Disusun Oleh :
Kelas E
Kelompok 5
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Ternak Unggas berjudul
“Breeder pada Ayam”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materi, penulis juga
berteri makasih kepada Ir. Endang Sujana, S.Pt., MP, IPM selaku dosen mata kuliah
Manajemen Ternak Unggas yang ikut berperan dalam penyusunan makalah ini. Harapan penulis
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk
ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................... ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 2
1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................ 5
II PEMBAHASAN
2.1 Proses Persiapan Kandang......................................................... 6
2.2 Proses Manajemen Perkawinan dan telur tetas ......................... 23
iii
I
PENDAHULUAN
Sejarah sumberdaya genetik ternak (SDGT) dimulai sekitar 12.000 sampai 14.000
tahun yang lalu, selama revolusi pertanian di awal Neolithikum, melalui domestikasi
sebagian besar tanaman pangan dan spesies ternak. Kontrol dari produksi pangan tersebut
mengarah kepada perubahan demografi utama, teknologi dan militer. Proses domestikasi
hewan dan tumbuhan dinilai menjadi salah satu perkembangan terpenting dalam sejarah, dan
salah satu prasyarat meningkatnya peradaban (Diamond, 2002). Setelah diawali domestikasi,
penyebaran pertanian meningkat secara cepat pada hampir semua habitat daratan (Diamond
Ribuan tahun setelah seleksi oleh alam dan manusia, hanyutan genetik, inbreeding
Crossbreeding pada unggas merupakan salah satu alternatif untuk dilakukan. Pemanfaatan
metode crossbreeding ini akan menseleksi individu yang diharapkan produksinya, sehingga
kebutuhan manusia terhadap suatu komoditas dapat terpenuhi. Permintaan pasar terhadap
karkas ayam kampung semakin tinggi, dengan pertumbuhan ayam kampung yang lambat,
dan efisiensi pakan yang begitu besar, sehingga diperlukan suatu seleksi dan perkawinana
yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi usaha ayam kampung.
2
dapat diketahui bagaimana hal tersebut terjadi, sehingga penulis sangat tertarik untuk
mengangkat topik dan mengkaji tentang crossbreeding ayam buras sebagai upaya alternatif
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara dengan tujuan untuk
diambil telurnya. Berbagai seleksi telah dilakukan, salah satunya diarahkan pada warna kulit
telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan
seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang
ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (terus
dimurnikan). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul (Cahyono, 1995). Fase
pemeliharaan ayam petelur dibagi menjadi 3 yakni: fase starter, fase grower, dan fase layer.
(Rahmadi, 2009) mengungkapkan bahwa ayam petelur fase layer merupakan ayam yang
Ayam pada akhir masa produksi tergolong dalam fase layer, yakni pada umur 50 minggu
ke atas. Ayam pada akhir masa produksi biasa disebut ayam tua. Boling (2000) menyatakan
bahwa ayam tua adalah ayam yang berumur 70 sampai 76 minggu. Berdasarkan sistem
pemeliharannya ayam petelur dibagi menjadi 2 yakni sistem pemeliharaan ekstensif dan
pemeliharaan secara ekstensif adalah sistem pemeliharaan dengan cara mengumbar ayam di
padang pengembalaan. Dalam hal ini dikenal dengan istilah free-range. Pada peternakan rakyat
umumnya masih mempertahankan sistem pemeliharaan intensif, karena sistem itulah yang
Jenis ayam petelur ras terbagi menjadi dua yaitu tipe ayam petelur ringan, tipe ayam ini
disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang
ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger
merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam
petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Ayam ini mampu
Tipe yang kedua adalah tipe ayam petelur medium, bobot tubuh ayam ini cukup berat.
Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh
karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Ayam tipe ringan biasanya akan mulai
menginjak masa bertelur pada umur 15-16 minggu, sedangkan tipe medium mulai bertelur
antara 22-24 minggu. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang
banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat,
maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu
yang cokelat juga. Ayam ini mulai di kembangkan pada tahun 1972 yang memiliki produksi
telur tinggi yakni sekitar 300 ekor lebih /tahun (Rasyaf, 2009).
Adapun perkawinan silang adalah perkawinan ternak-ternak dari bangsa yang berbeda
(Warwick et al., 1990). Tekhnisnya Crossbreeding ini hanya berlaku untuk persilangan pertama
pada breed asli, tetapi secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossingdari dua jenis atau
rotasi persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan murni dari satu ras
untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain (Warwick dan Legates,1979).
Keuntungan dari crossbreeding ini adalah dapat meningkatkan Heterosis atau Hybrid vigor
Sistem ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang dimana dalam
sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda. Dalam sistem terminal
6
ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual dan betina pengganti (female
induk yakni betina yang telah melewati seleksi sehinggadidapatkan betina yang
baik, tingkat produksi susu serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk
jantan, tingkat pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik adalah merupakan
hal yang sangat penting. Adapun keuntungan yang diperoleh dengan adanya sistem
Selain itu, kekurangan yang didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang
karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2 kelompok ternak sapi
Sistem perkandangan ayam petelur dapat berupa litter dan cage. Sistem
litter menggunakan alas berupa sekam atau serbuk gergaji,. Sistem cage dapat
berupa single bird cage (diisi satu ekor ayam, disebut juga kandang tipe baterai),
multiple bird cage (diisi 2 ekor ayam atau lebih, tidak lebih dari 8 – 10 ekor), dan
colony cage (diisi 20 – 30 ekor ayam). Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur
saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar
kurang baik mengakibatkan amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam,
untuk ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam
7
per hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai
Suhu optimal untuk pemeliharaan ayam petelur strain Hy-Line Brown fase
layer yaitu 18 – 27%, dengan batas kelembaban 40 – 60%. Intensitas cahaya sekitar
20 lux. Sistem kandang dapat berupa litter (kepadatan maksimum 8 ekor/m2), slat
maksimum 9 ekor/m2). Sarang untuk bertelur berbentuk boks, satu sarang dengan
International, 2010).
