Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat-Nya penulis dapat menyusun laporan tentang manajemen produksi ternak non
ruminansia komoditi Itik. Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam menyelesaikan tugas praktikum manajemen produksi ternak non ruminansia.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, November 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................4
1.4 Manfaat.........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
2.1 Perkandangan..................................................................................5
2.2 Pakan.............................................................................................7
2.3 Sanitasi..........................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN............................................................................10
3.1 Identitas Responden...................................................................10
3.2 Mortalitas....................................................................................10
3.3 Perkandangan..............................................................................13
3.4 Pakan...........................................................................................16
3.5 Sanitasi........................................................................................17
3.6 Hasil Panen..................................................................................19
BAB IV PENUTUP...................................................................................20
4.1 Kesimpulan..................................................................................20
4.2 Saran...........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................21

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha dibidang peternakan merupakan suatu usaha yang sangat menjanjikan.
diantaranya seperti usaha peternakan ayam, itik, kambing, sapi, kerbau, dan sebagainya.
Namun, dalam melakukan usaha peternakan harus memperhatikan beberapa critical point
terutama dalam hal manajemen. Manajemen dalam bidang peternakan merupakan kunci
sukses dalam memulai suatu usaha, baik manajemen perkandangan, pakan dan lain
sebagainya. Hal ini dikarenakan manajemen yang baik akan menghasilkan produksi yang
optimal terutama dibidang peternakan itik.
Pada praktikum ini, memberikan ilmu mengenai manajemen untuk beternak itik
karena itik merupakan salah satu penyedia sumber protein hewani yang sehat dan
berkualitas tinggi serta peluang usaha yang menguntungkan dengan margin pendapatan
dari 20 - 200% . Itik memiliki beberapa keunggulan yaitu menghasilkan daging yang
berkualitas tinggi, tidak terlalu membutuhkan areal yang luas dalam pemeliharaannya,
dapat memanfaatkan bahan pakan dari berbagai sisa dapur dan hasil sampingan produk
pertanian, biaya produksi relatif murah dan pemeliharannya mudah. Dengan banyaknya
keunggulan terebut itik berpotensi dikembangkan dengan baik pada peternakan di
Indonesia namun dengan pengelolaan atau manajemen pemeliharaan yang baik.
Manajemen yang berkualtas akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan baik.
Manajemen pemeliharaan tersebut meliputi manajemen pada pembibitan, pakan,
kandang, reproduksi, lingkungan, penyakit dan lain sebagianya. Maka perlu
disebarluaskan teknik manajemen pemeliharaan yang baik pada ternak itik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan ini ialah bagaimana manajemen pemeliharaan
pada peternakan itik di peternakan bapak Suwastito yang meliputi manajemen
perkandangan, pakan, bibit, reproduksi, lingkungan, penyakit, sumber daya manusia serta
bagaimana peranan pemerintah untuk mengembangkan usaha peternakan itik tersebut.

1.3 Tujuan
Tujuan dari laporan ini ialah untuk mengethaui manajemen pemeliharaan pada
peternakan itik milik bapak Suwastito yang meliputi manajemen perkandangan,
pakan, bibit, reproduksi, lingkungan, penyakit, sumber daya manusia serta mengetahui
peranan pemerintah untuk mengembangkan usaha peternakan itik tersebut.

1.4 Manfaat
Dengan adanya penulisan ini, penulis dapat menambah ilmu
pengetahuan tentang manajemen pemeliharaan itik secara nyata tidak hanya teoritis, serta
dapat bermanfaat sebagai acuan pembaca apabila akan mendirikan usaha peternakan itik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkandangan
Itik merupakan jenis unggas yang dapat diternak. Beternak itik sangat mudah di
ternakan sebab itik banyak digembalakan oleh para petani. ketika selesai bertani itik di
tebar disawahnya yang telah habis dipanen guna itik dapat mencari makan dengan
sendiri. Upaya untuk beternak itik dalam jumlah banyak tetapi mempunyai lahan yang
sempit, dapat dilakukan dengan sederhana dan efisien. Terlebih telur itik sangat di
gemari oleh masyarakat umumnya, sehingga ternak itik dapat dikategorikan prospek bagi
kalangan pembisnis.
Manajemen adalah tatalaksana perkandangan. Kandang yang biasa digunakan
dalam pemeliharaan adalah kandang sistem litter. Penggunaan alas kandang akan
berpengaruh besar terhadap produktifitas unggas seperti pertambahan bobot badan dan
produksi, karena masing-masing alas kandang mempunyai kelebihan dan kekurangan
tersendiri (Muharlien, 2011)
Persiapan kandang merupakan awal dari proses pemeliharaan unggas, persiapan
kandang yang baik menentukan berhasil tidaknya dalam pemeliharaan, mengingat
kesehatan ternak juga tergantung dari kenyamanan hidupnya dalam kandang (Yunus,
2007).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan adalah
kesehatan ayam dan kondisi lingkungan yang diwujudkan dengan kondisi kandang yang
nyaman (Muharlien dkk, 2011)
Ada dua jenis pemeliharaan tipe kandang pada umumnya, (a) pemeliharaan semi
intensive adalah -ternak yang dipelihara sudah diberi kandang dan diberi makan tetapi
sewaktu-waktu dilepas untuk mencapai makan. Itik tersebut dilepas saat panen padi
ataupun saat ada tempat-tempat yang mempunyai potensi sumber pakan alami.
(b)pemeliharaan intensive adalah ternak-ternak dipelihara selalu ditempatkan di kandang
5

