Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PRODUKSI TERNAK PERAH

Perkembangan dan Pemasaran Peternakan Susu Kambing Peranakan Etawa


(PE) di Indonesia

Dosen Pembimbing : Dwi Ahmad Priyadi, S.Pt., M.Sc.

Disusun Oleh :

SITI ALFIYAH
361741333050
2B

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL TERNAK


POLITEKNIK NEGERI BANYUWANGI
BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Perkembangan dan Pemasaran Peternakan Susu Kambing
Peranakan Etawa (PE) di Indonesia” dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berterimakasih kepada Bapak Dwi Ahmad Priyadi, S.Pt., M.Sc.
selaku Dosen mata kuliah Produksi Ternak Perah yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai perkembangan ternak perah yang ada di
Indonesia saat ini. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi Saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya Saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

Banyuwangi, 22 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Populasi Kambing Perah.......................................................................... 3
2.2 Produksi Susu Kambing Perah ................................................................ 5
2.3 Pemasaran Susu Kambing Perah ............................................................ 7
2.4 Permasalahan dan Solusi ........................................................................ 9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konsumsi susu di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, yang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Kondisi tersebut
memerlukan upaya penganekaragaman ternak perah selain sapi untuk
membantu peningkatan produksi susu di Indonesia. Pemeliharaan kambing
sebagai ternak perah merupakan salah satu alternatif upaya penganekaragaman
ternak perah selain sapi. Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan salah satu
jenis kambing yang mempunyai potensi untuk menghasilkan susu yang saat ini
sudah mulai tersebar luas di Indonesia. Pengembangan kambing PE secara luas
akan membantu peningkatan produksi susu, upaya pemenuhan kebutuhan susu
serta dapat mengurangi jumlah impor susu di Indonesia.
Kambing PE dikenal sebagai ternak dwiguna. Produktivitas kambing PE
dapat dilihat dari jumlah dan berat lahir anak serta produksi susu yang
dihasilkan. Produktivitas kambing dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan,
nutrisi dan manajemen ternak (Budiarsana dan Sutama, 2001). Kambing PE
memiliki potensi untuk menghasilkan anak lebih dari satu setiap kelahiran
(Kurnianto, 2007). Hal tersebut dapat membantu pemenuhan kebutuhan susu di
Indonesia disebabkan jumlah anak kambing lebih dari satu menyebabkan
rangsangan puting yang diterima oleh induk semakin banyak, sehingga
menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin pada induk yang menyebabkan
semakin tinggi produksi susu.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana populasi kambing perah di Indonesia?
2. Bagaimana produksi susu kambing PE?
3. Bagaimana pemasaran susu kambing PE?
4. Permasalahan apa saja dalam pengembangan susu kambing di Indonesia dan
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut?

1
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan ditulisnya makalah ini ialah agar mahasiswa mengetahui dan
memahami tentang populasi kambing PE, produksi susu yang dihasilkan,
proses pemasaran dan juga masalah yang dihadapi peternak serta solusi untuk
mengatasi masalah tersebut.
Manfaat ditulisnya makalah ini ialah sebagai tambahan wawasan atau
pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca tentang susu kambing yang
ada di indonesia khususnya kambing Peranakan Etawa (PE).

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Populasi Kambing Perah di Indonesia


