Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN MAGANG

PT. INSAN MUDA BERDIKARI (IMB)

Oleh :

Natasha Effa Ayu L 200110150061

Zerry Faruq Elfath 200110150048

Hunatullah Muhammad Al Azka 200110150209

Akmal Ahmad Faisal 200110150294

Hasuri 200110150281

Okta Via Zule 200110150093

Monica Risnadena Priyas 200110150206

Yosua Adi Nugraha 200110150251

Lisda Nora 200110150097

Desi Pratiwi 200110150043

KELOMPOK STUDI PROFESI TERNAK PERAH (KSPTP)

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

2017
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan magang mahasiswa pada Fakultas Peternakan Universitas

Padjadjaran khususnya unit kegiatan mahasiswa (UKM) Kelompok studi profesi

ternak perah (KSPTP) yang dilaksanakan setiap tahun merupakan salah satu

upaya untuk meningkatkan mutu proses belajar mahasiswa. Hal ini ditempuh

untuk lebih mendekatkan peserta ajar (mahasiswa) dengan dunia kerja yang sesuai

dengan bidang ilmu yang mereka pelajari di Fakultas Peternakan UNPAD.

Kegiatan magang ini di laksanakan sebagai upaya untuk memenuhi persyaratan

masuk UKM KSPTP.

Dengan kata lain bahwa kegiatan magang ini sangat penting untuk

membantu mahasiswa untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang

diperoleh di kampus dalam dunia kerja yang sebenarnya. Di samping itu kegiatan

magang ini juga dapat menambah wawasan mahasiswa dalam berpola pikir dan

bertindak dalam memecahkan masalah di lingkungan kerja. Alasannya karena

mahasiswa hanya terbiasa memecahkan masalah di lingkungan kampus saja tanpa

tahu kondisi riil yang terjadi sebenarnya dalam dunia kerja.


1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui tentang perkandangan yang ada di PT IMB (Insan Muda

Berdikari)

2. Mengetahui tentang kesehatan hewan yang ada di PT IMB (Insan Muda

Berdikari)

3. Mengetahui tentang pembuatan konsentrat di PT IMB (Insan Muda

Berdikari)

4. Mengetahui tentang pemberian pakan ampas tahu di kandang PT IMB

(Insan Muda Berdikari)

5. Mengetahui tentang pemberian pakan jerami di kandang PT IMB (Insan

Muda Berdikari)

6. Mengetahui manajemen pemberian pakan pada sapi laktasi

7. Mengetahui tentang manajemen reproduksi sapi perah

8. Mengetahui tentang manajemen pemerahan di PT. IMB (Insan Muda

Berdikari)

9. Mengetahui tentang proses produksi yoghurt di PT. IMB (Insan Muda

Berdikari)

10. Mengetahui tentang susu dan pendistribusian susu di PT. IMB (Insan

Muda Berdikari)

1.3 Waktu dan Tempat

Waktu : 9 - 22 Januari 2016

Tempat : PT. IMB (Insan Muda Berdikari)


II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Tentang IMB

PT. Insan Muda Berdikari adalah perusahaan yang bergerak di bidang

agribisnis. Mulai didirikan pada tahun 2011. Sebelumnya perusahaan ini berdiri

pada awal tahun 2010 yaitu suatu usaha yang diberi nama green dairy farm.

Seiring dengan berjalannya waktu usaha ini kian berkembang hingga mencoba

untuk mengolah susu segar menjadi sebuah produk yang memiliki nilai ekonomi

tinggi. Dengan mengedepankan prinsip kualitas dan konsumen adalah raja kami

akan memberikan produk yang terbaik.

PT. Insan Muda Berdikari adalah perusahaan perseroan terbatas yang

terdaftar di kemenkumham bergerak dalam bidang agribisnis dengan daftar

perseroan AHU-0027960.AHA.01.09. Perusahaan ini memiliki peternakan sapi

perah dengan populasi sekitar 60 ekor yang mampu memproduksi susu antara 600

liter per-hari. Disamping itu perusahaan ini juga memproduksi susu olahan berupa

yoghurt, susu pasteurisasi dan es yoghurt batangan. Perusahaan ini juga

memproduksi konsentrat berkualitas untuk sapi perah dan juga menjual bahan

baku untuk konsentrat.

Selain sapi perah di perusahaan ini terdapat beberapa sapi jantan yang

bertujuan untuk penggemukan. Sapi penggemukan tersebut nantinya akan di jual

dan menjadi tambahan bagi perusahaan.


2.2 Visi dan Misi

Menjadi perusahaan agribisnis lokal yang memiliki daya saing tinggi dan

diperhitungkan oleh perusahaan lain dengan mengedepankan kualitas produk yang

dihasilkan dan mengedepankan prioritas kepada konsumen.


III

PEMBAHASAN

3.1 Perkandangan (Kandang Atas dan Kandang Bawah)

Oleh : Natasha Effa Ayu L

200110150061

Setelah saya dan teman saya melakukan kegiatan magang yang dilakukan

di perusahaan PT. Insan Muda Berdikari Cisarua, Lembang. Jawa Barat bahwa

perusahaan ini terdapat 2 kandang yakni kandang bawah dengan kandang atas.

Untuk lebih jelasnya bahwa Kandang adalah tempat dimana hewan untuk

berlindung dari sengatan matahari, cuaca, iklim dan lain-lain. Kandang juga

tempat untuk berlindung dari curian hilangnya hewan, kandang berfungsi untuk

memudahkan peternak agar dapat merawat hewan nya tidak berkeliaran. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Siregar ,1993 bahwa kandang pada umumnya

merupakan salah satu kebutuhan penting dalam usaha peternakan. Kandang

adalah struktur atau bangunan di mana hewan ternak dipelihara. Fungsi utama

kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan

pemantauan serta perawatan ternak. Dalam pembuatan kandang sapi perah

diperlukan beberapa persyaratan yaitu : terdapat ventilasi, memberikan

kenyamanan sapi perah, mudah dibersihkan, dan memberi kemudahan bagi

pekerja kandang dalam melakukan pekerjaannya. Menurut Siregar (1993),

sebaiknya kandang 20-30 cm lebih tinggi dari tanah sekitarnya, jauh dari

keramaian lalu lintas, manusia dan kendaraan. Kandang harus dibangun dekat

sumber air, sebab sapi perah memerlukan air untuk minum, pembersihan lantai

dan memandikan sapi. Kandang sebaiknya diarahkan ke timur atau membujur ke


utara selatan agar bagian dalam kandang memperoleh sinar matahari pagi yang

memadai. Sinar matahari bermanfaat untuk mengeringkan lantai kandang

sehingga mengurangi resiko terjangkitnya penyakit. Sinar matahari diusahakan

dapat masuk ke dalam kandang sebanyak-banyaknya, lebih-lebih cahaya matahari

pagi musuh terbesar dari segala macam kuman-kuman, dan pada pagi hari (saat

cuaca baik) sebaiknya sapi dilepas diluar kandang karena sinar matahari pagi baik

untuk kesehatan sapi (Soetarno, 2003). Pertukaran udara di kandang perlu dijaga

agar pertukaran udara di kandang sempurna. Kandang sapi perah di daerah tropis

sebaiknya terbuka (tidak berdinding) kecuali di daerah pegunungan yang udaranya

dingin atau anginnya kencang, kandang sebaiknya tertutup (berdinding), tetapi

dapat dibuka pada siang hari agar sirkulasi udara dapat dijaga (Soetarno, 2003).

Berdasarkan literatur yang ada, arah kandang ketiga peternakan telah sesuai

karena telah menghadap utara dan selatan yang membuat cahaya matahari dapat

masuk sebanyak-banyaknya.

Kandang diperlukan untuk melindungi ternak sapi dari keadaan

lingkungan yang merugikan dengan adanya kandang ini ternak akan memperoleh

kenyamanan. Kandang sapi salah satunya dapat kandang barak. Luas kandang

barak diperhitungkan tidak lebih kurang dari 2 m per ekor (Santoso, 2001). Bahan

yang digunakan untuk membuat kandang pada peternakan adalah semen. Menurut

Mulyadi dan Marsandi (2007), beberapa persyaratan yang diperlukan dalam

mendirikan kandang antara lain:

a. Memenuhi persyaratan kesehatan ternaknya

b. Mempunyai ventilasi yang baik

c. Efisiensi dalam pengelolaan

d. Melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian


e. Tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya.

Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, mempunyai sirkulasi

udara yang baik, tidak lembab, tidak menyebabkan licin dan mempunyai tempat

penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Konstruksi kandang harus

mampu menahan beban benturan dan dorongan yang kuat dari ternak, serta

menjaga keamanan ternak dari pencurian. Mendesain konstruksi kandang harus

didasarkan agroekosistem silayah setempat, tujuan pemeliharaan dan status

fisiologi ternak. Tipe dan bentuk kandang dibedakan menjadi berdasarkan status

fisiologis ternak. Tipe dan Bentuk kandang dibedakan berdasarkan status

fisiologis dan pola pemeliharaan dibedakan yaitu kandang pembibitan,

pembesaran, kandang beranak/ menyusui, kandang pejantan (Williamson dan

Payne, 1993)

Setelah mengetahui pengertian kandang dan beberapa fungsinya, bahwa

tipe kandang yang ada diperusahaan ini tentu berbeda. Pada kandang bawah tipe

kandang nya adalah head to head. Kelebihan dari tipe kandang tersebut adalah

pada saat pemberian pakan sangat mudah dan dapat mengefisiensi waktu,

kekurangan nya yaitu jika sudah diberikan pakan, pakan nya keluar dari tempat

pakan nya sehingga membuat daerah kandang menjadi kotor, pembersihan

kandang tidak efektif. Hal ini sesuai dengan Williamson dan Payne, 1993 bentuk

kandang sapi perah ada dua macam, yaitu kandang konvensional dan kandang

bebas. Kandang konvensional berarti sapi ditempatkan pada jajaran yang dibatasi

dengan penyekat, sedangkan kandang bebas yaitu kandang yang ruangannya

bebas tanpa penyekat. Kandang yang biasa digunakan yaitu jenis tail to tail atau

saling membelakangi dan head to head atau saling berhadapan (Blakely dan Bade,

1994). Sedangkan pada kandang atas tipe kandang nya yaitu tail to tail. Kelebihan
nya yaitu pada saat pembersihan kandang lebih mengefisiensi waktu, kekurangan

nya yaitu akses buat pembersihan nya sangat sempit. Pada kandang atas sudah

lebih modern karena sudah menggunakan besi sedangkan pada kandang bawah

masih tradisional karena masih menggunakan kayu sehingga akan mengerikan

jika roboh

Populasi sapi tiap kandang tentu berbeda Pada kandang bawah terdiri dari

52 sapi perah, yang terdiri dari 2 sapi yang terkena mastitis dan 1 sapi perah yang

putingnya kecil (untuk kembali normal putingnya, harus melahirkan), 27 sapi

jantan dan 22 sapi dara. Untuk sapi pedet terdapat 11 ekor di bagian kandang atas

yang setiap pagi dan sore setelah membersihkan kandang, diberikan susu yang

sudah di perah di kandang atas sebanyak 2 liter per 1 sapi itu sudah menjadi

ketentuan perusahaan tersebut. Sedangkan pada kandang atas terdapat 40 sapi

yang siap untuk di perah dan 3 sapi yang kering kandang.

Kebersihan kandang dan sapi nya juga sangat penting bagi peternakan.

Pada perusahaan ini pembersihan kandang dilakukan sebelum pemberian pakan.

Pembersihan kandang atas dan kandang bawah itu sama. Pembersihan kandang

bawah alatnya yaitu berupa selang yang sama seperti di kandang KSPTP tetapi

perbedaan nya pada selang ditambahkan peralon kecil dan ujung peralon

dilubangi seperti selang di pencucian mobil. Pembersihan kandang dengan

menggunakan alat seperti itu dapat meminimalisir waktu, lebih mudah untuk

dibersihkan. Pada saat pembersihan kandang, kotoran sapi tersebut dialirkan ke

suatu tempat untuk dijadikan biogas dan dibuat pupuk kompos sehingga tidak

mengganggu kawasan sekitar tersebut. Sedangkan pada kandang atas,

pembersihan kandang nya lebih awal yaitu pukul 05.30 karena setelah itu akan

dilakukan pemerahan. Tekniknya sama seperti kandang bawah tetapi waktu yang
dihabiskan untuk membersihkan kandang dan sapi nya yaitu sekitar 1 jam. Bagi

petugas yang berada dikandang atas, ini sudah waktu tercepat untuk

membersihkan kandang tersebut dikarenakan pada ujung selang diberikan peralon

sehingga kotoran nya bisa turun dengan cepat.

Setelah dilakukan pembersihan kandang yaitu pemberian pakan.

Pemberian pakan takaran nya di tiap kandang tentu berbeda. Pada kandang bawah

pemberian pakan berupa ampas tahu + konsentrat yang dibantu oleh Pak Oleh. Di

setiap jajaran sudah ditentukan untuk berapa sapi. Sedangkan pada kandang atas

Pemberian pakan sama seperti di kandang bawah yaitu pemberian ampas tahu +

konsentrat. Tetapi pemberian pakan disini dilihat dari produksi susu nya, jika

produksi susu nya 20 liter maka pemberian ampas tahu sebanyak 40 kg dan

pemberian konsentrat sebanyak 10 kg. Sedangkan jika produksi susunya 15 liter,

maka pemberian ampas tahu 20 kg (pagi hari), 20 kg (sore hari) dan pemberian

konsentrat 5 kg. Pemberian jerami tidak ada takaran seperti pemberian pakan

ampas tahu + konsentrat, pemberian jerami dilakukan sebelum pemerahan.

Peralatan kandang di perusahaan ini sudah cukup baik seperti tempat

pakan, tempat minum, saluran pengairan untuk pembuangan kotoran. Hal ini

sesuai dengan Santoso, 2002. Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi perah

meliputi: palungan yaitu tempat pakan, tempat minum, saluran darinase, tempat

penampungan kotoran, gudang pakan dan peralatan kandang. Disamping itu

harus dilengkapi dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air)

yang dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang.


3.2 Manajemen Kesehatan Ternak

Oleh : Zerry Faruq Alfath

200110150048

3.2.1 Penyakit yang Sering Muncul di PT. IMB

Kesehatan ternak merupakan hal penting dalam suatu usaha ternak, karena

kesehatan berpengaruh terhadap faktor produksi baik untuk penjualan hasil ternak

dan peningkatkan populasi. Kesehatan hewan ternak PT IMB yang bergerak

dalam bidang ternak sapi perah yang memiliki total populasi kurang lebih 102

ekor sapi perah, indukan yang baru melahirkan. Kesehatannya sudah cukup baik

karena kebersihan kandang yang selalu terjaga dengan baik, pemberian pakan

yang teratur sesuai dengan jadwal, serta pemeliharaan sapi perah yang ektensif

meliputi pemotongan kuku, tanduk ditambah adanya spesialis yang mengurus

bagian kesehatan ternak. Hal ini semua berpengaruh terhadap kenaikan populasi

dan produksi sapi perah kerena setidaknya dapat menekan kematian, walaupun

hanya sedikit yang mati. Kematian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Disebabkan oleh umur yang sudah akhir.

2. Proses kelahiran yang tidak sempurna (abortus).

Namun ada juga ternak yang terserang penyakit seperti:

1. Penyakit diare

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Escherichia coli yang menyerang sapi

pada usia 3 bulan terutama pedet yang menyusui memakai dotan dan ada

yang menyerang sapi dewasa. Pengobatan dapat dilakukan dengan

antibiotik dan sulfa yang diberikan lewat mulut dan ditambah pemberian

obat vitamin untuk perangsang nafsu makan. Pengendalian dilakukan

dengan tidak memberikan pakan dengan kadar air yang sedikit, tidak
memberikan pakan hujauan yang terlalu muda dan memiliki serat yang

tinggi.

2. Kembung (bloat)

Disebabkan oleh suhu yang terlalu dingin dan selalu berubah-ubah serta

memakan rumput yang masih berembun. Gejalanya ditandai dengan

membesarnya lambung yang berdampak langsung dengan kematian jika

tidak ada penanganan yang intensif. Pengobatan dapat dilakukan dengan

cara menempatkan kaki ternak pada tempat yang tinggi, mulut dibuka dan

sepotong kayu dimasukan melintang pada kedua ujungnya dikaitkan tali

yang dililitkan disamping kepala sampai ke belakang tanduknya agar tidak

lepas dan gas dapat segera keluar. Apabila kondisi ternak sudah terlalu

parah maka upaya pengeluaran gas dengan cara menusuk perut ternak

sebelah kiri dengan trocoar dan cannula.

3. Mastitis/ Radang Ambing

Mastitis adalah Penyakit yang sangat sering kita temui pada saat kita

beternak sapi perah. Mastitis penyakit adalah yang menyebabkan kerugian

karena hasil produksi susu akan menurun antara 10-25%. Gejala-gejala

yang di timbulkan antara lain:

 Meningkatnya suhu badan dan frekuensi pernafasan ternak

 Nafsu makan ternak akan menurun secara drastic

 Adanya perubahan air susu kambing seperti perubahan warna seperti

kekuning-kuningan dan mengandung nanah, peradangan dan dan

perubahan bentuk ambing,

 Otot ternak menjadi lemas


 Ternak sapi atau kambing mengalami dehidrasi, depresi, bisa

menyebabkan kematian

Penyebab mastitis adalah bakteri, bahan kimia, temperature atau suhu,

trauma peralatan mekanik. Tetapi yang menjadi penyebab utama pada mastitis

adalah bakteri Staphylococcus sp. Bakteri ini bisa menginfeksi karena kandang

ternak kita yang tidak bersih, saat ternak kita tidur, ambing langsung bersentuhan

langsung dengan lantai kandang. Bisa juga disebabkan lubangnya ambing yg

terbuka lebar disebabkan ternak kita sedang masa laktasi.

Umumnya mastitis bisa diobati dengan memberikan antibiotic long intra

muscular. Tetapi guna mempercepat prosese kesembuhan ternak, bisa juga dengan

menambahkan dengan memberikan antiobiotik lagsung langsung ke ambing.

Antibiotik yang umumnya dipakai yaitu antibiotic berspectrum misalnya

peniciline-streptomicine. Tetapi sekarang ini tersedia antibiotic yg khusus untk

mengobati mastitis yakni Suanovil (spiramycine).

