Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

TENTANG

MANAJEMEN PEMELIHARA’AN ITIK TELUR

DI SUSUN OLEH :

RAMLI

MOCO16008

PROGRAm VOKASI UNIVERSITAS MATARAM

PDD BIMA

TAHUN AJARAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya
yang tak terhingga,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah manajemen ternak ungags peternakan dengan
judul manajemen pemeliharaan itik telur.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,jadi pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung terutama pada dosen yang telah banyak membimbing kami.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan tugas ini.jika masih terdapat kekurangan penulisan
ataupun penyusunan kata-kata penulis mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar tugas kedepannya
lebih baik dari yang sekarang ini.

Penulis berharap dengan dibuatnya tugas ini biasa bermanfaat bagi semua orang yang membacanya dan
khususnya bagi diri saya pribadi.untuk lebih biasa dipergunakan kesemua kalangan umum.

sumba ,8 Maret 2017


Penyusun

Ramli
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAAN
A.LATAR BELAKANG………………………………………….. 1
B.TUJUAN………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK /ITIK TELUR………… 3
1. letak tempat ataupun sarana dalam beternak itik…………. 3
2.Perkandangan…………………………………………………. 3-5
3.Pemeliharaan anak itik……………………………………….. 5-6
4.Seleksi bibit itik………………………………………………... 6
5.Pemberian pakan………………………………………………. 6-7
6.Pencegahan penyakit………………………………………….. 7-8
7.Produksi telor…………………………………………………. 8

8. Pasca panen………………………………………………….. 8-9


BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN …………………………………………… 10
B.SARAN…………………………………………………… 10
DAFTAR PUSTAKA………………………………………. 11
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Bebek adalah hewan penurut,Bebek mudah di ternakkan dan dipelihara. Banyak sekali sumber daya yang bisa
kita ambil dari bebek ini, ada telurnya, dagingnya bahkan kotorannya bisa di jadikan pupuk. Penggemar daging dan
telur bebek sekarang semakin banyak, karena rasa dari dagingnya yang sangat lezat. Telurnya pun bisa dibikin telur
asin yang tak kalah lezat dengan dagingnya. Kebutuhan akan ketersediaan daging dan telur bebek ini sangatlah
tinggi.
Pada umumnya tujuan pemeliharaan itik adalah untuk menghasilkan telur.Pemeliharaan itik dari masa ke masa,
profilnya adalah peternakan itik rakyat atau itik kampung, yang skala pemeliharaannya kecil dan umumnya
diumbar.Itik mempunyai karakteristik khas unggas petelur termasuk dalam tipe petelur ini antara lain berasal
darijenis : Indian Runner, Khaki Khampbel dan Buff Orpington atau itik Buff. Dalam perkembangannya di
Indonesia, Indian Runner banyak dipelihara di wilayah tertentu, misalnya di Kalimantan Selatan dikenal itik
Alabio,di daerah Tegal disebut itik Tegal dan di Bali disebut Itik Bali. Kemampuan bertelurnya bila dipelihara
intensif hingga 300 butir pertahun dan bila dipelihara semi insentif berkisar 90 - 100 butir saja.Prospek dari usaha
pemeliharaan itik cukup baik mengingat konsumsi telur dari tahun ke tahun terus meningkat, pemeliharaannya
sudah mengarah pada semi insentif maupun kearah insentif.
Usaha peternakan itik di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan
keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen
pemeliharaan ternak itik
Namun sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri dengan pemahaman tentang
perkandangan, bibit unggul, pakan ternak, pengelolaan dan pemasaran hasil. Misalnya bagaimana pemeliharaan
anak bebek (5-8 minggu), pemeliharaan bebek Dara (umur 8-20 minggu ke atas) dan pemeliharaan bebek petelur
(umur 20 minggu ke atas).