Semakin meningkatnya pola pikir masyarakat akan pentingnya aspek gizi dan
kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap permintaan bahan
pangan yang kaya akan zat gizi. Susu kambing merupakan salah satu komoditas
di Indonesia yang memiliki prospek pengembangan usaha yang baik karena
memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan susu sapi. Selain itu
potensi yang belum banyak dieksplor terkait dengan kasiat susu kambing, yaitu
berguna dalam penyembuhan penyakit pernafasan dan juga kecantikan.
Susu kambing belum dikenal secara luas oleh masyarakat seperti susu sapi,
padahal bila dilihat dari komposisi kimianya sangat baik dibandingkan dengan
susu sapi. Kandungan protein susu kambing 4,3% sedangkan susu sapi 3,8%.
Kandungan lemak susu kambing juga lebih baik untuk dikonsumsi daripada susu
sapi, serta terdapat kandungan lainnya seperti karbohidrat, vitamin dan mineral
yang sesuai dengan kebutuhan tubuh terdapat dalam susu kambing. Sehingga
apabila benar-benar potensi ini digarap, permintaan akan susu kambing akan
semakin meningkat. Kelebihan kambing perah adalah selain sebagai penghasil
susu, nantinya juga dapat digunakan sebagai penghasil daging, sehingga dapat
disebut sebagai tipe dwiguna. Kambing perah yang banyak dikembangkan di
Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE).
Populasi kambing di Indonesia saat ini mencapai 19.608.181 ekor. Sekitar
58,33 % terdapat di Pulau Jawa, 22,78 % di Pulau Sumatera, 1,03 % di Pulau
Kalimantan, 9,25 % di Pulau Sulawesi dan 8,61 % di pulau lain (Pulau Maluku,
NTB, NTT, Bali, Papua dan Papua Barat) (Ditjen PKH, 2016), dengan memiliki
komposisi hampir seluruhnya merupakan ternak kambing asli Indonesia. Untuk
daerah jawa barat saja pertumbuhan populasi kambing sekitar 6% per tahun.
Populasi kambing total sekitar 17,5 juta ditahun 2011 termasuk 3,5 juta peternak
rumah tangga ( Indonesian livestock statistics, 2011).
Perkembangan populasi kambing dalam lima tahun terakhir di Indonesia
sesuai data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2016 disajikan pada
Tabel berikut ini:

3
Populasi dan produksi kambing secara nasional
Tahun Populasi (ekor) Produksi (ton)
2012 17.905.862 65.216
2013 18.500.322 65.169
2014 18.639.533 65.142
2015 19.012.794 64.948
2016 19.608.181 66.753
Sumber: Ditjen PKH, 2016.

Tabel populasi kambing di Indonesia

Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011

Jawa Barat 1294 1431 1600 1801 2009

Jawa Tengah 3126 3356 3499 3691 3803

Jawa timur 2444 2739 2779 2822 2864

Provinsi lain (30) 7606 7606 7937 8305 8806

Total 14470 15147 15815 16619 17482

Populasi kambing di indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun


terakhir, dari 14,5 jt di tahun 2007 menjadi 17,5 juta di tahun 2011. Populasi
kambing tersebar ke 33 provinsi di Indonesia dengan populasi tertinggi di Jawa
Tengah 21%, diikuti Jawa Timur 16% dan Jawa Barat 11%. Dari total populasi
kambing, sekitar 4-5 juta (32%) dipelihara untuk produksi susu kambing.
Kambing betina dipelihara untuk diperah dan menghasilkan cempe sedangkan
sebagian dipelihara untuk menghasilkan cempe dan kontes. Lima belas tahun
yang lalu, peternak kambing dan domba membentuk sebuah organisasi yang
dinamakan HPKDI dan lima tahun kemudian peternak kambing perah
mengumumkan sebuah organisasi bernama ASPENAS yang tujuan utamanya
adalah mengorganisasi kontes kambing perah. Kedua organisasi tersebut sama-
sama memiliki tujuan untuk memperbaiki produksi susu kambing dan
mempromosikan harga susu kambing. ASPENAS mengadakan kontes reguler;
tahunan atau tiap dua tahunan untuk mengidentifikasi kambing etawa terbaik.

