TENTANG
DI SUSUN OLEH :
RAMLI
MOCO16008
PDD BIMA
TAHUN AJARAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya
yang tak terhingga,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah manajemen ternak ungags peternakan dengan
judul manajemen pemeliharaan itik telur.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,jadi pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung terutama pada dosen yang telah banyak membimbing kami.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan tugas ini.jika masih terdapat kekurangan penulisan
ataupun penyusunan kata-kata penulis mohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun, agar tugas kedepannya
lebih baik dari yang sekarang ini.
Penulis berharap dengan dibuatnya tugas ini biasa bermanfaat bagi semua orang yang membacanya dan
khususnya bagi diri saya pribadi.untuk lebih biasa dipergunakan kesemua kalangan umum.
Ramli
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAAN
A.LATAR BELAKANG………………………………………….. 1
B.TUJUAN………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK /ITIK TELUR………… 3
1. letak tempat ataupun sarana dalam beternak itik…………. 3
2.Perkandangan…………………………………………………. 3-5
3.Pemeliharaan anak itik……………………………………….. 5-6
4.Seleksi bibit itik………………………………………………... 6
5.Pemberian pakan………………………………………………. 6-7
6.Pencegahan penyakit………………………………………….. 7-8
7.Produksi telor…………………………………………………. 8
B.TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah tentang manajemen pemeliharaan itik telur adalah:
1. Memberikan bayangan ataupun gambaran tentang cara manajemen pemeliharaan itik telur,
2. Manajemen pemeliharaan itik telur yang meliputi:
• Pemeliharaan bibit
• Perkandangan
• Pemberian pakan
• Pencegahan penyakit
• Pengelolaan Reproduksi
3. Usaha ternak itik telur sebagai peluang bisnis yang menjanjikan
4. Sebagai wadah pembelajaran ataupun pemahaman tentang meningkatkan kesejahteraan peternakan, khusnya bagi
masyarakat yang Mengusahakan peternakan itik tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA II
2 Protein ( %) 22 16 15
Tepung Ikan
bahwa bahan baku pakan yang dapat
mengurangi penggunaan tepung ikan dalam pakan harus memiliki kriteria utama
antara lain kandungan protein yang tinggi sekitar 30-60%, ketersediaan ikan yang
akan dijadikan tepung ikan melimpah dan harga tepung ikan alternatif murah
dibandingkan tepung ikan impor (Afrianto, 2005).
Tabel 3. Komposisi nutrisi tepung ikan komersil lokal
No Nutrisi Kandungan
1 Gross Energi (K.kal/g) 2,2130 a
2 Protein kasar (%) 45,7 b
3 Lemak kasar (%) 6,49 b
4 Serat kasar (%) 3c
5 Abu (%) 5,20 b
roduksi Telur
Produksi telur dapat diukur dalam satuan hen-day. Hen-day merupakan
produksi telur dibagi dengan jumlah ternak petelur yang ada pada saat itu, dan
biasanya diukur setiap hari. Masa bertelur dihitung setelah produksi telur
mencapai 5 % hen day (Rasyaf, 1996). Kandungan nutrien yang sesuai dengan
kebutuhan hidup itik dan mendukung produksi telur tergantung pada bahan yang
digunakan untuk membentuk ransum itik tersebut. Penurunan produksi telur dapat
disebabkan karena pemberian asam amino yang rendah (Wahju, 1992).
Itik Indonesia bila dipelihara secara intensif mampu bertelur hingga
300 butir per tahun. Tetapi bila dipelihara secara ekstensif dan dibawa berkelana
kesana kemari maka hanya mampu bertelur 90–120 butir (Rasyaf, 1993). Menurut
Baroto (2001) produksi telur itik Tegal dapat mencapai 200-250 butir per tahun,
itik Mojopura 180-185 butir per tahun, itik Bali 140-200 butir per tahun, itik
Alabio 250-300 butir per tahun dan itik Brati atau Togri 180- 225 butir per tahun,
sedangkan itik Mojosari dapat bertelur 230-250 butir per tahun (IP2TP Jakarta,
2000). Untuk menghasilkan puncak produksi telur yang optimal, menurut
Prasetyo dan Ketaren (2005) pemberian ransum dengan kandungan protein pakan
yang rendah (14%) akan menghasilkan puncak produksi yang lebih rendah
dibandingkan dengan pemberian pakan dengan kandungan protein pakan yang
lebih tinggi (20%), dan juga perlu diperhatikan imbangan energi:protein dalam
pakan ttersebut. Menurut Wahju (1992) imbangan energi:protein dimaksutkan
untuk mencapai kebutuhan protein minimum, dan kisaran idealnya yaitu 145-160.
