I.
PENDAHULUAN
dihasilkan oleh ternak perah. Secara visual ambing yang besar, volumenya juga
besar, sehingga produksi susunya juga tinggi. Berdasakan hal tersebut, maka perlu
dilakukan penelitian tentang hubungan antara ukuran vital statistik ambing
(panjang, lebar dan tinggi ambing) dengan produksi susu kambing PE.
1.2. Rumusan Masalah
Produksi susu di Indonesia hingga saat ini masih jauh dari cukup untuk
memenuhi kebutuhan susu dalam negeri. Permintaan susu di Indonesia baru dapat
terpenuhi 64,35 %, yaitu 99,81 % berasal dari susu sapi dan 0,19 % berasal dari
susu kambing (Hadiannuloh dkk., 2015). Berdasarkan hal tersebut, maka usaha
ternak
kambing
perah
masih
mempunyai
peluang
yang
besar
untuk
dikembangkan. Salah satu jenis kambing perah yang cukup potensial sebagai
penghasil susu dan perlu dikembangkan adalah kambing Peranakan Etawa (PE).
Kambing PE mampu menghasilkan susu sebanyak 0,45 2,2 liter per hari.
Produksi susu kambing PE dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
ukuran organ penghasil susu seperti ambing. Hasil penelitian Aunurohman dan
Djatmiko (2002) menggunakan sapi PFH, menunjukkan bahwa ukuran besar
ambing merupakan peubah penduga jumlah produksi susu yang paling baik
dengan sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-masing sebesar 99,62 %
dan 22,83 %. Setiawan (2014) juga menyatakan bahwa ukuran vital statistik
ambing mempunyai sumbangan efektif yang sangat besar terhadap produksi susu
pada kambing Sapera. Pabana (2011) menambahkan bahwa hubungan antara
dimensi ambing dengan produksi susu yang dihasilkan kambing PE di Desa
Bolang, Kecamatan Alia, Kabupaten Enrekang menunjukkan korelasi positif dan
sangat erat. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditentukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara ukuran vital statistik ambing (panjang,
lebar dan tinggi ambing) dengan produksi susu kambing PE ?
2. Seberapa besar sumbangan yang diberikan dari panjang ambing, lebar
ambing dan tinggi ambing dengan produksi susu kambing PE ?
1.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara ukuran vital statistik ambing dengan produksi
susu kambing PE.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui ukuran vital statistik ambing
dan produksi susu kambing PE, (2) mengetahui hubungan antara ukuran vital
statistik ambing dengan produksi susu kambing PE, dan (3) mengetahui
sumbangan yang diberikan dari panjang ambing, lebar ambing dan tinggi ambing
dengan produksi susu kambing PE.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah (1) memberikan informasi tentang ukuran
vital statistik ambing dan produksi susu kambing PE, (2) memberikan informasi
mengenai hubungan antara ukuran vital statistik ambing dengan produksi susu
kambing PE, dan (3) memberikan informasi mengenai sumbangan yang diberikan
dari panjang ambing, lebar ambing dan tinggi ambing dengan produksi susu
kambing PE.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
kambing PE sebanyak 0,45 2,2 liter per hari dengan panjang masa laktasi 92
256 hari. Produksi susu tersebut masih bisa ditingkatkan dengan manajemen yang
baik, seperti dengan pemberian pakan tambahan dan pemilihan bibit yang
berkualitas (Sodiq dan Abidin, 2002).
2.2. Vital Statistik Ambing
Kambing memiliki ambing yang terletak diantara perut dan dua kaki
belakang. Ambing kambing biasanya berbentuk seperti gelas anggur (bulat
memanjang) dan dilengkapi puting tempat keluarnya susu (Sodiq dan Abidin,
2002) dengan kisaran panjang ambing sekitar 10 20 cm (Mukhtar, 2006).
Ambing adalah faktor utama yang menentukan banyak sedikitnya susu yang
mampu dihasilkan (Gall, 1980). Secara visual ambing yang besar volumenya juga
besar sehingga produksi susunya juga tinggi (Habib, 2014). Bentuk ambing yang
besar, panjang dan berjumbai, produksi susunya lebih tinggi. Hal ini karena
jumlah sel-sel sekretori didalamnya juga semakin banyak untuk mensintesis susu
yang dibentuk oleh sel epitel dalam lumen alveoli (Blakely and Bade, 1994).
Volume ambing memiliki hubungan yang erat dengan jumlah susu yang
dihasilkan (Krismanto, 2011). Pabana (2011) menyatakan bahwa ukuran ambing
yang semakin besar memberikan indikasi meningkatnya jumlah produksi susu.
Hal ini dikarenakan ambing merupakan organ penampung air susu dimana
semakin banyak jumlah air susu yang ditampung, maka akan memberikan
perubahan benruk dan ukuran pada organ ambing.
Lowe dalam Pabana (2011) menyatakan bahwa didalam ambing susu
disekresikan oleh unit-unit. Sekretoris individual yang bentuknya menyerupai
buah anggur dan disebut alveolis. Unit-unit kecil ini berukuran diameter 0,1 0,3
milimeter dan terdiri dari suatu lapisan dalam sel-sel epitel yang menyelubungi
suatu rongga yang disebut lumen. Sel-sel epitel tersebut mensekresikan susu
dengan cara menyerap zat-zat dari dalam darah dan mensintesisnya menjadi susu.