B.TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah tentang manajemen pemeliharaan itik telur adalah:
1. Memberikan bayangan ataupun gambaran tentang cara manajemen pemeliharaan itik telur,
2. Manajemen pemeliharaan itik telur yang meliputi:
• Pemeliharaan bibit
• Perkandangan
• Pemberian pakan
• Pencegahan penyakit
• Pengelolaan Reproduksi
3. Usaha ternak itik telur sebagai peluang bisnis yang menjanjikan
4. Sebagai wadah pembelajaran ataupun pemahaman tentang meningkatkan kesejahteraan peternakan, khusnya bagi
masyarakat yang Mengusahakan peternakan itik tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA II

KEBUTUHAN NUTRISI ITIK PETELUR


Bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum pada itik belum
Ada aturan bakunya, yang terpenting ransum yang diberikan kandungan
Nutriennya dalam ransum sesuai dengan kebutuhan itik (Rasyaf, 1993). Sedangkan
menurut Wahju (1992), bahan makanan untuk ransum itik tidak berbeda dengan
ransum ayam . Ransum dasar dianggap telah memenuhi standar kebutuhan ternak
apabila cukup energi, protein, serta imbangan asam-amino yang tepat
(Rasyaf, 1993).
Standar kebutuhan dan energy dapat dihitung berdasarkan pola konsumsi
ransum per hari (Wahju, 1992). Konsumsi akan meningkat apabila itik diberi
ransum dengan energi rendah dan sebaliknya akan menurun apabila diberi energi
tinggi. Selain protein dan energi, nutrien yang mempengaruhi produktivitas adalah
mineral (NRC, 1994).
Ketaren dan Prasetyo (2002) melaporkan bahwa kebutuhan gizi untuk itik
petelur pada fase pertumbuhan umur 1- 16 minggu cenderung lebih rendah yaitu
sekitar 85 - 100% . Selanjutnya dilaporkan bahwa kebutuhan gizi untuk itik
petelur fase produksi 6 bulan pertama cenderung lebih rendah (± 3%) dibanding
kebutuhan gizi pada fase produksi 6 bulan kedua. Dilaporkan bahwa kebutuhan
lisin untuk itik berumur 0-8 minggu adalah 3,25 g/kkal EM dengan tingkat energi
3.100 kkal EM/kg dan 2,75 g/kkal EM dengan tingkat energi 2.700 kkal EM/kg
pakan.

NO nutrien Stater Grower layer


1 Energy( KHAL ME/KG) 2900 3000 2900

2 Protein ( %) 22 16 15

3 Metionin (%) 0.40 0.30 0.27

4 Lisin (%) 0.90 0.65 0.60

5 Kalsium (%) 0.65 0.60 2.75

6 Paspor (%) 0.40 0.30 -


Sumber : NRC (1994)

Kebutuhan Air Minum


Kebutuhan air minum pada unggas tergantung dari suhu lingkungan,
kelembaban relatif, komposisi ransum, kecepatan pertumbuhan dan efisiensi
penyerapan air oleh ginjal (Ferket dan Gernat, 2006).
Ketersediaan air minum dalam kandang pemeliharaan itik pedaging juga
harus selalu ada agar itik dapat minum setiap saat. Jumlah air minum yang
diberikan disesuaikan dengan banyak itik. Air yang digunakan harus air bersih
diganti setiap hari dan tempat minum dibersihkan secara rutin, ada baiknya tempat
pakan diletak berdekatan dengan tempat minum agar itik mudah menyelingi
kegiatan makan dan minum (Wakhid, 2013).
Kekurangan air dapat menyebabkan gangguan metabolisme tubuh dan bila
kandungan air dalam pakan kurang akan menyebabkan lambatnya pergerakan
makanan dari tembolok (Sudaro, 2000).
Ikan Gabus Pasir (Butis amboinensis)
Menurut binomial, ikan gabus pasir diklasifikasikan sebagai berikut;
Kelas: Osteichtyes, Ordo: Perciformes, Famili: Eleotritidae, Genus: Butis
amboinensis. Karakteristik dari ikan gabus pasir yaitu kepala pipih datar, lebar
badan 5-5,5 kali lebih pendek dari panjang standart, 6-7 kali lebih pendek dari
panjang total, tidak mempunyai sisik tambahan, interorbital, pipi dan kepala
bersisik, tidak ada sisik antara mata dan tulang mata, gigi pada barisan depan tidak
membesar, tipe ekor membulat (Gultom, 2010).
Limbah ikan gabus pasir terdiri atas kepala dan isi perut. Limbah ikan
gabus pasir diolah menjadi tepung dengan cara dipanaskan (cooking), dipressing,
dioven dan digrinder menjadi tepung ikan. Tepung ikan mengadung protein yang
tinggi dan dapat meingkatkan produksi dan nilai gizi telur dan daging
(Stevie et al., 2009).
Tabel 2. Komposisi nutrisi tepung limbah ikan gabus pasir

