Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN PEMELIHARAAN KAMBING LAKTASI

DAN KAMBING BUNTING

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Ternak Perah

Dosen Pengampu: Siti Rahmawati Zulaikhah, S.Pt.,M.P.

Oleh:

Achmad Fahrul Rizki (20200104010)

Erik Handoyo (20200104008)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKERTO

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Manajemen Pemeliharaan Kambing Laktasi dan Bunting" tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
ibu dosen Siti Rahmawati Zulaikhah, S.Pt.,M.P. Selaku dosen pengampu mata
kuliah Manajemen Ternak Perah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen Siti Rahmawati


Zulaikhah, S.Pt.,M.P. yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf atas kekurangan dan kata-kata
yang kurang berkenan, penulis sangat menerima jika ada kritik dan saran dari para
pembaca, sangatlah kami butuhkan demi perbaikan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi
penulis ataupun orang yang membacanya.

Purwokerto, 8 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................I
Kata Pengantar.........................................................................................................II
Daftar Isi.................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Manajemen Perkandangan Kambing Bunting dan Laktasi.................................3
B. Manajemen Pakan Kambing Bunting dan Laktasi..............................................5
C. Manajemen Kesehatan Kambing Bunting dan Laktasi.......................................7
D. Manajemen Pemerahan Kambing Bunting dan Laktasi......................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kambing perah merupakan jenis kambing yang dapat memproduksi


susu dengan jumlah melebihi kebutuhan anaknya. Kambing perah disebut pula
kambing bertipe dwiguna karena selain menghasilkan susu,dagingnya juga
bisa dikonsumsi. Namun, tampaknya lebih pas bila kambing perah disebut
sebagai kambing multiguna. Selain menghasilkan susu dan daging, kambing
perah juga menghasilkan anakan yang bisa dijual, kulit sebagai kerajinan,
serta menghasilkan pupuk organik dan biogas.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi susu di Indonesia
mencapai 962.676 ton pada 2021. Jumlah itu naik 1,66% dibandingkan pada
2020 yang sebesar 946,91 ribu ton. Namun produksi itu masih rendah, hanya
mencukupi 20% kebutuhan susu di Indonesia dan 80% kebutuhan susu di
Indonesia berasal dari import.
Manajemen pemeliharaan sangat mempengaruhi produktivitas induk
laktasi. Pemeliharaan yang sesuai dengan prosedur akan meningkatkan
produktivitas induk laktasi sehingga susu yang dihasilkan akan memiliki
kualitas dan kuantitas yang baik. Dalam pemeliharaan induk laktasi harus
memperhatikan manajemen perkandangan, pemeliharaan, manajemen pakan,
pencegahan penyakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas dalam


makalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Pemeliharaan Kambing Laktasi dan Bunting?

1
2. Bagaimana Manajemen Perkandangan Kambing Laktasi dan Bunting?
3. Bagaimana Manajemen Pakan Kambing Laktasi dan Bunting?
4. Bagaimana Manajemen Kesehatan Kambing Laktasi dan Bunting?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Manajemen Perkandangan Kambing Laktasi dan


Bunting
2. Untuk mengetahui Manajemen Pakan Kambing Laktasi dan Bunting
3. Untuk mengetahui Manajemen Kesehatan Kambing Laktasi dan Bunting
4. Untuk mengetahui Manajemen Pemerahan Kambing Laktasi dan Bunting

2
BAB II. PEMBAHASAN

A. Manajemen Perkandangan Kambing Bunting dan Laktasi

Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan


kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang
kelengkapan dalam suatu peternakan (Syarif dan Sumoprastowo, 1985).
Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, tidak membahayakan ternak
dan tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk. Lokasi usaha peternakan
diusahakan bukan areal yang masuk dalam daerah perluasan kota dan juga
merupakan daerah yang nyaman dan layak untuk peternakan perah (Syarif
dan harianto, 2011).
Dalam hal ini kandang memiliki fungsi sebagai berikut ini:
1. Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan
pemangsa maupun hewan penganggu.
2. Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan
aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing,
atau buang kotoran.
3. Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan
pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
4. Sebagai tindakan preventif agar supaya kambing tidak merusak
taneman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang,
serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi
kesehatan kambing.
Kandang di usahakan di bangun dilokasi yang jauh dari pemukiman
warga. Hal ini di maksudkan agar supaya kotoran yang ditimbulkan oleh
kambing tidak menganggu warga masyarakat. Dianjurkan juga lokasi
kandang sebaiknya berada di tanah yang memiliki tanaman yang rimbun . Hal