Susu hasil sintensis kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus yang apabila
dalam keadaan penuh berisi sekitar 1/5 tetes. Sekelompok alveolus yang
berbentuk seperti setangkai buah anggur disebut lobul. Syarief dan Sumoprastowo
(1985) menyatakan bahwa bahan pembentuk air susu berasal dari darah dimana
untuk menghasilkan 1 liter susu diperkirakan memerlukan darah sebanyak 400
liter.
Ambing akan semakin membesar seiring dengan pertambahan umur
kebuntingan. Hal ini disebabkan pembentukan alveolus yang sangat pesat.
Jaringan lemak akan digantikan dengan sel-sel sekresi yang mulai menghasilkan
cairan. Jika diperah perlahan-lahan, pada umur kebuntingan 1 3 bulan, akan
keluar cairan bening yang agak kental. Semakin tua umur kebuntingan, cairan
akan menjadi kuning transparan. Pada akhir masa kebuntingan akan terbentuk
colostrum sampai umur 1 7 hari setelah beranak. Pada masa laktasi, ukuran
ambing sudah tidak bertambah, tetapi sudah dapat menghasilkan susu setiap hari
sepanjang masa laktasi (Sodiq dan Abidin, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan kelenjar ambing yang pesat berlangsung
selama kebuntingan. Sementara selama periode laktasi pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar ambing boleh dikatakan sudah terhenti. Kondisi ini
disebabkan
oleh
hormon-hormon
yang
merangsang
pertumbuhan
dan
iklim
setempat,
daya
adaptasi
ternak,
aktivitas
pemerahan
III.
10
meliputi panjang ambing, lebar ambing, tinggi ambing dan produksi susu harian,
serta pengamatan dan wawancara langsung terhadap pihak terkait. Data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan seperti data recording ternak dan
data populasi ternak.
3.2. Metode Analisis
3.2.1. Model Matematis
Metode analisis yang digunakan adalah analisis linier berganda. Regresi
linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas
(independent) terhadap variabel terikat (dependent) (Santosa, 2007) dan model
matematiknya sebagai berikut :
Y = + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = Produksi Susu
= Koefisien Konstanta
b1,2,3 = Koefisien Regresi Linier Berganda
X1 = Panjang Ambing
X2 = Lebar Ambing
X3 = Tinggi Ambing
e = Galat Percobaan
3.2.2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersamasama terhadap variabel terikat. Apabila hasil menunjukkan Fhit > F0,05, maka
11
JK
DB
KT
F hitung
JKR
JKG
JKT
3
26
29
JKR/3
JKG/26
KTR/KTG
F tabel
0,05
0,01
thit =
bi0
Sbi
Keterangan :
12
Sb =
KT Galat
X
R2 =
JK Regresi
JK Total
100%
13
SRXi =
bi xiy
JK Regresi
100%
SEXi = SRXi R2
Keterangan :
bi = Koefisien regresi variabel ke-i
Xi = Variabel bebas ke-i
Y = Variabel terikat
R2 = Koefisien determinasi
3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Panjang Ambing
Panjang ambing diukur dengan cara pita ukur ditempatkan pada bagian
ujung ambing depan (titik A) kebagian ujung ambing belakang (titik B) (Pabana,
2011).
14
15
Kegiatan pada tahap persiapan meliputi pra survei yaitu meminta izin
kepada pihak Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
(BBPTU-HPT) Baturaden untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut. Tahap
selanjutnya melakukan pengambilan data-data pendukung yang diperlukan untuk
kemudian menentukan kambing PE yang digunakan sebagai sampel.
3.4.2. Tahap Pengambilan Data
Data yang diambil terdiri dari panjang ambing, lebar ambing, tinggi ambing
dan produksi susu harian. Data ukuran vital statistik ambing diperoleh dengan
melakukan pengukuran terhadap panjang ambing, lebar ambing, tinggi ambing
yang diukur setiap hari sebelum dilakukannya pemerahan selama 30 hari. Data
produksi susu diperoleh dengan melihat data atau catatan produksi susu setelah
dilakukan pemerahan. Pemerahan dilakukan sehari 2 kali, yaitu pada pagi dan sore
hari dengan menggunakan mesin pemerah. Pengambilan data produksi susu
dilakukan selama 30 hari.
3.4.3. Tahap Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data berupa tabulasi data yang
telah didapatkan pada tahap pengumpulan data. Data yang diperoleh akan
dianalisis secara statistik dengan bantuan komputer yaitu program Microsoft
Excel 2010.
16
Jenis
Kegiatan
Persiapan
Pengumpula
n Data
Analisis Data
Penyusunan
Laporan
Bulan ke1
DAFTAR PUSTAKA
17
18
USULAN PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA UKURAN VITAL STATISTIK AMBING
19
OLEH
Oleh
BINUKTI AGUNG WIBISONO
D1E011140
20
Oleh :
BINUKTI AGUNG WIBISONO
D1E011140
USULAN PENELITIAN
21
Oleh :
BINUKTI AGUNG WIBISONO
D1E011140
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Mengetahui,
Wakil Dekan I