Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENALAN TERNAK RUMINANSIA KECIL

OLEH :

ANDI MUH AKRAM DZULQAIDAH


05.03.18.1512
06

PENYULUHAN PETERNAKAN & KESEJAHTERAAN


HEWAN
JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA


KEMENTRIAN PERTANIAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatanLaporan pengenalan ternak ruminansia
kecil dapat tersusun, sebagai salah satu tugas mata kuliah ternak ruminansia kecil.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Watampone , 15 November 2020

PENULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………...…………………….1

DAFTAR ISI…………………………………………...…………...…………….2

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3


A. Latar belakang ..................................................................................................3
B. Tujuan ................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5


A. Kambing Kacang ...............................................................................................5
B. Kambing Peranakan Ettawah ..........................................................................5
C. Kambing Jawa Randu ......................................................................................6
D. Kambing Boer....................................................................................................6
D. Kambing Sannen ...............................................................................................6

BAB III METODOLOGI ......................................................................................7


A. Waktu Dan Tempat...........................................................................................7
B. Alat Dan Bahan .................................................................................................7
C. Prosedur Kerja ..................................................................................................7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................8


A. Hasil ....................................................................................................................8
B. Pembahasan .....................................................................................................11

BAB V PENUTUP ................................................................................................16


A. Kesimpulan ......................................................................................................16
B. Saran .................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...17

LAMPIRAN………………………………………………………………..……18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ternak kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang merupakan


Plasma Nutfah dan dapat menghasilkan daging, susu, kulit, bulu, dan kotoran.
Ternak ini cukup dikenal oleh masyarakat dan memegang peranan penting dalam
perekonomian masyarakat pedesaan karena pada umumnya usaha pemeliharaan
ternak kambing dilakukan di daerah pedesaan dan tidak dapat dipisahkan dari usaha
tani di Indonesia.

Kambing Kacang adalah salah satu kambing Lokal di Indonesia yang cukup
potensial untuk dikembangkan karena memiliki kelebihan, antara lain mudah
beradaptasi dengan lingkungan, pemeliharaan mudah karena dapat dipelihara di
berbagai daerah, cepat dewasa kelamin, tidak memerlukan lahan yang luas,
kebutuhan modal lebih rendah dibandingkan ternak ruminansia besar seperti sapi
dan kerbau.

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia penghasil daging


yang cukup potensial. Kambing dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan
industri yang tidak dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan pakan. Makanan utama
ternak kambing adalah hijauan berupa rumput lapangan. Hijauan merupakan
sumber energi dan vitamin yang baik, namun kandungan protein kasarnya relatif
rendah dibanding dengan bahan pakan biji- bijian, misalnya kacang kedelai dan
jagung.

Kemampuan seekor ternak mengkonsumsi pakan tergantung pada hijauan,


temperatur lingkungan, ukuran tubuh ternak dan keadaan fisiologi ternak.
Konsumsi makanan akan bertambah jika aliran makanan cepat tercerna atau jika
diberikan makanan yang berdaya cerna tinggi. Penambahan makanan penguat atau
konsentrat ke dalam pakan ternak juga dapat meningkatkan palatabilitas pakan yang
dikonsumsi dan pertambahan berat badan (Anggorodi, 1990).

Konsentrat adalah makanan yang serat kasarnya rendah, banyak


mengandung BETN dan sangat mudah dicerna (Tillman dkk., 1991). Konsentrat
umumnya mengandung bahan kering dan zat-zat makanan seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin-vitamin. Pemberian konsentrat tergantung
pada mutu hijauan yang diberikan. Makin tinggi kualitas hijauan, makin sedikit zat-
zat makanan yang disuplai dari konsentrat (Morrison, 1981), olehnya kenaikan
produktifitas ternak kemungkinan hanya dapat dilakukan dengan pemberian
konsentrat yang bermutu tinggi.