3
ini dimaksudkan agar supaya angin yang bertiup tidak terlalu kencang. Angin
yang terlalu kencang dapat menyebabkan kambing sering kembung perut.
Kandang kambing harus direncanakan dapat memenuhi syarat, seperti :
1. Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah
sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan;
2. Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang
kencang;
3. Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari
tidak sampai masuk ke dalam kandang;
4. Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa
terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori
perusahaan); tergangtung kesepakatan dengan lingkungan
masyarakat;
5. Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan
oleh masyarakat sekitar, sehinggakotoran domba tidak mencemari,
baik secara langsung maupun lewat rembesan;
6. Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan
raya, pasar, pabrik/RMU agar ketenangan ternak domba terjaga.
Kandang di usahakan berbentuk panggung, karena pada dasarnya akan
lebih mudah bagi peternak untuk melakukan pengawasan terhadap ternakan
tu sendiri. Dasar kandang di buat agak miring dengan kemiringan 60o.Dasar
kandang ini berada di bawah lantai karena kontrusi kandang di buat system
pangggung. Fungsinya agar limbah kotoran kambing dapat langsung mengalir
ke parit atau bak penampungan kambing yang disediakan di sekitar kandang.
Tujuan utama pembagunan dasar kandang yang miring adalah agar supaya
tercipta kebersihan kandang. Karena kandang yang bersih merupakan cara
pencegahan penyakit pada ternak. Bila nanti di lantai kolong kandang masih
ada kotoran kambing sebaiknya setiap hari kandang disapu atau dibersihkan
agar supaya tidak muncul bau yang dapat mengancam kesehatan ternak.
Kebutuhan ruang (ekor/cm2) Kambing/domba berdasarkan status
fisiologis ternak dan umur (bulan) ternak.

4
No. Status Fisiologis Ternak Umur Ukuran
(bulan) (Ekor/cm2)
1. Jantan dewasa > 12 100 cm x 120 cm
2. Betina dewasa > 12 100 cm x 100 cm
3. Induk menyusui + jumlah > 12 100 cm x 100 cm +
anak (0 – 3 bulan/ekor) jumlah anak x (50 cm x
100 cm)
4. Anak Sapihan 3-7 50 cm x 100 cm
5. Jantan/betina muda 7 - 12 75 cm x 100 cm
6. Jantan bakalan untuk + 12 50 cm x 120 cm
penggemukan

1. Badan yang juga punya kewenangan dalam


memberantas korupsi;
2. Menjadi pengawas bagi badan yang juga punya kewenangan dalam
memberantas korupsi;
3. Melaksanakan tugas untuk menyelidik, menyidik dan menuntut
terkait kejahatan korupsi;
4. Melaksanakan upaya-upaya guna mencegah korupsi; dan
5. Melaksanakan pengawasan kepada jalannya
kenegaraan.

B. Manajemen Pakan Kambing Bunting dan Laktasi

Hijauan pakan ternak ruminansia adalah hijauan segar dan konsentrat.