4
ASPEKPIN juga secara aktif mempromosikan kambing perah jenis lain seperti
kambing saanen.

2.2 Produksi Susu Kambing PE


Kambing etawa berasal dari kambing jamnapari India. Berat kambing etawa
jantan dewasa sekitar 90 kg dan etawa betina dewasa sekitar 60 kg. Produksi
susu dari kambing lokal dan peranakan adalah 0,5 sampai 3 liter per hari
tergantung dari jenis kambingnya. Produksi susu kambing masih sangat
bervariasi 0,45-2,2 liter/hari, dengan panjang masa laktasi sangat beragam yaitu
92 - 256 hari (rataan 156,1 hari) pada laktasi pertama dan 127 – 287 hari (rataan
170 hari) pada laktasi ketiga. (Obst dan Napitupulu, 1984; Sutama et al., 1995).
Phalepi (2004) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi mutu genetik,
umur induk, ukuran dimensi ambing, bobot hidup, lama laktasi, tatalaksana yang
diberlakukan pada ternak (perkandangan, pakan, kesehatan), kondisi iklim
setempat, daya adaptasi ternak dan aktivitas pemerahan. Faktor lain yang
berpengaruh terhadap produksi susu adalah proses penyusuan, yang dapat
meningkatkan produksi susu induk dan akan menurun tajam ketika anak disapih
(Hastono, 2003). Produksi susu pada ternak yang umurnya lebih tua lebih tinggi
dari ternak yang umurnya muda, sebab ternak muda masih mengalami proses
pertumbuhan. Pendistribusian zat-zat makanan pada ternak-ternak muda hanya
sebagian yang digunakan untuk produksi susu dan sebagian lagi untuk
pertumbuhan termasuk kelenjar ambing yang masih pada tahap perkembangan
(Phalepi, 2004). Produksi susu akan meningkat sejak induk beranak dan akan
turun hingga akhir masa laktasi (Blakely dan Bade, 1992). Puncak produksi susu
akan dicapai pada hari ke 48-72 setelah beranak (Devendra and Burns, 1994).
Sutama (1994) menyatakan bahwa produksi susu kambing PE berkisar 1,5- 3,5
l per ekor per hari. Menurut Sudono dan Abulgani (2002), produksi susu
kambing PE cukup rendah, yaitu berkisar 0,5–0,9 l per ekor per hari. Atabany
(2002) menyatakan bahwa produksi susu kambing berkisar 1-3 kg per ekor per
hari, tergantung pada bangsa kambing, masa laktasi, suhu lingkungan, pakan,
jumlah anak perkelahiran dan tatalaksana pemeliharaan. Jumlah pemerahan
setiap hari berpengaruh terhadap produksi susu. Produksi susu meningkat 40%

5
pada pemerahan dua kali sehari daripada pemerahan satu kali. Produksi susu
lebih tinggi 5%-20% pada pemerahan tiga kali sehari daripada dua kali dan
pemerahan empat kali lebih tinggi 5%-10% daripada pemerahan tiga kali.
Kambing betina dengan berat 55 kg akan memproduksi lebih dari 200 kg susu
dalam sekali laktasi dengan lama laktasi 305 hari. Blakely dan Bade (1992)
menyatakan bahwa susu kambing terkenal karena kandungan nutrisi dan nilai
medisnya sejak jaman dahulu. Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing
memiliki karakteristik berwarna lebih putih dan globul lemak susu lebih kecil
dan beremulsi dengan susu. Lemak harus dipisahkan dengan mesin pemisah
(mechanical separator), karena lemak tersebut tidak dengan sendirinya muncul
di atas permukaan. Lemak susu kambing lebih mudah dicerna. Curd protein susu
kambing lebih lunak sehingga lebih memungkinkan untuk dibuat keju yang
spesial. Susu kambing mengandung kalsium, fosfor, vitamin A, E dan B
kompleks yang lebih tinggi. Susu kambing dapat diminum oleh orang yang
alergi minum susu sapi (lactose intolerant) dan untuk orang-orang yang
mengalami gangguan pencernaan.

Provinsi Prod.susu Tujuan Jenis kambing


L/ekor/hari
DKI Jakarta & 0,5 – 1 Breeding & susu Etawa &
Banten saanen
JaBar (Bogor, Bandung, 0,75 - 3 Breeding & susu Etawa, PE &
Sumedang, Garut) Saanen
Jawa tengah 0,5 - 1 Breeding Etawa dan PE
(purworejo)
Jogja ( Sleman 0,75 - 1,5 Breeding & susu Etawa &
& Kulonprogo) Kambing lokal
Jatim (Blitar, Malang & 1 -2 Breeding & Susu Etawa, PE &
Banyuwangi) Saanen
Lampung & 0,5-1 Breeding & susu PE & kambing
Aceh lokal

Kalimantan Timur 0,5 Breeding & susu PE & kambing


lokal

6
Sebagian besar kambing-kambing di Indonesia dipelihara untuk tujuan
penghasil daging dan hanya beberapa petani di beberapa daerah (Jawa) yang
tetap memelihara kambing-kambing mereka untuk penghasil susu kambing.