3
Untuk meningkatkan bobot badan pada ternak kambing, pemberian pakannya
sebaiknya dimulai pada pagi hari yaitu mulai pukul 08.00 ± 14.00. Hal ini dilakukan
karena pada pagi hari ternak mendapat kesempatan yang banyak pula untuk
mengunyah makanan tersebut. Semakin banyak waktu yang diberikan kepada
ternak kambing untuk mengkonsumsi pakan, maka akan menghasilkan bobot badan
yang lebih optimal.

B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengedentifikasi dan membedakan jenis dan bangsa


ternak kecil
2. Mahasiswa mampu menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan ternak
kecil

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah
dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas
yang cukup tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak
penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara
umum memiliki beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam
kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak
dan prolifik (beranak banyak). Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo
Aartiodactyla, Sub Ordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra (Devendra
dan Burn, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993), kambing peliharaan
terdiri atas lima spesies yaitu Capra ibex, Capra Hircus, Capra Caucasica, Capra
Pyrenaica, dan Capra Falconeri.

a. Kambing Kacang

Kambing Kacang adalah kambing yang berasal dari Indonesia yang banyak
dipelihara oleh masyarakat. Narasasmita (1979) menyatakan bahwa kambing
Kacang merupakan kambing asli Indonesia yang mempunyai bobot hidup lebih
kecil dibandingkan dengan kambing jenis lainnya. Kambing Kacang memiliki
keunggulan, mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat dan angka
reproduksinya cukup baik. Dagingnya pun cukup disenangi oleh masyarakat
dan banyak dipakai atau dikonsumsi dalam upacara adat, agama, kenduri dan
lain-lain. Susilawati (2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa kambing Kacang
yang mempunyai berat badan 20-30 kg ini mempunyai fertilitas tinggi sehingga
anak yang dilahirkan berkisar 1-4 ekor per kelahiran, merupakan tipe pedaging
dan mampu beradaptasi dilingkungan yang jelek. Kambing Kacang yang
memiliki potensi genetik yang baik ini, dapat ditingkatkan produktivitasnya
dengan beberapa jenis kambing pedaging unggul lainnya.

b. Kambing Peranakan Ettawah

Kambing PE merupakan hasil persilangan pejantan Ettawah dengan


kambing Kacang sebagai upaya peningkatan produktivitas ternak lokal.
Susilawati (2008) juga menjelaskan bahwa kambing PE di Indonesia nenek
moyangnya berasal dari india yaitu kambing ettawah. Kambing ini merupakan
jenis kambing perah dan dapat pula menghasilkan daging. Kambing PE
termasuk kambing yang prolifik (subur) dengan menghasilkan anak 1-3 ekor
per kelahiran, dengan berat badan antara 35-45 kg pada betina, sedangkan pada
kambing jantan berkisar antara 40- 60 kg tergantung dari kualitas bibit dan
manajemen pemeliharaannya.

5
c. Kambing Jawa Randu

Kambing jawa randu merupakan persilangan dari kambing peranakan etawa


dengan kambing kacang. Dilihat dari bentuknya, jenis kambing ini lebih
menyerupai kambing kacang namun ukuran tubuhnya sedikit lebih besar.
Demikian juga dengan perilakunya, lebih mirip kambing kacang yang suka
berkeliaran atau digembalakan. Hanya saja kambing jawa randu bisa menyantap
hijauan tidak hanya rumput-rumputan.
Meski tak sebesar dan segagah kambing peranakan etawa, kambing jawa
randu juga bisa menghasilkan susu hingga 1,5 liter per hari. Perkembangan
kambing jawa randu lebih cepat dari kambing kacang. Kambing jantan dan
betina bisa mencapai bobot hingga 40 kg. Kambing ini banyak dibudidayakan
sebagai hewan kurban atau akikah.

d. Kambing Boer

Sebagaimana namanya kambing boer berasal dari Afrika Selatan. Kambing


ini merupakan jenis kambing pedaging unggul. Pertumbuhannya sangat cepat
untuk ukuran kambing. Menginjak usia 3 bulan sudah bisa mencapai bobot 35-
45 kg. Kambing jantan dewasa yang berumur 2-3 tahun bisa mencapai bobot
hingga 150 kg, sedangkan betinanya 90 kg.
Ciri-ciri kambing boer mudah dikenali. Badannya lebar dan panjang dengan
kaki yang pendek. Bulunya dominan putih, pada bagian kepala berwarna coklat
muda hingga coklat. Hidungnya cembung dengan telinga yang panjang
menggantung ke bawah.

