Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam usaha budidaya ternak kambing yang dikelola secara intensif

maupun semi intensif, pakan merupakan salah satu komponen input yang sangat

menentukan keberhasilan usaha secara finansial. Manajemen pemberian pakan

membutuhkan strategi dan analisa lebih lanjut untuk mencapai tujuan dari usaha

ternak kambing. Kambing memiliki kelebihan dalam kemampuan memanfaatkan

bahan pakan berserat tinggi ini dimungkinkan oleh proses fermentasi secara

anaerobik yang diperankan oleh mikroba yang berkembang didalam lambung.

Sehingga sangat mungkin dilakukan manipulasi pakan dengan catatan produksi

tetap baik.

Tanaman pakan ternak (hijauan pakan) dan hasil sisa tanaman maupun

limbah pertanian dan industri agro menjadi pilihan utama dalam mengembangkan

sistem pakan pada usaha ternak kambing (pakan dasar). Pakan dasar atau pakan

pokok memiliki arti bahwa secara kuantitatif bahan tersebut dialokasikan dan

dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah paling banyak dibandingkan bahan pakan

lain. Namun demikian, untuk mendukung produktivitas yang tinggi menurut

kapasitas genetiknya, maka suplai nutrisi dari pakan dasar sering tidak

mencukupi, baik dalam jumlah asupannya maupun dalam keseimbangan antar

berbagai zat gizinya (Sosroamidjojo, 1985). Oleh karena itu, manajemen


pemberian pakan hijauan perlu diperhatikan baik dari segi kualitas maupun

kuantitasnya

Pemberian pakan konsentrat ataupun suplemen yang menggunakan bahan

baku dengan kandungan nutrisi (protein, energi, mineral) yang tinggi sebaiknya

digunakan untuk mengatasai kekurangan nutrisi pada pakan dasar. Oleh karena

konsentrasi nutrisinya relatif tinggi, maka biaya penggunaan pakan konsentrat

juga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan dasar per unit pakan. Dengan

demikian penggunaan pakan konsentrat haruslah seefisien mungkin (Hartadi et al.,

1980).

Efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dapat dicapai dengan pengelolaan

pakan yang tepat, antara lain pengelolaan alokasi jumlah pakan optimal, formulasi

konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang seimbang secara nutrisi dan

layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan frekuensi pemberian pakan

yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara efisien sangat besar terhadap

efisiensi ekonomi usaha produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu manajemen

pemberian pakan meliputi waktu pemberian, frekuensi pemberian dan tahap

persiapan sebelum pembersihan pakan harus dilakukan dengan baik.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pakan ternak kambing ;

2. Untuk mengetahui pemberian pakan hijauan pada ternak kambing ;


3. Untuk mengetahui pemberian pakan konsentrat pada ternak kambing ;

4. Untuk mengetahui manajemen pemberian air minum pada ternak

kambing ;

5. Untuk mengetahui dampak manajemen pemberian pakan terhadap

efisiensi pakan ternak kambing ;

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan Ternak Kambing

Pakan adalah suatu bahan yang dikonsumsi ternak yang didalamnya

mengandung energi dan zat-zat gizi (atau keduanya). Pakan adalah bahan yang

dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau

nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,

reproduksi dan produksi (Hartadi et al.,1986).

Menurut Setiawan dan Arsa (2005), secara umum pakan ternak kambing

sebenarnya hanya terdiri dari tiga jenis, yaitu pakan kasar, pakan penguat dan
pakan pengganti. Pakan kasar merupakan bahan pakan berkadar serat kasar tinggi.

Bahan ini berupa pakan hijauan yang terdiri dari rumput dan dedaunan. Pakan

penguat merupakan bahan pakan berkadar serat rendah dan mudah dicerna seperti

konsentrat, ampas tahu dan bubur singkong. Sementara pakan pengganti

merupakan pakan hijauan yang sudah difermentasi. Kambing sangat efisien dalam

mengubah pakan berkualitas rendah menjadi protein yang berkualitas tinggi

(Blakely dan Bade , 1994)

2.2 Pemberian Pakan Hijauan Pada Kambing

Pakan kambing sebagian besar terdiri dari hijauan, yaitu rumput dan daun

daunan tertentu (daun nangka, daun waru, daun pisang dan daunan leguminosa).

Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari yang

diberikan 2 kali, yaitu pagi dan sore. Tetapi kambing lebih suka mencari dan

memilih pakannya sendiri di alam terbuka (Sosroamidjojo, 1978).

Siregar (1995) menjelaskan bahwa pemberian hijauan terbagi menjadi 2 macam

yaitu hijauan yang diberikan dalam keadaan masih segar dengan kadar air 70%

dan hijauan yang diberikan dalam keadaan kering atau awetan. Hijauan kering

dapat berupa hay, sedangkan awetan dapat berupa silase.

Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 4%

bahan kering dari bobot hidup (Sianipar, dkk, 2006). Hijauan merupakan bahan

pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan
hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005).

Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).

Menurut Mulyono dan Sarwono (2008) pada dasarnya kambing tidak

selektif dalam memilih pakan. Segala macam daun-daunan dan rumput disukai,

tetapi hijauan dari daun-daunan lebih disukai daripada rumput. Hijauan yang baik

untuk pakan adalah hijauan yang belum terlalu tua dan belum menghasilkan

bunga karena hijauan yang masih muda memiliki kandungan PK (protein kasar)

yang lebih tinggi. Hijauan yang diperoleh pada musim hujan sebaiknya dilayukan

atau dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan kambing.

Menurut Murtidjo (1993), hijauan pakan merupakan pakan utama bagi

ternak ruminansia dan berfungsi sebagai sumber gizi, yaitu protein, sumber

tenaga, vitamin dan mineral.

Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila

pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan

perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada

masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan

menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu

(Mulyono dan Sarwono, 2008).

2.3 Pemberian Pakan Konsentrat Pada Kambing

Bahan pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat dan bahan

berserat. Konsentrat serta bahan berserat merupakan komponen atau penyusun

ransum (Blakely dan Bade, 1994).


Konsentrat adalah bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lain

untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan

untuk disatukan atau dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap (Hartadi

et al., 1980).

Murtidjo (1993) menjelaskan bahwa konsentrat untuk ternak kambing umumnya

disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki kandungan

serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat dapat berupa

dedak jagung, ampas tahu, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, atau campuran

pakan tersebut.

Untuk kambing jantan yang sedang dalam periode memacek sebaiknya

ditambah pakan penguat (konsentrat) 1 kg. Konsentrat yang terdiri dari

campuran 1 bagian dedak dengan 1 bagian bungkil kelapa ditambah garam

secukupnya adalah cukup baik sebagai pakan penguat. Pakan penguat tersebut

diberikan sehari sekali dalam bentuk bubur yang kental (Sosroamidjojo, 1985).

Pemanfaatan hijauan pakan sebagai makanan ternak kambing harus

disuplementasikan dengan makanan penguat atau konsentrat agar kebutuhan

nutrisi terhadap pakan dapat terpenuhi. Tujuan suplementasi makanan penguat

dalam makanan ternak kambing adalah untuk meningkatkan daya guna makanan

atau menambah nilai gizi makanan, menambah unsur makanan yang defisien serta

meningkatkan konsumsi dan kecernaan makanan. Keuntungan yang diperoleh dari

pemberian pakan kasar bersama makanan penguat adalah adanya kecenderungan

mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan makanan penguat terlebih

dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya memanfaatkan makanan kasar yang
ada. Dengan demikian mikroorganisme rumen lebih mudah dan lebih cepat

berkembang populasinya, sehingga akan semakin banyak makanan yang harus

dikonsumsi ternak kambing (Murtidjo, 1993).

Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %,

pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan

garam dapur 4% (Ali, dkk, 2012). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam

konsentrat untuk penggemukan kambing protein minimal 16% dan serat kasar

kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan sebelumnya

pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair,

diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian

akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.

Untuk kambing sedang tumbuh, kebutuhan protein kasar ransum sebesar

1419%, DE =3,0 Mcal dan kebutuhan bahan kering hampir sama yaitu 3,5% dari

bobot hidup (NRC, 1981). Namun menurut Haryanto dan Djajanegara (1993)

kambing sedang tumbuh khususnya di Indonesia, kebutuhan protein ransum 12

14% dan DE = 2,8 Mcal.