dan diberi makan secara terus-menerus serta sudah memperhatikan aspek-aspek teknis
pemeliharaan ternak secara ilmiah. Selain itu, dengan sistem ini sudah menggunakan
teknologi-teknologi yang dianjurkan. Perencanaan perkandangan itik pedaging dilakukan
dengan baik dan benar, sehingga keadaan lingkungan kandang yang sesuai akan [mudah
didapatkan. Beberapa hal yang perIu diperhatikan dalam perencanaan pembuatan
kandang, antara lain: temperatur kandang, kontruksi kandang, letak kandang, kepadatan
kandang serta lingkungan sekitar kandang. (Teng,et all. 2015).
Pelaksanaan biosecurity diawali dengan membersihkan kandang dengan air biasa
dengan sistem penyemprotan bertekanan tinggi, lalu menggunakan deterjen/desinfektan
dan setelah itu dibilas dengan air bersih dan pada tahap akhir pencucian kandang
menggunakan campuran larutan formalin dengan air biasa(Wahyudi, 2010).
Kepadatan kandang berpengaruh terhadap kenyamanan temak. Hal ini disebabkan
karena kepadatan kandang mempengamhi suhu dan kelembaban udara dalam kandang
dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan itik. Tingkat kepadatan
kandang itik dinyatakan dengan luas lantai kandang yang tersedia bagi setiap ekor itik
atau jumlah itik yang dipelihara pada satu satuan luas kandang. Luas kandang tergantung
kepada jumlah dan umur itik yang dipelihara. Kepadatan kandang a~ itik berumur 1-2
minggu adalah 50 ekorjm2, umur 2-3 minggu 20 ekorjm 2, umur 3-4 minggu 8-10
ekorjm2 dan umur 6-7 minggu 5-6 ekoi'j m2 . berbagai jenis dan tipe kandang bebek.
Karena berdasarkan pengalaman, masing - masing kandang tersebut memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Alangkah baiknya sebelum kita menentukan bentuk kandang
yang akan kita buat, kita tahu lebih dahulu mengenai jenis kandang bebek yang banyak
digunakan oleh para peternak (Gunoro, 2010).

2.2 Pakan

Ternak akan mengkonsumsi pakan sesuai dengan batas kemampuan biologisnya


sekalipun diberikan pakan yang berprotein tinggi. Pakan yang diberikan yakni ad libitum,
sehingga itik dengan bobot badan kecil maupun itik dengan bobot badan besar mendapat
kesempatan yang sama dalam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, pakan yang diberikan selalu dalam kondisi baik dan di ganti setiap hari. Sistem
pemberian ini menyebabkan pakan terjaga dengan baik. Konversi pakan dipengaruhi oleh
genetik, bangsa, besar tubuh, jenis kelamin, umur dan tingkat konsumsi. Pakan sebagai
tolak ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi itik menjadi jaringan
tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan adalah cara yang masih dianggap
terbaik. Semakin rendah nilai konversi pakan maka ternak tersebut semakin efisien dalam
merubah pakan menjadi jaringan tubuh (Nikmatul, 2013).
Pakan bentuk pelet lebih baik dibandingkan dengan pakan dalam bentuk tepung.
Efisiensi penggunaan pakan itik pejantan masih perlu diperbaiki melalui pendekatan
nutrisi dan manajemen pemberian pakan, misalnya dengan penetapan kebutuhan gizi itik
pejantan, bentuk pakan dan manajemen pemberian pakan seperti frekuensi dan bentuk
tempat pakan. Kebutuhan protein untuk starter dan grower masing-masing 22 dan 16%.
Hal ini berkaitan dengan kecepatan tumbuh itik (Pius, 2007).
Pertumbuhan suatu ternak dipengaruhi pula oleh konsumsi pakan. Konsumsi pakan
meningkat seiring dengan meningkatnya bobot badan. Tetapi terkadang ternak dapat
mengalami penurunan bobot badan yang disebabkan oleh konsumsi pakan yang menurun
karena kecernaan nutrien yang rendah. Probiotik merupakan pakan imbuhan berupa
mikroorganisme yang dapat hidup di saluran pencernaan, bersimbiosis dengan
mikroorganisme yang ada, bersifat menguntungkan, dapat meningkatkan pertumbuhan
dan efisiensi pakan, serta menyeimbangkan populasi mikrobia pada saluran pencernaan,
mengendalikan mikroorganisme patogen pada tubuh inang, menstimulasi imunitas inang.
Pemberian suplemen probiotik (Lactobacillus) memiliki efek positif pada berat badan
akhir sebesar 14,4 %, meningkatkan konsumsi pakan sebesar 7,7% dan mampu
memperbaiki performan ayam dan produk ternak yang aman dikonsumsi (Dian, 2013).

Kualitas pakan sangat menentukan tingkat produktivitas itik, tetapi dari hitungan
ekonomi pakan merupakan aspek dengan biaya tinggi. Sebelum memilih jenis pakan
peternak harus mempertimbangkan beberapa aspek yaitu, kebutuhan itik terhadap nutrisi
(mudah pembuataannya), kandungan nutrisi bahan baku ransum, pemberian pakan harga
murah akan memberikan keuntungan akan tetapi kualitas pakan yang diberikan
kualitasnya rendah. Pembuatan pakan dilakukan dengan mixing dengan bahan seperti
dedak, bekatul, maupun limbah lainnya (Men, 2001).
Dalam usaha peternakan itik petelur, secara umum dikenal tiga periode
perkembangan dan pertumbuhan yaitu, starter atau grower dan layer. Pada masa starter
atau umur 0-8 minggu, grower atau umur 8-24 minggu. Pada masa layer beratnya
mencapai produktivitas yang tinggi (Mohanty, 2016).