2.3 Pemasaran Susu Kambing PE


Pemasaran adalah sebuah proses perencanaan serta pelaksanaan konsep,
harga, promosi, distribusi terhadap barang, jasa dan ide menuju keberhasilan
tujuan perusahaan (Ebert,Griffin, 2005). Lebih sederhana pemasaran adalah
proses merencanakan konsep produk, menentukan harga, promosi dan distribusi
produk susu kambing yang kita miliki, dalam upaya mencapai tujuan usaha yang
kita tetapkan. Langkah –langkah yang dapat dilakukan dalam memasarkan susu
kambing ialah:
1. Perencanaan Produk Susu Kambing Berkualitas
Susu kambing adalah produk minuman fungsional (functional drink),
dimana konsumen membeli khasiat yang terdapat pada susu kambing bukan
membeli sekedar minuman susu. Hal ini harus benar-benar diperhatikan
oleh produsen susu kambing, khususnya peternak kambing perah. Kunci
kualitas produk susu kambing maupun olahannya terletak pada kualitas susu
murni mentahnya (raw milk). Agar bisa dihasilkan susu kambing mentah
berkualitas harus diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Susu kambing dihasilkan dari Indukan kambing perah yang sehat
2. Bebas dari residu antibiotic atau kontaminasi obat-obatan lain
3. Lokasi pemerahan harus bersih
4. Alat-alat pemerahan berbahan stainless steel atau alumunium
5. Proses pemerahan dilakukan dengan tata cara yang benar
6. Kemasan menggunakan bahan yang direkomendasikan untuk mengemas
produk susu
2. Penetapan Harga
Harga produk susu kambing adalah elemen penting penunjang
suksesnya penjulan. Penentuan harga tidak boleh asal-asalan, ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan antara lain; besaran biaya produksi, biaya
distribusi, pajak (jika ada), promosi, psikologis konsumen dan kondisi

7
pesaing. Pendekatan sederhana dalam mendesain harga adalah dengan
menentukan total biaya dan menambahkan keuntungan yang diinginkan
(mark up)(Kotler, 2003).
Harga susu kambing di pasaran saat ini sangat bervariasi, antara Rp.
15.000,- hingga Rp.50.000,- per liter. Bahkan ada beberapa peternak yang
memasarkan susu kambing produksinya pada angka Rp.10.000,- per liter.
Keputusan penetapan harga adalah hal yang sulit dan kompleks. Perusahaan
(peternak/produsen) harus menghitung banyak faktor dalam keputusan
penetapan harga produknya. Faktor tersebut adalah perusahaan (internal),
pelanggan, pesaing dan lingkungan pemasaran. Keputusan penetapan harga
haruslah konsisten dengan strategi pemasaran perusahaan, target pasar dan
penempatan merek (Kotler & Keller, 2006).
3. Promosi
Komunikasi atau promosi produk, tidak bisa dilepaskan oleh produsen
susu kambing dalam upaya mensukseskan penjualan. Cukup banyak contoh
sederhana upaya promosi yang telah dilakukan produsen susu kambing.
Antara lain adalah dengan membagi-bagikan brosur, iklan surat kabar,
memasang spanduk, baliho hingga promosi melalui radio, tv, bahkan
internet.
Usaha promosi diatas adalah bagian dari strategi masing-masing
produsen susu kambing dalam menentukan media promosi yang paling
tepat. Tujuannya adalah untuk menggerakkan konsumen yang belum
mengenal menjadi kenal, paham dan yakin untuk melakukan pembelian
produk (Jain. C, 1999).
4. Distribusi
Distribusi adalah membicarakan tentang bagaimana membawa produk
baru kepada pasarnya (konsumen). Cara sederhana yang bisa dilakukan
produsen susu kambing adalah mempekerjakan tenaga penjual
(sellesman) untuk menjual produk susu kambing ke distributor (pengepul),
agen, pengecer atau langsung pada konsumen susu kambing (Kotler, 2003).
Hal ini dikenal sebagai bagian dari go-to-market strategy.