Tahap awal yg bisa kita lakukan untuk mengobati penyakit mastitis ini

adalah dengan menyuntikkan penstrep intera mamae dgn takaran 0,8cc. Setelah

disuntikkan beberapa hari, tetapi tedak menampakkan dan menunjukan kondisi yg

baik. Kita bisa putuskan untk menggantikan obat antibiotik yg diberikan dgn

suanovil. Suanovil yang dierikan intera muscular tetapi disuntikkan dekat dengan

ambingnya, dengan takaran 1cc. sesudah diberikan dua hari, ambing yg busuk

telah mengelupas mamea.

Untuk permukaan ternak yg mengalami peradangan dan mengalami kondisi luka,

kita mesti semprotkan antiseptic seperti Gusanex. Ini kita lukakan untuk

mencegah infeksi yg lebih parah lagi dari kontaminasi bakteri yg berasal dari

lingkungan luar.
3.2.2 Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada

sapi dapat dilakukan dengan:

• Menjaga kebersihan kandang dan mengganti alas kandang.

• Mengontrol pedet sesering mungkin.

• Memberi nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium

dan mangan.

• Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, hijauan pakan yang

baru dipotong sebaiknya dilayukan terlebih dahulu sebelum diberikan.

• Menghidari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang

terkontaminasi siput dan sebelum diberikan sebaiknya di cuci dulu atau

penjemuran.

• Sanitasi yang baik.

• Tatalaksana kandang diatur dengan baik.

• Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada sapi yang sakit.


3.3 Pemberian Konsentrat Olahan Mandiri

Oleh : Akmal Ahmad Faisal

200110150294

Blakely dan Bade (1985) mengemukakan, bahwa pakan adalah bahan yang

dapat dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan hara atau

nutrisi yang penting untuk perwatan tubuh, pertumbuhan penggemukan,

reproduksi, kebuntingan serta laktasi.

Siregar (1995) menyatakan, hijauan dan konsentrat sebagai komponen

ransum sapi perah, merupakan sumber zat-zat makanan yang dibutuhkan itu dapat

terpenuhi, hijauan dan konsentrat perlu diformulasikan menjadi suatu ransum.

Dengan demikian, formulasi ransum sapi perah yang dapat memenuhi zat-zat

makanan yang dibutuhkan sapi perah.

Bahan pakan konsentrat adalah bahan pakan yang mengandung satu atau

lebih zat makanan dalam makanan dalam konsentrat tinggi yang terdiri dari bahan

pakan sumber energi, sumber protein, sumber mineral dan vitamin (Syarief,

1985). Pada PT. Insan Muda Berdikari, salah satu keunggulannya adalah

penggunan konsentrat olahan mandiri atau non-konvensional, menurut pemaparan

para pekerja di sana, ada perbedaan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan,

tentu terjadi peningkatan setelah beralih dari konsentrat konvensional ke

konsentrat olahan mandiri. Bahan-bahan pembuatan konsentrat distok dari

berbagai pihak yang notabene merupakan perusahaan agroindustri di sekitar PT.

Insan Muda Berdikari, dan melaksanakan proses pembuatan konsentrat 6 kali

dalam seminggu. Berikut formulasi konsentrat olahan PT. Insan Muda Berdikari :
Tabel 1. Tabel Komposisi Konsentrat

Komposisi Bahan Besar Kebutuhan (%)


Ampas Kecap 16.4
Kopi 12
Coklat 12
Ongok Kering 10
Singkong 15
Dedak Padi 20
Enzymax 0.14
Roti 14
Mineral 0.2
Total 99.7

1) Ampas Kecap

Ampas kecap dihasilkan dari bahan baku kedelai. Ampas ini cukup disukai

oleh ternak. Ampas kecap berasal dari kedelai dan oleh karena itu anti

nutrisi yang terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedelai hanya

konsentrasinya lebih sedikit karena telah menganlami pengolahan.

2) Kopi

Kopi di sini merupakan limbah pengolahan biji kopi yang berupa kulit

kopi

3) Coklat

Limbah pengolahan buah kakao yang dapat digunakan sebagai bahan

pakan ternak diantaranya kulit (pod) luar dan kulit biji.


4) Onggok Kering

Onggok adalah pakan sumber energi yang berasal dari sisa pengolahaan

singkong menjadi tepung tapioka, yang dikeringkan melalui proses jemur

matahari.
5) Singkong

Singkong atau ketela pohon yang digunakan merupakan kualitas yang

tidak non-top, sehingga biasanya digunakan untuk pakan ternak sebagai

campuran konsentrat.

6) Dedak Padi

Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam

memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada

waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi ketersediaannya

sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim. Pakan ini merupakan bahan

yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika disimpan melebihi

waktu tertentu. Sehingga begitu diperoleh harus segera diolah menjadi

konsentrat.

7) Roti

Kandungan nitrisi yang terkandung pada roti afkir tidak jauh berbeda

dengan roti yang belum afkir, walaupun kandungannya sudah menurun.

Berikut adalah kandungan nilai gizi dari roti afkir :


Roti sisa pasar atau dikenal dengan roti afkir dengan kandungan nutrisi

seperti tersebut di atas sudah termasuk baik bila dibandingkan dengan

jenis-jenis pakan ternak yang ada di pasaran atau bahan pakan

konvensional. Kelebihan roti sisa pasar yang lain adalah harganya murah,

sehingga diharapkan dapat menekan biaya pakan. Selain untuk menghemat

biaya pakan, pemanfaatan roti sisa pasar dapat untuk mengatasi masalah

lingkungan yang ditimbulkannya.

8) Mineral

Mineral dalam hal ini yakni Premix, merupakan imbuhan pakan (feed

additive) atau pelengkap pakan berupa vitamin, mineral dan asam amino

(feed supplement) yang pemberiannya dicampurkan dalam pakan/ air

minum. Premix sendiri mengandung arti campuran dari berbagai bahan

sumber vitamin (premix vitamin) atau sumber mineral mikro (premix

mineral) atau campuran kedua-duanya (premix vitamin-mineral).

9) Enzymax

Enzymax yang digunakan yakni Biologia en Polpo, merupakan bakteri

konsentrat yang disimpan dalam bentuk powder/serbuk. Dengan proses

pembuatan yang melekatkan bakteri pada media hidupnya sehingga

bakteri dapat tetap bertahan hidup dalam kondisi serbuk.


3.4 Ampas Tahu Sebagai Pakan Sapi Perah

Oleh :Hunatullah Muhammad Al azka

200110150209

3.4.1 Pengertian Ampas Tahu

Tahu adalah makanan yang banyak mengandung protein nabati. Tahu

merupakan salah satu bahan pangan yang mudah dijumpai dalam kehidupan kita

sehari-hari. Banyak produsen tahu di Indonesia, mulai dari tingkat usaha kecil dan

menengah hingga produsen yang berupa pabrik tahu. Fakta tersebut juga secara

tidak langsung menyebabkan surplus produksi ampas tahu atau sisa dari

pembuatan tahu. Ampas tahu belum banyak dimanfaatkan. Sebaian besar orang

menganggap ampas tahu sebagai limbah yang tidak berguna, oleh sebab itu ampas

tahu kurang mempunyai nilai ekonomis.

Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses

pembuatan tahu dari kedelai. Sedangkan yang dibuat tahu adalah cairan atau susu

kedelai yang lolos dari kain saring. Ampas Tahu dapat disebut juga sisa barang

yang telah diambil sarinya atau patinya atau limbah industri pangan yang telah

diambil sarinya melalui proses pengolahan. Menurut Shurtlef dan Aoyagi (1975)

bobot ampas tahu rata 1,12 kali bobot kedelai kering, sedangkan volumenya 1,5

sampai 2 kali volume kedelai kering.

Menurut Yustina dan Abadi (2012), ampas tahu segar dihargai Rp 300 –

500/kg dan pada penyimpanan suhu kamar lebih dari 24 jam menyebabkan

perubahan warna dan bau. Ampas tahu segar mempunyai kadar air yang tinggi (80

– 84%), sehingga menyebabkan umur simpannya pendek, biaya pengangkutan

tinggi dan daerah penggunaan terbatas. Pengeringan merupakan salah satu cara
mengatasi kadar air yang tinggi dari ampas tahu segar (Pulungan dan Rangkuti,

1984).

Jika kita mengkaji lebih lanjut, sesungguhnya ampas tahu tadi masih bisa

dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang banyak kandungan proteinya. Saat ini

belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu tadi sebagai pakan

tambahan bagi ternaknya selain konsentrat. Ampas tahu bermanfaat untuk

mempercepat proses pertumbuhan ternak (Titis, 2009). Jika dikalkulasi dari segi

ekonomi, peternak akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.

Surtleff dan Aoyagi (1979) berpendapat bahwa penggunaan ampas tahu

sangat baik digunakan sebagai ransum ternak sapi perah.

3.4.2 Kandungan Nutrisi Ampas Tahu

Pada umumnya ampas tahu digunakan untuk pakan ternak sebagai sumber

protein. Sesuai dengan pernyataan Prabowo, dkk (1993) bahwa ampas tahu

ditinjau dari komposisi kimianya dapat digunakan sebagai sumber protein.