e. Kambing Saanen

Kambing saanen berasal dari Swiss, terkenal sebagai jenis kambing


penghasil susu yang handal. Produksi susunya bisa mencapai 740 kg selama
masa laktasi. Namun kurang bisa beradaptasi dengan iklim tropis seperti
Indonesia. Budidaya jenis kambing ni di Indonesia biasanya disilangkan dengan
kambing lain yang lebih tahan terhadap iklim tropis.

6
BAB III

METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat

Pelaksanaan praktikum Pengenalan ternak ruminansia kecil di lakukan di


kabupaten Bone pada tanggal 13 November 2020.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah ATK dan kamera.

C. Prosedur Kerja

Lakukanlah pengamatan dan identifikasi mengenai jenis kambing atau domba


di lokasi peternakan terdekat.

1. Berikan penjelasan (dokumentasi, nama ilmiah, jenis ternak, ciri-ciri, dan


umur) terkait ternak kambing atau domba yang praktikan temukan di
lingkungan tempat tinggal terdekat, kerjakan dalam bentuk laporan lengkap
sesuai dengan Format Laporan yang tertera di akhir Petunjuk Praktikum ini.
2. Laporan lengkap dikirim ke dalam smart campus, paling lambat 1 minggu
setelah dimulainya praktikum .

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

• Kambing Boerka

Kambing boerka merupakan genotipe baru hasil persilangan


antara kambing lokal dan kambing boer yang memliki
reproduktivitas, kapasitas bobot daging tinggi dan mudah
beradaptasi dengan kondisi tropis di Indonesia. Reproduktivitas
kambing boerka berasal dari kambing lokal ( kambing kacang),
bobot daging berasal dari kambing Boer. Kambing ini berpotensi
untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor yang menuntut spesifikasi
bobot tubuh yang sulit dicapai oleh jenis kambing lokal.

Kambing Boerka memiliki ciri warna bulu coklat atau hitam


pada bagian kepala sampai leher dan warna dominan putih pada
bagian badan sampai kaki. Bobot lahir Boerka sekitar 2,6--2,8 kg,
lebih tinggi dari bobot lahir kambing kacang yang berkisar antara
1,6--1,8 kg. Bobot sapih Boerka antara 10--12 kg, sementara
Kambing Kacang hanya 6--8 kg.

8
• Kambing Marica

Kambing marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing


Kacang.Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan
merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang
menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir
punah (endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di
sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng
dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica
punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-
ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat
rendah.
Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau
walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah
tanah berbatu-batu.Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah
telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing
kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.

9
• Kambing kacang

Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia,


memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat
serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang
jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
Karakteristik:

a. Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.


b. telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan.
c. pada umumnya memiliki warna bulu tungga yakni: putih, hitam dan
coklat, serta adakalnya campuran dari ketiganya.
d. kambing jantan maupun betina meiliki tanduk.
e. Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 Kg, serta betina
dewasa mencapai 25 Kg.
f. memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan
dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang
garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.

10
B. Pembahasan

Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran


sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies
kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah “Bulan
sabit yang subur” dan Turki) dan Eropa. Kambing liar jantan maupun betina
memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih
besar. Umumnya, kambing mempunyai janggut, dahi cembung, ekor agak
ke atas, dan kebanyakan berrambut lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing
liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter – 1,4 meter, sedangkan ekornya
12 sentimeter – 15 sentimeter. Bobot yang betina 50 kilogram – 55
kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram. Kambing liar
tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara
sampai Mongolia dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah
pegunungan yang berbatu-batu.