2.3 Sanitasi
Kandang dan lingkungan harus dijaga agar tetap bersih, tidak berbau dan ventilasi
diatur sedemikian rupa agar pengaturan udara berjalan dengan baik, demikian pula sinar
matahari diatur agar dapat masuk ke kandang pada pagi hari, hal ini termasuk dalam
manajemen sanitasi untuk mencegah berkembangbiaknya mikroorganisme yang dapat
menjadi sumber penyakit bagi ternak itik. Cara pengendalian penyakit yang paling efektif
yaitu dengan cara program vaksinasi secara intensif.pembersihan tempat pakan dan
minum setiap hari, pembersihan kandang dua minggu sekali dan pemberian vaksin
(Korzeniowska, 2007).Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus
yang menular dengan cara menciptakankekebalan tubuh.Vaksinasi dimaksudkan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh dari ayam agar tidak terserang penyakit yang
bersangkutan, dalam manajemen peternakan, recording atau catatan selama pemeliharan
tentang penyakit dan vaksinasi perlu dilakukan untuk membuat program
vaksinasi.Sehingga vaksinasi yang dilakukan terjadwal dan efektif dalam aplikasinya
(Zulfikar, 2013).Tindakan yang perlu dilakukan adalah desinfeksi kandang sebelum
digunakan.Kandang dibersihkan dapat pula dilabur dengan kapur yang dibubuhi NaOH
2%, formalin 1-2%, KMnO4 5% atau disinfektan lainnya (Allan et al., 2000).

Penambahan vitamin pada itik maka,Vitamin C bertindak sebagai agen pereduksi


dalam larutan cair seperti darah dan dalam sel. Suplementasi vitamin C dalam jumlah
banyak diperlukan jika tubuh dalam kondisi stres emosional atau cekaman lingkungan,
untuk mempertahankan konsentrasi asam askorbat yang normal dalam plasma darah.
Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan
normal dan pemeliharaan kehidupan , dan dengan kombinasi antara Vitamin E
mempunyai aktivitas biologis sangat penting untuk perkembangan sistem, struktur dan
fungsi syaraf yang normal, untuk integritas dan fungsi organ reproduksi, otot, sirkulasi
darah, dan kekebalan tubuh itik(Bani Purwatmoko dkk, 2013).
Permasalahan yang dijumpai dalam usahatani tanaman pangan dan hortikultura
adalah kurang suburnya lahan, sehingga sangat bergantung kepada penggunaan pupuk
kimia dan pestisida dalam dosis yang cukup tinggi.Untuk mengatasi hambatan kesuburan
tanah, dilakukan dengan memanfaatkan limbah kandang itik yang berupa feses dan sisa
pakan yang diolah sebagai pupuk organik, dalam melakukan diharapkan Penggunaan
pupuk organik tersebut mampu meningkatkan produksi padi dan menghemat biaya
penggunaan pupuk anorganik.Integrasi usahatani antara tanaman padi, peternakan itik
merupakan salah satu pilihan dalam usaha pertanian dengan waktu luang petani seharihari digunakan untuk memelihara itik,limbah kandang itik sebagai pupuk organik untuk
meningkatkan produksi padi.Limbahkandang ternak itik tersebut potensial digunakan
sebagai sumber bahan organik untuk memelihara kesuburan tanah pasir guna mendukung
produktivitas usahatani. Dalam pengolahan limbah itik ini Penggunaan kotoran ternak
secara langsung untuk pupuk tanaman akan menyebabkan tersebarnya bau kotoran dan
meningkatnya populasi lalat ,sebaiknya Teknologi pengomposan, merupakan alternatif
yang tepatuntuk mengatasi kendala ini (Niniek Kusuma Wardhani dkk, 2006).

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Identitas Responden

Nama

: Bapak Swastito

Luas Lahan

: 1500 M

Sakala Usaha : Mandiri, Dengan Jumlah Itik 2.000 Ekor

3.2 Mortalitas
Berdasarkan Hasil Investigasi Di Lapangan Dan Laporan Kematian Dari
Pengantar Sampel Itik Diperoleh Data Bahwa Rata-Rata Kematian Itik Adalah 39,3%
Dengan Prosentase Terendah 8,3% Dan Kematian Tertinggi Mencapai 100,0%. Pengujian
Laboratorium Dilakukan Di Bbvet Wates Untuk Mengetahui Agen Utama Penyakit Yang
Menyebabkan Kasus Kematian Pada Itik Beberapa Pengujian Dilakukan Antara Lain
Dengan Uji Bedah Bangkai, Rapid Test Ai, Histopatologi, Imunohistokimia. Isolasi
Virus, Konvensional Polymerase Chain Reaction (Pcr) Untuk Deteksi Nd Virus,
Realtime Reverse Transcription Pcr (Rt-Pcr) Untuk Deteksi Influenza Virus Tipe A Dan
Subtipe H5 Virus, Kultur Bakteri, Dan Uji Serologi (Titer Ai Dan Nd). Hasil Pengujian
Molekular Ini Memperkuat Dugaan Penyebab Wabah Kematian Yang Terjadi Pada Itik
Adalah Virus Ai Subtipe H5. (Wibawa dkk, 2012)
Handling Yang Digunakan Untuk Mengetahui Kualitas Telur Fertil Yang
Dihassilkan Sangatlah Penting Karena Memiliki Korelasi Positif Terhadap Pertumbuhan
Dan Kematian Itik Yang Adda Di China. Tembutu Virus Fengxian Yang Ada Di Dalam
Telur Akan Bereplikasi Di Dalam Embrio Telur Dan Mengakibatkan Embrio Di Dalam
Telur Mati Sebelum Menetas. (Yan, P., Et Al, 2011)