Kualitas ampas tahu lebih tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai. Pulungan,

dkk. (1984) berpendapat bahwa ampas tahu mengandung NDF, ADF yang rendah

sedangkan presentase protein tinggi yang menunjukkan ampas tahu berkualitas

tinggi, tetapi mengandung bahan kering rendah.


Tabel 2. Nutrisi Ampas Tahu

Nutrisi Ampas Tahu

Basah(%) Kering(%)

BK 14.69 88.35

PK 2.91 23.39

SK 3.76 19.44

LK 1.39 9.96

Abu 0.58 4.58

BETN 6.05 30.48

Sumber: (Suprapti, 2005:4)

Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan

menggumpal bila bereaksi dengan asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka

akan berlangsung secara cepat dan bersamaan diseluruh bagian cairan sari kedelai,

sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan

terkumpul di dalamnya. Pengeluaran air yang terkumpul tersebut dapat dilakukan

dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan, semakin

banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah

yang disebut dengan tahu (Suprapti, 2005:4).


Tabel 3. kandungan unsur gizi dan kalori dalam kedelai, tahu, dan ampas tahu

Kadar / 100 g Bahan


No. Unsur Gizi
Kedelai Tahu Ampas Tahu

1 Energi (kal) 382 79 393

2 Air (g) 20 84.4 4.9

3 Protein (g) 30.2 7.8 17.4

4 Lemak (g) 15.6 4.6 5.9

5 Karbohidrat (g) 30.1 1.6 67.5

6 Mineral (g) 4.1 1.2 4.3

7 Kalsium (g) 196 124 19

8 Fosfor (g) 506 63 29

9 Zat Besi (mg) 6.9 0.8 4

10 Vitamin A (mg) 29 0 0

11 Vitamin B (mg) 0.93 0.06 0.2

Sumber: (Suprapti, 2005: 5)

1. Porsi Ampas Tahu

Ampas tahu diberikan kepada sapi dengan porsi yang berbeda. Pada sapi

laktasi pemberian ampas tahu diberikan sebanyak 1 karung untuk 1 sapi dalam 1

hari. Dalam 1 hari, sapi laktasi tersebut diberi makan 3 kali, pada saat pagi hari

setelah diperah, siang hari, dan sore hari setelah diperah. Ampas tahu tersebut

dicampurkan konsentrat dengan 1 karung konsentrat 1 sapi untuk 2 kali makan.

Pemberian ampas tahu untuk sapi dara berbeda dengan sapi laktasi. Untuk

sapi dara, 1 karung ampas tahu dibagikan kepada ±6 ekor sapi. Ampas tahu
tersebut dicampurkan dengan konsentrat sebanyak 2 piring untuk setiap sapi.

Dalam satu hari, sapi-sapi tersebut makan 3 kali sehari.

Hal ini sesuai dengan pendapat Paraktasi (1999) bahwa konsumsi pakan

seekor sapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks meliputi faktor

hewannya sendiri, pakan yang diberikan, dan lingkungan tempat hewan tersebut

dipelihara.
3.5 Pemberian Pakan Jerami

Oleh : Hasuri

200110150281

PT. Insan Muda Berdikari memberikan pakan utama kepada sapi-sapi

berupa ampas tahu dan ditambahkan konsentrat hasil olahan PT. Insan Muda

Berdikari itu sendiri. Ampas tahu ini dipilih karena dianggap lebih murah dan

lebih mudah didapat dibandingkan dengan pakan berupa rumput raja atau rumput

gajah dengan kualitas baik. Walaupun hanya sebagai bahan pakan alternatif,
Menurut para peternak disana, ampas tahu ini dapat meningkatkan kualitas susu

yang diproduksi.

Dibalik keunggulannya yang mengandung protein kasar yang cukup

tinggi, ampas tahu mengandung serat kasar yang cukup rendah, yaitu sekitar 4

sampai 19% tergantung dari tingkat kandungan air. Untuk mendapatkan nutrisi

serat kasar yang cukup, peternak memberikan tambahan pakan berupa jerami

padi. Jerami padi adalah tanaman padi yang telah diambil buahnya (gabahnya),

sehingga tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian serta

belum sepenuhnya dimanfaatkan karena adanya faktor teknis dan ekonomis.

Menurut Awaluddin (2010), produksi jerami padi dalam satu hektar sawah setiap

kali panen mampu menghasilkan sekitar 10-12 ton jerami (berat segar saat panen),

hal inilah yang menyebabkan mengapa jerami padi dipilih sebagai tambahan

pakan untuk memenuhi kebutuhan serat dari sapi.


Tabel 4. Komposisi Nilai Nutrisi Jerami Padi
Zat-zat Makanan Komposisi
EM (Kkal/kg) 3799,00
Bahan Kering (%) 92,00
Protein Kasar (%) 5,31
Lemak Kasar (%) 3,32
Serat Kasar (%) 32,14
BETN (%) 36,68
Abu (%) 22,25
ADF (%) 51,53
NDF (%) 73,82
Lignin (%) 8,81
Silika (%) 13

Sumber : Sarwono dan Arianto, 2003 dalam Muh. Gazali, 2014

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa jerami merupakan pakan yang

sulit dicerna, karena kandungan serat kasar yang sangat tinggi. Daya cerna rendah

disebabkan adanya struktur jaringan jerami yang sudah tua. Jaringan-jaringan

pada jerami telah mengalami proses lignifikasi (pengerasan) sehingga terbentuk

ligniselulosa dan lignohemiselulosa. Potensi energi yang tinggi tidak

termanfaatkan karena terhambat oleh ikatan lignin, silika dan kitin yang

merupakan penyebab rendahnya daya cerna.

Jerami diberikan kepada sapi yang ada di kandang pembesaran (kandang

bawah) pada siang hari pukul 11.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB.

Banyaknya jerami yang diberikan yaitu dua ikat dibagi untuk 6-7 ekor sapi dara

dan betina, dengan kata lain tidak ada penimbangan berat jerami sebelum

diberikan kepada sapi. Pemberian jerami di kandang sapi laktasi (kandang atas)

dilakukan pada saat sebelum diperah dan siang hari pada pukul 11. Selain itu

jerami tersebut juga diberikan kepada sapi tanpa adanya pengolahan atau

perlakuan terlebih dahulu. Padahal, menurut Herdoni (2011) dengan adanya


pengolahan, daya cerna jerami padi dapat ditingkatkan hingga 70% dan

kandungan proteinnya dapat mencapai 5-8%.

Berikut adalah beberapa cara perlakuan atau pengolahan jerami padi agar

menigkatkan kualitas nutrisi dan palatabilitas untuk sapi.

a. Perlakuan Fisik

Jerami padi dapat dicacah, digiling, atau dihaluskan untuk mengurangi

ukuran partikel. Perlakuan fisik pada jerami padi telah banyak diteliti dan

memiliki dampak yang bagus bagi kecernaan dan meningkatkan konsumsi pakan,

namun banyak perlakuan fisik tidak mudah untuk diaplikasikan karena

memerlukan penggunaan mesin yang mahal dan tidak menguntungkan bagi

peternak bahkan dapat merugikan. Penggunaan mesin yang lebih kecil untuk

menghaluskan jerami padi lebih mudah diaplikasikan (Sarnklong dkk, 2010).

b. Perlakuan Kimia

Penggunaan bahan kimia sering digunakan seperti alkali, asam, dan agen

oksidasi. Dari penggunaan bahan – bahan kimia, penggunaan alkali yang paling

banyak digunakan dan lebih teraplikasikan bagi para peternak. Pada dasarnya,

agen alkali ini dapat diserap dalam dinding sel dan dapat memutuskan ikatan ester

antara lignin, hemiselulosa serta selulosa dan melunakkan struktur serat. Proses

ini mengakibatkan mudahnya mikroorganisme rumen untuk mencerna

karbohidrat, meningkatkan degradasi dan palatabilitas jerami padi. Natrium

hidroksida (NaOH), amonia (NH3), dan urea adalah yang paling banyak

digunakan. Perlakuan kimia lebih gampang diaplikasikan bagi peternak karena

lebih murah, tidak memerlukan mesin, dan penggunaannya yang sederhana.

Terdapat tiga jenis perlakuan dengan mengguanakan bahan kimia, yaitu:

1) Perlakuan menggunakan NaOH


keuntungan penggunaan NaOH adalah dapat meningkatkan degradasi dan

palatabilitas dari jerami padi. Namun penggunaan NaOH dengan kadar

tinggi dapat merusak lingkungan.

2) Perlakuan menggunakan NH3

keuntungan penggunaan amonia juga dapat meningkatkan palatabilitas

jerami padi. Selain itu, penggunaan amonia dapat mnambah nitrogen dan

mencegah pertumbuhan jamur yang merugikan. Perlakuan dengan amonia

cukup efektif dalam mengurangi biaya dan meningkatkan konsumsi pakan

dari ruminansia. Namun penggunaan energi yang telah diteliti

mengungkapkan bahwa amonia menghasilkan energi yang lebih kecil

daripada NaOH. Namun secara keseluruhan, penggunaan amonia dapat

meningkatkan nilai nutrisi dengan meningkatkan palatabilitas bagi

mikroba rumen untuk mencerna pakan dan meningkatkan unsur N dalam

pertumbuhan mikroba rumen.