Berat Telur
Telur itik secara umum lebih besar dibandingkan dengan telur ayam dan
cangkangnya pun lebih tebal. Keadaan ini berkaitan dengan adanya perbedaan
dalam hal ukuran saluran reproduksi betina (oviduk). Oviduk fungsional pada itik
dewasa, panjang sekitar 45 – 47 cm sedangkan pada ayam 72 cm. Jangka waktu
yang dibutuhkan untuk pembentukan sebutir telur yang sempurna berbeda dengan
ayam yaitu memerlukan waktu 25,4 jam sedangkan pada itik adalah 24 – 24,4 jam
(Srigandono, 1997). Menurut Anggorodi (1985) berat telur dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti genetik, umur, tingkat dewasa kelamin, obat-obatan,
penyakit, umur telur dan kandungan gizi pakan. Ia menambahkan bahwa faktor
terpenting dalam pakan yang mempengaruhi berat telur adalah protein dan asam
amino, karena kurang lebih 50% dari berat kering telur adalah protein. Untuk
menghasilkan telur dengan berat yang optimal diperlukan pakan dengan
kandungan protein pakan yang tinggi, Menurut IP2TP Jakarta (2000) untuk itik
periode bertelur, pemberian pakan dengan kadar protein tinggi (18%) dapat
meningkatkan produksi telur lebih baik dibandingkan pakan dengan kadar protein
rendah. Pemberian pakan dengan kadar protein yang lebih rendah
akanmenyebabkan telur yang dihasilkan lebih kecil. Penurunan berat telur dapat
disebabkan defisiensi asam amino dan asam linoleat. Berat telur rata-rata itik
Tegal adalah 70-75 g/butir dan itik Mojopura 60-65 g/butir (Bharoto, 2001),
sedangkan berat rata-rata telur itik Mojosari adalah 64.5 g (IP2TP Jakarta, 2000).
Ketaren dan Prasetyo dalam penelitiannya menggunakan pakan dengan
kandungan protein pakan 17.07% dan menghasilkan telur dengan berat
65,21-66.73 g.
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum adalah banyaknya ransum yang dimakan dalam waktu
tertentu (Wahju, 1992). Pencatatan konsumsi ransum oleh peternak unggas
bertujuan untuk mengatur anggaran pembelian ransum serta menunjukkan
perubahan kesehatan dan produktivitas ternak unggas (Williamson dan Payne,
1993). Konsumsi ransum dapat dihitung dengan cara mengurangi jumlah ransum
yang diberikan dengan jumlah ransum sisa. Data ini dibuat dalam satuan gram
atau kilogram dan lakukan per minggu (Rasyaf, 1996). Tujuan ternak
mengkonsumsi ransum adalah untuk mempertahankan hidup, meningkatkan bobot
badan dan untuk berproduksi (Anggorodi, 1985).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum itik adalah kesehatan
itik, kandungan energi dalam ransum, macam bahan pakan, kondisi ransum yang
diberikan, kebutuhan produksi, selera dan metode pemberian pakan yang
digunakan (Rasyaf, 1993). Konsumsi ransum akan meningkat bila diberi ransum
dengan kandungan energi yang rendah dan akan menurun bila diberi ransum
dengan kandungan energi tinggi. Dengan demikian dalam penyusunan ransum
kandungan protein harus disesuaikan dengan kandungan energinya. Unggas
mengkonsumsi ransum terutama untuk memenuhi kebutuhan energinya
(Anggorodi, 1985).
Kelebihan energi dalam ransum terjadi bila perbandingan energi dan
protein,vitamin serta mineral dalam keadaan berlebihan daripada yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan normal, produksi, aktivitas dan untuk memelihara
fungsifungsi vital (Wahju, 1992). Jumlah pemberian ransum sebaiknya
disesuaikan dengan periode pemeliharaan yaitu starter, grower dan layer (masa
produksi). Williamson dan Payne (1993) merekomendasikan kebutuhan ransum
untuk konsumsi normal itik masa produksi adalah 170 – 227 gram per ekor
per hari.
Konversi Ransum
Konversi ransum erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan ransum
selama proses produksi telur dan didefinisikan sebagai perbandingan antara
konsumsi ransum dengan unit berat telur yang dihasilkan (Anggorodi, 1985).
Sedangkan menurut Rasyaf (1993) konversi ransum merupakan pembagian antara
ransum yang dihabiskan untuk produksi telur dengan jumlah produksi telur yang
diperoleh. Semakin kecil angka konversi ransum semakin baik tingkat
konversinya. Konversi ransum dipengaruhi oleh laju perjalanan digesta di dalam
alat pencernaan, bentuk fisik ransum, komposisi ransum dan pengaruh imbangan
nutrien (Anggorodi, 1985).