8
Aplikasi proses distribusi susu kambing, harus memperhatikan cara
pengepakan (packaging) dan alokasi waktu yang dibutuhkan. Hal ini
menjadi penting mengingat susu kambing segar harus dikirim dan diterima
dalam keadaan beku (frozen) untuk menjaga kualitasnya.
5. Konsumen
Muara dari rangkaian proses pemasaran produk susu kambing adalah
konsumen. Produsen harus sadar bahwa kemampuan memahami kebutuhan
konsumen berpengaruh langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
Semakin baik memahami kebutuhan pelanggan, semakin efektif menyusun
strategi pemasaran yang berbasis pada kebutuhan pelanggan tersebut
(Assael, 1998).

2.4 Permasalahan dan Solusi Dalam Pengembangan Susu Kambing


Informasi tentang populasi, produksi susu kambing dan produksi kambing
perah sangat kurang. Produksi kambing perah membutuhkan dukungan baik dari
pemerintah dan sektor swasta. Saat ini ada beberapa kegiatan untuk
meningkatkan dan mempromosikan peternakan kambing perah. Misalnya
melalui pemuliaan dan perbanyakan program untuk meningkatkan populasi
kambing perah, dan penerapan teknologi produksi modern.
Tahapan dasar untuk menghasilkan susu kambing murni mentah berkualitas,
masih menjadi pekerjaan rumah bagi mayoritas peternak kambing perah. Masih
banyak dari produsen susu kambing belum memiliki sarana kandang dan
lingkungan kebersihan yang memadai. Bukan berarti kandang harus mahal dan
mewah, tetapi poin utamanya adalah kebersihan dan sanitasi kandang harus
diperhatikan betul. Kondisi kandang yang bersih dan rapi, serta alat dan proses
pemerahan standard, adalah modal berharga bagi peternak. Lingkungan
peternakan yang ideal, bisa mendatangkan potensi bisnis penunjang, berupa
wisata edukasi sekaligus sarana murah mempromosikan dan menjual produk
susu kambing peternak.
Kendala bagi produsen susu kambing dalam hal distribusi pemasaran sekala
luas. Kendala tersebut adalah sulit memperoleh ijin edar dari pemerintah dalam
hal ini ijin BPOM. Harus ada usaha untuk duduk bersama-sama, antara

9
pemerintah dan pelaku usaha kambing perah dalam rangka mencari solusi hal
ini, utamanya bagi produsen susu kambing skala kecil. Tanpa ada ijin edar,
produsesn susu kambing akan kesulitan untuk mengembangkan distribusi
pemasaran produknya melalui pasar ritel.
Permasalahan yang dihadapi oleh peternak kecil adalah produksi susu yang
rendah dikarenakan pemberian pakan berkualitas buruk, tempat penyimpanan
susu yang kurang memadai, sarana transportasi, pemasaran dan dukungan
pemerintah. Beberapa peternakan kambing besar di Jawa Barat dengan lahan
yang luas, kandang yang baik dan persediaan pakan cukup dapat memiliki lebih
dari 100 hewan per peternakan. Biasanya peternakan kambing yang besar
menjual susu mereka langsung ke konsumen, termasuk rumah sakit, restoran dan
pabrik pengolahan susu.
Di Jawa Tengah, pemeliharaan kambing sebagian besar dilakukan oleh para
petani yang memiliki lahan yang kecil dan kambing yang dipelihara antara 1 -
20 ekor. Misalnya, di Kabupaten Kemirikebo, Yogyakarta, dari 65 rumah tangga
membentuk sebuah koperasi ternak atau kelompok ternak dan total akumulasi
kambing dari koperasi tersebut adalah 623 ekor. Urin dan kotoran kambing
dikumpulkan dan dijual sebagai pupuk untuk perkebunan dan pertanian di
sekitar. Surplus produksi susu kambing dapat diolah menjadi permen karamel
susu, es krim, biskuit susu, dodol dan yoghurt dengan variasi rasa termasuk
stroberi, apel dan kelapa. Di daerah Pakem Yogyakarta, ada seorang petani yang
modern yang sudah memiliki mesin pemerah susu untuk susu kambing dan
pabrik pengolahan susu untuk membuat yoghurt. Sementara itu, Pak Bondan dari
peternakan bumiku hijau dari Kabupaten Condongcatur Yogyakarta telah
memperkenalkan cara yang unik untuk menjual susu segar dengan sistem door-
price (Koran Kompas, 2011). Di Jawa Timur, peternakan kambing
perah sebagian besar seperti yang ada di Jawa Tengah, tetapi kebanyakan dari
mereka dioperasikan sebagai koperasi petani. Harga susu sama seperti di daerah
lain, tetapi mereka memiliki pangsa pasar dan permintaan susu kambing yang
baik. Untuk beberapa kegiatan, seperti praktek perternakan kambing dan
pelatihan pengolahan susu disediakan oleh Balai Besar Pelatihan Peternakan,
Departemen Pertanian di Batu Malang, Jawa Timur.

