Anda di halaman 1dari 27

BUDIDAYA PEMELIHARAAN SATWA HARAPAN

“BURUNG PUYUH”

DISUSUN OLEH :

DELIZA ALGI PRAGISTA


VIII. 3 ( DELAPAN TIGA)

SMP NEGERI 2 RAMBANG NIRU


KABUPATEN MUARA ENIM
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Rambang Niru, 06 April 2021

Deliza Algi Pragista


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Satwa harapan adalah hewan yang diduga memiliki harapan potensi manfaat, belum
dibudidayakan atau diternakkan dan diharapkan sehingga nantinya dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan memiliki nilai ekonomis. Adapun hewan-hewan yang tergolong satwa harapan
antara lain lebah madu, cacing tanah, jangkrik, serangga (semu rang-rang), ulat sutera, burung
walet, burung love bird, lintah, ayam hutan, ular hingga buaya serta burung puyuh. Hewan –
hewan tersebut ada yang diambil madunya, daging, telur, kulitnya hingga dibudidayakan karena
kicauannya.
Burung puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) merupakan salah satu jenis ternak unggas
yang menghasilkan daging dan telur. Burung puyuh menarik perhatian untuk diprioritaskan
karena aneka ternak ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ternak unggas lainnya. Laju
pertumbuhan yang relatif cepat. Dewasa kelamin pada umur 5 – 6 minggu mampu menghasilkan
200-300 butir telur per tahun, cara pemeliharaannya sederhana dengan modal kecil sehingga
dapat dijadikan usaha keluarga sebab telur dan daging dibutuhkan sebagai salah satu sumber
protein hewani. Daging dan telur burung puyuh merupakan salah satu bahan makanan sebagai
sumber protein hewani yang berfungsi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Tingkat konsumsi daging dan telur relatif lebih tinggi, maka dari itu perlu dilakukan usaha untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dengan meningkatkan budidaya peternakan burung puyuh.
Baru beberapa jenis burung puyuh yang dikenal serta dipelihara untuk diambil telur dan
dagingnya. Sebenarnya, banyak jenis puyuh yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Namun, tidak semua puyuh tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penghasil pangan. Beberapa
jenis di antaranya mempunyai warna bulu yang indah sehingga banyak dipelihara sebagai burung
hias, tetapi produksi telurnya rendah. Bagi yang berminat untuk menikmati keindahan warna
bulu dan suaranya, burung puyuh seperti ini sangat tepat. Sementara bagi peternak yang
menghendaki produksi telur tentu memilih burung puyuh yang lazim diternakkan seperti
Coturnix coturnix japonica.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui cara budidaya pemeliharaan
ternak harapan burung puyuh.
BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian
Burung puyuh (Coturnix-coturnix Japonica) merupakan salah satu jenis ternak unggas
yang menghasilkan daging dan telur. Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix
yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh jepang yang disebut
Japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun, sebutan untuk
puyuh ini menjadi beragam seperti common quail, stubble quail, pharoah’s quail, eastern quail,
asiatic quail, japanese grey quail, king quail, dan japanese king quail. Sementara puyuh bob
white (Collinus virgianus) dan californian quail (Lophortyx california) berasal dari Amerika
Utara dan tidak termasuk dalam genus Coturnix.
Taxonomi burung puyuh adalah :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Galliformes
Sub ordo : Galili
Famili : Phasianidae
Sub famili : Phasianinae
Genus : Coturnix

Awalnya, puyuh kurang mendapat perhatian dari peternak. Tubuh dan telurnya kecil,
sedangkan cara hidupnya yang liar menimbulkan kesan bahwa puyuh sulit diternakkan.
Kalaupun dapat, akan merepotkan. Akibatnya, banyak kalangan yang beranggapan bahwa
beternak puyuh tidak akan pernah membawa keuntungan sama sekali. Namun, setelah
penelitian tentang puyuh menunjukkan bahwa puyuh sangat mirip dengan ayam dan kalkun,
barulah unggas kecil ini dilirik. Puyuh, ayam, dan kalkun mempunyai kemiripan dari segi
genetik, yaitu adanya 38 pasang kromosom tubuh (autosom) dan 2 kromosom seks.

2.2 Jenis-Jenis Puyuh


1. Puyuh Japonica (Coturnix coturnix japonica)
Burung puyuh ini termasuk dalam famili Phasianidae dan Ordo Galliformes.
Dibandingkan dengan jenis puyuh lainnya, Coturnix coturnix japonica mampu menghasilkan
telur sebanyak 250-300 butir per ekor selama satu tahun. Burung puyuh betina mulai bertelur
pada umur 35 hari. Tak heran bila burung puyuh ini lebih diprioritaskan untuk diternakkan.
Kelebihan lain terletak pada suaranya yang cukup keras dan agak berirama. Oleh sebab itulah
puyuh ini banyak dipelihara sebagai song birds (burung ocehan).
Coturnix coturnix japonica biasa ditemukan di hutan belantara. Hidupnya sering
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Sifat-sifat tertentu dari Coturnix seperti
kemampuannya menghasilkan 3-4 generasi per tahun menarik perhatian sebagai ternak
percobaan dalam penelitian.
Ciri-ciri jantan dewasa terlihat dari bulu bagian leher dan dadanya yang berwarna cokelat
muda. Puyuh jantan muda mulai bersuara/berkicau pada umur 5-6 minggu. Selama puncak
musim kawin normal, jantan coturnix akan berkicau setiap malam. Pada puyuh betina, warna
tubuhnya mirip puyuh jantan, kecuali bulu pada kerongkongan dan dada bagian atas yang
warna coklat mudanya lebih terang serta terdapat totol-totol cokelat tua (Gambar 1). Bentuk
badannya kebanyakan lebih besar dibandingkan dengan jantan. Telur Coturnix berwarna
cokelat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam, cokelat, dan biru.