3) Perlakuan menggunakan urea

Jerami padi juga dapat diberi urea yang dapat memisahkan amonia setelah

bercampur dengan air. Urea merupakan bahan yang paling aman

digunakan jika dibandingkan dengan NaOH dan amonia. Selain itu, urea

juga berbentuk padat sehingga gampang dibawa dan urea gampang

ditemukan. Urea juga lebih murah daripada NaOH dan ammonia

(Sarnklong dkk, 2010).

c. Perlakuan Biologis

Perlakuan Biologis yaitu dengan menggunakan white-rot fungi. white-rot

fungi dapat memetabolisme semua sel tumbuhan khususnya selulosa,


hemiselulosa, dan lignin dengan enzim yang dihasilkan oleh white-rot fungi.

Banyak spesies white-rot fungi yang efektif digunakan untuk mendegradasi lignin

dan meningkatkan nilai nutrisi bagi ruminansia. Enzim yang dihasilkan berupa

lignin peroksida, mangan peroksida, fenol oksida, dan aril-alkohol oksidase.

Penggunaan white-rot fungi untuk meningkatkan degradabilitas dari jerami padi

sering dilakukan karena memiliki biaya murah dan dapat membantu mikroba

rumen mencerna lignin, selulosa, dan hemiselulosa (Sarnklong dkk, 2010).


3.6 Sistem Pemberian Pakan Sapi Laktasi

Oleh : Okta Via Zule

200110150093

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama magang dari

tanggal 15 sampai 18 Januari 2017 bahwa pemberian pakan untuk sapi laktasi si

lakukan setelah pemerahan selesai. Pakan untuk sapi laktasi di kandang PT. IMB

sendiri diberiakan dau kali sehari pada pagi dan sore hari dimana pakan yang

diberikan berupa ampas tahu, konsentrat dan hijauan berupa jerami padi. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh King (1978) bahwa, frekuensi pemberian pakan

biasanya berkaitan dengan frekuensi pemerahan. Peternak-peternak sapi perah

umumnya memberiakan konsentrat dua kali sehari dan diikuti dengan pemerahan

susu dua kali sehari, yaitu pagi dan siang atau sore hari. Konsentrat diberikan

sesudah pemerahan dan sebelum pemerahan. Hijuan diberiakan setelah pemberian

konsentrat.

Untuk mencapai produksi susu yang tinggi, di samping frekuensi

pemberian pakan yang lebih sering sebaiknya diikuti pula dengan frekuensi

pemerahan yang sering. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan

bahwa peningkatan frekuensi pemerahan dari dua kali sehari akan dapat

meningkatkan produksi susu sekitar 15-20% (King, 1978).

Pada pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui juga pembarian

pakan berupa ampas tahu yang dicampuri dengan konsentrat setiap jam 9.00 pagi ,

lalu diikuti pemberian hijauan 2 jam setelahnya, begitu juga dengan sore hari. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat McCullough (1973), bahwa sistem pemberian

pakan yang lebih baik dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi-sapi perah

laktasi adalah mengatur jarak antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Dalam
hubungan ini pemberian pakan dapat dilakukan dengan mendahulukan konsentrat

minimal 2 jam sebelum pemberian hijauan secara bertahap.

Pemberian konsentrat dan hijauan harus diatur dalam suatu sistem yang

mampu memberikan tingkat kecernaan bahan makanan yang lebih baik.

Pemberian konsentrat yang hampir bersamaan waktunya dengan pemberian

hijauan berakibat pada menurunnya kecernaan bahan kering dan bahan organik

pakan. Adanya hijauan dan konsentrat dalam waktu yang bersamaan dalam rumen

akan mengurangi kecernaan hijauan. Hal ini terjadi karena mikro organisme

dalam rumen mempunyai preferensi untuk mencerna konsentrat lebih dahulu

karena konsentrat lebih mudah dicerna dari pada rumput. Pemberian konsentrat

yang dilakukan 2 jam sebelum pemberian hijauan akan mengakibatkan

peningkatan kecernaan bahan kering dan bahan organik. Hal ini terjadi karena

konsentrat yang kaya akan pati sebagian besar sudah dicerna oleh mikroorganisme

rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam rumen (Hutabarat, 1970).
3.7 Manajemen Reproduksi Sapi Perah

Oleh : Monica Risnadena Priyas

200110150206

Manajemen reproduksi pada peternakan sapi perah pada PT.Insan Muda

Berdikari Cisarua lebih difokuskan pada pengaturan perkawinan.

Manajemen/pengaturan perkawinan ini meliputi beberapa aspek, yaitu identifikasi

sapi, pemeliharaan masa pedet sampai dengan dara, pengaturan perkawinan pada

saat laktasi dan metode perkawinan. Jumlah sapi yang bunting kurang dari 60%

jumlah sapi dewasa. Hal ini dimaksudkan agar produksi susu dapat dipertahankan

sepanjang waktu, sehingga tidak terjadi masa banjir susu dan masa kering.

Sebaiknya, 40-60 hari setelah beranak, sapi dikawinkan kembali. Perkawinan

sapi-sapi tersebut tidak boleh lebih dari 3 bulan setelah beranak. Sementara itu,

sapi perkawinan yang berproduksi tinggi dapat dilaksanakan sampai dengan 4

bulan masa laktasi (Sudono, 1999). Periode birahi rata-rata 21 hari sekali, tetapi

dapat pula sapi-sapi yang memiliki periode birahi bervariasi dari 17-26 hari. Lama

masa birahi ini berlangsung selama 6-36 jam dengan rata-rata 18 jam untuk sapi

betina dewasa dan 15 jam untuk sapi dara. Tanda-tanda sapi birahi harus diketahui

oleh para peternak sapi perah untuk menjamin keberhasilan setiap perkawinan,

sehingga sapi-sapinya dapat beranak setahun sekali. Kondisi ini sangat penting

untuk menjamin kelangsungan produksi susu dalam suatu peternakan sapi perah.

Reproduksi pada sapi perah FH betina ditandai dengan timbulnya berahi

pertama dan kesanggupan untuk menghasilakan sel telur, dan pada sapi jantan

ditandai dengan kemampuan berkopulasi dan menghasilkan sel sperma.

Performan reproduksi sapi perah tergantung pada gen-gen yang dimiliki ternak

dan lingkunagan. Reproduksi ternak didaerah tropis dipengaruhi oleh suhu


lingkungan, kelembapan dan pakan yang tersedia bagi ternak. pada kondisi tropis

di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu dan kelembapan yang tinggi

sangat menghambat reproduksi. Batas suhu kritis minimum sapi FH-27 sampai

29oC dan batas suhu kritis maksimum sapi FH 25-26oC. Laju reproduksi yang

rendah akan membatasi program seleksi (Agustina, 2001). Menurut Sudono

(1999), sapi-sapi dara dapat dikawinkan untuk yang pertama pada umur 15 bulan

dan ukuran tubuhnya cukup besar dengan bobot badan kurang lebih 275 kg

3.7.1 Perkawinan

Perkawinan ternak dibagi menjadi dua diantaranya adalah perkawinan

alami dan perkawinan buatan dengan bantuan manusia. Perkawinan buatan yang

sering dilakukan adalah dengan Inseminasi Buatan. Inseminasi Buatan (IB) adalah

pemasukan atau penyampaian sperma ke dalam saluran kelamin betina dengan

menggunakan alat-alat buatan manusia jadi bukan secara alami (Toelihere, 1993)

Perkawinan yang dilakukan di PT.Insan Muda Berdikari Cisarua adalah

melalui inseminasi buatan (IB) pada saat sapi tersebut menunjukkan gejala-gejala

berahi dan mencocokkan data yang ada dalam satu siklus. Pelaksanaan

perkawinan harus dilakukan pada saat berahi. Selain itu pengecekan terhadap

gangguan reproduksi juga dilakukan, jika sapi tersebut mengalami infeksi pada

bagian serviks, atau organ lainnya maka perkawinan akan ditunda.

Straw yang di gunakan diambil dari BIB (Balai Inseminasi Buatan)

Lembang. Pelaksanaan IB dilakukan oleh inseminator yang sudah menguasai

teknik inseminasi. Dimulai dari pengambilan straw dari container, pencairan

sperma dengan menggunakan air yang bersuhu 370C, memasukkan straw ke

dalam gun, perabaan serviks yang benar agar dalam menyuntikkan gun tepat dua
hingga tiga sentimeter di depan mulut serviks. Semua prosedur untuk IB

dilakukan dengan sangat hati-hati.

PT.Insan Muda Berdikari Cisarua lebih memilih perkawinan buatan melalui

IB dikarenakan metode IB dapat memperbaiki mutu genetik sapi perah serta

mengoptimalkan biaya hal ini sesuai dengan pendapat Soebadi (1980) bahwa

keuntungan inseminasi buatan (IB) yaitu untuk menghemat biaya pemeliharaan

ternak jantan, dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik. mencegah

terjadinya kawin sedarah pada sapi betina, dengan peralatan dan teknologi yang

baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama, semen beku masih

dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati,

menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik

pejantan terlalu besar, dan menghindari ternak dari penularan penyakit terutama

penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.

