Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK UNGGAS

BREEDER PADA AYAM PETELUR

Disusun Oleh :

Kelas E

Kelompok 5

Dhiya Ulhaq M 200110170059


Mayshia Gajah 200110170159
Tengku Evita Z P 200110170193
Mayang Chantika P 200110170234
Fadila Rahmi 200110170258

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Manajemen Ternak Unggas berjudul

“Breeder pada Ayam”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik berupa pikiran maupun materi, penulis juga

berteri makasih kepada Ir. Endang Sujana, S.Pt., MP, IPM selaku dosen mata kuliah
Manajemen Ternak Unggas yang ikut berperan dalam penyusunan makalah ini. Harapan penulis

semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk

ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik

lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak

kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sumedang, Oktober 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 2
1.2 Identifikasi Masalah................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................ 5

II PEMBAHASAN
2.1 Proses Persiapan Kandang......................................................... 6
2.2 Proses Manajemen Perkawinan dan telur tetas ......................... 23

2.3 Faktor dalam Pelaksanaan Penetasan........................................

2.4 Proses Pelaksanaan Biosekuriti................................................


2.5 Pengolahan Limbah ................................................................
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 36


LAMPIRAN ................................................................................... 38

iii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah sumberdaya genetik ternak (SDGT) dimulai sekitar 12.000 sampai 14.000

tahun yang lalu, selama revolusi pertanian di awal Neolithikum, melalui domestikasi

sebagian besar tanaman pangan dan spesies ternak. Kontrol dari produksi pangan tersebut
mengarah kepada perubahan demografi utama, teknologi dan militer. Proses domestikasi

hewan dan tumbuhan dinilai menjadi salah satu perkembangan terpenting dalam sejarah, dan

salah satu prasyarat meningkatnya peradaban (Diamond, 2002). Setelah diawali domestikasi,

penyebaran pertanian meningkat secara cepat pada hampir semua habitat daratan (Diamond

and Bellwood, 2003).

Ribuan tahun setelah seleksi oleh alam dan manusia, hanyutan genetik, inbreeding

dan crossbreeding berkontribusi terhadap keragaman SDGT dan memungkinkan

dilakukannya budidaya ternak dalam berbagai lingkungan dan sistem produksi.

Crossbreeding pada unggas merupakan salah satu alternatif untuk dilakukan. Pemanfaatan

metode crossbreeding ini akan menseleksi individu yang diharapkan produksinya, sehingga
kebutuhan manusia terhadap suatu komoditas dapat terpenuhi. Permintaan pasar terhadap

karkas ayam kampung semakin tinggi, dengan pertumbuhan ayam kampung yang lambat,

dan efisiensi pakan yang begitu besar, sehingga diperlukan suatu seleksi dan perkawinana

yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produksi usaha ayam kampung.
2

Berdasarkan informasi tersebut, maka di perlukan pengkajian secara mendalam agar

dapat diketahui bagaimana hal tersebut terjadi, sehingga penulis sangat tertarik untuk

mengangkat topik dan mengkaji tentang crossbreeding ayam buras sebagai upaya alternatif

dalam pemenuhan kebutuhan pasar dan usaha peternakan unggas.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Proses apa saja yang terdapat dalam Persiapan Kandang ?


2. Apa pentingnya proses pelaksanaan biosekuriti pada manajemen breeder ?

3. Bagaimana pengolahan limbah yang baik dalam peternakan ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui proses yang terjadi dalam manajemen breeder..

2. Mengetahui pentingnya proses pelaksanaan biosekuriti pada manajemen breeder.

3. Mengetahui pengolahan limbah yang baik.


II

PEMBAHASAN

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara dengan tujuan untuk

diambil telurnya. Berbagai seleksi telah dilakukan, salah satunya diarahkan pada warna kulit

telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan

seleksi itu dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang
ini. Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (terus

dimurnikan). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul (Cahyono, 1995). Fase

pemeliharaan ayam petelur dibagi menjadi 3 yakni: fase starter, fase grower, dan fase layer.

(Rahmadi, 2009) mengungkapkan bahwa ayam petelur fase layer merupakan ayam yang

berumur antara 20 hingga 80 minggu (afkir).