2.4 Pemberian Air Minum Pada Kambing

Adapun ketersediaan air minum untuk kambing harus ada setiap saat

(Sutama dan Budiarsana, 2009). Meskipun sebagian besar air didapat dari hijauan

rumput atau daun-daunan, kambing tetap harus diberi minum. Air diperlukan

untuk membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak


berguna dari dalam tubuh (keringat, air kencing dan kotoran), melumasi

persendian dan membuat tubuh tidak kepanasan. Volume kebutuhan air pada

kambing sangat bervariasi, dipengaruhi oleh jenis kambing, suhu lingkungan,

jenis pakan yang diberikan, dan kegiatan kambing. Bila bobot kambing hidup 40

kg/ekor dan ransum kering (dalam bahan kering) yang dibutuhkan ternak rata-rata

sebanyak 0,8 kg dan air minum minimal sebanyak 3 x 1 liter (3 liter). Kebutuhan

air minum untuk kambing berkisar 3-5 liter sehari (Mulyono dan Sarwono, 2008).

2.5 Manajemen Pemberian Pakan dan Kebutuhan Nutrisi Pada Kambing

Manajemen pemberian pakan yang baik perlu dipelajari karena merupakan

upaya untuk memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Pemberian pakan yang

tidak memenuhi kebutuhan ternak akan merugikan. Manajemen pemberian pakan

harus memperhatikan penyusunan ransum kebutuhan zat-zat untuk ternak yang

meliputi jenis ternak, berat badan, tingkat pertumbuhan, tingkat produksi, dan

jenis produksi (Chuzaemi dan Hartutik, 1990).

Pakan yang diberikan kepada ternak potong sebaiknya pakan yang masih

segar. Bila pakan berada di dalam palungan lebih dari 12 jam maka pakan tersebut

akan menjadi basi, apek dan mudah berjamur. Pakan yang sudah basi akan

menyebabkan pengambilan (intake) pakan oleh ternak berkurang dan hal ini akan

berdampak terhadap menurunnya performa ternak. Setiap terjadi penurunan 1,0 %

akan menyebabkan menurunnya pertambahan bobot badan sebesar 1,5-2,0 %.

Untuk menjamin pakan di dalam palungan selalu segar, lakukan pemberian pakan

minimal 2 kali sehari, bila terdapat sisa pakan dari pemberian sebelumnya harus
dibuang. Idealnya ternak harus sudah diberikan pakan kembali kira -kira setengah

jam setelah pakan pada pemberian sebelumnya habis. Inilah pentingnya menyusun

ransum yang sesuai dengan kebutuhan ternak (Santosa, 2006).

Bahan pakan penggemukan dapat beragam, tetapi komposisi gizi harus

sesuai untuk tujuan produksi (penggemukan). Jumlah pemberian tergantung berat

badan (10 15 %). Perbandingan pakan hijauan dan pakan tambahan (konsentrat)

minimal 80 : 20. Adapun jenis pakan tambahan lainnya dapat berupa campuran

beberapa limbah hasil pertanian, seperti ampas kacang kedelai, dedak padi, dedak

gandum, bungkil inti sawi, bungkil kelapa, serta molases dan mineral atau

vitamin. Pakan tambahan tersebut diberikan sebanyak 0,5 1 kg/ekor/hari dengan

PK 14 16 %. (Sutama dan Budiarsana, 2009).

Menurut Pamungkas, dkk, (2005) upaya dapat dilakukan untuk

meningkatkan laju pertumbuhan kambing peranakan boer dengan menyediakan

asupan nutrisi yang cukup, salah satunya dengan memberikan pakan lengkap

(complete Feed atau Total Mix Ration). Pakan lengkap yang dimaksud adalah

campuran antara hijauan atau sumber serat dengan konsentrat dalam bentuk yang

homogen (uniform) dengan kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan ternak,

dengan demikian begitu ternak mengkonsumsi pakan ini sekaligus hijauan dan

konsentrat masuk bersama-sama dalam rumen. Pemberian pakan dengan pakan

lengkap ini lebih sederhana karena peternak hanya menentukan jumlahnya serta

menyediakan air minum dalam kandang.


BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli dapat

diketahui bahwa, pakan kambing umumnya berupa hijauan dan konsentrat.