10

Kadar Aflatoxin Didalam Pakan Menurunkan Mutu Disamping Membahayakan


Kesehatan Itik. Itik Sangat Sensitif Terhadap Keracunan Aflatoxin Yang Dapat
Menurunkan Pertumbuhan, Produksi Telur Dan Bahkan Menyebabkan Kematian.
Aflatoxin Dapat Menyebabkan Penurunan Pertumbuhan, Fcr, Tingkat Produksi Telur
Dan Merusak Hati Itik. Tingkat Pengaruh Aflatoxin Terhadap Performan Itik Sangat
Berkaitan Dengan Jumlah Kandungan Aflatoxin Dalam Pakan Serta Tingkat Sensitivitas
Itik Terhadap Toxin Tersebut (Ketaren, P. P, 2002)
Mesin Operasional Uang Digunaka Mampumengetahui Dengan Baik Mortalitas
Dari Suatu Peternakan. Tidak Hanya Rata-Rata Mortalitass Untuk Bebrapa Spesies Tapi
Mortalitas Yang Ada Di Dalam Suatu Koloni Atau Grup. Ketika Melihat Mortalitas Dari
Suatu Kelahiran Mesin Akan Secara Otomatis Memberikan Informasi Tentang Estimasi
Dari Total Mortalitas Dengan Mesin Yang Ada Di Kanada. (Tews Et Al, 2013)
Pemebrian Pakan Akan Mempenngaruhi Produktivitas Dari Ternak Itik Karena
Produktivitas Dan Efisiensi Produksi Itik Ma Selama 24 Minggu Fase Kedua Nyata
Lebih Baik Jika Diberi Pakan Bentuk Pelet Secara Ad Libitum Sehingga Akan
Mengurangi Mortalitas Pada Ternak Yang Baru Berprooduksi Atau Menetas. (ketaren
dkk, 2002)
Selama pemeliharaan berlangsung mortalitas dari itik milik pak tito adalah 5%
hal ini masih tergolong rendah dan normal jika dibandingkan dengan kematian iti yang
biasanya terjadi karena terserang penyakit. Kematian itik sendiri mulai bisa diminimalisir
semenjak proses penetasan berlanngsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Yan P. Et
al (2011) yang menyatakan bahwa Handling Yang Digunakan Untuk Mengetahui Kualitas
Telur Fertil Yang Dihassilkan Sangatlah Penting Karena Memiliki Korelasi Positif
Terhadap Pertumbuhan Dan Kematian Itik Yang Adda Di China. Tembutu Virus Fengxian
Yang Ada Di Dalam Telur Akan Bereplikasi Di Dalam Embrio Telur Dan Mengakibatkan
Embrio Di Dalam Telur Mati Sebelum Menetas.

11

Kematian ternak itik yang terjadi pada peternakan milik pak tito rata-rata
disebabkan oleh pilek (snot) yang sering menjangkit itik-itik pak Tito selain itu belum
terjadi penyakita yang mematikan lainnya yang mampu menunrunkan produktivitas
secara drastis. Hal ini belum sesuai jika dibandingkan dengan pernyataan dari Wibawa
dkk (2012) yang menyatakan bahwa Berdasarkan Hasil Investigasi Di Lapangan Dan
Laporan Kematian Dari Pengantar Sampel Itik Diperoleh Data Bahwa Rata-Rata
Kematian Itik Adalah 39,3% Dengan Prosentase Terendah 8,3% Dan Kematian Tertinggi
Mencapai 100,0%. Pengujian Laboratorium Dilakukan Di Bbvet Wates Untuk
Mengetahui Agen Utama Penyakit Yang Menyebabkan Kasus Kematian Pada Itik
Beberapa Pengujian Dilakukan Antara Lain Dengan Uji Bedah Bangkai, Rapid Test Ai,
Histopatologi, Imunohistokimia. Isolasi Virus, Konvensional Polymerase Chain Reaction
(Pcr) Untuk Deteksi Nd Virus, Realtime Reverse Transcription Pcr (Rt-Pcr) Untuk
Deteksi Influenza Virus Tipe A Dan Subtipe H5 Virus, Kultur Bakteri, Dan Uji Serologi
(Titer Ai Dan Nd). Hasil Pengujian Molekular Ini Memperkuat Dugaan Penyebab Wabah
Kematian Yang Terjadi Pada Itik Adalah Virus Ai Subtipe H5.
Hal lain juga dipaparkan oleh Ketaren (2002) yang menyatakan bahwa Kadar
Aflatoxin Didalam Pakan Menurunkan Mutu Disamping Membahayakan Kesehatan Itik.
Itik Sangat Sensitif Terhadap Keracunan Aflatoxin Yang Dapat Menurunkan
Pertumbuhan, Produksi Telur Dan Bahkan Menyebabkan Kematian. Aflatoxin Dapat
Menyebabkan Penurunan Pertumbuhan, Fcr, Tingkat Produksi Telur Dan Merusak Hati
Itik. Tingkat Pengaruh Aflatoxin Terhadap Performan Itik Sangat Berkaitan Dengan
Jumlah Kandungan Aflatoxin Dalam Pakan Serta Tingkat Sensitivitas Itik Terhadap Toxin
Tersebut. Sementara diketahui dalam peternakan pak Tito bahwa pemberian daun pepaya
yang mengandung flafonoid sengaja diberikan pada itik dengan tidak menggunakan
takaran yang pasti dan hanya menggunakan perkiraan, sehingga sangat mungkin
bahwasanya itik tersebut mati karena keracunan dan bukan pilek namun belum disadari
oleh peternak.
Dalam peternakan milik Bapak Tito diketahui bahwa belum adanya peralatan
penunjang yang modern dan efisien dalam penggunaan sehingga masih banyak
12