Ayam pada akhir masa produksi tergolong dalam fase layer, yakni pada umur 50 minggu

ke atas. Ayam pada akhir masa produksi biasa disebut ayam tua. Boling (2000) menyatakan

bahwa ayam tua adalah ayam yang berumur 70 sampai 76 minggu. Berdasarkan sistem

pemeliharannya ayam petelur dibagi menjadi 2 yakni sistem pemeliharaan ekstensif dan

intensif. Pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan dengan cara mengkandangkan


ayam, di Indonesia khususnya cenderung menggunakan kandang baterai bertingkat. Sedangkan

pemeliharaan secara ekstensif adalah sistem pemeliharaan dengan cara mengumbar ayam di

padang pengembalaan. Dalam hal ini dikenal dengan istilah free-range. Pada peternakan rakyat

umumnya masih mempertahankan sistem pemeliharaan intensif, karena sistem itulah yang

mereka peroleh secara turun temurun dari nenek moyang mereka.


4

Jenis ayam petelur ras terbagi menjadi dua yaitu tipe ayam petelur ringan, tipe ayam ini

disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang

ramping/kurus-mungil/kecil dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger

merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galur ini sulit dicari, tapi ayam

petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Ayam ini mampu

memproduksi telur lebih dari 260 butir/tahun.

Tipe yang kedua adalah tipe ayam petelur medium, bobot tubuh ayam ini cukup berat.
Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh

karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Ayam tipe ringan biasanya akan mulai

menginjak masa bertelur pada umur 15-16 minggu, sedangkan tipe medium mulai bertelur

antara 22-24 minggu. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang

banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat,

maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu

yang cokelat juga. Ayam ini mulai di kembangkan pada tahun 1972 yang memiliki produksi

telur tinggi yakni sekitar 300 ekor lebih /tahun (Rasyaf, 2009).

Adapun perkawinan silang adalah perkawinan ternak-ternak dari bangsa yang berbeda

(Warwick et al., 1990). Tekhnisnya Crossbreeding ini hanya berlaku untuk persilangan pertama
pada breed asli, tetapi secara umum berlaku juga untuk sistem crisscrossingdari dua jenis atau

rotasi persilangan dari tiga atau lebih bibit dan untuk menyilangkan pejantan murni dari satu ras

untuk menaikan tingkatan betina dari ras yang yang lain (Warwick dan Legates,1979).

Keuntungan dari crossbreeding ini adalah dapat meningkatkan Heterosis atau Hybrid vigor

serta Breed Complementary.


5

Dalam Crossbreeding terdapat 4 macam sistem, yakni :

(1) Sistem Terminal (Terminal System)

(2) Sistem Rotasi (Rotational System)

(3) Sistem Kombinasi (Rotaterminal System)

(4) Sistem Komposit (Composite System)

Berikut adalah penjelasan mengenai keempat sistem dari crossbreeding :


1. Sistem Terminal (Terminal System)

Sistem ini merupakan salah satu sistem dari crossbreeding, yang dimana dalam

sistem ini menggunakan 2 breed/ bangsa yang berbeda. Dalam sistem terminal
6

ini, semua anak sapi hasil persilangan dijual dan betina pengganti (female

replacements) diambil dari betina di luar kelompok. Betinayang dipilih sebagai

induk yakni betina yang telah melewati seleksi sehinggadidapatkan betina yang

baik, tingkat produksi susu serta mothering ability yang baik. Sedangkan untuk

jantan, tingkat pertumbuhan serta karakteristik karkas yang baik adalah merupakan

hal yang sangat penting. Adapun keuntungan yang diperoleh dengan adanya sistem

ini adalah memungkinkan untuk meningkatkan heterosis progeny sebesar 100%

selainitu juga dapat meningkatkan breed complementary (Frahm, R).

Selain itu, kekurangan yang didapat dari sistem ini yakni diperlukan ladang

pengembalaan (pasture) yang memenuhi syarat baik kuantitas maupunkualitas,

karena mengingat dalam sistem ini yang terlibat adalah 2 kelompok ternak sapi

yang saling berbeda bangsa sehingga dimungkinkan juga berbeda dalam

mengkonsumsi pakan/ hijauan (sehingga).

2.1 Proses Persiapan Kandang

Sistem perkandangan ayam petelur dapat berupa litter dan cage. Sistem

litter menggunakan alas berupa sekam atau serbuk gergaji,. Sistem cage dapat

berupa single bird cage (diisi satu ekor ayam, disebut juga kandang tipe baterai),

multiple bird cage (diisi 2 ekor ayam atau lebih, tidak lebih dari 8 – 10 ekor), dan

colony cage (diisi 20 – 30 ekor ayam). Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur

saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar

kandang 12 m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation. ventilasi yang

kurang baik mengakibatkan amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam,

menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing

untuk ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam
7

per hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai

tambahan, tujuannya untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa

kelamin, mengurangi sifat mengeram, dan memperlambat molting (perontokan

bulu) (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Suhu optimal untuk pemeliharaan ayam petelur strain Hy-Line Brown fase

layer yaitu 18 – 27%, dengan batas kelembaban 40 – 60%. Intensitas cahaya sekitar

20 lux. Sistem kandang dapat berupa litter (kepadatan maksimum 8 ekor/m2), slat

(kepadatan maksimum 10 ekor/m2) atau kombinasi litter-slat (kepadatan

maksimum 9 ekor/m2). Sarang untuk bertelur berbentuk boks, satu sarang dengan

ukuran 30 x 40 x 50 cm dapat digunakan maksimum untuk delapan ekor ayam.