10
BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesadaran masyarakat akan pentingnya aspek gizi dan kesehatan
menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap permintaan bahan pangan yang kaya
akan zat gizi, contohnya susu. Peningkatan jumlah penduduk sangat berpengaruh
pada kebutuhan susu, sehingga perlu adanya tambahan kebutuhan susu. Hal ini
dapat dibantu dengan adanya ternak kambing perah yang mana susunya dapat
diambil untuk mengurangi kebutuhan susu yang ada di indonesia. Namun susu
kambing belum dikenal secara luas oleh masyarakat seperti susu sapi.
Kambing yang banyak di ternak oleh masyarakat ialah kambing PE. Yang
mana populasi tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Masalah yang
dihadapi masyarakat dalam beternak kambing PE ialah pemberian pakan
berkualitas buruk, tempat penyimpanan susu yang kurang memadai, sarana
transportasi, pemasaran dan dukungan pemerintah.

3.2 SARAN
Pengembangan susu kambing perah di Indonesia perlu dikembangkan
dengan teknologi modern, agar peternak dapat bersaing dalam kanca nasional
maupun internasional.

11
DAFTAR PUSTAKA

Assael, Henry. 1998. Consumer Behavior and Marketing Action 6th Edition, New
York: South Western College Publishing.
Atabany, A. 2002. Program Pendidikan Ketrampilan Hidup. Buku Panduan
Pelatihan Usaha Peternakan Kambing di Kelurahan Cipedak Jakarta Selatan.
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Blakely, J. & D. H. Bade. 1992. Ilmu Petemakan. Edisi Ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Budiarsana, I.G.M. dan I.K. Sutama. 2001. Fertilisasi Kambing Peranakan Etawa
pada Perkawinan Alami dan Inseminasi Buatan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2001 Sep 17-18; Bogor, Indonesia.
Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm. 85-92.
Devendra, C. and M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Terjemahan. Penerbit ITB, Bandung.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2016. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Indonesian Livestock Statistic. 2011. Directorate General Livestock Services and
Animal Health, Ministry of Agriculture Republic of Indonesia
Kotler, Philip and Gary Armstrong (2003). Marketing, An Introduction : Sixth
Edition. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Kurnianto, E., S. Johari dan H. Kurniawan. 2007. Komponen ragam bobot badan
kambing Peranakan Etawa di Balai Pembibitan Ternak Kambing Sumberejo
Kabupaten Kendal. Jurnal Tropical Animal Agriculture. 32(4):236-244.
Obst, J.M. and Z. Naprrupulu. 1984. Milk yields of Indonesian goats. Proc. Aust.
Soc. Anim. Prod. 15 : 501-504.
Phalepi, MA. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi Kasus Di
Peternakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaaan Swadaya Citarasa)
[skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.

12
Sudono, A. dan I. K. Abdulgani. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat
Kuliah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.
Sutama, I-K., I .G .M. Budiarsana din Y . Saefudin . 1994. Kinerja reproduksi
sekitar pubertas dan beranak pertama kambing Peranakan Etawah. Ilmu dan
Peternakan 8: 9 -12.
Sutama, I-K., IGM. Budiarsana, H . Setianto and A. Priyanti . 1995 . Productive
and reproductive performances of young Peranakan Etawah does. Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner (submitted) .

13

Anda mungkin juga menyukai