Pelaksanaan IB di di PT.Insan Muda Berdikari Cisarua juga pernah

mengalami kegagalan, faktor-faktor yang menjadi penyebabnya antara lain

ketidaktepatan waktu mengawinkan, keterlembatan dalam mengetahui tanda-tanda

birahi, keterampilan inseminator, kualitas semen, peralatan yang digunakan untuk

IB hal ini sesuai dengan pendapat Gumilar, dkk (2012).


3.7.2 Kebuntingan

Lama kebuntingan pada sapi perah di di PT.Insan Muda Berdikari Cisarua

adalah 9 bulan seperti kebanyakan sapi pada umumnya. Lama bunting diusahakan

tidak jauh dari 9 bulan agar siklus reproduksi sapi perah tersebut tetap baik dan

tidak berpengaruh buruk terhadap kualitas anak yang dihasilkan. Oleh karena itu

sapi perah yang sedang bunting harus diperhatikan baik dari manajemen

kesehatan, manajemen pakan, manajemen kandang dan sebagainya. Untuk

kebutuhan sapi perah bunting jelas berbeda dengan sapi perah tidak bunting. Sapi

perah yang sedang bunting akan mendapat perlakuan yang lebih untuk menjaga

calon anak yang sedang dikandung sapi induk tersebut.

Panjang pendeknya kebuntingan dipengaruhi oleh jenis sapi, jenis kelamin

anak yang dikandungnya, jumlah anak dalam kandungan dan faktor lain seperti

umur induk, musim, sifat genetik, frekuensi beranak dan letak geografis

(Salisbury dan Van Demark, 1985). Panjang pendeknya kebuntingan juga dapat

mempengaruhi variasi jarak beranak. Semakin panjang lama bunting, semakin

panjang pula jarak beranak karena lama bunting dapat mempengaruhi rata-rata

jumlah anak yang dilahirkan tiap tahun.

3.7.3 Kelahiran

Kelahiran adalah proses fisiologik dimana uterus yang bunting

mengeluarkan anak dan plasenta, melalui saluran kelahiran. Proses kelahiran

ditunjang oleh perejanan kuat dari urat daging uterus, perut dan diafragma.

Sebelum kelahiran itu terjadi telah dikenal beberapa tanda-tanda akan datangnya

kelahiran (Partodihardjo, 1982).

Pada saat terjadi proses kelahiran di PT.Insan Muda Berdikari Cisarua

ditemukan kasus kematian pada pedet yang dilahirkan oleh induk sapi perah hal
ini di duga karena posisi pedet dalam uterus induk mengalami kelainan ( distokia )

kasus ini sesuai dengan pendapat Jackson (2007) bahwa penyebab distokia

dibedakan menjadi dua yaitu, penyebab dasar dan penyebab langsung. Penyebab

langsung distokia pun terbagi menjadi dua, yakni: penyebab maternal dan fetus.

Aspek maternal yang dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk

mengeluarkan fetus akibat gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau

terputar, gangguan pada abdomen (rongga perut) yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran

panggul yang tidak memadai. Aspek fetus yang dapat mengakibatkan distokia

diantaranya defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus yang terlalu besar,

kelainan posisi fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus

yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor

pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis

kelamin fetus yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar.
3.8 Pemerahan

Oleh : Yosua Adi Nugraha

200110150251

Kualitas susu sangatlah bervariasi, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor

berdasarkan breeding, feeding, dan management, yaitu internal dan eksternal. PT.

Insan Muda Berdikari memiliki kualitas susu yang cukup baik, dinilai dari total

solid yang rata-rata melebihi angka 11. Proses pemerahan mempengaruhi kualitas

dan kuantitas produksi susu, berikut penjabarannya.

3.8.1 Frekuensi Pemerahan

PT. IMB melakukan pemerahan sebanyak dua kali dalam satu hari,

pemerahan pertama pukul tujuh pagi dan pemerahan kedua pukul satu siang,

dengan rata-rata 500 liter perhari dari 39 sapi laktasi. Saat produksi tertinggi, yaitu

60 sampai 90 hari setelah melahirkan, pemerahan dilakukan sebanyak tiga kali

dalam sehari, setelah lewat dari itu diperah dua kali sehari. Semakin sering

dilakukan pemerahan dalam satu hari maka produksi susu akan meningkat

mencapai 20% (Yapp, 1955). Menurut Sudono, dkk (2003), pada umumnya

pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari, sore dan pagi hari. Tetapi apabila

produksi susu yang dihasilkan melebihi 25 liter perhari, sebaiknya pemerahan

dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari. Menurut Bath, dkk (1978), pemerahan

sebanyak tiga kali sehari dapat meiningkatkan produktivitas sebesar 10-25% dan

jika pemerahan empat kali dalam sehari akan memberikan tambahan lagi 5-15%,

sedangkan menurut Ewing (1963), pemerahan sebanyak tiga kali dalam sehari

dengan jarak perah 8 jam, produktivitas akan meningkat sebanyak 15-20%

dibandingkan dengan dua kali perah dalam sehari.

3.8.2 Kecepatan Pemerahan


Pemerahan di PT. Insan Muda Berdikari dilakukan dengan waktu rata-rata

10 menit perekor sapi menggunakan 5 vakum pemerah otomatis, disayangkan saat

hendak memerah tanpa membasahi ambing dengan air hangat terlebih dahulu.

Pemancaran susu (Milk Let Down) dikontrol oleh hormon oxytocin yang

dihasilkan oleh kelenjar pituitari. Pengaruh hormon ini hanya sementara yaitu 5–8

menit. Oleh karena itu, pemerahan harus selesai sebelum pelepasan hormon

tersebut terhenti (Yapp, 1955). Menurut oleh Bath, dkk (1978), bahwa adanya

hormon oxytocin dalam darah akan menyebabkan kontraksi sel-sel myo-epithel

yang menyusun dinding alveoli dalam ambing. Rangsangan yang dapat

menyebabkan pembebasan hormon tersebut antara lain yaiut perabaan pada waktu

mengelap ambing dengan handuk yang dibasahi dengan air hangat kuku, adanya

pedet di depannya, kehadiran pemerah yang biasa/rutin memerah, dan bunyi-

bunyian yang biasa dibunyikan pada setiap menjelang pemerahan. Bila dilakukan

pemerahan dengan mesin perah, menurut Diggins, dkk (1969), kecepatan

pemerahan dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah alat pemerahan dengan

lamanya pemerahan sejak sapi yang pertama sampai sapi yang terakhir. Contoh,

jika digunakan dua unit mesin perah untuk 24 ekor sapi dan waktu seluruhnya

adalah 60 menit, maka pemerahan per ekor adalah lima menit.


3.9 Cara Pembuatan Yoghurt
Oleh : Lisda Nora
200110150097
3.9.1 Pengertian Yoghurt

Yoghurt merupakan salah satu produk fermentasi susu dengan bantuan

bakteri asam laktat (BAL). Menurut Astawan, yoghurt mempunyai banyak

manfaat bagi tubuh antara lain mengatur saluran pencernaan, antidiare,

antikanker, meningkatkan pertumbuhan, membantu penderita lactose intolerance

dan mengatur kadar kolesterol dalam darah. Karakteristik yoghurt seperti rasa

yang asam dan tekstur yang kental menjadikan beberapa orang tidak

menyukainya. Diperlukan adanya diversifikasi dalam pembuatan yoghurt, yaitu

dengan membuat produk yoghurt yang tidak terlalu asam dengan menghentikan

waktu fermentasi pada tingkat keasaman yang diinginkan dan tekstur yang tidak

kental (encer) sehingga mudah untuk diminum yang biasa disebut drink yoghurt

(Hidayat, 2013)

3.9.2 Proses Produksi Yoghurt Youjell


1) Bahan

Kadar
No. Nama Bahan Fungsi Sertifikasi Bahan
(%)
1 Susu Sapi Murni 92,5 Bahan Utama *alkohol tes negatif
*antibiotik negatif
*TS minimal 11%
2 Gula Putih 4,75 Pencita Rasa Legal dan terdaftar di
instansi terkait
3 Lactobacillus/ 2,5 Bahan Utama *Streptococcus
starter termopilus
*Lactobacilus
bulgaricus
4 Essen 0,25 Pencita Rasa Legal dan terdaftar di
instansi terkait
2) Bahan
No Nama Bahan Mutu
1 Susu Sapi Murn TS minimal 11%
alkohol tes negatif
alkohol tes negatif

2 Gula Putih Merk SUJ (PT. Setra Usaha Tama Jaya


3 Lactobacillus/ starter Termophilus yoghurt-Denmark
4 Essen Flavour Legal dan terdaftar di instansi terkait

3) Cara Pembuatan
1. Susu sapi murni dipasteurisasi sampai suhu 900C
2. Ditambah gula putih sebanyak 4 kg untuk 40 liter susu, pada suhu 750C
3. Susu didinginkan sampai suhunya mencapai 420
4. Setelah suhu mencapai 420C, dimasukkan bibit/starter sebanyak 1 liter
atau 5 gram serbuk
5. dimasukkan kedalam inkubasi selama 6 jam
6. dimasukkan kedalam pendingin minimal 17 jam
7. dimasukkan perasa sebanyak 100 ml untuk 40 liter yoghurt
8. sebelum pengepakan, cup ukuran 180 ml diberikan exp date selama 28
hari
9. setelah diberikan perasa dan exp. Date langsung masuk ke ruang
pengepalkan untuk di packing (40 liter yoghurt menjadi 235 cup yoghurt
ukuran 180 ml)
4) Informasi Masa Simpan
1. disimpan dalam suhu 40C dan memiliki kadaluarsa 28 hari
2. Apabila disimpan diluar pendingin dalam suhu ruangan kekuatan
yoghurt hanya bertahan selama 5 jam
3. Kode Produksi, Contoh: produksi tanggal 7 Maret 2016 exp. Date 4
Aprilm 2016
4. Produksi Yoghurt, 40 Liter yoghurt menjadi persatuan liter menjadi 6
cup yoghurt ukuran 180 ml
Berikut adalah gambar produk Es Yoghurt:

Gambar hasil pengamatan diatas menggambarkan bahwa terjadi proses

fermentasi pada susu sapi dengan menggunakan statrter Streptococcus

termopilus,dan Lactobacilus bulgaricus. Hal ini di tandai dengan adanya

perubahan tekstur dan rasa. Teksturnya berubah menjadi kental dan menggumpal

sedangkan rasanya berubah menjadi asam. Pada proses fermentasi ini bakteri-

bakteri asam laktat mengubah gula (laktosa) yang terkandung dalam susu menjadi

asam laktat dengan melibatkan kerja enzim-enzim fermentasi yang terkandung

dalam bakteri. Pembentukan asam laktat ini menyebabkan peningkatan keasaman

dan penurunan nilai pH, hal inilah yang menyebabkan rasa dari susu yang

sebelumnya hambar menjadi asam.

Fermentasi asam laktat ini sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Selain kerja enzim, proses ini juga dipengaruhi oleh temperature.

Temperature memegang peranan penting dalam fermentasi ini karena enzim yang

terkandung dalam bakteri membutuhkan temperature yang sesuai atau optimum

untuk aktifitasnya. Dalam praktikum (magang) ini temperature atau suhu yang

dipergunakan adalah suhu ruang yaitu 4˚C. Sebagaimana yang ditemukan oleh

Sunarlim dan Usmiati (dalam Hidayat, 2013) dalam penelitiannya bahwa


penambahan starter S. thermophilus, L. bulgaricus dan L. acidophilus

menunjukkan nilai pH lebih baik pada suhu inkubasi 370C.

Yoghurt memiliki banyak manfaat dalam proses pencernaan tubuh kita.

Antara lain dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menjaga kesehatan

lambung dan mencegah penyakit kanker saluran pencernaan.


3.10 Susu dan Pendistribusian Susu

Oleh : Desi Pratiwi

200110150043

3.10.1 Pengertian Susu

Susu merupakan cairan yang keluar dari ambing hewan atau manusia yang

termasuk ke dalam jenis mamalia (menyusui). Selain itu juga susu adalah cairan

yang mempunyai banyak vitamin dan zat gizi yang penting bagi tubuh. Susu juga

termasuk ke dalam makanan 4 sehat 5 sempurna.


Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah

menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah. Susu

sangat mudah rusak dan tidak tahan lama di simpan kecuali telah mengalami

perlakuan khusus. Susu segar yang dibiarkan di kandang selama beberapa waktu,

maka lemak susu akan menggumpal di permukaan berupa krim susu, kemudian

bakteri perusak susu yang bertebaran di udara kandang, yang berasal dari sapi

masuk ke dalam susu dan berkembang biak dengan cepat. Oleh bakteri, gula susu

di ubah menjadi asam yang mengakibatkan susu berubah rasa menjadi asam.

Lama kelamaan susu yang demikian itu sudah rusak. Kombinasi oleh bakteri pada

susu dapat berasal dari sapi, udara, lingkungan, manusia yang bertugas, atau

peralatan yang digunakan (Sumoprastowo, 2000).

Susu adalah cairan berwarna putih yang di sekresikan oleh kelenjar mamae

(ambing) pada binatang mamalia, cairan tersebut sebagai penambah gizi bagi

anaknya. Sebagian susu yang di konsumsi manusia adalah susu sapi. Sedangkan

nama susu ternak lain biasanya di ikuti nama ternak tersebut, misalnya susu

kerbau, susu kuda, susu unta dan lain sebagainnya. Sedangkan susu manusia di

sebut ASI atau dapat disebut juga air susu ibu. ( sediaotama, 1985 )
3.10.2 Kandungan Susu

Susu mengandung banyak gizi dan vitamin. Seperti gula yang ada di

dalam susu berbentuk laktosa. Kandungan yang lain terdapaat lemak, protein, air

dan vitamin ADEK.

Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa

senyawa terlarut. Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah, maka

protein susu bertindak sebagai emulsifier (zat pengemulsi). Kandungan air di

dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar 87,5%, dengan kandungan gula susu

(laktosa) sekitar 5%, protein sekitar 3,5%, dan lemak sekitar 3-4%. Susu juga

merupakan sumber kalsium, fosfor, dan vitamin A yang sangat baik. Mutu protein

susu sepadan nilainya dengan protein daging dan telur, dan terutama sangat kaya

akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang sangat dibutuhkan tubuh

(Widodo, 2002).

Walaupun nilai gizi susu begitu sempurna, tidak semua orang dapat

menikmati susu dengan tanpa masalah. Bagi beberapa orang, susu dapat

menyebabkan terjadinya intolerance, baik berupa lactose intolerance maupun

protein intolerance. Lactose intolerance adalah suatu keadaan tidak adanya atau

tidak cukupnya jumlah enzim laktase di dalam tubuh seseorang. Enzim laktase

adalah enzim yang bertugas untuk menguraikan gula laktosa menjadi gula-gula

yang lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Dibandingkan laktosa yang

bersifat sebagai disakarida, maka glukosa dan galaktosa merupakan monosakarida

yang dapat dicerna dan diserap oleh usus untuk proses metabolisme. Ketiadaan

enzim laktase inilah yang menyebabkan terjadinya gejala diare, murus-murus,

atau mual beberapa saat setelah minum susu (Widodo, 2002).


3.10.3 Kualitas susu yang ada di IMB

Dalam beberapa hari terakhir disana saya bersama pak tatam selaku

manajer perusahaan IMB tersebut melakukan pengetesan kualitas susu. Dalam

pengetesannya dilakukan uji alcohol, laktoscan, dan pengecekan dengan alat

seperti thermometer.

Uji Alkohol disini menggunakan alcohol 95 %. Tujuan dari pengujian ini

adalah untuk memastikan susu itu pecah atau tidak. Cara pengujiannya dengan

mencampurkan susu dengan alcohol ke dalam tabung reaksi setelah dicampurkan

lalu diputar-putar seperti angka delapan. Setelah tercampur bisa di lihat apakah

susu itu pecah atau tidak.

Uji Laktoscan adalah uji yang di lakukan untuk mengetahui kandungan

susu seperti protein, lemak, dan gula. Uji ini di sebut uji laktoscan karena alat

yang d gunakan adalah latoscan. Pada uji ini dilakukan dengan cara mengambil

susu ke dalam cup atau gelas setelah itu pasangkan pada alat uji lalu akan muncul

kandungan kandungan yang ada di dalam susu. Kualitas susu yang baik adalah

F+S nya lebih dari 12.

Uji yang terakhir adalah uji dengan alat yang seperti thermometer. Jadi

dalam alat tersebut ada skala yang berwarna merah da nada yg berwarna hijau.

Cara mengujinya sangat mudah dengan cara ambil susu ke dalam tabung ukur

sebanyak 100 ml, lalu celupkan alat tersebut dan lihat skala pada alat tersebut, jika

yang tertera pada alat tersebut berwarna hijau berarti kualitas susu tersebut bagus

dan baik.

3.10.4 Pendistribusan susu pada perusahaan IMB


Susu yang ada di IMB tidak hanya dari perusahaan IMB saja tapi ada

beberapa peternak rakyat yang menjual susunya di IMB. Susu yang dari peternak

akan di masukan ke cooling. Setelah dari cooling susu tersebut di jual langsung

atau juga bisa di bikin susu pasteurisasi atau yougrth.

Biasanya penjualan susu yang ada di perusahaan IMB ini ke de ranch, PT

Alfa, KPSBU, dan juga di jual ke masyarakat sekitar yang berjualan susu murni

atau susu rasa.


IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Perkandangan terbagi menjadi 2 bagian yaitu kandang bawah dan kandang

atas. Kandang bawah itu berisi sapi pembesaran/penggemukan sedangkan

kandang atas berisi sapi laktasi dan pedet. Peralatan di kandang atas dan

bawah hampir sama hanya saja kandang atas lebih modern di banding

kandnag bawah.

2. Kesehatan hewan ternak terutama sapi perah merupakan hal utama yang

perlu diperhatikan, mengingat usaha yang sedang dijalani bertujuan untuk

meningkatkan produksi susu dalam jumlah yang terbilang sangat besar,

apabila keadaan sapi perah kurang sehat akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan proses produksi serta akan berangsur lamanya suatu

proses kebutingan yang bertujuan untuk kenaikan populasi sapi perah.

Penyakit yang menyerang dapat dicegah melalui banyak cara, mengingat

hal lain yang harus diperhatikan adalah sanitasi kandang, pemberian pakan

dan penanggulangan penyakit secara cepat.