Sarang tidak diperlukan dalam sistem perkandangan cage (sangkar) (Hy-Line

International, 2010).

Cage dapat dibuat bertingkat hingga tiga deck atau lebih. Deck disusun

membentuk frame A agar ekskreta ayam dari deck atas langsung jatuh ke lantai atau

tempat penampungan ekskreta dan tidak jatuh ke deck di bawahnya. Partisi untuk

cage dapat berupa solid (tertutup) atau wire. Partisi yang berbentuk wire berfungsi

untuk mengoptimalkan pertukaran udara di dalam cage. Cage untuk ayam petelur

dapat terbuat dari berbagai bahan seperti logam, plastik, kayu, atau bambu

(Lelystad, 2004).

b. Peralatan

 Litter ( alas bertelur )

Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang

bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang.

Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam
8

dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang

antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.

 Tempat bertelur

Penyediaan tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur

tidak kotor, dapat dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5

ekor ayam. Kotak diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat

bertengger, penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur

tidak pecah dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring

dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang

yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.

 Tempat bertengger

Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan

diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat

tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.

 Tempat makan dan minum

Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,

almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat

grit dengan kotak khusus.

a. Peyiapan Bibit

Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai

berikut, antara lain:

 Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.

 Pertumbuhan dan perkembangan normal.

 Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.


9

Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)

/ayam umur sehari:

 Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.

 Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .

 Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.

 Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.

 Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.

 Tidak ada letakan tinja diduburnya.

2.2 Pelaksanaan Biosekuriti dalam Manajemen Breeder

Program biosekuriti adalah program yang berupaya untuk membebaskan dan

mengendalikan pengakit-penyakit tertentu, serta memberikan kondisi lingkungan

yang layak bagi kehidupan ternak. Bagi industri peternakan hal ini sangat

diperlukan mengingat ancaman berbagai macam penyakit baik yang menular

maupun tidak menular. Oleh karena itu perhatian yang serius sangat diperlukan

dalam pelaksanaannya, dan juga perlakuan terhadap ternak yang mati, kehadiran

lalat, dan bau yang kerap kali menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitarnya.

Sejalan dengan peraturan Departemen RI (2008) bahwa penerapan biosekuriti pada

peternakan dapat dilakukan dengan cara :

a) lokasi peternakan berpagar dengan satu pintu masuk rumah tempat tinggal,

kandang unggas serta kandang hewan lainnya ditata pada lokasi terpisah

b) pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material (hewan/unggas, produk

unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang dapat membawa

agen penyakit
10

c) pembatasan secara ketat keluar masuk orang/tamu/pekerja dan kendaraan dari

atau ke lokasi peternakan setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus

mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan

d) mencegah keluar masuknya tikus (rodensia), serangga atau unggas lain seperti

burung liar yang dapat berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan

e) unggas dipisahkan berdasarkan spesiesnya

f) kandang, tempat pakan/minum, sisa alas kandang/litter dan kotoran kandang

dibersihkan secar teratur tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar

dari area peternakan unggas yang mati harus dibakar atau dikubur

g) kotoran unggas diolah terlebih dahulu sebelum keluar dari area peternakan

h) air kotor hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah

melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (septik tank) sehingga tidak

tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.

2.3 Pengolahan Limbah

Limbah adalah sisa aktivitas yang berasal dari makhluk hidup, misalnya limbah

peternakan ayam. Ada beberapa bentuk limbah dalam peternakan ayam, yaitu

limbah padat dan limbah cair. Bentuk limbah padat dari peternakan ayam adalah

kotoran ayam, limbah kristal (kotoran ayam di kandang postal yang tercampur

dengan litter), kerabang telur, bangkai ayam, dan DOC afkir di unit penetasan.

Sementara itu, limbah cair dari peternakan ayam adalah air bekas pencucian

kandang dan peralatan, air bekas sanitasi, dan air minum ayam.