Menurut Hartadi et al., (1997) pakan ruminansia pada umumnya terdiri atas

hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bagian material dari tanaman terutama

rumput dan legume (kacang-kacangan) yang mengandung SK 18% atau lebih

dalam bahan kering yang dapat digunakan sebagai makanan ternak. Pakan adalah

suatu bahan yang dikonsumsi hewan yang didalamnya mengandung energi dan

zat-zat gizi (atau keduanya) di dalam bahan tersebut. Pakan adalah bahan yang

dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu menyajikan unsur hara atau

nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan,

reproduksi dan produksi.


Murtidjo (1993) menambahkan bahwa konsentrat untuk kambing

umumnya disebut sebagai pakan penguat atau bahan baku pakan yang memiliki

kandungan serat kasar kurang dari 18% dan mudah dicerna. Pakan penguat adalah

bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18%, banyak mengandung

bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan sangat mudah dicerna. Termasuk dalam

kelompok ini adalah golongan biji-bijian dan hasil sisa penggilingan (Kuswandi et

al. 2000). Berdasarkan kandungan proteinnya, pakan penguat dapat dibedakan

menjadi dua golongan yaitu pakan penguat sumber energi dan pakan penguat

sumber protein (Marjuki, 2008).

Ramadhan (2013) berpendapat pakan penguat dapat dibedakan menurut

kandungan proteinnya yaitu pakan penguat sumber protein dengan kandungan

protein kasar 20% atau lebih, serat kasar kurang dari 18%, dinding sel kurang dari

35% dan pakan penguat sumber energi yaitu pakan dengan kandungan protein

kasar kurang dari 20%, serat kurang dari 18% serta dinding sel kurang dari 35%.

Penambahan pakan penguat ke dalam pakan basal hijauan pada ruminansia

dapat meningkatkan konsumsi pakan sehingga secara kualitas maupun kuantitas

akan mampu memenuhi kebutuhan ternak akan nutrien yang diperlukan.

Penambahan pakan penguat juga menjamin ketersediaan energi maupun nutrien

bagi kehidupan mikrobia rumen (Marjuki, 2008). Sodiq (2010) melaporkan

kematian cempe banyak ditemui pada induk kambing yang diberi pakan dengan

tingkat protein rendah (10%) dan tanpa suplementasi mineral mikro.

3.1 Pemberian Pakan Hijauan Kambing


Menurut Pamungkas dkk (2005) jumlah kebutuhan hijauan pakan

sebanyak 10-20% dari bobot tubuh adalah sebagai berikut :

1. Anak sapih diberikan sebanyak 2-3 kg/ekor/hari

2. Pejantan Muda diberikan 4-5 kg/ekor/hari

3. Pejantan diberikan 5-6 kg/ekor/hari

Pakan hijauan umumnya lebih murah dibandingkan bahan pakan lain,

sehingga maksimalkan pemberian dan konsumsi hijauan pakan. Pastikan alokasi

hijauan telah mencukupi (harus terdapat sisa).

Seekor kambing dewasa membutuhkan kira-kira 6 kg hijauan segar sehari

yang diberikan 2 kali, yaitu pagi dan sore. Tetapi kambing lebih suka mencari dan

memilih pakannya sendiri di alam terbuka (browser) (Sosroamidjojo, 1985).

Pemberian pakan hijauan diberikan sesuai kebutuhan ternak yaitu 3 4%

bahan kering dari bobot hidup (Sianipar, dkk, 2006). Hijauan merupakan bahan

pakan berserat kasar yang dapat berasal dari rumput dan dedaunan. Kebutuhan

hijauan untuk kambing sekitar 70 % dari total pakan (Setiawan dan Arsa, 2005).

Pemberian pakan hijauan diberikan 10% dari bobot badan (Sugeng, 1992).