menggunkan alat-alat sederhan adan tradisional untuk mengolah maupun mencampur


pakan serta untuk menghitung jumlah mortalitas dari satu flok kandang itik. Hal ini
sangat berbanding terbalik jika dibandingkan dengan pernyataan dari Tews et al (2013)
yang menyatakan bahwa mesin operasional uang digunakan mampumengetahui dengan
baik mortalitas dari suatu peternakan. Tidak hanya rata-rata mortalitass untuk bebrapa
spesies tapi mortalitas yang ada di dalam suatu koloni atau grup. Ketika melihat
mortalitas dari suatu kelahiran mesin akan secara otomatis memberikan informasi tentang
estimasi dari total mortalitas dengan mesin yang ada di kanada. Hal yang tidak kalah
penting dalam menentukan produktivitas dan mortalitas dari peternakan itik milik pak
Suwastito adalah pemebrian pakan pada ternak yang sengaja diberikan secara tidak
terbatas karena mengingat ketersediaan minum utamaya yang menggunakan sumber air
sungai langsung dam pakan yang kebanyakan tersedia dari limbah sekitar. Hal ini
diperjelas dengan pernyataan dari Ketaren dkk (2002) yang menyatakan bahwa
Pemebrian Pakan Akan Mempenngaruhi Produktivitas Dari Ternak Itik Karena
Produktivitas Dan Efisiensi Produksi Itik Ma Selama 24 Minggu Fase Kedua Nyata
Lebih Baik Jika Diberi Pakan Bentuk Pelet Secara Ad Libitum Sehingga Akan
Mengurangi Mortalitas Pada Ternak Yang Baru Berprooduksi Atau Menetas.

3.3 Perkandangan

Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa kandang adalah factor utama dalam
beternak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Prabowo (2010) bahwa Sistem
pemeliharaan umumnya dilakukan secara intensif yaitu dengan jalan mengkandangkan
ungas dan hal tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa persiapan kandang merupakan
awal dari proses pemeliharaan, persiapan kandang yang baik menentukan berhasil
tidaknya dalam pemeliharaan, mengingat kesehatan ternak juga tergantung dari
kenyamanan hidupnya dalam kandang (Yunus, 2007) dan diperkuat kembali dengan
pernyataan bahwa salah satu aspek dari manajemen adalah tatalaksana perkandangan.
Kandang yang biasa digunakan dalam pemeliharaan ayam pedaging adalah kandang
sistem litter. Penggunaan alas kandang akan berpengaruh besar terhadap produktifitas

13

unggas seperti pertambahan bobot badan dan produksi, karena masing-masing alas
kandang mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri (Muharlien, 2011)
Pensterilan tempat sangat penting juga dalam kesehatan ternak. Hal itu sesuai
dengan pernyataan bahwa persiapan terakhir adalah fumigasi kandang. Bahan yang
digunakan adalah formalin yang dicampur dengan air dengan dosis 1 : 10 lalu
disemprotkan ke seluruh bagian kandang(Yunus, 2007) hal itu diperkuat dengan
pernyataan bahwa pelaksanaan biosecurity diawali dengan membersihkan kandang
dengan air biasa dengan sistem penyemprotan bertekanan tinggi, lalu menggunakan
deterjen/desinfektan dan setelah itu dibilas dengan air bersih dan pada tahap akhir
pencucian kandang menggunakan campuran larutan formalin dengan air biasa(Wahyudi,
2010)
Cage (Kandang) dalam praktikum kali ini menggunakan dua jenis kandang. Yang
pertama adalah kandang rage dan kandang pangung. Kandang rage berfungsi sebagai
pemeliharaan itik yang masa grower dan finisher. Kandang panggung berukuran 1,5 m x
3m digunakan sebagai itik DOD, yang telah menetas hasil dari penetasa individu oleh
peternak. Gunanya adalah DOD yang dihasilkan dipisah dan lebih terlihat efektif pada
kandang panggung berukuran 1,5 m x 3m. DOD yang dihasilkan belum begitu bagus
sehingga konsumen belum teratik untuk membeli DOD yang berada pada peternak,
sehingga mereka berinisiatif mengumpulkan dan memelihara hingga masa dewasa
dengan bantuan kandang panggung berukuran 1,5 m x 3m, dengan pemeliharaan secara
intensif.
Menurut

Guntoro

(2010)

Prinsip-prinsip

masyarakat

pembangunan

yang

melibatkan warga dalam menetapkan tujuan dan strategi, untuk mengidentifikasi aset
masyarakat serta masalah, untuk bekerja di komunitas dikelola ukuran, untuk
mengembangkan strategi unik untuk setiap lingkungan, untuk memperkuat komunitas
nilai-nilai sementara membangun modal manusia dan sosial dan untuk mengembangkan
kemitraan kreatif dengan lembaga-lembaga di kota. Dengan strategi sederhana, peternak
mampu membuat strategi pemeliharaan secara intensif guna meningkantkan mobilitas
ekonomi mereka. Sehingga mereka berupaya membuat komunitas ekonomoni sebagai
salih terkait antara kebutuhan nya untuk memasarkan asil ternak mereka.
14