No Jenis nutrisi kandungan


1 Gross Energi (K.kal/g) 3,7128
2 Kadar air (%) 6,75
3 Protein kasar (%) 49,36
4 Lemak kasar (%) 4,55
5 Bahan kering (%) 93,25
6 Abu (%) 15,00
7 Kalsium (%) 5,86

8 Posfor (%) 0,026

Tepung Ikan
bahwa bahan baku pakan yang dapat
mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan harus memiliki kriteria utama
antara lain kandungan protein yang tinggi sekitar 30-60%, ketersediaan ikan yang
akan dijadikan tepung ikan melimpah dan harga tepung ikan alternatif murah
dibandingkan tepung ikan impor (Afrianto, 2005).
Tabel 3. Komposisi nutrisi tepung ikan komersil lokal
No Nutrisi Kandungan
1 Gross Energi (K.kal/g) 2,2130 a
2 Protein kasar (%) 45,7 b
3 Lemak kasar (%) 6,49 b
4 Serat kasar (%) 3c
5 Abu (%) 5,20 b
roduksi Telur
Produksi telur dapat diukur dalam satuan hen-day. Hen-day merupakan
produksi telur dibagi dengan jumlah ternak petelur yang ada pada saat itu, dan
biasanya diukur setiap hari. Masa bertelur dihitung setelah produksi telur
mencapai 5 % hen day (Rasyaf, 1996). Kandungan nutrien yang sesuai dengan
kebutuhan hidup itik dan mendukung produksi telur tergantung pada bahan yang
digunakan untuk membentuk ransum itik tersebut. Penurunan produksi telur dapat
disebabkan karena pemberian asam amino yang rendah (Wahju, 1992).
Itik Indonesia bila dipelihara secara intensif mampu bertelur hingga
300 butir per tahun. Tetapi bila dipelihara secara ekstensif dan dibawa berkelana
kesana kemari maka hanya mampu bertelur 90–120 butir (Rasyaf, 1993). Menurut
Baroto (2001) produksi telur itik Tegal dapat mencapai 200-250 butir per tahun,
itik Mojopura 180-185 butir per tahun, itik Bali 140-200 butir per tahun, itik
Alabio 250-300 butir per tahun dan itik Brati atau Togri 180- 225 butir per tahun,
sedangkan itik Mojosari dapat bertelur 230-250 butir per tahun (IP2TP Jakarta,
2000). Untuk menghasilkan puncak produksi telur yang optimal, menurut
Prasetyo dan Ketaren (2005) pemberian ransum dengan kandungan protein pakan
yang rendah (14%) akan menghasilkan puncak produksi yang lebih rendah
dibandingkan dengan pemberian pakan dengan kandungan protein pakan yang
lebih tinggi (20%), dan juga perlu diperhatikan imbangan energi:protein dalam
pakan ttersebut. Menurut Wahju (1992) imbangan energi:protein dimaksutkan
untuk mencapai kebutuhan protein minimum, dan kisaran idealnya yaitu 145-160.