Ternak ruminansia kecil, merupakan ternak herbivora yang sangat


populer dikalangan petani di Indonesia terutama yang tinggal di pulau Jawa.
Jenis ternak ini mudah dipelihara, dapat memanfaatkan limbah dan hasil
ikutan pertanian dan industri, mudah di kembangbiakkan, dan pasarnya
selalu tersedia setiap saat serta memerlukan modal yang relatif sedikit
dibanding ternak yang lebih besar. Kemampuan ternak ini untuk
memanfaatkan hijauan sebagai bahan makanan utama menjadi daging,
menempatkan ternak ruminansia kecil sebagai bagian yang cukup penting
artinya bagi perekonomian nasional pada umumnya, maupun kesejahteraan
keluarga petani di pedesaan pada khususnya. Ruminansia kecil tersebar
luas di daerah pedesaan dan biasanya dipelihara dengan tujuan sebagai
tabungan hidup maupun sebagai ternak potong / ternak susu untuk
dikonsumsi keluarga disamping kotorannya dapat dipergunakan untuk
pupuk yang baik bagi tanaman.
Pemeliharaan ternak ini di pedesaan merupakan bagian dari usaha
tani secara keseluruh an dalam skala yang relatif kecil dengan rataan
jumlah kepemilikan sebanyak 3-5 ekor per keluarga petani. Keadaan ini
membuktikan bahwa ternak ruminansia kecil belum mendapat kan
perhatian yang besar dalam hal peningkatan potensinya sebagai pemasok
daging untuk dapat ditingkatkan kepada skala produksi yang secara
ekonomik memberikan keuntungan yang optimal.

11
Beternak kambing, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan
karena;
• Tidak memerlukan lahan yang luas
• Memilikidaya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungansehingga
mudah dipelihara dan dikembangkan
• Untuk berkembang biak tidak memerlukanwaktu yang lama
• Bahan pakan tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan
limbah pertanian. Selain itu kambing merupakan sumber protein
yang bernilai gizi tinggi

A. Sistem Pemeliharaan

Instalasi Perbibitan Rakyat( IPR ) menggemukan kambing PE jantan


untuk penghasil daging dan memelihara kambing PE betina untuk induk,
sebagai penghasil anak. Pemilihan bakalan dilakukan dengan cara melihat
cirinya yang mendekati Ettawa yaitu warna bulu belang hitam putih atau merah
dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan
betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang
panjang dan kesehatannya.

Sistem pemeliharaan yang digunakan di Instalasi Perbibitan Rakyat


(IPR) adalah sistem pemeliharaan secara semi intensif yaitu menempatkan
kambing dalam kandang dan mengembalakan , sehingga memudahkan dalam
pemantauan kesehatan ternak dan supaya bisa mencari pakan dipadang
pengembalaan dengan sendirinya.

Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.Untuk memudahkan dalam


pengontrolan ternak, di Instalasi Perbibitan Rakyat sudah mulai melakukan
rekording pada ternak.Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam
pengelolaan atau pemeliharaan ternak. Hal-hal yang dicatat dalam kartu
rekording antara lain jenis kelamin, nomor ternak, penyakit, umur, keadaan
ternak dan jenis pakan yang diberikan. Rekording di peternakan ini masih
banyak kekurangannya, antara lain belum ada data tentang induk ternak,
kebuntingan, dan cara perkawinan (IB atau alami).

B. Pakan

Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak dengan
perbandingan1: 3 atau penggabungan beberapa bahan pakandengan
perbandingan dedak sebanyak 50%,bungkil kelapa 25%, tepung jagung 15%,
bungkilkacang tanah 8%, garam dapur 1%, tepung tulang0,5% dan kapur 0,5%
sebagai pakan tambahan.Kambing dapat diberikan rumput-rumput
seperti:rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala,rumput raja dan rumput
alam dan dedaunan,seperti daun lamtoro, daun turi, daun gamal, daunkacang
dan daun kaliandra.

12
Pakan hijauan /rumput dapat diberikan sebanyak 15 - 20% dari berat
badankambing. Pakan konsentrat dapat diberikan 0,5kg/ekor/hari untuk
memacu pertumbuhan beratbadan, dapat diberikan growth stimulant
(GS)berupa Bio-N-Plus.
Pemberian Pakan
Komposisi rumput dan daunan untuk kambing :
Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumputdan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumputdan 40% daunan.