Adapun kandang yang dihasilkan oleh kandang panggung, mereka menbuat dua
fungsi di atas kandang panggung dan dibawah ada kolam ikan. Artinya mereka memiliki
inisiatif yang cerdas agar mampu mengurangi dampak limbah yang dihasilkan oleh DOD
ternak. Menurut Guntoro (2010) menyatakan Komunitas mengambil inisiatif dari
perspektif pemecahan masalah melemparkan nada negatif pada apa yang harus menjadi
Proses pembangunan kapasitas positif.
Menurut Malik, Gazl, Noel, Ahmad (2010) teknologi yang digunakan oleh india,
peternak yang mengalamai low-cost menggunakan metode Rice- Duck. Rice-Duck
adalah sistem produksi low-cost, metode petani organik untuk wirausaha baru. Bebek
diperbolehkan untuk mencari makan di sawah 20 hari setelah tanam padi sampai tahap
berbunga sekitar 2 bulan kemudian. Sementara bebek hijauan, mereka menghapus gulma,
makan hama yang tidak diinginkan, melembutkan tanah dengan gerakan tagihan dan kaki
mereka sehingga melepaskan nutrisi terjebak, dan kotoran mereka menyediakan pupuk
alami. Dengan mengangkat bebek di sawah, tidak ada herbisida, insektisida dan pupuk
kimia yang diperlukan, temuan berdasarkan tiga tahun penelitian. Dalam percobaan, hasil
panen padi meningkat rata-rata sebesar 20%, yang meningkat ketersediaan beras rumah
tangga oleh dua sampai delapan minggu. Bebek telur dan daging juga meningkat secara
signifikan asupan protein rumah tangga; telur surplus dan itik dijual di pasar uang tunai.
Berikut gambar perkandangan yang berada di Peternakan Bapak Suwastito

Gambar 1. Perkandangan sistem litter


15

3.4 Pakan

Konsumsi pakan merupakan kemampuan ternak dalam mengkonsumsi pakan,


konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain besar tubuh, bentuk pakan,
jenis kelamin, aktivitas sehari-hari, temperature lingkungan, serta kuantitas dan kualitas
pakan yang diberikan. Menurut pendapat Men (2012), kualitas pakan sangat menentukan
tingkat produktivitas itik, tetapi dari hitungan ekonomi pakan merupakan aspek dengan
biaya tinggi, peternak harus mempertimbangkan beberapa aspek yaitu, kebutuhan itik
terhadap nutrisi (mudah pembuataannya), kandungan nutrisi bahan baku ransum,
pemberian pakan harga murah akan memberikan keuntungan akan tetapi kualitas pakan
yang diberikan kualitasnya rendah. Hal ini sependapat dengan apa yang dilakukan
peternakan Bapak Suwastito bahwa kualitas pakan sangat menentukan tingkat
produktivitas itiknya maka peternak harus mempertimbangkan akan kandungan nutrisi
yang dibutuhkan ternak serta memperhatikan nilai ekonomisnya.
Pada praktikum yang telah dilakukan peternak mengatakan bahwa konsumsi
pakan pada itik akan meningkat seiring peningkatan bobot badan. Bobot badan tinggi
maka konsumsi pakannya juga bertambah sebaliknya apabila bonot badan rendah maka
konsumsi pakan juga rendah. Hal ini sama dengan pendapat Dian (2013), pertumbuhan
suatu ternak dipengaruhi pula oleh konsumsi pakan yang meningkat seiring dengan
meningkatnya bobot badan. Pada praktikum yang telah dilakukan, untuk meningkatkan
produktivitas maka diperlukan pakan dengan kandungan nutrisi yang bagus. Pakan yang
diberikan yaitu campuran dari beberapa bahan baku yaitu bekatul, tepung cabby, tepung
snack dan broiler starter buatan pabrik. Pakan diberikan dalam pellet dengan alasan lebih
efisien dan lebih baik dibandingkan dicampur biasa. Hal ini sama dengan pendapat Pius
(2007), pakan bentuk pelet lebih baik dibandingkan dengan pakan dalam bentuk tepung.
Pada usaha peternakan Bapak Suwastito ada periode perkembangan dan pertumbuhan itik
meliputi, starter, grower dan layer. Hal ini sependapat dengan Mohanty (2016), tiga
periode perkembangan dan pertumbuhan masa starter atau umur 0-8 minggu, grower
atau umur 8-24 minggu, masa layer beratnya mencapai produktivitas yang tinggi.
16

Pemberian pakan yang dilakukan pada peternakan Bapak Suwastito dengan cara ad
libitum dimana pakan diberikan secara terus menerus. Pemberian pakan secara ad libitum
dengan alasan lebih efisien dan cara ini diterapkan agar semua itik mendapatkan pakan
untuk meningkatkan pertumbuhannya. Hal, sama dengan pendapat Nikmatul (2013),
pakan yang diberikan ad libitum, sehingga itik dengan bobot badan kecil maupun itik
dengan bobot badan besar mendapat kesempatan yang sama dalam mengkonsumsi pakan
untuk memenuhi kebutuhannya, selain itu pakan yang diberikan selalu dalam kondisi
baik dan di ganti setiap hari. Sistem pemberian ini menyebabkan pakan terjaga dengan
baik. Pakan itik dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2 Pakan itik