Cage dapat dibuat bertingkat hingga tiga deck atau lebih. Deck disusun
membentuk frame A agar ekskreta ayam dari deck atas langsung jatuh ke lantai atau
tempat penampungan ekskreta dan tidak jatuh ke deck di bawahnya. Partisi untuk
cage dapat berupa solid (tertutup) atau wire. Partisi yang berbentuk wire berfungsi
untuk mengoptimalkan pertukaran udara di dalam cage. Cage untuk ayam petelur
dapat terbuat dari berbagai bahan seperti logam, plastik, kayu, atau bambu
(Lelystad, 2004).
b. Peralatan
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang
bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang.
Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam
8
dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang
Tempat bertelur
Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur
tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5
ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat
bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur
tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring
dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang
Tempat bertengger
diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat
tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat
a. Peyiapan Bibit
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)
yang layak bagi kehidupan ternak. Bagi industri peternakan hal ini sangat
maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang serius sangat diperlukan
dalam pelaksanaannya, dan juga perlakuan terhadap ternak yang mati, kehadiran
lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.
a) lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk rumah tempat tinggal,
kandang unggas serta kandang hewan lainnya ditata pada lokasi terpisah
unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang dapat membawa
agen penyakit
10
atau ke lokasi peternakan setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus
d) mencegah keluar masuknya tikus (rodensia), serangga atau unggas lain seperti
burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan
dibersihkan secar teratur tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar
dari area peternakan unggas yang mati harus dibakar atau dikubur
g) kotoran unggas diolah terlebih dahulu sebelum keluar dari area peternakan
h) air kotor hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah
melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (septik tank) sehingga tidak
Limbah adalah sisa aktivitas yang berasal dari makhluk hidup, misalnya limbah
peternakan ayam. Ada beberapa bentuk limbah dalam peternakan ayam, yaitu
limbah padat dan limbah cair. Bentuk limbah padat dari peternakan ayam adalah
kotoran ayam, limbah kristal (kotoran ayam di kandang postal yang tercampur
dengan litter), kerabang telur, bangkai ayam, dan DOC afkir di unit penetasan.
Sementara itu, limbah cair dari peternakan ayam adalah air bekas pencucian
kandang dan peralatan, air bekas sanitasi, dan air minum ayam.
berbentuk saluran air atau selokan untuk limbah cair. Cara penanganan limbah cair
11
peternakan ayam yaitu dengan cara membuang kotoran ayam ke unit pengolahan
kristal ke dalam karung kemudian dijual kepada para petani. Cara penanganan
limbah peternakan ayam dengan cara ini menguntungkan kedua belah pihak, baik
petani maupun para peternak ayam. Para petani membeli limbah ini untuk
digunakan sebagai pupuk tanaman sayur dan juga diolah menjadi kompos.
Cara penanganan limbah kerabang telur ini dilakukan dengan cara dibuang atau
dijadikan campuran pakan itik. Sementara itu, cara penanganan limbah DOC afkir
dilakukan dengan cara memusnahkannya atau dijual untuk pakan ikan lele.
Penanganan limbah peternakan ayam dengan cara diolah sangat bermanfaat untuk
berupa pengolahan yang dilakukan dengan benar juga akan meningkatkan kualitas
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Persiapan kandang meliputi pemasangan pembatas, pemberian
litter, persiapan pemanas, pengaturan tempat pakan/minum,
pengaturan ventilasi, pengaturan pencahayaan, dan pengaturan
kepadatan
2. Perkawinan harus dimulai dari umur 21 minggu. Ayam pejantan
dan betina harus matang secara seksual sebelum perkawinan
terjadi.
3. Biosekuriti operasional dalam manajemen breeder diantaranya
isolasi, pengendalian lalu lintas, dan isolasi
4. Keberhasilan dalam penetasan buatan tergantung dari banyak
faktor antara lain telur tetas, mesin tetas, dan tata laksana
penetasan. Telur tetas yang digunakan harus berkualitas baik, yaitu
memiliki fertilitas yang tinggi dan daya tetas yang tinggi pula.
5. Dalam pengolahan limbah ternak secara umum dapat dilakukan
dengan cara baik yang meliputi Manajemen dan Penanganan
limbah yang dapat dilakukan secara fisik, kimiawi dan biologis.
DAFTAR PUSTAKA
Diamond, Jared and Peter Bellwood. 2003. Farmers and Their Languages: The First
Expansions. Source: Science, New Series, Vol. 300, No. 5619 (Apr. 25).
Pennsylvania : American Association for the Advancement of Science.
Hlm. 597-603
Lelystad, P.V. 2004. Welfare Aspects Of Various Systems For Keeping Laying
Hens. The EFSA Journal (197): 1-23
Distribusi Tugas
Lampiran
makalah