Sosroamidjojo (1985) menyatakan cara memilih hijauan pakan adalah :

1. Pilih tanaman berumur relatif muda sekitar 35-42 hari

2. Imbangan daun/batang setinggi mungkin


3. Utamakan bagian daun dibandingkan batang

4. Gunakan lebih dari satu jenis; 2-3 jenis hijauan yang disukai ternak

5. Tanaman legum sangat baik sebagai sumber protein yang murah

3.1.1 Cara Pengolahan Hijauan Potongan:

1. Jenis tanaman pakan yang berbatang besar (rumput gajah, rumput raja,

Panicum sp,) sebaiknya dicacah menjadi potongan 10-20 cm

2. Untuk tanaman pakan berbatang kecil (Brachiaria ruziziensis, Paspalum

guenoarum, Paspalum ateratum dan Brachiaria humidicola) tidak perlu

dicacah dan dapat langsung diberikan

3. Waktu pemotongan yang ideal ada pada sore hari

3.1.2 Frekuensi Pemberian Pakan Hijauan:

1. Efisiensi penggunaan pakan meningkat mengikuti taraf konsumsi

(efisiensi meningkat bila konsumsi meningkat)

2. Upayakan konsumsi pakan maksimal

3. Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian pakan meningkat

4. Frekuensi pemberian hijauan yang ideal adalah 3 x dalam sehari,

5. Berikan sore hari dalam jumlah terbanyak, pagi hari dalam jumlah

sedang dan siang hari dalam jumlah sedikit


6. Namun, dapat diberikan 2x dalam sehari bila membebankan biaya

untuk tenaga kerja.

7. Hindari pemberian 1 x dalam sehari

Jenis hijauan pakan yang ideal untuk cara potong-angkut umumnya

memiliki sifat tumbuh tegak dan memiliki ukuran batang dan daun yang relative

besar atau lebar. Rumput raja atau rumput gajah termasuk kedalam kategori

tersebut. Untuk jenis tanaman pakan seperti ini, maka sebaiknya dilakukan upaya

pengolahan sebelum diberikan kepada kambing agar pemanfaatnnya menjadi

optimal Namun demikian, terdapat pula jenis hijauan pakan yang sesuai untuk

potong angkut namun tidak membutuhkan proses pengolahan/pencacahan

sebelum digunakan sebagai pakan kambing, seperti Paspalum guenoarum,

Paspalum ateratum,.Brachiaria ruziziensis dan Brachiaria humidicola .

Kambing akan memperoleh semua gizi yang dibutuhkan dari hijauan bila

pakan berupa campuran daun-daunan dan rumput-rumputan dicampur dengan

perbandingan 1 : 1. Dengan komposisi demikian, zat gizi yang terdapat pada

masing-masing jenis hijauan yang diberikan tersebut akan saling melengkapi dan

menjamin ketersediaan gizi yang lebih baik sehingga pencernaan tidak terganggu

(Mulyono dan Sarwono, 2008).

Dari kelompok leguminosa jenis Stylosanthes guianensis yang termasuk

kedalam legum merambat sangat disukai ternak kambing dan memiliki kualitas

nutrisi yang baik, karena kandungan proteinnya tinggi dan mudah dicerna.

Tanaman pakan tersebut diatas dapat dikembangkan diareal kebun rumput dan

digunakan dengan cara potong-angkut (cut and carry system), atau ditanam diareal
pengembalaan (grazing system), atau kombinasi keduanya. Dari jenis leguminosa

pohon beberapa yang cocok untuk ternak kambing antara lain Gliricidia sepium

(sengon), Leucaeca leucochepala (lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra)

dan Indigofera sp.

Jenis legumoinosa pohon biasanya tidak digunakan sebagai pakan dasar,

namun lebih sering sebagai pakan suplemen untuk memnuhi kebutuhan protein.

Jenis leguminosa pohon sangat baik sebagai sumber pakan pada musim kering

saat mana ketersediaan jenis rumput dapat menurun dengan tajam (Mulyono dan

Sarwono, 2008). Biasanya ternak kambing membutuhkan waktu adaptasi selama

1-2 minggu untuk dapat mengkonsumsi leguminosa pohon dalam jumlah normal,

kecuali jenis lamtoro. Apabila produksi leguminosa pohon cukup besar, sehingga

mampu memenuhi kebutuhan pakan, maka hijauan ini dapat digunakan sebagai

pakan dasar (Sutama dan Budiarsana, 2009).