3. Penggunaan konsentrat olahan mandiri dengan konsentrat konvensional

menunjukkan perbedaan dalam kualitas dan kuantitas susu yang

dihasilkan, meskipun dalam laporan ini tidak dicantumkan besar kecilnya

nilai perbedaan tersebut diakibatkan kekurangan data dan tidak spesifiknya

informasi yang diperoleh di lapangan.

4. Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses

pembuatan tahu dari kedelai. Sedangkan yang dibuat tahu adalah cairan
atau susu kedelai yang lolos dari kain saring. Ampas Tahu dapat disebut

juga sisa barang yang telah diambil sarinya atau patinya atau limbah

industri pangan yang telah diambil sarinya melalui proses pengolahan.

Pada sapi laktasi pemberian ampas tahu diberikan sebanyak 1 karung

untuk 1 sapi dalam 1 hari. Dalam 1 hari, sapi laktasi tersebut diberi makan

3 kali, pada saat pagi hari setelah diperah, siang hari, dan sore hari setelah

diperah. Ampas tahu tersebut dicampurkan konsentrat dengan 1 karung

konsentrat 1 sapi untuk 2 kali makan. Pemberian ampas tahu untuk sapi

dara berbeda dengan sapi laktasi. Untuk sapi dara, 1 karung ampas tahu

dibagikan kepada ±6 ekor sapi. Ampas tahu tersebut dicampurkan dengan

konsentrat sebanyak 2 piring untuk setiap sapi. Dalam satu hari, sapi-sapi

tersebut makan 3 kali sehari.

5. Untuk mendapatkan nutrisi serat kasar, peternak IMB memberikan jerami

padi. Jerami padi diberikan pada siang hari dan sore hari sebanyak dua ikat

jerami untuk dibagikan kepada 6-7 ekor sapi. Jerami diberikan langsung

kepada sapi tanpa adanya perlakuan atau pengolahan terlebih dahulu.

Padahal, untuk meningkatkan kualitas dan tingkat palatabilitasnya jerami

padi ini harus diolah atau adanya perlakuan terlebih dahulu.

6. Pemberian pakan sapi laktasi dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari

dan sore hari setelah pemerahan. Pakan yang diberikan berupa ampas tahu

40 kg/ekor/hari, konsentrat 10 kg/ekor/hari, dan jerami padi 40

kg/ekor/hari.

7. Manajemen reproduksi pada peternakan sapi perah pada PT.Insan Muda

Berdikari Cisarua lebih difokuskan pada pengaturan perkawinan.

Manajemen/pengaturan perkawinan ini meliputi beberapa aspek, yaitu


identifikasi sapi, pemeliharaan masa pedet sampai dengan dara,

pengaturan perkawinan pada saat laktasi dan metode perkawinan. selain

perkawinan ada pula kebuntingan dan kelahiran.

8. PT. IMB melakukan pemerahan sebanyak dua kali dalam satu hari,

pemerahan pertama pukul tujuh pagi dan pemerahan kedua pukul satu

siang, dengan rata-rata 500 liter perhari dari 39 sapi laktasi. Pemerahan di

lakukan dibantu dengan mesin pemerah.

9. Terjadi fermentasi asam laktat yang dilakukan oleh bakteri Streptococcus

thermophilus, Lactobacillus bulgaricus, sehngga menghasilkann susu

fermentasi atau sering disebut yoghurt.

10. Susu merupakan cairan yang keluar dari ambing hewan atau manusia yang

termasuk ke dalam jenis mamalia (menyusui). Kualitas susu bias diuji

dengan uji alcohol,uji laktoscan dan uji berat jenis susu. Pendistribusian

susu ke de ranch, PT Alfa, KPSBU, dan juga di jual ke masyarakat sekitar

yang berjualan susu murni atau susu rasa.


Daftar Pustaka

Ahmad, Ahyar. 2014. Bioteknologi Dasar. Program Studi Kimia Jurusan Kimia
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin. Makassar

Andang, S, Indartono, 2014, teknologi pakan untuk sapi perah, Jakarta

Awaluddin. 2010. Sistem Integrasi Padi-Ternak. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan. Makassar

Bath, D.L., F.N. Dickinson, H.A. Tucker and R.D. Applemen. 1978. Dairy Cattle:

Principles, Practices,Problems, Profits. Lea & Febiger, Philadelphia.

Blakely, J. dan H. Bade, D. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi keempat . Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang Srigondono)

Blakely, J dan Bade, 1985. Ilmu Peternakan Umum, Gajah Mada, Malang

Diggins, R.V. and C.E. Bundy. 1969. Dairy Production. Prentice-Hall, Inc.,

Englewood Cliffs, New jersey.

Ewing. 1963. Poultry Nutrition. 5th Edition. The Ray Ewing Company. Pasadena,

California.

Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972. Evaluation of Cow

Type Classification Score and Its Relationship to Cow Productivity. J.

of An. Sci., 31 : 171 (Abstr)

Gazali, Muh. 2014. Kandungan Lemak Kasar, Serat Kasar dan BETN Pakan

Berbahan Jerami Padi, Daun Gamal dan Urea Mineral Molases Liquid

dengan Perlakuan Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Makassar.
Hidayat, I.R. 2013. Total Bakteri Asam Laktat, Nilai Ph Dan Sifat Organoleptik
Drink Yoghurt Dari Susu Sapi Yang Diperkaya Dengan Ekstrak Buah
Mangga. Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p 160 –
167. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj

Hutabarat, L . 1970. Pengaruh Jangka Waktu antara Pemberian Makanan

Penguat dan Rumput Terhadap Pencernaan Makanan dan Produksi Susu

Sapi Perah. Thesis Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan IPB . Bogor .

Herdoni, 2011. Pengolahan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak.

http://www.herdoniwahyono.com/2011/07/pengolahan-limbah-pertanian

untuk-pakan.html. [di akses, 14 Februari 2017]

Jackson, P, G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner Edisi ke-2. Diterjemahkan

oleh Aris Junaidi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

King, J.O .L . 1978 . An Introduction to Animal Husbandry. Jhon Willey & Sons.,

Inc ., New York .

McCullough, M,E. 1973 . Optimum Feeding of Dairy Animals for Meat and Milk.

The University of Georgia Press, Athens .

Mulyadi, A. dan Marsandi. 2007. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian

dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan

Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara, Jakarta.

Prabowo, A., D. Samaih dan M. Rangkuti. 1993. Pemanfaatan ampas tahu

sebagai makanan tambahan dalam usaha penggemukan dombapotong.

Proceeding Seminar 1983. Lembaga Kimia Nasional-LIPI,Bandung.

Pulungan, H., J.E. van Eys, dan M. Rangkuti. 1984. Penggunaan ampas tahu

sebagai makanan tambahan pada domba lepas sapih yang memperoleh

rumput lapangan. Ilmu dan Peternakan. 1(7):331-335.


Salisbury, G. W. dan N. L. Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan

Inseminasi Buatan Pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Fakultas

Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sarnklong C. dkk. 2010. Utilization of Rice Straw and Different Treatments to

Improve Its Feed Value for Ruminants : A Review. Asian-Aust. J. Anim.

Sci. Vol. 23, No. 5 : 680 - 692

Santoso, Undang. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak sapi. Penebar

Swadaya, Jakarta

Santoso, U. 2002. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Sediaotama, 1985. Pengertian Susu dan Kualitas susu. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Shurtleff, W. Dan A. Aoyagi. 1979. The Book of Tempeh. New York: Harper and

Row Publisher.

Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1975. The Book of Tofu, Food for Mankind. Ten

Speed Press, California, USA.

Siregar, S.M.S. 1995. Sapi Perah, Jenis Pemeliharaan dan Analisis Usaha.

Penebar Swadaya: Jakarta

Soebandi, P. 1981. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Soetarno, T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Laboratorium Ternak

Perah. Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Soeradji, Drh, 1978. Peternakan Umum. Yasaguna. Jakarta

Sudarmono. 1993. Kandang Ternak Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Frey,

J.K.R.,
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. IPB, Bogor.

Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B. Setiawan. 2003. Petunjuk Praktis Beternak

Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Suprapti. M. Lies, 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius. Yogyakarta.

Paraktasi, A, 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI

Press. Jakarta.

Sumoprastowo, 2000. Sapi perah dan Susu. Penerbit Mutiara,Jakarta.

Syarief, Z.M, 1985. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.


Toelihere MR, 1993. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Penerbit Angkasa,

Bandung.

Utami, Titis. 2009. Analisis Kadar Khlorida Pada Air Dan Air Limbah Dengan

Metode Argentometri. Sumatera Utara: Departemen Kimia Universitas

Sumatera Utara.

Widodo, 2002. Bioteknologi Industri Susu. Lacticia Press. Yogyakarta.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah

Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.(diterjemahkan oleh

Bambang Srigandono).

Yapp, W.W. 1955. Dairy Cattle Selection, Feeding and Management. John Wiley

& Sons, Inc., New York Campman & Hall, Limited London.

Yustina, I. dan Abadi, F. R. 2012. Potensi Tepung Dari Ampas Industri

Pengolahan Kedelai Sebagai Bahan Pangan. Teks Seminar Nasional :

Kedaulatan Pangan dan Energi. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo,

Madura.

Anda mungkin juga menyukai