Adapun pada pembahasan ini akan menjelaskan mengenai 3 jenis kambing,


yaitu kambing kacang, kambing marica dan kambing boerka.

A. Kambing Kacang (Capra Aegagrus Hircus)

Kambing kacang adalah ras unggulan kambing yang pertama kali


dikembangkan di Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal
Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam
setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing
kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging
(Devandra dan Burns, 1994).

B. Kambing Marica (Capra Aegagrus Hircus)

Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari kambing Kacang.


Kambing Marica yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO
sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement). Daerah
populasi kambing Marica dijumpai di sekitar kabupaten Maros, kabupaten
Jeneponto, kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi
Selatan. Kambing Marica memiliki potensi genetik yang mampu
beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dengan curah hujan
sepanjang tahun yang sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup
pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di
daerah tanah berbatu-batu ( Batubara, 2007 ).

Pemeliharaan kambing oleh peternak di pedesaan berfungsi sebagai


tabungan tambahan penghasilan, pengisi waktu luang, merangsang
pemanfaatan pekarangan dan penggunaan kotoran sebagai pupuk kandang
(Devendra dan Burns, 1994 ) .Meskipun ambingnya berkembang dengan
baik akan tetapi produksi susunya relatif sedikit, yaitu hanya 0,1 – 0,3
l/ekor/hari. Kambing Marica merupakan ternak potong yang bermutu tinggi,

13
subur dan cocok untuk daerah pedesaan yang masih jarang penduduknya
dengan pola peternakan ekstensif (Sodiq dan Abidin, 2009).

Menurut (Sumoprastowo,1986 ) kambing mempunyai klasifikasi sebagai


berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Class : mamalia

Ordo : Atiodactyla

Sub-ordo : Ruminansia

Famili : Bovidae

Sub-family : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Hirus

Manfaat Pakan Komplit pada ternak Kambing

Pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak,


berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian maupun seluruhnya
dapat dicerna serta tidak menganggu kesehatan ternak. Pakan yang baik
berpengaruh positif terhadap pertambahan bobot badan, selain itu pakan
merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan ( Romziah
dkk., 2003 ).

Pakan komplit biasanya diproses melalui beberapa tahapan seperti


pengeringan, penepungan/penggilingan dan pencampuran (blending). Hasil
proses tersebut di atas menghasilkan produk yang relatif kering (kadar air
11 – 15%). Pakan kering memiliki beberapa konsekuensi metabolik pada
kambing. Bentuk pakan komplit pada dasarnya dapat diproses menjadi
berbagai bentuk seperti pelet, tepung, kombinasi cacahan (roughage)
dengan tepung (konsentrat) atau kombinasi pelet (roughage) dengan tepung
(konsentrat) ( Hardianto, 2000 ).

14
C. Kambing Boerka (Capra Aegagrus Hircus)

Kambing boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang


lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung,
bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau
coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing boer memiliki garis putih
ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya
dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini
sangat suka berjemur di siang hari.

15
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari kunjungan pengenalan ternak


ruminansia kecil adalah terdapat banyak jenis kambing yang memiliki ciri-ciri yang
berbeda-beda. Di daerah kabupaten bone terdapat 3 jenis kambing, yaitu kambing
kacang, kambing marica dan kambing boer.
tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah dilaksanakan dengan baik.Hal
ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan pakan, pengelolaan
ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi, pengendalian penyakit dan sistem
perkandangannya.

B. Saran

Perlu adanya recording yang lebih jelas agar diketahui data tentang
induk ternak, kebuntingan, dan perkawinannya.Selain itu, limbah padat dan cair
perlu dikelola dengan baik, agar menambah penghasilan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono ).

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit


ITB, Bandung

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak


Ruminansia.Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and Nutrition.Seventh Edition. Kendall/


Hunt Publishing Company, Dubuque.

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V.


Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan


kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai