Disusun Oleh :
SITI ALFIYAH
361741333050
2B
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Perkembangan dan Pemasaran Peternakan Susu Kambing
Peranakan Etawa (PE) di Indonesia” dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Saya berterimakasih kepada Bapak Dwi Ahmad Priyadi, S.Pt., M.Sc.
selaku Dosen mata kuliah Produksi Ternak Perah yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai perkembangan ternak perah yang ada di
Indonesia saat ini. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi Saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya Saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan ditulisnya makalah ini ialah agar mahasiswa mengetahui dan
memahami tentang populasi kambing PE, produksi susu yang dihasilkan,
proses pemasaran dan juga masalah yang dihadapi peternak serta solusi untuk
mengatasi masalah tersebut.
Manfaat ditulisnya makalah ini ialah sebagai tambahan wawasan atau
pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca tentang susu kambing yang
ada di indonesia khususnya kambing Peranakan Etawa (PE).
2
BAB 2 PEMBAHASAN
3
Populasi dan produksi kambing secara nasional
Tahun Populasi (ekor) Produksi (ton)
2012 17.905.862 65.216
2013 18.500.322 65.169
2014 18.639.533 65.142
2015 19.012.794 64.948
2016 19.608.181 66.753
Sumber: Ditjen PKH, 2016.
4
ASPEKPIN juga secara aktif mempromosikan kambing perah jenis lain seperti
kambing saanen.
5
pada pemerahan dua kali sehari daripada pemerahan satu kali. Produksi susu
lebih tinggi 5%-20% pada pemerahan tiga kali sehari daripada dua kali dan
pemerahan empat kali lebih tinggi 5%-10% daripada pemerahan tiga kali.
Kambing betina dengan berat 55 kg akan memproduksi lebih dari 200 kg susu
dalam sekali laktasi dengan lama laktasi 305 hari. Blakely dan Bade (1992)
menyatakan bahwa susu kambing terkenal karena kandungan nutrisi dan nilai
medisnya sejak jaman dahulu. Dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing
memiliki karakteristik berwarna lebih putih dan globul lemak susu lebih kecil
dan beremulsi dengan susu. Lemak harus dipisahkan dengan mesin pemisah
(mechanical separator), karena lemak tersebut tidak dengan sendirinya muncul
di atas permukaan. Lemak susu kambing lebih mudah dicerna. Curd protein susu
kambing lebih lunak sehingga lebih memungkinkan untuk dibuat keju yang
spesial. Susu kambing mengandung kalsium, fosfor, vitamin A, E dan B
kompleks yang lebih tinggi. Susu kambing dapat diminum oleh orang yang
alergi minum susu sapi (lactose intolerant) dan untuk orang-orang yang
mengalami gangguan pencernaan.
6
Sebagian besar kambing-kambing di Indonesia dipelihara untuk tujuan
penghasil daging dan hanya beberapa petani di beberapa daerah (Jawa) yang
tetap memelihara kambing-kambing mereka untuk penghasil susu kambing.
7
pesaing. Pendekatan sederhana dalam mendesain harga adalah dengan
menentukan total biaya dan menambahkan keuntungan yang diinginkan
(mark up)(Kotler, 2003).
Harga susu kambing di pasaran saat ini sangat bervariasi, antara Rp.
15.000,- hingga Rp.50.000,- per liter. Bahkan ada beberapa peternak yang
memasarkan susu kambing produksinya pada angka Rp.10.000,- per liter.
Keputusan penetapan harga adalah hal yang sulit dan kompleks. Perusahaan
(peternak/produsen) harus menghitung banyak faktor dalam keputusan
penetapan harga produknya. Faktor tersebut adalah perusahaan (internal),
pelanggan, pesaing dan lingkungan pemasaran. Keputusan penetapan harga
haruslah konsisten dengan strategi pemasaran perusahaan, target pasar dan
penempatan merek (Kotler & Keller, 2006).
3. Promosi
Komunikasi atau promosi produk, tidak bisa dilepaskan oleh produsen
susu kambing dalam upaya mensukseskan penjualan. Cukup banyak contoh
sederhana upaya promosi yang telah dilakukan produsen susu kambing.
Antara lain adalah dengan membagi-bagikan brosur, iklan surat kabar,
memasang spanduk, baliho hingga promosi melalui radio, tv, bahkan
internet.
Usaha promosi diatas adalah bagian dari strategi masing-masing
produsen susu kambing dalam menentukan media promosi yang paling
tepat. Tujuannya adalah untuk menggerakkan konsumen yang belum
mengenal menjadi kenal, paham dan yakin untuk melakukan pembelian
produk (Jain. C, 1999).
4. Distribusi
Distribusi adalah membicarakan tentang bagaimana membawa produk
baru kepada pasarnya (konsumen). Cara sederhana yang bisa dilakukan
produsen susu kambing adalah mempekerjakan tenaga penjual
(sellesman) untuk menjual produk susu kambing ke distributor (pengepul),
agen, pengecer atau langsung pada konsumen susu kambing (Kotler, 2003).
Hal ini dikenal sebagai bagian dari go-to-market strategy.
8
Aplikasi proses distribusi susu kambing, harus memperhatikan cara
pengepakan (packaging) dan alokasi waktu yang dibutuhkan. Hal ini
menjadi penting mengingat susu kambing segar harus dikirim dan diterima
dalam keadaan beku (frozen) untuk menjaga kualitasnya.
5. Konsumen
Muara dari rangkaian proses pemasaran produk susu kambing adalah
konsumen. Produsen harus sadar bahwa kemampuan memahami kebutuhan
konsumen berpengaruh langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
Semakin baik memahami kebutuhan pelanggan, semakin efektif menyusun
strategi pemasaran yang berbasis pada kebutuhan pelanggan tersebut
(Assael, 1998).
9
pemerintah dan pelaku usaha kambing perah dalam rangka mencari solusi hal
ini, utamanya bagi produsen susu kambing skala kecil. Tanpa ada ijin edar,
produsesn susu kambing akan kesulitan untuk mengembangkan distribusi
pemasaran produknya melalui pasar ritel.
Permasalahan yang dihadapi oleh peternak kecil adalah produksi susu yang
rendah dikarenakan pemberian pakan berkualitas buruk, tempat penyimpanan
susu yang kurang memadai, sarana transportasi, pemasaran dan dukungan
pemerintah. Beberapa peternakan kambing besar di Jawa Barat dengan lahan
yang luas, kandang yang baik dan persediaan pakan cukup dapat memiliki lebih
dari 100 hewan per peternakan. Biasanya peternakan kambing yang besar
menjual susu mereka langsung ke konsumen, termasuk rumah sakit, restoran dan
pabrik pengolahan susu.
Di Jawa Tengah, pemeliharaan kambing sebagian besar dilakukan oleh para
petani yang memiliki lahan yang kecil dan kambing yang dipelihara antara 1 -
20 ekor. Misalnya, di Kabupaten Kemirikebo, Yogyakarta, dari 65 rumah tangga
membentuk sebuah koperasi ternak atau kelompok ternak dan total akumulasi
kambing dari koperasi tersebut adalah 623 ekor. Urin dan kotoran kambing
dikumpulkan dan dijual sebagai pupuk untuk perkebunan dan pertanian di
sekitar. Surplus produksi susu kambing dapat diolah menjadi permen karamel
susu, es krim, biskuit susu, dodol dan yoghurt dengan variasi rasa termasuk
stroberi, apel dan kelapa. Di daerah Pakem Yogyakarta, ada seorang petani yang
modern yang sudah memiliki mesin pemerah susu untuk susu kambing dan
pabrik pengolahan susu untuk membuat yoghurt. Sementara itu, Pak Bondan dari
peternakan bumiku hijau dari Kabupaten Condongcatur Yogyakarta telah
memperkenalkan cara yang unik untuk menjual susu segar dengan sistem door-
price (Koran Kompas, 2011). Di Jawa Timur, peternakan kambing
perah sebagian besar seperti yang ada di Jawa Tengah, tetapi kebanyakan dari
mereka dioperasikan sebagai koperasi petani. Harga susu sama seperti di daerah
lain, tetapi mereka memiliki pangsa pasar dan permintaan susu kambing yang
baik. Untuk beberapa kegiatan, seperti praktek perternakan kambing dan
pelatihan pengolahan susu disediakan oleh Balai Besar Pelatihan Peternakan,
Departemen Pertanian di Batu Malang, Jawa Timur.
10
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesadaran masyarakat akan pentingnya aspek gizi dan kesehatan
menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap permintaan bahan pangan yang kaya
akan zat gizi, contohnya susu. Peningkatan jumlah penduduk sangat berpengaruh
pada kebutuhan susu, sehingga perlu adanya tambahan kebutuhan susu. Hal ini
dapat dibantu dengan adanya ternak kambing perah yang mana susunya dapat
diambil untuk mengurangi kebutuhan susu yang ada di indonesia. Namun susu
kambing belum dikenal secara luas oleh masyarakat seperti susu sapi.
Kambing yang banyak di ternak oleh masyarakat ialah kambing PE. Yang
mana populasi tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Masalah yang
dihadapi masyarakat dalam beternak kambing PE ialah pemberian pakan
berkualitas buruk, tempat penyimpanan susu yang kurang memadai, sarana
transportasi, pemasaran dan dukungan pemerintah.
3.2 SARAN
Pengembangan susu kambing perah di Indonesia perlu dikembangkan
dengan teknologi modern, agar peternak dapat bersaing dalam kanca nasional
maupun internasional.
11
DAFTAR PUSTAKA
Assael, Henry. 1998. Consumer Behavior and Marketing Action 6th Edition, New
York: South Western College Publishing.
Atabany, A. 2002. Program Pendidikan Ketrampilan Hidup. Buku Panduan
Pelatihan Usaha Peternakan Kambing di Kelurahan Cipedak Jakarta Selatan.
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah dan Pemuda, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Blakely, J. & D. H. Bade. 1992. Ilmu Petemakan. Edisi Ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Budiarsana, I.G.M. dan I.K. Sutama. 2001. Fertilisasi Kambing Peranakan Etawa
pada Perkawinan Alami dan Inseminasi Buatan. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner, 2001 Sep 17-18; Bogor, Indonesia.
Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Hlm. 85-92.
Devendra, C. and M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis.
Terjemahan. Penerbit ITB, Bandung.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan 2016. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Indonesian Livestock Statistic. 2011. Directorate General Livestock Services and
Animal Health, Ministry of Agriculture Republic of Indonesia
Kotler, Philip and Gary Armstrong (2003). Marketing, An Introduction : Sixth
Edition. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Kurnianto, E., S. Johari dan H. Kurniawan. 2007. Komponen ragam bobot badan
kambing Peranakan Etawa di Balai Pembibitan Ternak Kambing Sumberejo
Kabupaten Kendal. Jurnal Tropical Animal Agriculture. 32(4):236-244.
Obst, J.M. and Z. Naprrupulu. 1984. Milk yields of Indonesian goats. Proc. Aust.
Soc. Anim. Prod. 15 : 501-504.
Phalepi, MA. 2004. Performa Kambing Peranakan Etawah (Studi Kasus Di
Peternakan Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaaan Swadaya Citarasa)
[skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
12
Sudono, A. dan I. K. Abdulgani. 2002. Budidaya Aneka Ternak Perah. Diktat
Kuliah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya, Malang.
Sutama, I-K., I .G .M. Budiarsana din Y . Saefudin . 1994. Kinerja reproduksi
sekitar pubertas dan beranak pertama kambing Peranakan Etawah. Ilmu dan
Peternakan 8: 9 -12.
Sutama, I-K., IGM. Budiarsana, H . Setianto and A. Priyanti . 1995 . Productive
and reproductive performances of young Peranakan Etawah does. Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner (submitted) .
13