3.5 Sanitasi
Upaya pencegahan dengan memperhatikan sanitasi dan higiene lingkungan serta
tatalaksana kesehatan hewan sangatlah penting dan merupakan prosedur umum yang
sering dilakukan untuk menghindari wabah penyakit.Pencatatan (recording) mengenai
vaksinasi, status penyakit yang pernah diderita, pencegahan dan pengobatan penyakit
tidak dilakukan dipeternakan milik Bapak Tito.Sedangkan menurut pendapat Zulfikar
(2013), dalam manajemen peternakan, recording atau catatan selama pemeliharan tentang
penyakit dan vaksinasi perlu dilakukan untuk membuat program vaksinasi.Sehingga
vaksinasi yang dilakukan terjadwal dan efektif dalam aplikasinya.Selain itu itik yang
dipelihara dipeternakan Bapak Tito tidak diberikan vaksin atau tidak dilakukan program
vaksin. Padahal menurut pendapat Korzeniowska, et.,al (2007), cara pengendalian
penyakit yang paling efektif yaitu dengan cara program vaksinasi secara
17

intensif.pembersihan tempat pakan dan minum setiap hari, pembersihan kandang dua
minggu sekali dan pemberian vaksin.Sependapat dengan Zulfikar (2013), vaksinasi
dimaksudkan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dari ayam agar tidak terserang
penyakit yang bersangkutan.Pembersihan kandang peternakan milik Bapak Tito
dilakukan setiap kali panen dengan menggunakan desinfektan dan kapur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Coufal, et.,al (2003), tindakan yang perlu dilakukan adalah desinfeksi
kandang sebelum digunakan. Kandang dibersihkan dapat pula dilabur dengan kapur yang
dibubuhi NaOH 2%, formalin 1-2%, KMnO4 5% atau disinfektan lainnya.
Berdasarkan hasil observasi serta wawancara dengan bapak suastito yang
bertempat didesa Jl.Trunojoyo no.10 Junrejo Batu, Bapak suastito memiliki peternakan
itik pedaging 2000 ekor dan itik petelur 500 ekor. Program sanitasi peternakan itik milik
bapak Suastito ini dengan diberikan vitamin C dan antibiotik (starter saja) selama 3 hari
berturut- turut. Hal ini sesuai Pendapat (Bani Purwatmoko dkk, 2013) bahwa dengan
penambahan vitamin pada itik maka,Vitamin C bertindak sebagai agen pereduksi dalam
larutan cair seperti darah dan dalam sel. Suplementasi vitamin C dalam jumlah banyak
diperlukan jika tubuh dalam kondisi stres emosional atau cekaman lingkungan, untuk
mempertahankan konsentrasi asam askorbat yang normal dalam plasma darah. Vitamin
adalah senyawa organik yang diperlukan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan normal
dan pemeliharaan kehidupan , dan dengan kombinasi antara Vitamin E mempunyai
aktivitas biologis sangat penting untuk perkembangan sistem, struktur dan fungsi syaraf
yang normal, untuk integritas dan fungsi organ reproduksi, otot, sirkulasi darah, dan
kekebalan tubuh itik.
Bapak suastito dalam melaksanakan penanganan limbah kotoran ternaknya yaitu
untuk pupuk pertanian.Hal ini sejalan dengan pendapat (Niniek Kusuma Wardhani dkk,
2006) bahwa Permasalahan yang dijumpai dalam usahatani tanaman pangan dan
hortikultura adalah kurang suburnya lahan, sehingga sangat bergantung kepada
penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam dosis yang cukup tinggi.Untuk mengatasi
hambatan kesuburan tanah, dilakukan dengan memanfaatkan limbah kandang itik yang
berupa feses dan sisa pakan yang diolah sebagai pupuk organik, dalam melakukan
diharapkan Penggunaan pupuk organik tersebut mampu meningkatkan produksi padi dan
18

menghemat biaya penggunaan pupuk anorganik.Integrasi usahatani antara tanaman padi,


peternakan itik merupakan salah satu pilihan dalam usaha pertanian dengan waktu luang
petani sehari-hari digunakan untuk memelihara itik,limbah kandang itik sebagai pupuk
organik untuk meningkatkan produksi padi.Limbahkandang ternak itik tersebut potensial
digunakan sebagai sumber bahan organik untuk memelihara kesuburan tanah pasir guna
mendukung produktivitas usahatani. Dalam pengolahan limbah itik ini Penggunaan
kotoran ternak secara langsung untuk pupuk tanaman akan menyebabkan tersebarnya bau
kotoran dan meningkatnya populasi lalat ,sebaiknya Teknologi pengomposan, merupakan
alternatif yang tepatuntuk mengatasi kendala ini. Berikut gambar 3 tentang sanitasi

Gambar 3 Sanitasi kandang dan pemanfaatan limbah untuk ikan lele

3.6 Hasil Panen


Jumlah itik yang dipanen tidak dapat dipastikan karena jumlah itik yang masuk
untuk dipelihara setiap periodenya tidak sama, selain itu jumlah kematian yang tidak
sama untuk setiap periodenya juga ikut mempengaruhi jumlah ternak itik yang akan
dipanen untuk setiap periode pemeliharaan. Ternak yang dipanen pada peternakan milik
Bapak Tito yakni, untuk itik pedaging dipanen jika sudah berumur 40 hari sedangkan
untuk telur itik dilakukan setiap hari (koleksi telur) dengan jumlah telur yang dipanen
sebesar 70% dari populasi itik petelur yang dipelihara. Bobot rata-rata itik pedaging yang
dapat dipanen setelah berumur 40 hari sekitar 1,3 kg per ekor.

19

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kunjugan yang telah dilakukan di Paternakan Itik Pak Suwastito dapat
disimpulkan bahwa peternakan itik ini sudah memenuhi standar yang baik untuk
menciptakan suatu peternakan yang berkelanjutan dan dapat menjadi komoditas utama
yang ada di Kecamatan Junrejo. Melihat potensi Usaha ternak Itik di Peternakan Itik Pak
Suwastito yang mempunyai kemampuan tinggi dalam menghasilkan telur dan itik potong,
maka usaha ini diharapkan mampu menopang kehidupan masyarakat di Kecamatan
Junrejo dan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.