Gambar 1. Coturnix coturnix japonica

2. Blue Brested Quail (Coturnix chinensis)


Di Indonesia, burung ini disebut puyuh pepekoh. Burung puyuh ini termasuk dalam suku
Phasianidae dan bertubuh sangat mungil, panjangnya hanya 15 cm. Burung ini biasa dijumpai
dalam kelompok-kelompok kecil di padang rumput terbuka, sawah yang baru dipanen, semak
alang-alang, dan tanah pertanian yang belum ditanami. Makanannya berupa biji-bijian kecil dan
serangga.
Ciri-ciri burung puyuh jantan terlihat dari adanya warna hitam dengan garis lebar
berwarna putih di lehernya. Perut burung puyuh jantan berwarna cokelat, sedangkan bagian sisi
dada kiri dan kanannya menyambung bulu berwarna abu-abu kebiruan. Oleh sebab itu, burung
puyuh ini dinamakan blue brested quail (Gambar 2). Punggung burung puyuh jantan berwarna
cokelat bercampur abu-abu dengan garis putih kehitaman. Selain itu, terdapat warna biru di
samping kepala, dada, pinggul, dan bagian bawah ekor. Kaki burung puyuh berwarna kuning
dengan mata cokelat dan paruh hitam. Warna burung puyuh betina lebih muda, yaitu cokelat
muda pada muka, dada, dan perut dengan garis kehitaman. Sementara leher bawahnya berwarna
keputih-putihan.

Gambar 2. Blue Brested Quail (Coturnix chinensis)


Sumber: Andre Karwath (2010)

3. Chesnut Bellied Partridge (Arborophila javanica)


Di Indonesia, burung puyuh ini disebut puyuh gonggong jawa. Burung ini berukuran
sedang dengan panjang badan mencapai 25 cm. Ciri-ciri burung puyuh ini terlihat dari warna
bulunya yang kemerah-merahan dan pada kepalanya terdapat tanda berbentuk cincin berwarna
hitam (Gambar 3). Bulu ekor burung ini melengkung ke bawah dan berwarna keabu-abuan,
sedangkan sayapnya berwarna kecokelatan dengan totol-totol hitam dan perut bagian bawah
berwarna cokelat kemerah-merahan.

Gambar 3. Chesnut Bellied Partridge (Arborophila javanica)


4. Grey Bellied Partridge (Arborophila orientalis)
Di Indonesia, burung ini disebut puyuh gonggong biasa. Ciri-ciri burung ini terlihat dari
adanya warna cokelat gelap di leher bagian samping dan garis mata. Dagu dan kuping burung
ini yang letaknya tersembunyi berwarna putih (Gambar 4). Punggung berwarna cokelat dengan
garis-garis hitam, sedangkan sayapnya berwarna cokelat bertotol hitam.

Gambar 4. Grey Bellied Partridge (Arborophila orientalis)


5. Bar Backed Partridge (Arborophila bruneopectus)
Burung puyuh jenis ini memiliki ciri-ciri, yaitu: bagian leher sampai dada bagian depan
bergaris-garis hitam, sedangkan pada dadanya tidak terdapat warna hitam. Pinggul burung ini
berwarna putih, alisnya abu-abu, dan kaki kuning sampai merah muda (Gambar 5).

Gambar 5. Bar Backed Partridge (Arborophila bruneopectus)


6. Red Billed Partridge (Arborophila rubrirostris)
Di Indonesia, red billed juga dikenal dengan sebutan puyuh sumatera. Burung ini bersifat
endemik dan menyebar di daerah bukit barisan dengan ketinggian 900-2500 m dpl. Siulan
burung ini cukup keras. Puyuh sumatera dicirikan dengan warna badannya yang didominasi
warna cokelat, kepalanya belang cokelat berbintik putih, dan mempunyai mahkota berwarna
hitam. Tenggorokan berwarna hitam dengan titik-titik hitam, dada cokelat pucat berbintik putih,
dan perut abu-abu berbintik hitam (Gambar 6).

Gambar 6. Red Breasted Partridge (Arborophila hyperythra)

7. Red Breasted Partridge (Arborophila hyperythra)


Burung ini hidup endemik di perbukitan Kalimantan bagian utara. Hidup berkelompok di
semak belukar dan rumpun bambu, panjang tubuh mencapai 32 cm. Ciri-ciri burung ini yaitu:
warna cokelat dan corak hitam putih pada sisi lambung, tengkuk, dan mahkota kehitaman
bergaris cokelat, dada kuning (jantan), dan cokelat berbintik putih (betina), serta ekor berwarna
putih. Iris mata berwarna cokelat dilingkari warna merah tua, paruh abu-abu, dan kaki merah
jambu (Gambar 7).
Gambar 7. Red Breasted Partridge (Arborophila hyperythra)
8. Turnix (Turnix sylvatica)
Burung ini masuk ke dalam famili Turnicidae dan ordo Gruiformes. Makanannya berupa
rumput-rumputan dan biji-bijian. Bersarang di atas tanah di tengah-tengah lembah. Jumlah
telurnya kira-kira 4 butir. Sementara burung puyuh jantan membuat sarang, betina aktif
bernain-main. Uniknya lagi telur-telur ini dierami oleh burung puyuh jantan. Telur menetas
setelah 18-19 hari dierami.
Ciri-ciri burung ini yaitu, pada bagian atas puyuh jantan berwarna kecokelatan denga
bintik-bintik hitam dan abu-abu. Sedangkan pada bagian yang lebih bawah berwarna putih susu.
Pada sisi bagian dada ditandai dengan warna hitam, sedangkan bagian tengah berwarna cokelat
kekuningan. Pada burung puyuh betina ukuran tubuhnya lebih besar dan warnanya lebih
menarik. Kaki burung ini terdiri dari 3 jari (Gambar 8).

Gambar 8. Turnix (Turnix sylvatica)


9. Puyuh Mahkota (Rollulus roulroul)
Dibandingkan burung puyuh jenis lainnya, burung puyuh mahkota memiliki warna bulu
paling indah ditambah dengan ornamen berbentuk mahkota di kepala burung jantan. Oleh sebab
keindahannya, burung puyuh mahkota dipelihara sebagai burung hias. Namun, burung ini
jarang ditemukan dan hanya terdapat di hutan-hutan kalimantan, Sumatera, Malaysia, dan
Thailand.
Ciri-ciri burung puyuh mahkota jantan terlihat dari jambul berbentuk mahkota berwarna
merah dan warna putih pada pangkal mahkotanya (Gambar 9). Matanya yang merah dilingkari
warna merah terang. Pada pangkal paruhnya terdapat kumis hitam yang mencuat ke atas.
Paruhnya pendek dan kokoh, berwarna merah dan hitam pada ujungnya. Bulu pada badan
burung ini berwarna hijau dengan warna kebiru-biruan pada ekor, punggung, dada, dan
perutnya. Leher burung ini berwarna biru tua kehitaman, sedangkan sayapnya cokelat
bercampur dengan cokelat kehitaman atau semu kebiru-biruan. Kaki burung jantan berwarna
merah tua. Burung betina tidak mempunyai mahkota, tetapi matanya yang merah juga dilingkari
warna merah terang. Bulu badannya hijau merata dari leher hingga ekor dengan sayap berwarna
kecokelatan. Paruh berwarna hitam.

Gambar 9. Puyuh Mahkota (Rollulus roulroul)


10. Scaled Quail (Callipepla squamata)
Burung ini berukuran panjang 25-30 cm, termasuk dalam ordo Galliformes dan famili
Phasianidae. Selama musim bertelur, Callipepla squamata gemar hidup menyendiri. Sementara
pada musim gugur dan musim dingin burung ini berkumpul dalam kelompok besar. Bila
diserang musuh, burung ini akan menghindar dan mencari jalan keluar dengan menyamarkan
bulunya.
Saat musim bertelur, burung cantik ini mampu menghasilkan telur sebanyak 9-16 butir.
Telur dierami burung betina slama 21 hari. Setelah menetas, anak burung puyuh sudah dapat
mencari pakannya sendiri.
Warna bulu jantan maupun betina sama cantiknya, yaitu cokelat keabu-abuan dengan
ornamen abu-abu dan putih menghiasi bagian depan tubuhnya yang menyerupai sisik ikan
(Gambar 10). Oleh sebab itulah, burung puyuh ini dinamakan scaled quail. Bentuknya yang
lucu dengan komposisi bulu unik membuat unggas ini cocok bila digunakan sebagai unggas
hias.
Gambar 10. Scaled Quail (Callipepla squamata)

11. Gambels Quail (Lophortix gambelli)


Tubuh gambels quail gemuk dan pendek serta berkaki kuat. Panjang tubuh 25-28 cm,
termasuk dalam ordo Galliformes dan famili Phasianidae. Burung ini hanya terdapat di Amerika
Utara. Bertelur sebanyak 9-14 butir dan telurnya dierami selama 21-24 hari. Anak burung yang
baru menetas dapat terbang setelah berumur 10 hari.
Ciri-ciri burung jantan terlihat dari adanya warna cokelat bervariasi garis-garis putih pada
bagian badan paling atas. Sementara itu, dadanya berwarna kuning tua diselingi garis- garis
lebar berwarna hitam, sedangkan sisi depan tubuhnya berwarna kemerah-merahan. Ciri khasnya
terletak pada bulu panjang seperti jambul seorang mayoret di bagian depan kepalanya.
Dibandingkan dengan jenis burung puyuh lainnya, burung ini tampak paling unik dan lucu
sehingga cocok bila dipelihara sebagai burung hias.

Gambar 11. Gambels Quail (Lophortix gambelli)


12. Barred Button Quail (Turnix succiator)
Di Indonesia, Turnix succiator disebut puyuh tegalan loreng. Ukuran tubuh termasuk
kecil, panjangnya hanya 16 cm. Sering ditemukan di rerumputan dan habitat terbuka secara
sendiri-sendiri maupun berpasangan. Jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 3-4 butir.
Kerabang telur berwarna keputih-putihan atau kuning pucat berbintik cokelat abu-abu dan
hitam.
Burung puyuh jantan memiliki mahkota berbercak cokelat, sedangkan muka dan dagu
berbintik putih serta bergaris hitam pada dada. Ukuran betina lebih besar. Dagu dan lehernya
berwarna hitam, sedangkan mahkotanya juga berwarna kehitaman. Kepala betina berwarna abu-
abu bercak putih (Gambar 12). Bagian atas tubuh burung puyuh jantan dan betina berbintik
cokelat, sedangkan bagian bawahnya berwarna kuning cokelat. Paruh dan kakinya berwarna
abu-abu.
Gambar 12. Barred Button Quail (Turnix succiator)
Sumber: Foto Biodiversitas Indonesia

13. Puyuh albino


Seringkali ditemukan pada peternakan berjumlah besar. Burung puyuh albino memiliki
ciri khas yaitu, berbulu putih dan berwarna merah. Burung ini diduga adalah keturunan
Coturnix coturnix japonica, tetapi berasal dari gen resesif. Memiliki kelemahan pada mata.
Matanya yang merah akan tampak tembus pandang bila disoroti cahaya. Warnaburung jantan
dan betina putih mulus, warna mata merah menyala, sedangkan warna paruh dan kakinya
kuning gading.

14. Bob White (Collinus virgianus)


Ukuran burung puyuh bob white termasuk sedang, panjangnya kira-kira 25 cm. Sosok
burung ini terlihat gemuk dan pendek, sering ditemukan di lahan yang sudah ditanami dan
padang rumput bersemak. Bob white berasal dari Amerika Utara, tetapi mampu beradaptasi
dengan baik di beberapa daerah di luar Amerika. Di Amerika burung ini dipelihara sebagai
puyuh pedaging, dipanen pada umur 6-16 minggu.

Gambar 14. Bob White (Collinus virgianus)


Bob white betina bertelur sebanyak 12-20 butir, terkadang 14-16 butir. Telur dierami
dalam sarang yang terbuat dari rerumputan, baik oleh jantan maupun betina selama 23-24 hari.
Setelah 2 minggu menetas, anak burung puyuh sudah dapat terbang meninggalkan sarangnya.
Burung puyuh betina mempunyai sifat keibuan. Bila telur yang dieraminya terancam oleh
predator, puyuh betina akan menjaga sarangnya.
Warna bulu bob white cokelat gelap dan ditandai lurik putih di bagian dadanya. Kepala
burung ini kecil dan terdapat garis putih pada alis serta lehernya. Pada burung betina, bagian ini
berwarna kekuningan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tatalaksana Pemeliharaan Burung Puyuh

Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah


memahami unsur-unsur produksi usaha peternakan, yaitu bibit/pembibitan, pakan
(ransum), kandang, dan penyakit.

3.1.1 Bibit/Pembibitan

Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan. Ada


tiga macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit burung puyuh betina yang sehat,
atau bebas dari carier penyakit
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit burung puyuh jantan dan burung
puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit burung puyuh betina
yang baik produksi telurnya dan burung puyuh jantan yang sehat dan siap
membuahi burung puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

3.1.2 Pakan (Ransum)


Faktor terpenting dalam keberhasilan beternak burung puyuh adalah faktor
pakan (nutrisi), disamping faktor kandang dan bibit. Faktor pakan meliputi cara
pemberian dan kebutuhan gizi menurut tingkatan umurnya. Pakan dianggap faktor
terpenting karena 80% biaya yang dikeluarkan seorang peternak burung puyuh
digunakan untuk pembelian pakan.
Di alam aslinya, burung puyuh liar gemar memakan biji-bijian, tumbuh-
tumbuhan, dan serangga. Kemampuannya dalam berburu makanan kegemarannya
membuat kebutuhan gizi untuk hidup dan produksinya dapat terpenuhi. Berbeda
dengan burung puyuh ternak yang tidak dapat mencari makanan sendiri.
Kelangsungan hidup dan produksinya seratus persen tergantung pada peternak.
Oleh sebab itu, pemberian ransum yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan produksinya.
Ransum burung puyuh terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya pelet,
remah-remah, dan tepung. Ransum terbaik berbentuk tepung, namun pakan
berbentuk tepung dapat mengakibatkan gangguan pernapasan. Oleh sebab itu, pakan
tepung perlu diberi sedikit air agar menggumpal. Manfaat lain penambahan air
dapat meningkatkan nafsu makan burung puyuh.
Kebutuhan nutrisi burung puyuh adalah lebih tinggi dibandingkan ayam.
Tingkatan nutrisi yang disarankan oleh berbagai peneliti bervariasi. Tabel 1
memperlihatkan tingkatan nutrisi per kg ransum yang disarankan oleh NAS-NRC
Nutrient Requirements of Poultry (1984). Beberapa peneliti menyarankan bahwa
ransum dengan 20% protein adalah cukup untuk burung puyuh dari umur tiga
minggu (Vohra, 1971). Peneliti lain menyarankan 24% protein dan diberikan dari
umur sehari sampai dipasarkan (Dark, 1985). Burung puyuh yang dipilih untuk
bibit, langsung diberikan ransum bibit petelur dengan kandungan protein minimum
20% (Rhone-Poulenc, 1987).
a. Zat Pakan dan Pakan Burung Puyuh
Protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan air harus tersedia dalam
jumlah cukup. Kekurangan salah satu komponen pakan tersebut mengakibatkan
gangguan kesehatan dan menurunkan produktivitas.
1. Protein
Protein terkandung dalam bahan pakan nabati dan hewani antara lain
bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung hati, tepung cacing, dan
berbagai macam butiran. Fungsi protein antara lain sebagai materi penyusun dasar
semua jaringan tubuh yang dibentuk. Jaringan tubuh tersebut berupa otot, sel darah,
kuku, dan tulang. Selain itu, protein berfungsi untuk pertumbuhan jaringan baru,
bahan pembuat telur, dan sperma. Bila kadar protein dalam pakan tidak cukup,
pertumbuhan menjadi tidak normal. Bila keadaan tersebut dibiarkan berlarut-larut,
burung puyuh dapat mengalami kematian.
2. Karbohidrat
Karbohidrat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Energi digunakan untuk kebutuhan hidup pokok, gerak otot, sintesa jaringan-jaringan
baru, aktivitas kerja, serta memelihara temperatur tubuh. Bila hewan muda diberikan
energi melebihi dari kebutuhan untuk hidup pokoknya, energi tersebut akan
digunakan untuk membentuk protein. Sementara kelebihan karbohidrat pada hewan
dewasa diubah menjadi lemak.
Biasanya, karbohidrat terdapat dalam bahan pakan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan seperti jagung, dedak padi, minyak kelapa, minyak jagung, dan minyak
wijen. Diantara bahan pakan tersebut, jagung kuning paling sering digunakan karena
selain sebagai sumber karbohidrat, karoten yang terkandung di dalamnya berfungsi
untuk mewarnai kuning telur dan bagian kuning lainnya pada organ tubuh burung
puyuh.

3. Lemak
Lemak merupakan sumber karbohidrat, yang berarti pula sebagai sumber
energi. Fungsi lemak membantu penyerapan vitamin (A, D, E, K), menambah
palatabilitas, menyediakan asam-asam lemak esensial, mempengaruhi penyerapan
vitamin A dan karoten dalam saluran pencernaan, berpengaruh penting dalam
penyerapan Ca, serta menambah efisiensi penggunaan energi. Sumber lemak terdapat
dalam bahan pakan seperti minyak kelapa, minyak kacang kedelai, minyak jagung, dan
minyak biji kapas.
4. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang harus selalu tersedia, walaupun
dalam jumlah sangat kecil, untuk metabolisme jaringan normal. Secara langsung
ataupun tidak, defisiensi vitamin pada puyuh mengakibatkan kerugian seperti lebih
mudah terserang penyakit sehingga menurunkan produktivitas, bahkan menimbulkan
kematian. Sumber pakan yang mengandung vitamin bermacam-macam diantaranya
daun-daunan, biji-bijian, kuning telur, atau jagung kuning.
5. Mineral
Semua jenis ternak, termasuk burung puyuh, sangat memerlukan mineral dalam
ransumnya, baik berupa mineral makro (Ca, P, Na, K, dan Cl) atau mineral mikro.
Pada prinsipnya peternak harus menyediakan mineral dalam jumlah cukup. Kelebihan
mineral berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Sementara kekurangan mineralpun
dapat menurunkan kesehatan. Kerugian akibat kurang atau lebihnya kadar mineral
dapat menyebabkan kerugian besar. Bahan pakan yang mengandung mineral antara
lain tepung tulang, kulit kerang, biji- bijian, dan garam dapur.

6. Air
Bagian terbesar dan terbanyak dari jaringan tubuh hewan (40-70%) adalah air.
Fungsi air sangat vital, yaitu mengangkut zat-zat pakan dari satu bagian tubuh ke
bagian tubuh lainnya. Fungsi air lainnya yaitu mempertahankan bentuk sel, mengatur
dan mempertahankan suhu tubuh, meminyaki persendian, serta meningkatkan fungsi
mata, telinga, dan reaksi- reaksi biokimia dalam tubuh. Pada unggas, air berfungsi
dalam proses pembentukan dan produksi telur. Oleh sebab fungsinya sangat vital, air
harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup.

b. Kebutuhan Pakan Berdasarkan Fase Pemeliharaan


Burung puyuh mempunyai dua fase pemeliharaan, yaitu fase pertumbuhan dan
fase bertelur. Fase pertumbuhan puyuh terbagi lagi menjadi dua, yaitu fase starter
(umur 0-3 minggu) dan grower (umur 3-5 minggu). Perbedaan fase ini beresiko pada
pemberian pakan berdasarkan perbedaan kebutuhannya.
Anak burung puyuh berumur 0-3 minggu membutuhkan protein 25% dan energi
metabolis sebesar 2900 Kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu, kadar pakannya dikurangi
menjadi 20% protein dan 2600 Kkal/kg energi metabolis. Namun, untuk pertumbuhan
optimal, pemberian protein yang dianjurkan sebanyak 25%. Kebutuhan protein dan
energi burung puyuh dewasa berumur lebih dari 5 minggu sama dengan burung puyuh
berumur 3-5 minggu. Sementara kebutuhan protein burung puyuh untuk pembibitan
(sedang bertelur atau dewasa kelamin) sebesar 18-20%.
Tingginya kadar protein dan energi metabolis burung puyuh berumur 0-3
minggu disebabkan karena pada umur tersebut burung puyuh belum dapat
mengkonsumsi ransum dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, untuk memenuhi
kebutuhan proteinnya diperlukan kadar protein yang lebih tinggi dibanding puyuh
berumur 3-5 minggu. Kandungan protein dalam pakan burung puyuh petelur
direkomendasikan 20%, sedangkan kandungan protein 25% membuat burung puyuh
cepat mengalami dewasa kelamin. Komposisi pakan burung puyuh menurut umur
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Pakan Burung Puyuh Menurut Umur


Bahan pakan (%) Umur
1 hr-1 mg 1-3 mg 3-5 mg Lebih dari 5 mg
Jagung kuning 42.18 47.6 55.78 52.78 55.78 50.75
Tepung ikan teri 15.27 17.18 16.10 19.11 17.10 14.54
Bungkil kelapa 9.46 10.64 10.63 11.83 10.63 9.67
Bungkil kedelai 19.28 17.18 6.8 7.99 8.33 16.67
Dedak halus 13.20 6.88 10.00 7.69 2.72 2.54
Kulit kerang 0.36 0.41 0.41 0.35 5.19 5.62
Premix A 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Untuk mencegah pemborosan dalam pemberian ransum, ada baiknya seorang


peternak memberikan ransum berdasarkan umur puyuhnya. Sebagai patokan, jumlah
ransum berdasarkan umur terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Ransum yang Diberikan Per Hari Menurut Umur Burung Puyuh
Umur Burung Puyuh Jumlah Ransum yang Diberikan (g)
1 hari – 1 minggu 2
1 minggu – 2 minggu 4
1minggu – 4 minggu 8
4 minggu – 5 minggu 13
4minggu – 6 minggu 15
dari 6 minggu lebih 17 – 19

C. Cara Pemberian Pakan


Selain komposisi zat pakan dalam ransum, cara pemberian pakan pun harus
benar- benar diperhatikan. Bila tidak akan menggangu pertumbuhan, aktivitas,
kesehatan, dan produksi burung puyuh. Pada saat tertentu, misalnya cuaca yang
sangat panas, ransum dapat dibasahi sedikit dengan air. Dengan cara ini burung puyuh
akan bernafsu untuk makan. Ransum yang tidak habis dimakan harus segera dibuang.
Ransum basah mudah terserang jamur. Tempat bekas makan pun harus segera dicuci
dan dikeringkan.

Ransum dapat diberikan dua kali sehari, yaitu pagi dan siang hari.
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pakan pada siang atau sore hari, ternyata
meningkatkan kesuburan dan produksi telur burung puyuh.

3.1.2 Perkandangan Burung Puyuh

Burung puyuh tidak tahan dengan perubahan lingkungan yang sangat berbeda
dari waktu ke waktu dan juga kebisingan yang terjadi secara tiba-tiba. Hal ini
mengakibatkan burung puyuh stres dan berdampak pada penurunan produksi telur
bahkan menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatan kandang.
a. Penentuan Lokasi kandang
Lokasi kandang dapat berada dimana saja, asalkan cocok bagi kehidupan burung
puyuh. Kandang berupa bangunan tersendiri yang terpisah dari rumah, misalnya di
halaman belakang, samping, pekarangan, atau bagian rumah lainnya. Namun, peternak
harus memperhatikan masalah bau. Bau kotoran burung puyuh sangat menyengat. Bau
kotoran burung puyuh dapat diredam dengan bubuk zeolit yang ditaburkan pada wadah
kotoran.
Lokasi kandang sebaiknya dibuat jauh dari jalan atau tempat lalu lalang orang
sehingga tidak sering dilihat-lihat dan juga jauh dari sumber kebisingan lain, misalnya
bengkel. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan agar burung puyuh di dalam kandang cukup
tenang, aman, dan tidak sering terkejut. Bila terkejut, burung puyuh menjadi stres.
Gambar 15. Kandang Burung Puyuh yang Jauh Dari Kebisingan
Kandang burung puyuh sebaiknya diletakkan dalam ruangan yang tidak
terkena percikan hujan dan terpaan angin kencang, baik langsung maupun tidak.
Selain itu, kandang harus dijaga dari tergenangnya air yang dapat menjadi sumber
kelembapan dan sumber penyakit.

b. Sistem Kandang
Kandang burung puyuh terdiri dari beberapa macam. Setiap macamnya
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem kandang yang biasa diterapkan adalah
sistem litter dan baterei.
1. Sistem litter
Penggunaan sistem litter masih sangat jarang dilakukan peternak
Indonesia. Sistem litter lebih banyak dipakai di negara empat musim. Bila ada,
biasa dipakai oleh peternak burung puyuh pembibit. Sistem litter biasa
menggunakan 80% sekam padi dicampur 15% kotoran sapi kering dan 5% kapur
mati. Seandainya sekam padi tidak tersedia, peternak dapat mengganti serbuk
gergaji sebagai pengganti. Kandang burung puyuh sistem litter terlihat pada
Gambar 16.

Gambar 16. Kandang Burung Puyuh Dengan Sistem Litter


Bahan litter mempunyai beberapa manfaat, diantaranya menghemat tenaga
dan praktis. Litter tidak perlu dibersihkan setiap hari sehingga menjadi sumber
vitamin B12 dan memberi rasa hangat kepada burung puyuh, terutama saat musim
hujan. Sistem litter juga punya kelemahan, yaitu telur banyak tertutup litter
sehingga dapat terinjak oleh burung puyuh. Selain itu, pakan serta air minum
burung puyuh akan kotor akibat tercemar oleh litter. Efek yang paling merugikan
adalah mudahnya burung puyuh terserang penyakit pernafasan karena debu yang
dihasilkan saat mereka mengais dan mandi litter.
Litter harus selalu diaduk dan dibalik agar tidak menjadi padat dan basah.
Liter padat dan basah dapat menyebabkan tumbuh dan berkembangnya beberapa
penyakit. Litter harus segera diganti bila sudah terlalu padat atau basah seidaknya
setiap dua bulan sekali. Litter yang diganti dapat dijadikan pupuk untuk kesuburan
tanaman.
Lantai kandang harus kuat menahan litter dan tidak berlubang. Saat
penggantian penghuni kandang, litter harus diganti yang baru sebelum penghuni
baru masuk. Sebaiknya kandang harus disemprot dulu dengan desinfektan yang
tidak mengandung racun. Biasanya desinfektan ini tersedia di poultry shop.
2. Sistem Baterei
Sistem baterei paling banyak digunakan oleh peternak burung puyuh di
Indonesia. Dinding dan lantai kandang sistem ini terbuat dari kawat kasa/ram
sehingga perlu disediakan alas di bawah lantai untuk menampung kotoran.
Kandang sistem baterei terlihat pada Gambar 17. Dengan adanya tempat
penampungan kotoran tersebut, pemeliharaan kebersihan ruangan tempat kandang
berada lebih mudah dilakukan dan kotoran tidak menimpa burung puyuh dalam
kandang di bawahnya.
Kandang sistem ini memiliki sirkulasi udara yang sangat bagus dan dapat
mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit. Namun, dinding-
dinding kandang sebaiknya diberi plastik. Bila siang, plastik digulung agar terjadi
sirkulasi udara dan pada malam hari digunakan penutup dinding dari terpaan angin
dan hujan.
Bila kandang terletak dalam suatu ruangan (kandang besar), penutup
plastik tidak diperlukan karena kandang besar telah berplastik bahkan tertutup.
Gambar 17. Kandang Burung Puyuh Dengan Sistem Baterei
c. Jenis-Jenis Kandang
1. Kandang Induk Pembibit
Kandang untuk induk pembibit sangat berpengaruh, baik langsung maupun
tidak, terhadap produktivitas dan kemampuan burung puyuh menghasilkan telur
berkualitas baik dan berdaya tetas tinggi. Kandang harus diatur sedemikian rupa
sehingga tercipta lingkungan yang mendukung segala kegiatan burung puyuh.
Kandang induk pembibit terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Kandang Induk Pembibit

Hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan


adalah kepadatan kandang, temperatur, kelembapan, alas kandang, tempat
bertelur, tempat pakan dan minum, cahaya tambahan di malam hari, serta arah dan
letak kandang.
2. Kandang Induk Petelur

Sama seperti kandang induk pembibit, kandang induk petelur juga


mempunyai bentuk, ukuran, dan peralatan yang sama. Namun kepadatannya bisa
lebih besar atau sama. Banyak peternak yang masih memberikan seekor pejantan
untuk 6-10 ekor betina. Seharusnya hal itu tidak dilakukan karena jelas akan
merugikan peternak sendiri. Dengan memberikan pejantan, berarti telur untuk
konsumsi menjadi terbuahi dan membuatnya cepat rusak atau busuk bila disimpan
terlalu lama.
3. Kandang Anak Puyuh (kandang Indukan)
Kandang indukan digunakan untuk burung puyuh fase starter, yaitu mulai
umur 1 hari-2 atau 3 minggu. Fungsi kandang diantaranya menjaga anak burung
puyuh yang masih memerlukan pemanasan agar tetap terlindung dan mendapatkan
panas sesuai dengan kebutuhannya.
Kandang indukan juga perlu dilengkapi dengan alat pemanas serta tempat
minum dan pakan sehingga saat pembuatan dapat diperhitungkan luasan untuk
alat-alat tersebut, selain burung puyuh sendiri. Kandang indukan terlihat pada
Gambar 20.
Sebelum anak burung puyuh masuk ke dalam kandang indukan, sebaiknya
sumber panas telah dihidupkan, minimal satu atau dua hari sebelumnya. Tempat
pakan dan minum disusun mengelilingi sumber panas. Hal ini dilakukan karena
anak burung puyuh tidak dapat hidup tanpa adanya sumber panas.

Gambar 20. Kandang Indukan


d. Sanitasi Kandang

Selain faktor bibit dan pakan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah
kebersihan kandang, termasuk peralatan kandang dan lingkungan sekitarnya.
Kandang kotor, lembab, serta bau dapat menjadi sarang penyakit. Bila dibiarkan
berlarut-larut, tidak mustahil puyuh ternak terserang penyakit yang berakibat
kemeranaan, bahkan kematian. Oleh sebab itu, sanitasi atau pencegahan penyakit
mutlak dilakukan. Beberapa langkah penting untuk membebaskan kandang dari
kuman penyakit sebagai berikut.

1) Kotoran dan liter yang menumpuk di lantai kandang sebaiknya dibakar atau
dikubur. Lakukan kegiatan ini 2-3 kali seminggu. Selain membersihkan kandang,
kegiatan ini menghasilkan pupuk penyubur tanaman.

2) Sebelum digunakan, semprot kandang terlebih dahulu dengan desinfektan seperti


lysol atau creolin yang dicampur air. Pilih desinfektan yang tidak membahayakan
ternak dan lakukan penyemprotan minimal dua minggu sekali. Sebaiknya, sedapat
mungkin kandang dikapur.

3) Bersihkan lingkungan kandang dengan memotong rumput di sekitar kandang


untuk menghindari tikus, serangga, atau hewan lain yang bersarang di rerumputan.
Hewan- hewan tersebut dapat menjadi vektor pembawa bibit penyakit.

4) Cuci peralatan pakan seperti tempat makan dan minum. Keringkan sebelum dan
sesudah digunakan

5) Buat kandang khusus untuk mengisolasi burung puyuh yang sakit dan letakkan
jauh dari kandang ternak sehat. Jangan biarkan hewan atau unggas lain keluar
masuk kandang.
3.1.3 Penyakit Pada Burung Puyuh dan Penanggulangannya
Burung puyuh termasuk salah satu unggas yang peka terhadap penyakit
tertentu. Selain menimbulkan kematian, penyakit yang menyerang unggas mungil ini
dapat meningkatkan morbiditas (tingkat kesulitan hidup pada individu atau
kelompok ternak). Beberapa penyakit yang sering menyerang ternak puyuh:
a. Radang Usus (Quail enteritis)
Radang usus ditandai dengan puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu
kelihatan kusam, serta kotoran berair dan mengandung asam urat. Timbulnya gejala
tersebut disebabkan oleh serangan bakter anaerob yang berbentuk spora dan
menyerang usus sehingga timbul peradangan pada usus dan juga dapat
mengakibatkan kerusakan hati (necrosis).
Radang usus juga dapat menjalar dalam tempo yang singkat. Penularan pada
satu/kelompok puyuh memerlukan waktu kurang dari 21 hari dengan kematian
tertinggi, yaitu antara 5-14 hari sesudah penularan. Penularan radang usus
disebabkan lingkungan yang kurang bersih serta pakan, litter, dan air minum yang
tercemar oleh penyebab penyakit tersebut.

Pencegahan radang usus dilakukan dengan memperbaiki tata laksana


pemeliharaan serta memisahkan burung puyuh sehat dan burung puyuh yang
terinfeksi penyakit. Pemberian streptomycin melalui air minum dengan dosis 1g/5
liter air minum atau injeksi kanamycin dengan dosis 2-5 mg/ekor dapat mengobati
puyuh yang sudah terlanjur sakit.
b. Tetelo (Newcastle Disease)
Gejala tetelo terlihat dari puyuh tampak lesu, nafsu makan menurun,
kehausan, sesak nafas, ngorok, bersin, bulu kusam, mencret berwarna putih hijau,
dan reproduksi telur menurun. Tetelo disebabkan oleh virus yang biasanya
menyerang unggas seperti ayam, itik, dan burung-burung. Penyakit ini sangat
menular dan tak jarang menimbulkan kematian hingga 100%.
Pencegahan dilakukan dengan membersihkan kandang dan mengapur kandang
dengan NaOH 2% ditambah formalin 1-2%. Selain itu, tambahkan vaksin ND
melalui air minum, tetes mata, tetes hidung, penyuntikan, maupun penyemprotan.
Hingga saat ini, pengobatan ND belum ditemukan. Oleh sebab itu, burung puyuh
yang mati akibat tetelo harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur.
c. Pullorum
Gejala pullorum terlihat dari kotoran burung puyuh berwarna putih,
sedangkan gejala umum lainnya nafsu makan hilang, sesak napas, bulu-bulu
mengerut, dan sayap menggantung lemah. Pullorum juga sering disebut penyakit
berak putih atau berak kapur. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Salmonella
pullorum dan sangat menular. Penularannya melalui telur dari induk penderita
pullorum, peralatan kandang yang tercemar, serta pakan dan minuman yang tercemar
kuman ini.
Sama dengan pencegahan pada penyakit tetelo, semua burung puyuh yang
mati akibat penyakit ini harus dibakar atau dikubur dalam-dalam. Sementara
pengobatannya cukup dengan memberikan Furazolidone.
d. Coccidiosis
Gejala coccidiosis ditandai dengan burung puyuh tampak lesu dan pucat,
nafsu makan menurun, tetapi nafsu minum meningkat; bulu kusut, dan bulu disekitar
anus kotor oleh tinja yang bercampur darah. Coccidiosis sering disebut penyakit
berak darah. Coccidiosis disebabkan oleh coccidia, yaitu hewan bersel satu dari
filum protozoa.

Tatalaksana dan sanitasi kandang yang baik dapat mencegah timbulnya


penyakit ini. Selain itu, kandang yang tercemar oleh oocyt dapat diberi larutan
amoniak 20%, dengan penyiraman deterjen panas, atau air soda.
e. Cacar Unggas (Faowl Pox)
Gejala cacar unggas terlihat dari timbulnya keropeng-keropeng pada kulit
yang tidak berbulu seperti pada pial, kaki, mulut, dan pharinx yang bila dilepas akan
mengeluarkan darah. Cacar unggas disebabkan oleh Poxvirus dan sudah tersebar di
seluruh Indonesia. Penyakit Ini dapat menyerang semua bangsa unggas dari semua
umur dan jenis kelamin.
Penularan terjadi bila unggas penderita dan unggas sehat saling mematuk
sehingga virus cacar masuk melalui luka yang ditimbulkan akibat patukan. Alat-alat
yang tercemar virus, nyamuk, dan lalat penghisap darah juga dapat menjadi vektor
pembawa penyakit ini. Pencegahan terbaik cacar unggas dilakukan dengan vaksinasi
dengan menggunakan vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau burung puyuh
yang telah terinfeksi.
f. Bronkhitis (Quail Bronchitis)
Gejala bronkhitis ditandai dengan burung puyuh terlihat lesu, bulu kusam,
gemetar, sulit bernapas, batuk dan bersin, mata dan hidung mengeluarkan lendir,
serta kepala dan leher agak terpelintir. Burung puyuh yang dipelihara dalam kandang
padat dan lembab dengan tatalaksana kurang baik akan lebih mudah terserang
penyakit ini.
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan pemberian vaksin IB in-aktif
(infectious bronchitis) yang berisi serotipe virus yang sama dengan penyakit IB di
lapangan dan diberikan secara muskuler. Pemberian pakan bergizi dan sanitasi
memadai dapat mencegah timbulnya penyakit ini. Hingga saat ini, pengobatan
bronchitis belum ditemukan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan agar burung puyuh
yang terkena penyakit segera disingkirkan/dimusnahkan untuk mencegah penularan.
g. Aspergillosis
Gejala aspergillosis ditandai dengan burung puyuh mengalami gangguan
pernapasan, paru-paru, kantung udara, dan pada mata terbentuk lapisan putih
menyerupai keju. Bentuk akut ditandai dengan kesulitan bernapas, megap-megap,
mengantuk, terkadang terjadi kelumpuhan, setelah itu mati.

Aspergillosis disebabkan oleh cendawan Aspergillus fumigatus. Penakit ini


menyerang alat-alat pernapasan. Penyakit ini sangat menular terutama pada burung
puyuh, burng kenari, dan anak ayam. Peternakan yang manajemennya tidak baik,
akan muda terkena cendawan ini. Pencegahan dapat dilakukan terutama dengan
memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
h. Cacingan
Gejala cacingan terlihat dari burung puyuh tampak kurus, lesu, dan lemah.
Cacingan disebabkan oleh sanitasi yang buruk sehingga burung puyuh mudah terkena
cacing. Cacing yang biasa menyerang burung puyuh ada beberapa maam, yaitu cacing
pita, cacing rambut, dan cacing usus buntu. Pencegahan terbaik dilakukan dengan
menjaga kebersihan kandang dan memberikan pakan yang terjaga kebersihannya.
Burung puyuh yang terserang cacingan ini harus segera diobati dengan obat cacing
khusus unggas.
i. Snot (Coryza)
Gejala umum yang terlihat adalah adanya leleran pada hidung, infeksi
kelopak mata, sehingga terjadi perlekatan kelopak, pembengkakan wajah, dan suara
pernapasan yang tidak normal (ngorok). Penyebab penyakit pernapasan unggas ini
adalah bakteri haemophilus paragillarum. Biasanya penyakit ini muncul mendadak
dan menyebar dengan cepat.
Pencegahan terbaik adalah menjaga kebersihan kandang dan melakukan
vaksinasi. Pengobatan snot dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik streptomycin,
eryhtromycin, atau tylosin melalui air minum atau pakannya.
j. Flu Burung (Avian Influenza/AI)
Pada infeksi ringan terlihat gejala gangguan pernapasan seperti batuk, bersin,
hidung berlendih, keluarnya air mata, pembengkakan hidung, dan penurunan produksi
telur. Terkadang ditemukan gejala mencret, pembengkakan wajah, serta warna pial dan
jengger membiru. Pada serangan yang hebat, unggas yang terserang mati tanpa
menunjukkan banyak gejala. Avian flu adalah penyakit pernapasan unggas yang
disebabkan oleh virus ganas AI, yaitu Orthomyxovirus. Kematian yang akibatkan
serangan virus ini dapat mencapai 70%.
Serangan flu burung dapat dihindari dengan masuknya cahaya matahari secara
leluasa dalam kandang. Pencegahan lain dilakukan dengan memilih anakan asal induk
yang telah divaksinasi. Bila ditemukan burung puyuh ternak yang akit maka harus
segera dibawa ke dokter hewan untuk diobati. Bila positif terserang flu burung, ternak
harus segera dimusnahkan dengan cara dibakar.
k. Defisiensi Vitamin E
Defisiensi vitamin E timbul karena burung puyuh mengalami kekurangan
Vitamin E. Kekurangan vitamin E bisa terjadi karena kesalahan dalam pemberian
pakan, misalnya pakan yang seharusnya untuk ayam ras diberikan kepada burung
puyuh. Padahal, kandungan zat nutrisi yang terkandung dalam ayam ras tidak sesuai
dengan kebutuhan burung puyuh. Untuk mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam
komplex peternakan burung puyuh, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Isolasi komplex peternakan
b. Beli burung puyuh yang sehat dan berdaya hidup tinggi
c. Isolasi burung puyuh yang pernah dipamerkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemeliharaan budidaya satwa harapan yaitu Burung Puyuh harus memenuhi


beberapa ketentuan.

1. Memahami jenis-jenis dari Burung Puyuh antara lain Puyuh Japonica, Blue Brested
Quail, Chesnut Bellied Partridge, Grey Bellied Partridge, Bar Backed Partridge, Red
Billed Partridge, Red Breasted Partridge, Turnix, Puyuh Mahkota, Scaled Quail, Gambels
Quail, Barred Button Quail, Puyuh albino dan Bob white.

2. Peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami unsur-unsur produksi usaha


peternakan, yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum), kandang, dan penyakit.

4.2 Saran

1. Bagi calon peternak, sebaiknya memilih jenis burung puyuh berdasarkan tujuan ternak,
seperti puyuh petelur dan pedaging.

2. Bagi pembaca, hendaknya mencari referensi pembanding dari berbagai sumber terkait
peternakan burung puyuh.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, S., 2015. Beternak Burung Puyuh Tetap Menguntungkan. Yogyakarta :

Pustaka Baru Press.

Marsudi dan C. Saparinto, 2012. Puyuh. Jakarta : Penebar Swadaya

Anda mungkin juga menyukai