Berat Telur
Telur itik secara umum lebih besar dibandingkan dengan telur ayam dan
cangkangnya pun lebih tebal. Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbedaan
dalam hal ukuran saluran reproduksi betina (oviduk). Oviduk fungsional pada itik
dewasa, panjang sekitar 45 – 47 cm sedangkan pada ayam 72 cm. Jangka waktu
yang dibutuhkan untuk pembentukan sebutir telur yang sempurna berbeda dengan
ayam yaitu memerlukan waktu 25,4 jam sedangkan pada itik adalah 24 – 24,4 jam
(Srigandono, 1997). Menurut Anggorodi (1985) berat telur dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti genetik, umur, tingkat dewasa kelamin, obat-obatan,
penyakit, umur telur dan kandungan gizi pakan. Ia menambahkan bahwa faktor
terpenting dalam pakan yang mempengaruhi berat telur adalah protein dan asam
amino, karena kurang lebih 50% dari berat kering telur adalah protein. Untuk
menghasilkan telur dengan berat yang optimal diperlukan pakan dengan
kandungan protein pakan yang tinggi, Menurut IP2TP Jakarta (2000) untuk itik
periode bertelur, pemberian pakan dengan kadar protein tinggi (18%) dapat
meningkatkan produksi telur lebih baik dibandingkan pakan dengan kadar protein
rendah. Pemberian pakan dengan kadar protein yang lebih rendah
akanmenyebabkan telur yang dihasilkan lebih kecil. Penurunan berat telur dapat
disebabkan defisiensi asam amino dan asam linoleat. Berat telur rata-rata itik
Tegal adalah 70-75 g/butir dan itik Mojopura 60-65 g/butir (Bharoto, 2001),
sedangkan berat rata-rata telur itik Mojosari adalah 64.5 g (IP2TP Jakarta, 2000).
Ketaren dan Prasetyo dalam penelitiannya menggunakan pakan dengan
kandungan protein pakan 17.07% dan menghasilkan telur dengan berat
65,21-66.73 g.
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dimakan dalam waktu
tertentu (Wahju, 1992). Pencatatan konsumsi ransum oleh peternak unggas
bertujuan untuk mengatur anggaran pembelian ransum serta menunjukkan
perubahan kesehatan dan produktivitas ternak unggas (Williamson dan Payne,
1993). Konsumsi ransum dapat dihitung dengan cara mengurangi jumlah ransum
yang diberikan dengan jumlah ransum sisa. Data ini dibuat dalam satuan gram
atau kilogram dan lakukan per minggu (Rasyaf, 1996). Tujuan ternak
mengkonsumsi ransum adalah untuk mempertahankan hidup, meningkatkan bobot
badan dan untuk berproduksi (Anggorodi, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum itik adalah kesehatan
itik, kandungan energi dalam ransum, macam bahan pakan, kondisi ransum yang
diberikan, kebutuhan produksi, selera dan metode pemberian pakan yang
digunakan (Rasyaf, 1993). Konsumsi ransum akan meningkat bila diberi ransum
dengan kandungan energi yang rendah dan akan menurun bila diberi ransum
dengan kandungan energi tinggi. Dengan demikian dalam penyusunan ransum
kandungan protein harus disesuaikan dengan kandungan energinya. Unggas
mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan energinya
(Anggorodi, 1985).
Kelebihan energi dalam ransum terjadi bila perbandingan energi dan
protein,vitamin serta mineral dalam keadaan berlebihan daripada yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan normal, produksi, aktivitas dan untuk memelihara
fungsifungsi vital (Wahju, 1992). Jumlah pemberian ransum sebaiknya
disesuaikan dengan periode pemeliharaan yaitu starter, grower dan layer (masa
produksi). Williamson dan Payne (1993) merekomendasikan kebutuhan ransum
untuk konsumsi normal itik masa produksi adalah 170 – 227 gram per ekor
per hari.
Konversi Ransum
Konversi ransum erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan ransum
selama proses produksi telur dan didefinisikan sebagai perbandingan antara
konsumsi ransum dengan unit berat telur yang dihasilkan (Anggorodi, 1985).
Sedangkan menurut Rasyaf (1993) konversi ransum merupakan pembagian antara
ransum yang dihabiskan untuk produksi telur dengan jumlah produksi telur yang
diperoleh. Semakin kecil angka konversi ransum semakin baik tingkat
konversinya. Konversi ransum dipengaruhi oleh laju perjalanan digesta di dalam
alat pencernaan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan pengaruh imbangan
nutrien (Anggorodi, 1985).
Efisiensi penggunaan pakan itik petelur yang biasa diukur dengan FCR
masih sangat buruk yaitu berkisar antara 3,2–5,0 dibandingkan dengan ayam ras
petelur yang hanya 2,4–2,6 selama setahun produksi (HY-LINE
INTERNATIONAL, 1986). Lutfi (2001) dan Septyana (2008) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa nilai konversi yang diperoleh adalah 5,4-14,7
dan 8,8-36,6. Begitu pula FCR itik pedaging/itik jantan yang digemukkan juga
masih sangat buruk yaitu 3,2 – 5,0 jika dibandingkan dengan FCR ayam ras
pedaging yang hanya 2,1 – 2,2 pada umur yang sama 8 minggu (INDIAN RIVER
INTERNATIONAL, 1988). Ketaren dan Prasetyo (2002) melaporkan bahwa
efisiensi penggunaan pakan itik ptelur selama empat bilan produksi pertama dapat
diperbaiki dari 5,67 menjadi 2,88 dengan memberikan pakan dalam bentuk pellet
pada tingkat konsumsi pakan sebanyak 154 g/ekor/hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A.PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK /ITIK TELUR


1. letak tempat ataupun sarana dalam beternak itik
Dalam beternak itik perlu memperhatikan letak tempat/kondisi lingkungan disekitarnya serta sarana-sarana
untuk beternak,karena hal tersebut sangat mendukung untuk berhasilnya dalam beternak itik.Adapun tempat dan
sarana yang perlu diperhatikan untuk beternak itik adalah:
a. Lokasi
 Tak bertentangan dengan RUTR dan RDTR
 Letak dan ketinggian lokasi dengan wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan dan topografi
b. Lahan Lahan harus jelas, sesuai degan peruntukannya menurut peraturan perundangan yang berlaku.
c. Penyediaan Air dan Alat Penerang Air yang digunakan harus memenuhi baku mutu air yang sehat yang dapat
diminum oleh manusia dan ternak serta tersedia sepanjang tahun, dan hendaknya menyediakan alat penerangan
(listrik) yang cukup sesuai kebutuhan.
2.Perkandangan
Lokasi Kandang yang baik adalah: jauh dari keramaian,ada atau dekat dengan sumber air,tidak terlalu dekat
dengan rumah,dan mudah dalam pengawasan.
Persyaratan kandang yang harus dipenuhi adalah : mudah dibersihkan, sirkulasi uadara lancar dan cukup
mendapatkan sinar matahari.Beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pemeliharaannya seperti:
a. Kandang sistim terkurung atau postal
• Lantai kandang terbuat dari tanah yang dipadatkan dan dialasi/bagian atas dilapisi sekam/serbuk gergaji dicampur
dengan serbuk kapur.
• Seluruh ruangan kandang dinaungi atap.
• Apabila sampai dewasa (produksi) kepadatannya dapat mencapai 4 ekor /m²
b.Kandang sistim koloni
Yakni perpaduan atau kombinasi antara terkurung dengan sistim dilepas, yang
bercirikan :
• Lantai kandang dapat terbuat dari tanah yang dipadatkan ataupun disemen dan dialasi dengan litter (dapat berasal
dari sekam, kulit padi atau bekas serutan kayu/serbuk gergaji).
• Atap kandang menggunakan sistim atap berlubang
• Umbaran atau pekarangannya dibuatkan pagar setinggi ± 75 cm, yang dilengkapi dengan peralatan kandang (tempat
makan dan minum)
• Dinding dari bambu atau kayu.
c. Kandang sistem batere
• Satu kotak untuk satu ekor itik (dengan ukuran 45 x 35 x 60), bahan kotaknya dapat dibuat dari bambu atau kawat.
• Lantai kandang sedikit miring (agar telur mudah menggelinding keluar).
• Tempat makan dan minum diusahakan diluar kotak(dibagian depan)
• Semua kotak/kandang betere dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan
anyaman bambu atau kawat.
• Untuk anak itik digunakan indukan sebagaimana untuk anak ayam.
• Luasan lantai kandang yang diperlukan untuk anak itik sebagai berikut :
- Umur 1 hari - 1 minggu, kepadatannya 20 ekor/m².
- Umur 1 - 2 minggu, kepadatannya 18 ekor/ m².
- Umur 2 - 3 minggu, kepadatannya 15 ekor/m².
- Umur 5 - 6 minggu, kepadatannya 10 ekor/ m².
Konstruksi Bangunan Memenuhi daya tampung untuk menjamin masuknya udara dengan leluasa ke dalam
kandang dan keluarnya udara kotor (suhu optimal 26,5 oC dengan kelembaban maksimum 90%) memiliki saluran
pembuangan limbah , bahan yang ekonomis.

Tabel 1.
luas kandang yang diperlukan untuk anak itik petelur
Umur Luas kandang (m/ekor)
1 hari- 1 minggu 0,03
2-3 minggu 0,07
3-4 minggu 0,09
4-5 minggu 0,11
6-8 minggu 0,15

3.Pemeliharaan anak itik


Sebelum anak itik ditempatkan setelah menetas, yaitu pada lingkaran yang terbuat dari tripleks, harus dilakukan
persiapan sebelumnya seperti penyemprotan kandang agar bersih dengan menggunakan Biotama 3 (2 – 3 tutup
botol Biotama 3 dilarutkan dalam 1 liter air). Pengaturan lampu pemanas dalam lingkaran tripleks tersebut agar
kesehatan anak itik terjamin.
Untuk menghindari angin yang masuk, mengingat bulu anak itik masih halus dan tidak tahan udara dingin,
usahakan dinding kandang ditutup dengan tirai plastik. Seelah 4 hari, tirai plastik dapat dibuka pada siang hari, dan
pda malam hari ditutup kembali. Pada umur 4 minggu tirai plastik dapat dilepas semua sebab anak itik sudah
memiliki bulu yang cukup tebal, namun kalau ada hujan lebat atau ada angin kencang, tirai plastik masih
diperlukan. Induk buatan dengan alat pemanas lampu minyak atau lampu listrik sangat diperlukan sampai umur 3
minggu.
Anak itik yang baru di beli dari Poulty Shop atau dari tempat yang cukup jauh, setelah dimasukkan dalam
pelingkar tadi jangan tergesa-gesa diberi makan. Akan tetapi diberikan dahulu minuman segar, berupa susu atau air
gula. Hal ini untuk menghindari “stress” karena perpindahan tempat. Setelah lebih kurang 1 jam, itik diberi makan
sedikit demi sedikit tetapi sering agar makanan tidak terbuang dan diacak-acak. Setelah 1 minggu pertama, berilah
air segar yang dicampur “antibiotika alami” yaitu Biotama 5 , kunyit dan asam jawa. 1 ruas kunyit ditambah 1 cm
asam jawa potongan (haluskan) tambahkan 1 -2 tutup botol Biotama 5 dan air hingga 1000 ml. Masukkan dalam
botol aqua besar, tutup rapat lalu kocok kocok. Minuman segar ini bisa disebut dengan ”jamu ternak”. Berikan
minuman ini 1 minggu sekali.

Hal ini untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan yang seragam, juga untuk menghindari kepekaan terhdap
gangguan penyakit selama pemeliharaan.
4. bibit itik
Untuk tujuan penghasil telur maka hendaknya dipilih itik-itik yang bercirikan :
• Tubuh ramping (tidak gemuk) dan bentuk seperti botol, leher kecil,
panjang dan bulat seperti rotan.
• Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala).
• Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi
dipangkal ekor, bulu halus, rapi dan tidak kusut.
• Kaki berdiri kokoh (induk yang produksi telurnya tinggi antara alin itik
Tegal, Khaki Khampbell dan itik Bali).
5.Pemberian pakan
Pada dasarnya pemberian pakan untuk itik memerlukan kandungan protein yang tinggi dan pemberian pakannya
ada 2 macam cara yakni :
a.Pakan lengkap dari satu jenis saja, dapat dalam bentuk all mash, pellet
atau crumble yang sudah lengkap semua unsur nutrisinya (cara ini biasanya untuk suatu peternakan besar).
b.Pakan lengkap dari beberapa jenis seperti campuran dedak padi, jagung, bungkil kedele dsb. (cara ini yang umum
dipakai oleh peternak rakyat).Jumlah/konsumsi pakan untuk berbagai periode :
- Anak itik rata-rata 58,3 gram/hari
- Itik dara rata-rata 80 gram/hari
- Dewasa (masa produktif) rata-rata 180 gram/hari
c.Kebutuhan protein untuk berbagai periode :
- Anak itik (0 - 6 minggu) 20 - 22%
- Itik dara (6 - 13 minggu) 16 - 18%
- Dewasa (> - 13 minggu) 15 - 16%
d.Bahan-bahan makanan sumber protein antara lain :
- Bungkil kedele (protein 42 - 50%)
- Bungkil kelapa (protein 19 - 23%)
- Bungkil kacang (protein 0 - 15%)
- Tepung ikan (protein 42,3 - 68,8%)
e.Hal lain yang perlu diperhatikan antara lain :
-Bahan pakan yang akan diberikan hendaknya tidak berbau tengik, tidak berjamur dan tidak berlebihan jumlahnya.
-Selalu disediakan air minum dan ditempatkan agak lebih tinggi dari tempat pakan.
-Kesehatan itik perlu diketahui, biasanya diawal terserang penyakit cenderung menurunkan gairah makan dan lambat
laun konsumsi makannya berkurang.
Tabel 2.formula ransum itik (%)
Bahan Anak itik(0-6 Dara(7-22 minggu) Petelur(>23
minggu) minggu)
Jagung giling 40 40 40
Bakatul 15 15 20
Bungkil kelapa 4,5 4,5 10
Bungkil 20 20 10
kedelai 5 5 5
Tepung 10 10 9,5
lamtoro 3 2 -
Tepung ikan 1 2 4
Rumput 1 1 1
kering 0,5 0,5 0,5
Tepung kulit
kerang
Tepung tulang
Garam

Jumlah 100 100 100

6.Pencegahan penyakit
Melakukan pencegahan penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya dan perlu diingat bahwa setiap penyakit
belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkit hanya menurunkan produksinya saja. Beberapa jenis penyakit
yang biasa menyerang itik diantaranya.
• Salmonellosis (Pullorum + Berak kapur)
Penyebabnya bakteri Salmonella pullorum, bila menyerang itik umur 3-15 hari berakibat kematian tinggi. Tanda
penyakit yang nampak adalah adanya kotoran warna putih lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh
lemah, lesu dan mengantuk kedinginan, cepat terengahengah, bulu kusam, sayap menggantung kadang terjadi
kelumpuhan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang serta makanan dan minum, isolasi
itik yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa dan antibiotik.
• . Penyakit Cacing
Penyebabnya terbagi jenis cacing menyerang pada itik yang dilepas. Tanda penyakit adalah nafsu makan berkurang,
mencret, bulu kusam, kurus dan produksi turun. Pencegahan harus dijaga
kebersihan kandang jaga kelembabannya, sanitasi kandang dan makan, minum. Pengobatan dengan memberikan
obat cacing minimal 3 bulan sekali.
• Penyakit Botulismus
Penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium botulinum, yang sering ditemukan pada
bangkai hewan dan tanaman busuk. Itik yang digembalakan sering memakannya Tanda penyakit adalah itik lesu,
lemah, lumpuh, pada leher kaki dan sayap, nampak mengantuk, kadang-kadang tidak dapat berdiri tegak dan kalau
berjalan sempoyongan, bulu mudah rontik. Pencegahan dengan menjaga kebersihan makanan dan hindari makanan
basi/sudah membusuk dan
tercemar, makanan harus bersih dan baru atau kalau hijauan yang masih segar. Pengobatan dapat dicoba dengan
obat laxanitia.pencahar (garam espon).
 Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh,
kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata berlebihan.

7.Produksi telor

Tabel 3.kemampuan produksi telur dan bobot telur beberapa jenis itik petelur unggul

Jenis itik Jumlah telur(butir/th) Bobot telur(gram/butir)


Itik thaki campbell 300-330 60
Itik tegal 150-250 65-70
Itik majo sari 200-266 70
Itik alabio 130-250 65-70
Itik bali 153-250 59-65
Itik BPT AK 297 70
Itik BPT KAT 282 70
Itik BPT KA 274 70

8. Pasca panen
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur
itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan
hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun
perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:
a)Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat
bertahan selama 20 hari.
b) Pengawetan telur dengan daun jambu biji Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu
telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur
pindang.
c) Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini
warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.
d) Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak
berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan
lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama
satu bulan.
e) Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi
25- 40% selama 3 minggu.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik
sampai umur 22 minggu.
Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin
sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan.
Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni:
1.Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
2.Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%.
3.Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan ketrampilan, memegang peranan yang
sangat besar
B.SARAN
Dalam Peternak itik telur perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-Letak tempat peternakan itik
-Sarana dan prasarananya harus memadai
-Kandang harus sesuai dengan jumlah ternak
-Bibit harus benar-benar bagus
-Kebersihan harus dijaga supaya terhindar dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Abdi,Sucipto.1987.Perawatan Dalam Beternak Itik.Jogja:Balai Penyuluhan Peternakan

Hendro, Sunarjono.1989.Kiat Sukses Beternak Itik.Jakarta:Balai Penyluhan Peternakan

Anggrorohadi, Pemadi dan Sudawonadi S.1993.Sumber Daya Sarana dan Prasaran Peternakan Bandung:Balai

penelitian peternakan

Anda mungkin juga menyukai