dari hasil rekaman video berkecepatan tinggi (60 Hz)
yang dilakukan oleh Tobalske dan Dial (1996). Tyne dan Berger (1976)
menambahkan bahwa bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika terbang dan
penentu kapan akan berbelok, turun dan berhenti. Parentsnvolved.org (2011)
menyatakan bahwa merpati bisa terbang 40 sampai 50 mil per jam. Merpati yang
hidup di perkotaan tinggal dekat dengan pemukiman, terbang kurang dari 12 mil
dalam sehari. Namun, otot-otot sayap mereka yang kuat mengakibatkan merpati
bisa terbang lebih jauh lagi jika diperlukan. Beberapa jenis merpati dapat terbang
sampai jarak 600 km dalam sehari.
Lomba balap merpati jarak jauh dengan cara melepaskan beberapa ekor
merpati dari jarak cukup jauh dari pagupon (kandang) oleh seorang pelepas
merpati. Pagupon ini umumnya dibangun dan ditempatkan di sekitar rumah
pemilik merpati dengan ketinggian sekitar 3-5 m dari permukaan tanah. Adapun
jarak yang dilombakan sekitar 5-7 km. Lomba merpati balap jarak dekat dengan
cara melepaskan merpati jantan pada jarak tertentu menuju merpati betina.
Ketinggian terbang merpati balap jarak dekat 0.5-2.0 m dari permukaan tanah.
Lokasi yang digunakan berupa lapangan terbuka dengan permukaan datar dengan
ukuran yang dapat digunakan untuk lomba minimum 1.000x300 m (Yonathan
2003).
Merpati balap merupakan jenis merpati yang dapat diadu kecepatannya, di
lokasi berbeda dengan jarak tempuh ratusan hingga ribuan meter. Penggemar
merpati balap ini sudah ada di Indonesia di bawah naungan KONI pusat maupun
daerah yaitu PPMBSI (Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia).
Keberadaan PPMBSI sama sekali tidak merusak lingkungan hidup yang ada
karena semua burung merpati yang dipelihara, diperjualbelikan dan yang
dilombakan merupakan hasil tangkaran masyarakat yang sifatnya tradisional
maupun yang sudah profesional yang ada di seluruh Indonesia, bukan hasil
menangkap di hutan atau di kebun, sehingga tidak merusak lingkungan hidup
(PPMBSI 2004)
24