Efisiensi penggunaan pakan itik petelur yang biasa diukur dengan FCR
masih sangat buruk yaitu berkisar antara 3,2–5,0 dibandingkan dengan ayam ras
petelur yang hanya 2,4–2,6 selama setahun produksi (HY-LINE
INTERNATIONAL, 1986). Lutfi (2001) dan Septyana (2008) dalam
penelitiannya melaporkan bahwa nilai konversi yang diperoleh adalah 5,4-14,7
dan 8,8-36,6. Begitu pula FCR itik pedaging/itik jantan yang digemukkan juga
masih sangat buruk yaitu 3,2 – 5,0 jika dibandingkan dengan FCR ayam ras
pedaging yang hanya 2,1 – 2,2 pada umur yang sama 8 minggu (INDIAN RIVER
INTERNATIONAL, 1988). Ketaren dan Prasetyo (2002) melaporkan bahwa
efisiensi penggunaan pakan itik ptelur selama empat bilan produksi pertama dapat
diperbaiki dari 5,67 menjadi 2,88 dengan memberikan pakan dalam bentuk pellet
pada tingkat konsumsi pakan sebanyak 154 g/ekor/hari.
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 1.
luas kandang yang diperlukan untuk anak itik petelur
Umur Luas kandang (m/ekor)
1 hari- 1 minggu 0,03
2-3 minggu 0,07
3-4 minggu 0,09
4-5 minggu 0,11
6-8 minggu 0,15
Hal ini untuk merangsang nafsu makan dan pertumbuhan yang seragam, juga untuk menghindari kepekaan terhdap
gangguan penyakit selama pemeliharaan.
4. bibit itik
Untuk tujuan penghasil telur maka hendaknya dipilih itik-itik yang bercirikan :
• Tubuh ramping (tidak gemuk) dan bentuk seperti botol, leher kecil,
panjang dan bulat seperti rotan.
• Kepala kecil, mata bersinar (terletak dibagian atas kepala).
• Sayap menutup badan secara rapat, dengan ujung sayap tersusun rapi
dipangkal ekor, bulu halus, rapi dan tidak kusut.
• Kaki berdiri kokoh (induk yang produksi telurnya tinggi antara alin itik
Tegal, Khaki Khampbell dan itik Bali).
5.Pemberian pakan
Pada dasarnya pemberian pakan untuk itik memerlukan kandungan protein yang tinggi dan pemberian pakannya
ada 2 macam cara yakni :
a.Pakan lengkap dari satu jenis saja, dapat dalam bentuk all mash, pellet
atau crumble yang sudah lengkap semua unsur nutrisinya (cara ini biasanya untuk suatu peternakan besar).
b.Pakan lengkap dari beberapa jenis seperti campuran dedak padi, jagung, bungkil kedele dsb. (cara ini yang umum
dipakai oleh peternak rakyat).Jumlah/konsumsi pakan untuk berbagai periode :
- Anak itik rata-rata 58,3 gram/hari
- Itik dara rata-rata 80 gram/hari
- Dewasa (masa produktif) rata-rata 180 gram/hari
c.Kebutuhan protein untuk berbagai periode :
- Anak itik (0 - 6 minggu) 20 - 22%
- Itik dara (6 - 13 minggu) 16 - 18%
- Dewasa (> - 13 minggu) 15 - 16%
d.Bahan-bahan makanan sumber protein antara lain :
- Bungkil kedele (protein 42 - 50%)
- Bungkil kelapa (protein 19 - 23%)
- Bungkil kacang (protein 0 - 15%)
- Tepung ikan (protein 42,3 - 68,8%)
e.Hal lain yang perlu diperhatikan antara lain :
-Bahan pakan yang akan diberikan hendaknya tidak berbau tengik, tidak berjamur dan tidak berlebihan jumlahnya.
-Selalu disediakan air minum dan ditempatkan agak lebih tinggi dari tempat pakan.
-Kesehatan itik perlu diketahui, biasanya diawal terserang penyakit cenderung menurunkan gairah makan dan lambat
laun konsumsi makannya berkurang.
Tabel 2.formula ransum itik (%)
Bahan Anak itik(0-6 Dara(7-22 minggu) Petelur(>23
minggu) minggu)
Jagung giling 40 40 40
Bakatul 15 15 20
Bungkil kelapa 4,5 4,5 10
Bungkil 20 20 10
kedelai 5 5 5
Tepung 10 10 9,5
lamtoro 3 2 -
Tepung ikan 1 2 4
Rumput 1 1 1
kering 0,5 0,5 0,5
Tepung kulit
kerang
Tepung tulang
Garam
6.Pencegahan penyakit
Melakukan pencegahan penyakit adalah lebih baik dari pada mengobatinya dan perlu diingat bahwa setiap penyakit
belum tentu menyebabkan kematian, tetapi mungkit hanya menurunkan produksinya saja. Beberapa jenis penyakit
yang biasa menyerang itik diantaranya.
• Salmonellosis (Pullorum + Berak kapur)
Penyebabnya bakteri Salmonella pullorum, bila menyerang itik umur 3-15 hari berakibat kematian tinggi. Tanda
penyakit yang nampak adalah adanya kotoran warna putih lengket seperti pasta dan menempel pada dubur, tubuh
lemah, lesu dan mengantuk kedinginan, cepat terengahengah, bulu kusam, sayap menggantung kadang terjadi
kelumpuhan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang serta makanan dan minum, isolasi
itik yang sakit. Pengobatan dengan obat jenis sulfa dan antibiotik.
• . Penyakit Cacing
Penyebabnya terbagi jenis cacing menyerang pada itik yang dilepas. Tanda penyakit adalah nafsu makan berkurang,
mencret, bulu kusam, kurus dan produksi turun. Pencegahan harus dijaga
kebersihan kandang jaga kelembabannya, sanitasi kandang dan makan, minum. Pengobatan dengan memberikan
obat cacing minimal 3 bulan sekali.
• Penyakit Botulismus
Penyebabnya adalah racun yang dihasilkan oleh kuman Clostridium botulinum, yang sering ditemukan pada
bangkai hewan dan tanaman busuk. Itik yang digembalakan sering memakannya Tanda penyakit adalah itik lesu,
lemah, lumpuh, pada leher kaki dan sayap, nampak mengantuk, kadang-kadang tidak dapat berdiri tegak dan kalau
berjalan sempoyongan, bulu mudah rontik. Pencegahan dengan menjaga kebersihan makanan dan hindari makanan
basi/sudah membusuk dan
tercemar, makanan harus bersih dan baru atau kalau hijauan yang masih segar. Pengobatan dapat dicoba dengan
obat laxanitia.pencahar (garam espon).
Lumpuh.
Penyebab : Kekurangan vitamin B.Tanda-tanda : Kaki bengkak dibagian persendian, jalan pincang dan lumpuh,
kelihatan ngantuk, kadang-kadang keluar air mata berlebihan.
7.Produksi telor
Tabel 3.kemampuan produksi telur dan bobot telur beberapa jenis itik petelur unggul
8. Pasca panen
Kegiatan pascapanen yang bias dilakukan adalah pengawetan. Dengan pengawetan maka nilai ekonomis telur
itik akan lebih lama dibanding jika tidak dilakukan pengawetan. Telur yang tidak diberikan perlakuan pengawetan
hanya dapat tahan selama 14 hari jika disimpan pada temperatur ruangan bahkan akan segera membusuk. Adapun
perlakuan pengawetan terdiri dari 5 macam, yaitu:
a)Pengawetan dengan air hangat
Pengawetan dengan air hangat merupakan pengawetan telur itik yang paling sederhana. Dengan cara ini telur dapat
bertahan selama 20 hari.
b) Pengawetan telur dengan daun jambu biji Perendaman telur dengan daun jambu biji dapat mempertahankan mutu
telur selama kurang lebih 1 bulan. Telur yang telah direndam akan berubah warna menjadi kecoklatan seperti telur
pindang.
c) Pengawetan telur dengan minyak kelapa Pengawetan ini merupakan pengawetan yang praktis. Dengan cara ini
warna kulit telur dan rasanya tidak berubah.
d) Pengawetan telur dengan natrium silikat Bahan pengawetan natrium silikat merupkan cairan kental, tidak
berwarna, jernih, dan tidak berbau. Natirum silikat dapat menutupi pori kulit telur sehingga telur awet dan tahan
lama hingga 1,5 bulan. Adapun caranya adalah dengan merendam telur dalam larutan natrium silikat10% selama
satu bulan.
e) Pengawetan telur dengan garam dapur Garam direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan konsentrasi
25- 40% selama 3 minggu.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan program tata laksana pemeliharaan itik
sampai umur 22 minggu.
Kesalahan nutrisi pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai kedewasaan kelamin
sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang diharapkan.
Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang memiliki andil keberhasilan yakni:
1.Bibit itik; karakteristik ekonominya dalam menunjang keberhasilan usaha adalah 20%.
2.Makanan itik; dalam menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30%.
3.Tata laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan ketrampilan, memegang peranan yang
sangat besar
B.SARAN
Dalam Peternak itik telur perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-Letak tempat peternakan itik
-Sarana dan prasarananya harus memadai
-Kandang harus sesuai dengan jumlah ternak
-Bibit harus benar-benar bagus
-Kebersihan harus dijaga supaya terhindar dari penyakit
DAFTAR PUSTAKA
Anggrorohadi, Pemadi dan Sudawonadi S.1993.Sumber Daya Sarana dan Prasaran Peternakan Bandung:Balai
penelitian peternakan