Ternak ruminansia membutuhkan serat kasar dan protein untuk memenuhi
ransum dalam pakan nya yaitu sumber serat kasar adalah hijauan segar. Oleh
Karena itu, pada kambing penggemukan di butuhkan hijauan yang lebih
banyak untuk pertumbuhan yang lebih cepat dan biaya yang minim. Hijauan
yang di butuhkan pada ternak ruminansia penggemukan bekisar antara 0,5

5
sampai 0,8 % bahan kering dari bobot badan ternak. Apabila usaha
penggemukan ternak ruminansia dalam waktu yang relatif singkat maka akan
di perlukan pemberian konsetrat yang lebih banyak dalam komponen
ransumnya. Namun, di ketahui bahwa pemberian konsentrat yang lebih dari
60 % dalam komponen ransumnya tidak akan ekonomis walaupun harga
konsentratnya murah. (Lubis, 1992).
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 –
4% bahan kering dari bobot hidup (Sianipar, et al, 2003). Hijauan merupakan
bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan.
Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan
dan Arsa, 2005). Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan
(Sugeng, 2007).
Menurut Mulyono dan Sarwono (2008) pada dasarnya kambing tidak
selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput
disukai, tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput.
Hijauan yang baik untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan
belum menghasilkan bunga karena hijauan yang masih muda memiliki
kandungan PK (protein kasar) yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh pada
musim hujan sebaiknya dilayukan atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum
digunakan untuk pakan kambing.
Kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing
sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro,
dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, putri malu, dan rerumputan.
Hijauan dari daun-daunan lebih di sukai dari pada rumput (Sarwono, 2002).
Formulasi makanan kambing sebagian besar terdiri dari makanan kasar atau
hijauan pakan. Rata-rata kambing membutuhkan makanan kasar 7 kg, yang
dapat diberikan 2 kali seharic,ompamgiit tdoanusseorre. Ada dua
alternatif formulasi makanan untuk kambing sesuai dengan cara pemeliharaan
yang dilakukan petani-ternak, yakni:
1. Formulasi makanan kambing yang di pelihara semi intensif dengan
penggembalaan.

6
2. Formulasi pakan kambing yang dipelihara intensif dengan
dikandangankan (Murtidjo, 1993)

Kondisi Jumlah Pemberian (kg/ekor)


Pertumbuhan Konsentr Ampas Rumpu Dedauna
at Tahu t n
Kambing Laktasi 0,5 3 5 2
Induk Bunting 0,25 3 5 2
Pejantan 0,5 3 6 4
Cempe > 8 bulan 0,25 1,5 2,5 2
Cempe < 8 bulan 0,1 1 1,5 1
Sumber: Data Sekunder UPT Kaligesing, Purworejo (2007)

C. Manjemen Kesehatan Kambing Bunting dan Laktasi

Pengetahuan tentang penyakit pada ternak kambing memang perlu


dikuasai oleh peternak, Banyak jenis penyakit yang sering menyerang
kambing. Meskipun kambing budidaya jarang sakit, bukan berati kambing
budidaya tidak bisa sakit. Dengan dasar pengetahuan yang dimiliki, peternak
akan mampu mengatasi penyakit yang muncul. Penyakit merupakan salah
satu hambatan yang perlu diatasi dalam usaha ternak kambing. Penyakit-
penyakit yang dijadikan prioritas untuk diatasi dalam usaha ternak kambing
adalah penyakit parasitik, terutama skabies dan parasit saluran pencernaan
(nematodiasis). Sementara itu untuk penyakit bakterial seperti anthrax,
pneumonia. Penyakit viral yang penting adalah orf, pink eye, dan penyakit
lainnya. Penyakit non infeksius yang perlu diperhatikan adalah penyakit diare
pada anak ternak, timpani (kembung rumen) dan keracunan sianida dari
tanaman (Simanjuntak dan Rasmini, 1984).

Masalah kesehatan ternak pada ternak kambing juga dapat disebabkan


oleh tidak cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Ternak kambing
tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima

7
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air yang
tidak seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti
grass tetany, milk fever, ketosis, white muscle disease. Selain itu pakan yang
kurang akan menimbulkan masalah parasit, gangguan pencernaan, kegagalan
reproduksi dan penurunan produksi pada ternak kambing (Purnomoadi,
2013). Beberapa faktor yang menyebabkan ternak sakit antara lain faktor
mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, dan faktor
lingkungan (Subronto, 2003).