Terdapat banyak cara penanganan limbah peternakan ayam. Cara penanganan

limbah peternakan ayam dapat dilakukan dengan membuat saluran pembuangan

berbentuk saluran air atau selokan untuk limbah cair. Cara penanganan limbah cair
11

peternakan ayam yaitu dengan cara membuang kotoran ayam ke unit pengolahan

limbah atau unit cara penanganan limbah.

Cara penanganan limbah peternakan ayam ini di antaranya memasukkan limbah

kristal ke dalam karung kemudian dijual kepada para petani. Cara penanganan

limbah peternakan ayam dengan cara ini menguntungkan kedua belah pihak, baik

petani maupun para peternak ayam. Para petani membeli limbah ini untuk

digunakan sebagai pupuk tanaman sayur dan juga diolah menjadi kompos.

Cara penanganan limbah kerabang telur ini dilakukan dengan cara dibuang atau

dijadikan campuran pakan itik. Sementara itu, cara penanganan limbah DOC afkir

dilakukan dengan cara memusnahkannya atau dijual untuk pakan ikan lele.

Penanganan limbah peternakan ayam dengan cara diolah sangat bermanfaat untuk

menekan pencemaran lingkungan. Cara penanganan limbah peternakan ayam

berupa pengolahan yang dilakukan dengan benar juga akan meningkatkan kualitas

dari limbah itu sendiri.


III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Persiapan kandang meliputi pemasangan pembatas, pemberian
litter, persiapan pemanas, pengaturan tempat pakan/minum,
pengaturan ventilasi, pengaturan pencahayaan, dan pengaturan
kepadatan
2. Perkawinan harus dimulai dari umur 21 minggu. Ayam pejantan
dan betina harus matang secara seksual sebelum perkawinan
terjadi.
3. Biosekuriti operasional dalam manajemen breeder diantaranya
isolasi, pengendalian lalu lintas, dan isolasi
4. Keberhasilan dalam penetasan buatan tergantung dari banyak
faktor antara lain telur tetas, mesin tetas, dan tata laksana
penetasan. Telur tetas yang digunakan harus berkualitas baik, yaitu
memiliki fertilitas yang tinggi dan daya tetas yang tinggi pula.
5. Dalam pengolahan limbah ternak secara umum dapat dilakukan
dengan cara baik yang meliputi Manajemen dan Penanganan
limbah yang dapat dilakukan secara fisik, kimiawi dan biologis.
DAFTAR PUSTAKA

Boling, S. D. M. W. Douglas, M. L. Johnson, X. Wang, C. M. Parson, K. W.


Koelkebeck, And R. A. Zimmermant. 2000. The effects of dietary available
phosphorus levels and phytaseon performance of young and older laying
hens. Poult, Sci. 79:224-230.
Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. Yayasan
Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Diamond, Jared and Peter Bellwood. 2003. Farmers and Their Languages: The First
Expansions. Source: Science, New Series, Vol. 300, No. 5619 (Apr. 25).
Pennsylvania : American Association for the Advancement of Science.
Hlm. 597-603

Fadilah R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis.


Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal:3-22

Hy-Line International. 2010. Hy-Line Brown Intensive Systems Performance


Standards. http://www.hyline.com/redbook/performance. Diakses tanggal 7
Oktober 2019 pukul 19.15 WIB.

Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Lelystad, P.V. 2004. Welfare Aspects Of Various Systems For Keeping Laying
Hens. The EFSA Journal (197): 1-23

Rahmadi, F.I. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan Dony


Farm Kabupaten Magelang. [Tugas Akhir]. Surakarta: Program Diplooma
III Agribisnis Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Rasyaf, M. 2009. Panduan Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya.

Suprijatna, E. U, Atmomarsono. R, Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Thaxton J. P. and C. P. Purkhurst. 1976. Growth, efficiency, and livability of


newly hatched broiler as poultry Sci. 57 :2275-2279.

Warwick, E. J., Astuti, J. W.,Hardjosubroto, W, 1990. Pemuliaan


Ternak. Gadjah University Press, Yogyakarta.

Yuwanta, T. 2004. Dasar ternak Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.


LAMPIRAN

Distribusi Tugas

NAMA NPM TUGAS

Dhiya Ulhaq M 200110170059 Penutup, Ppt, print makalah

Mayshia Gajah 200110170159 Kata Pengantar, Pendahuluan,

Lampiran

Tengku Evita Z P 200110170193 Pembahasan Ayam Layer

Mayang Chantika P 200110170234 Pembahasan Ayam Broiler

Fadila Rahmi 200110170258 Cover, Daftar isi, Daftar

pustaka, Editor, Kirim

makalah

Anda mungkin juga menyukai