3.2 Pemberian Pakan Konsentrat Kambing

Hartadi et al, (1980) menyatakan konsentrat adalah bahan pakan atau

ramuan dari beberapa bahan pakan yang mengandung zat gizi (protein, vitamin,

mineral) dan energi dalam konsentrasi tinggi dan seimbang per satuan berat atau

volume. Pemberian pakan konsentrat pada kambing sangat membantu dalam

meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan penggunaan pakan dasar saja

sering tidak mampu mencapai tingkat produktifitas yang tinggi akibat tidak

mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai kemampaun genetik ternak. Oleh

karena konsentrasi nutrisinya tinggi maka harga per satuan berat juga relatif
tinggi,sehingga jumlah pemberiannya juga perlu dibatasi untuk mencapai optima

biologis maupun optima ekonomik. Pada kambing pemberian konsentrat biasanya

berkisar antara 200-300 g per ekor per hari atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot

tubuh. Jumlah ini sebenarnya tergantung kepada: 1) kualitas serta ketersediaan

pakan dasar (hijauan), 2) tingkat produktivitas ternak yang diinginkan, dan 3)

harga pakan konsentrat. Jika kualitas nutrisi pakan dasar (hijauan) baik, dan

tersedia dalam jumlah cukup, maka penggunaan pakan konsentrat dapat

disesuaikan menurut kebutuhan.

Pembuatan pakan konsentrat diformulasi sebagai berikut: bekatul 35 %,

pollard 20%, bungkil kedelai 13%, empok jagung 8%, onggok 20%, mineral dan

garam dapur 4% (Ali, dkk, 2012). Menurut Siregar (1990) standar nutrien dalam

konsentrat untuk penggemukan kambing protein minimal 16% dan serat kasar

kurang 18%. Strategi pemberian konsentrat dengan dicomborkan sebelumnya

pakan konsentrat dimasukkan sejumlah air panas membentuk comboran cair,

diaduk merata, menunggu dingin baru diberikan pada ternak. Dengan demikian

akan meningkatkan efisiensi pakan karena nutrien konsentrat menjadi bypass.

Kandungan protein kasar dalam pakan konsentrat untuk ternak kambing

dapat dirancang pada kisaran 16-18%, sedangkan kandungan energi dicerna antara

2700-2800 kkal/kg bahan kering pakan. Untuk menyusun formula pakan

konsentrat dengan spesifikasi protein dan energy tersebut diatas beberapa bahan

pakan sumber protein dan energi harus digunakan secara bersamaan. Bahan utama

sumber protein yang mudah diperoleh adalah bungkil kacang kedele dan tepung

ikan. Namun, karena harga kedua bahan sumber protein ini tergolong tinggi, maka
jarang digunakan untuk ternak kambing ataupun kalau digunakan hanya dalam

jumlah yang relatif kecil (1-2%) (Murtidjo, 1993).

Bahan sumber protein yang cukup bagus dengan harga relatif lebih murah

adalah bungkil kelapa dan bungkil inti sawit. Kedua bahan ini juga merupakan

sumber enersi dan mineral yang baik untuk ternak kambing. Bahan baku lain

sebagai sumber energi yang tersedia secara lokal adalah dedak halus/dedak kasar,

tepung gaplek dan tepung jagung. Pakan suplemen/konsentrat yang ideal adalah

pakan tambahan yang berasosiasi secara positif dengan pakan dasar; artinya

bahwa pemberian suplemen mengakibatkan peningkatan konsumsi pakan dasar.

Secara ekonomis hubungan asosiasi positif ini penting, karena pakan dasar

selalu lebih murah dibandingkan dengan pakan konsentrat per satuan berat.

Namun, tidak jarang terjadi bahwa pakan suplemen berasosiasi secara negative

dengan pakan dasar yaitu pemberian suplemen menurunkan konsumsi pakan

dasar. Oleh karena pakan dasar umumnya lebih murah dibandingkan dengan

suplemen, maka faktor biaya menjadi penting dalam meramu suatu formula

suplemen, dan hubungan asosaitif-negatif antara suplemen dengan pakan dasar

akan mengurangi tingkat efisiensi ekonmis pakan. Oleh karena itu, pemilihan

bahan baku dalam penyusunan suplemen menjadi penting. Pemberian pakan

tambahan atau konsentrat dapat meningkatkan bobot tubuh kambing secara nyata

yaitu berkisar anatara 70-110 g/h (tergantung rumpun, jenis kelamin dan umur

kambing), dibandingkan dengan tanpa pakan tambahan yang hanya menghasilakn

pertambahan bobot tubuh sekitar 35-40 g/h (Haryanto dan Djajanegara, 1993).