Menurut Setiawan dan Tanius (2005), bahwa secara umum penyakit


kambing dibagi ke dalam empat kelompok besar berdasarkan penyebabnya,
yaitu :

1. Penyakit bakterial (disebabkan oleh bakteri);


2. Penyakit viral (disebabkan oleh virus);
3. Penyakit parasitik (disebabkan oleh parasit);
4. Penyakit metabolik (disebabkan oleh gangguan metabolisme).

Penanganan kesehatan merupakan salah satu hal yang memiliki peranan


penting dalam usaha ternak kambing. Adapun upaya yang dilakukan untuk
menjaga kesehatan ternak meliputi pemeriksaan kesehatan harian,
penanganan kesehatan hewan, pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol
ektoparasit, pemberian vaksin, pemberian obat cacing, (Simanjuntak dan
Rasmini, 1984).

D. Manajemen Pemerahan Kambing Laktasi dan Bunting

Manajemen pemerahan merupakan penggabungan dari istilah


manajemen dan istilah pemerahan. Manajemen adalah sebuah proses yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen berasal
dari kata “to manage“ yang artinya mengatur dimana hal tersebut dilakukan

8
melalui proses berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi tertentu dengan tujuan
yang diinginkan (Kristiawan et al.,2017) Pemerahan adalah tindakan
mengeluarkan susu dari ambing dengan tujuan mendapatkan produksi susu
yang maksimal dan terbagi atas 3 tahap meliputi tahap persiapan pemerahan,
pelaksanaan pemerahan dan perlakuan pasca pemerahan (Sasongko et
al.,2012). Manajemen pemerahan berarti proses pengaturan segala bentuk
pemeliharaan ternak perah khususnya pada bagian prosedural dan tatalaksana
pemerahan. Pentingnya manajemen pemerahan bagi peternak karena
manajemen pemerahan merupakan bagian dari manajemen pemeliharaan
umum ternak perah dimana salah satu faktor keberhasilan suatu peternakan
didasari oleh manajemen, sesuai dengan pendapat dari Leondro (2009) yang
menyatakan bahwa salah satu faktor keberhasilan suatu peternakan yaitu
manajemen yang baik, kualitas bibit yang mumpuni, pakan yang berkualitas,
kesehatan ternak dan faktor lingkungan. Faktor yang akan diamati yaitu
kegiatan industri secara keseluruhan dan pengelolaan sumber daya manusia
dalam menangani ternak saat diperah.
Pemerahan sendiri adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing
dengan tujuan mendapatkan produksi susu yang maksimal dan terbagi atas 3
tahap meliputi tahap persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan
perlakuan pasca pemerahan (Sasongko et al., 2012). Berdasarkan dari hal
diatas maka akan diamati yaitu prosedur pemerahan dan segala kegiatan yang
dilakukan saat proses pemerahan yang menggunakan standar Good-Milking
Practices yang dicanangkan oleh IDFA (International Dairy Farming
Association). Good-Milking Practices adalah suatu metode pemerahan yang
baik dengan memperhatikan standar kualitas nilai susu, kenyamanan dan hak
asasi ternak, serta higienisitas proses pemerahan agar menghasilkan susu
yang bermutu dan layak dikonsumsi sesuai yang dicanangkan oleh
International Dairy Farming Association (Asosiasi Peternakan Perah
Internasional) atau disingkat IDFA (Bekuma et al., 2018). Pengaplikasian
metode berguna untuk mencegah susu rusak, ternak menjadi sakit karena
mastitis dan penyakit lainya. Metode tersebut sudah dilaksanakan di negara

9
maju mancanegara, namun di Indonesia belum banyak yang melakukanya
karena berbagai faktor.

10
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan


kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang
kelengkapan dalam suatu peternakan (Syarif dan Sumoprastowo, 1985).
Lokasi kandang harus dekat dengan sumber air, tidak membahayakan ternak
dan tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk. Kandang di usahakan
berbentuk panggung, karena pada dasarnya akan lebih mudah bagi peternak
untuk melakukan pengawasan terhadap ternakan tu sendiri. Dasar kandang di
buat agak miring dengan kemiringan 60o.Dasar kandang ini berada di bawah
lantai karena kontrusi kandang di buat system pangggung. Fungsinya agar
limbah kotoran kambing dapat langsung mengalir ke parit atau bak
penampungan kambing yang disediakan di sekitar kandang. Tujuan utama
pembagunan dasar kandang yang miring adalah agar supaya tercipta
kebersihan kandang.
Hijauan pakan ternak ruminansia adalah hijauan segar dan konsentrat.
Ternak ruminansia membutuhkan serat kasar dan protein untuk memenuhi
ransum dalam pakan nya yaitu sumber serat kasar adalah hijauan segar.
Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 – 4%
bahan kering dari bobot hidup (Sianipar, et al, 2003). Hijauan merupakan
bahan pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan.
Kebutuhan hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total pakan.
Masalah kesehatan ternak pada ternak kambing juga dapat disebabkan
oleh tidak cukupnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Ternak kambing
tidak akan tumbuh maksimal bila pakan kurang baik atau kurang menerima
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air yang tidak

11
seimbang. Tidak cukupnya nutrisi dapat mengakibatkan penyakit seperti grass
tetany, milk fever, ketosis, white muscle disease. Penanganan kesehatan
merupakan salah satu hal yang memiliki peranan penting dalam usaha ternak
kambing. Adapun upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak
meliputi pemeriksaan kesehatan harian, penanganan kesehatan hewan,
pemotongan kuku, desinfeksi kandang, kontrol ektoparasit, pemberian vaksin,
pemberian obat cacing.
Manajemen pemerahan merupakan penggabungan dari istilah
manajemen dan istilah pemerahan. Manajemen adalah sebuah proses yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.Pemerahan sendiri
adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing dengan tujuan mendapatkan
produksi susu yang maksimal dan terbagi atas 3 tahap meliputi tahap
persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan perlakuan pasca pemerahan

12
Daftar Pustaka

Bekuma, Amanuel, Ulfina, and Girgo. 2018. Review on hygienic milk products
practice and occurrence of mastitis in cow's milk. Agricultural Research &
Technology: Open Access Journal, 18(2), 1-11
Formulasi makanan kambing yang dipelihara intensif dengan dikandangkan
(Murtidjo, 1993).
Kristiawan, M., D. Safitri dan R. Lestari. 2017. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish.
Leondro, H. 2009. Dasar Ternak Perah. Malang: Universitas Kanjuruhan.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat. Sumatera Selatan. Hal 435.
Mulyono, S. Dan B. Sarwono. 2007. Penggemukan Kambing Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Purnomoadi, A. 2003. Ilmu Ternak Potong & Kerja.
http://eprints.undip-.ac.id/21200/1/1061-ki-fp-05.pdf. Tanggal akses 12
Desember 2022

Sarwono, B. 2002. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sasongko, D. A., T. H. Suprayogi dan S. M. Sayuthi. 2012. Pengaruh berbagai


konsentrasi larutan kaporit (CaHOCl) untuk dipping puting susu kambing
perah terhadap total bakteri dan pH susu. Journal of Animal Agriculture.
1(2) : 93-99.
Setiawan, T. dan Tanius, A. 2005. Beternak Kambing Perah Peranakan Ettawa.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Simanjuntak dan Rasmini. 1984. Petunjuk Beternak Kambing Perah.
Direktorat Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta
Sianipar, J. L. P, Batubara, Simom P Ginting, Kiston Simanuhuk Dan Andi
Tarigan. 2003. Analisis Potensi Ekonomi Limbah Dan Hasil Ikutan
Perkebunan Kelapa Sawit Sebagai Pakan Kambing Potong. Laporan Hasil
Penelitian, Loka Penelitian Kambing Potong Sungai Putih, Sumatra Utara.

Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak Mamalia I. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Sugeng, Y. B. 2007. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

13
14

Anda mungkin juga menyukai