4.2 Saran
Kekurangan yang ada di Peternakan ini adalah pada biosecurity yang bersifat
tradisonal, sebaiknya hal-hal seperti ini dapat diperhatikan secara serius agar nantinya itik
tersebut tidak mudah terserang penyakit dan tidak membahayakan kesehatan bagi
manusia.

20

DAFTAR PUSTAKA

Coufal, C.D., Chavez, C., Knape, K.D and Carey, J.B. 2003. Evaluation of a Method
of Ultraviolet Light Sanitation of Broiler Hatching Eggs. Poultry Science 82:754
759.
Dian Agustina dkk. 2013. Pertumbuhan Dan Konsumsi Pakan Pada Berbagai Jenis Itik
Lokal Betina Yang Pakannya Di Suplementasi Probiotik. Jurnal Ilmiah Peternakan
1(2): 691 698.
Guntoro, B. 2010. Community Development Plan: Rural Livestock, Agriculture and
Livelihood In Indonesia. Journal For Geography. Vol. 5-2:109-119
Ketaren, P. P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur Dan Pedaging. Wartazoa. 12 (2):37-47
Ketaren , P.P. Dan L.H. Prasetyo. 2002 . Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas Terhadap
Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (Ma): 2. Masa Bertelur Fase Kedua
Umur 44-67 Minggu. Jitv Vol. 7. No. 2.: 76-84
Korzeniowska, A. C., Tymczyna, L.,Skrska, C., Sitkowska, J.,Cholewa, G and
Dutkiewicz, J. 2007. Efficacy of anovelbiofilter inhatcherysanitation: Removal of
airbonebacteria, dust andendotoxin. Ann Agric Environ Med. 14: 141-150.
Malik, A.K., Gazi J.U.A., Noel P.A., Ahmad S. 2010. Integrated Rice-Duck. Innovations
In Rural Extension. Hal : 143-155.
Men, B., X,. et. all. 2001. Use of Duckweed as Protein Suplement or Growing Ducks.
Anim. Sci Vol 14, No. 12 : 12-17.
Mohanty, et. all. 2016. Effect of feeding different levels of proteins on growth, feed
consumption and mortality in growing khaki Campbell duck. J Agric Vet Sci.,
3(1):58-61.
Muharlien, Achmanu, R.Rachmawati. 2011. Meningkatkan produksi ayam pedaging
melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. J. Ternak
tropika vol. 12, no.1: 38-45, 2011

21

Muharlien, Achmanu, R.Rachmawati. 2011. Meningkatkan produksi ayam pedaging


melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur sebagai litter. J. Ternak
tropika vol. 12, no.1: 38-45, 2011
Nikmatul, A., dkk. 2013. Tingkat Pertumbuhan Dan Konversi Pakan Pada Berbagai Itik
Lokal Jantan (Anas Plathyrhinchos) Dan Itik Manila Jantan (Cairrina
Moschata). Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 718 725.
Pius, P., K. 2007. Peran Itik Sebagai Penghasil Telur Dan Daging Nasional Wartazoa
Vol. 17 No. 3 : 117-124.
Purwatmoko.B. Iriyanti. N dan Indrasanti. D. 2013 . Suplementasi Vitamin C Dan E Pada
Pakan Itik Manila Terhadap Jumlah Sel Darah Merah Dan Kadar Hemoglobin.
Jurnal Ilmiah Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman.
Purwokerto.
Tews J, Daniel G. B., And Pierre M. 2013. Estimated Mortality Of Selected Migratory
Bird Species From Mowing And Other Mechanical Operations In Canadian
Agriculture Estimation De La Mortalit Aviaire Par Le Fauchage Et Dautres
Oprations Mcanises Utilises En Agriculture Au Canada. Research Paper
Canada Agriculture. 8(2):8
Wahyudi, Wirawan A A; H, dan Nahri Idris. 2010. Evaluasi adopsi teknologi peternakan
ayam broiler di Kecamatan sungai gelam kabupaten muaro jambi. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora. Volume 12, Nomor 2, Hal. 2328
Wardhani, N.K. Musofie.A dan Winarti.E.2006. Pemanfaatan Limbah Kandang Itik
Sebagai Pupuk Untuk Tanaman Padi Di Lahan Pantai Daerah Istimewa
Yogyakarta.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Wibawa, H., Walujo, B.P., Niluh, P.I.D., Sri, H. I.,Yuli, M., Anieka R., Ernes A.,
Romlah, Rosmalina S. D. D., Dan Kiki S. 2012. Investigasi Wabah Penyakit Pada
Itik Di Jawa Tengah, Yogyakarta, Dan Jawa Timur : Identifikasi Sebuah Clade
Baru Virus Avian Influenza Subtipe H5n1 Di Indonesia. Buletin Lab. Veteriner.
12(4):1-9
Yan, P.,Youshu Z., Xu Z., Dawei X., Xiaoguang D., Qiaoyang T., Liping Y., Jiewen Z.,
Xiwen J., 2011. An Infectious Disease Of Ducks Caused By A Newly Emerged
Tembusu Virus Strain In Mainland China. Virology : 1-8
22

Yunus, Muhammad; M A Saade; K Ekasari Z. 2007. Analisis Usaha Peternakan Ayam


Broiler (Studi Kasus pada Usaha Peternakan Ayam Broiler di Kelurahan
Borongloe, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa). Jurnal
Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1
Zulfikar. 2013. Manajemen pemeliharaan ayam petelur ras. Jurnal Lentera. 13(1): 1-11.

23

Anda mungkin juga menyukai