Chuzaemi dan Hartutik (1988), menyatakan walaupun pemberian

konsentrat akan meningkatkan laju pertumbuhan kambing, namun dalam


merancang sistem pakan dalam usaha produksi peningkatkan laju pertumbuhan

harus mampu mengkompensasi peningkatan biaya pakan. Oleh karena itu, dalam

perencanaan pakan perlu selalu mempertimbangkan keselarasan antara optima

biologis dan optima ekonomis.

Dalam kaitan ini arti efisiensi penggunaan pakan menjadi sangat penting.

Untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan pakan konsentrat, maka dapat

dikembangkan program pemberian konsentrat secara strategis yaitu sistem

pengalokasian pakan konsentrat yang berprinsip kepada kebutuhan nutrisi

kambing selama periode kristis (puncak produksi) saat mana kebutuhan nutrisi

berada pada tingkat paling tinggi. Periode kritis ini adalah menjelang melahirkan,

awal masa laktasi, dan awal pasca sapih. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi

jumlah pemberian konsentrat, dan dengan sendirinya biaya pakan, tanpa

mengakibatkan penurunan tingkat produktivitas ternak kambing.

3.3 Manajemen Pemberian Air Minum Kambing

Air merupakan unsur sangat penting dan tak tergantikan yang sangat

dibutuhkan oleh ternak kambing untuk hidup dan berproduksi. Sebagian besar

(70%) tubuh ternak merupakan unsur air. Oleh karena peran air sangat penting

untuk kehidupan dan tidak tergantikan oleh unsur lain, maka kekurangan air dapat

berakibat fatal. Misalnya, apabila ternak kehilangan air sebanyak 20% dari cairan

tubuh akan menyebabkan kematian. Kekurangan air dalam volume yang lebih

sedikit akan menggangu proses metabolism nutrisi, sehingga menurunkan

produktivitas, terutama pada induk yang sedang menyususi (laktasi).


Kebutuhan akan air semakin meningkat pada induk yang sedang

menyesusi (laktasi). Dalam fase laktasi tersebut air diperlukan untuk

memproduksi susu yang mengandung 80-90 % air. Kekurangan air akan

menyebabkan turunnya produksi susu yang selanjutnya akan mengganggu

pertumbuhan anak (Sutama dan Budiarsana, 2009).

Mulyono dan Sarwono (2008) menyatakan kebutuhan air sesuai dengan

periode umur ternak yaitu ternak muda membutuhkan air lebih banyak

dibandingkan dengan ternak dewasa. Sesuaikan jumlah pemberian air minum

dengan status umur ternak

Kebutuhan induk laktasi (menyusui) akan air meningkat tajam. Ternak

kambing seperti halnya jenis ternak lain mendapatkan air untuk kebutuhan

hidupnya dari bahan pakan yang dikonsumsi. Namun, umumnya jumlah air yang

diperoleh dari pakan tidak mencukupi kebutuhan metabolismanya. Oleh karena

itu, air minum harus disediakan agar dapat dikonsumsi setiap saat. Pemberian air

minum semakin penting, apabila kepada ternak diberikan pakan komplit yang

umumnya kering. Pentingnya penyediaan air minum juga perlu diperhatikan pada

ternak kambing yang digembalakan. Oleh karena itu, air minum harus selalu

tersedia didalam kandang setiao saat.

Konsumsi air yang tinggi akan memacu laju pelepasan pakan didalam

saluran pencernaan, disamping akan mengakibatkan pula semakin rendahnya

konsentrasi mikrobia per unit volume cairan rumen. Kedua hal ini dapat memacu

penurunan tingkat kecernaan pakan. Terdapat hubungan negatif antara konsumsi

air dengan kecernaan pakan berserat tinggi, baik pada kambing dengan habitat
kering (kambing Bedouin) maupun pada kambing dari daerah beriklim sedang

(kambing Mamber). Konsumsi air pada kambing lebih rendah dibandingkan

dengan domba. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu penyebab lebih tingginya

tingkat koefisien cerna pakan pakan pada kambing.

Peranan penting reticulorumen sebagai organ penampung air merupakan

cara adaptasi oleh kambing didaerah beriklim kering. Pastikan air minum tersedia

setiap saat dalam jumlah cukup untuk induk yang sedang menyusui anak.

Kebutuhan asupan (konsumsi) air berkisar antara 1,5 2,5 liter/ekor/hari.

Kebutuhan air meningkat pada pemberian pakan yang kering, misalnya pakan

komplit. Ternak akan mengkonsumsi air setiap saat beberapa kali dalam sehari.

Pastikan air minum tersedia setiap waktu. Ternak tidak akan mengkonsumsi air

minum yang telah tercemar kotoran (feses atau urin). Sediakan selalu air yang

bersih, ganti air yang telah terkontaminasi feses atau urin (air seni).

3.4 Efisiensi Pakan

Untuk menganalisa efisiensi usaha peternakan kambing, maka perlu

dilakukan analisa efisiensi pakan sehingga nilai ekonomis akan meningkat.

Anggorodi (1984) Menyatakan bahwa efisiensi pakan dapat dihitung berdasarkan

perbandingan pertambahan bobot badan (kg) dengan total konsumsi bahan kering

(kg) dikalikan 100%. Efisiensi pakan sangat penting bagi para peternak agar tidak

mengalami kerugian akibat terlalu banyak pakan atau kekurangan pakan.


Siregar (1994), menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi pakan

berarti pakan yang digunakan untuk menaikkan bobot badan persatuan berat

semakin banyak atau efisiensi pakan rendah.

Ginting (2003), menyatakan bahwa efisiensi penggunaan pakan dapat

diukur dari rasio antara jumlah pakan yang dikonsumsi ternak dengan output yang

dihasilkan. Efisiensi penggunaan pakan yang tinggi dapat dicapai dengan

pengelolaan pakan yang tepat, antara lain pengelolaan alokasi jumlah pakan

optimal, formulasi konsentrat yang efisien, pemilihan bahan baku yang seimbang

secara nutrisi dan layak secara ekonomis serta penentuan waktu dan frekuensi

pemberian pakan yang strategis. Kontribusi penggunaan pakan secara efisien

sangat besar terhadap efisiensi ekonomik usaha produksi secara keseluruhan.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Manajemen pemberian pakan hijauan. Sebaiknya dilakukan dua kali

sehari pada pagi dan sore hari setengah jam setelah pemberian

konsentrat untuk menstimulasi kerja rumen. Jumlah hijauan yang

diperlukan adalah 10% bobot badan atau 3-4% bahan kering dari bobot

badan.

2. Manajemen pemberian pakan konsentrat. Diberikan sebelum pakan

hijauan agar tidak tersisa sehingga meningkatkan nilai ekonomis. Pakan

konsentrat adalah pakan kunci dalam suksesnya penggemukan kambing.

Pada kambing pemberian konsentrat biasanya berkisar antara 200-300 g

per ekor per hari atau sebanyak 0,5-1,5% dari bobot tubuh.

3. Air diberikan secara ad-libitum, jika tidak kebutuhan akan air terganggu

dan menimbulkan cekaman panas pada kambing. Kebutuhan air pada

kambing adalah tergantung pada periode produksi atau umur dan

kondisi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely and Bade. 1994. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. UGM-Press,

Yogyakarta.

Chuzaemi, S dan Hartutik. 1990. Ilmu Makanan Ternak Khusus (Ruminansia).

Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.

Lebdosopkojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

Prees. Yogyakarta. Tim Laboratorium ilmu dan teknologi pakan.

Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta.

Sastroamidjojo, S.M dan Soeradji. 1978. Peternakan Umum. Penerbit CV. Jasa

Guna Jakarta.

Sutama, I.K., Budiarsana, I.G.M., Wayan I., Mathius dan Juarini, E. 2009.

Pertumbuhan dan perkembangan seksual anak kambing peranakan


etawah dari induk dengan tingkat produksi susu yang berbeda. Jurnal

Ilmu Ternak dan Veteriner. Bogor. 4 (2): 95-100

Siregar , S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia . Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.B. 1995. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugeng. 2003. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Mulyono

dan Sarwono. 2008. Spesifikasi Kambing Peranakan Ettawah dalam

Pemeliharaan di Lingkungan yang Berbeda. Program Penyuluh

Peternakan. Dinas Peternakan Jawa Timur. Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai