Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebenarnya semua unggas dapat bertelur dan memiliki daging yang


dapat dinikmati. Hal yang membedakan masing-masing unggas itu adalah
ukuran tubuh dan jumlah daging maupun telur yang dihasilkan burung
kasuari dan burung parkit misalnya ukuran tubuh maupun dagingnya sangant
berbeda persamaannya, kedua burung itu menghasilkan terlur sedikit. Ada
unggas yang menghasilkan telur sedikit tetapi ukuran telurnya relatif besar.

Pengertian ayam broiler menurut para ahli salah satunya dalam ayam
broiler merupakan salah satu jenis unggas yang bermanfaat karena ayam ini
mampu memenuhi penyediaan terhadap bahan makanan. Sekaligus
memenuhi hewan tinggi. Menurut Haberman (1956 ) Broiler adalah ternak
ayam yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain.

Kecepatan produksi daging ayam broiler mempunyai kelebihan dalam


waktu relatif cepat dan singkat daging ayam bisa segera di peroleh,
dipasarkan atau di komsumsi paling lama usia potong 12 minggu. Menurut
Winter dan Funk (1960) Broiler adalah ternak ayam yang cepat
pertumbuhanya, ekonomis dalam pengolahan, sehingga bisa memberi
kepuasan konsumen. Istilah pedaging dikembangkan pula untuk unggas
lainnya seperti bebek komersial, kalkun dan angsa yang berdaging banyak
juga dikategorikan sebagai unggas pedaging. Hal yang sama juga berlaku
untuk puyuh sehingga ada istilah puyuh petelur (yang hasil utamanya telur)
dan puyuh pedaging (yang hasil utamanya daging).
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah masyarakat kalikondang dalam membudidayakan
ayam pedaging ?
2. Bagaimana masyarakat kalikondang dalam meningkatkan hasil
keuntungan dari tahun ke tahun ?
3. Bagaimana proses pemeliharaan ayam daging ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasi jenis ayam yang mempunyai daya jual tinggi.
2. Melatih keterampilan dalam membudidayakan ayam pedaging.
3. Untuk mengkaji dan menganalisa bagaimana proses berternak ayam.

D. Manfaat Penulisan
1. Meningkatkan keberanian dan juga mentalitas penulis sebagai
bekal.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan
bagaimana proses para peternak dalam melakukan pemeliharaan ayam
pedaging.
3. Dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam penelitian ataupun
penulisan karya tulis ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Sebenarnnya ayam broiler ini baru dikenal menjelang periode 1980


an, sekalipun jalur murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika
peternak mulai memeliharanya. Akan tetapi, ayam broiler komersil seperti
sekarang ini baru populer pada periode 1980-an. Sebenarnya ayam yang
untuk dipotong adalah ayam petelur seperti ayam white leghorn jengger
tunggal. Tidak heran pada saat itu banyak orang yang antipati terhadap
daging ayam ras sebab ada perbedaan yang sangat mencolok antara daging
ayam broiler dan ayam ras petelur, terutama pada struktur pelemakan di
dalam serat dagingnya. Antipati masyarakat yang saat itu sudah terbiasa
dengan ayam kampung terus berkembang hingga pemasaran ayam broiler
semakin sulit. Peternak ayam broiler yang baru membuka usahanya menjadi
prihatin dan terpuruk kerugian. Pada akhir periode 1980-an itulah
pemerintah mencanangkan penggalakan konsumsi daging ruminansia yang
saat itu semakin sulit keberadaannya. Kondisi pun membaik, kini banyak
peternakan ayam broiler bangkit dan peternak musiman muncul. Dari
sinilah ayam broiler komersil atau ayam broiler final stock mulai dikenal
dan secara perlahan mulai diterima orang.

Kekaguman orang dan minat pemodal muncul setelah mengetahui


bahwa ayam broiler dapat dijual sebelum 8 minggu dan pada usia itu bobot
tubuhnya hampir sama dengan tubuh ayam kampung berusia sekitar satu
tahun. Masyarakat juga mengenal ayam broiler sebagai ayam pedaging
saingan baru ayam kampung dengan rasa khasnya yang empuk dan
berdaging banyak. Kelebihan dan kekurangan antara ayam broiler dan ayam
kampung di kemudian hari ternyata saling melengkapi dan tidak lagi saling
bersaing karena masakan khas daerah seperti ayam goreng mbok berek,

3
4

ayam goreng kalasan, atau rendang ayam memerlukan penggodongan lama


dan tetap membutuhkan ayam kampung yang liar itu (ayam broiler akan
hancul dalam proses penggodokan yang lama). Sedangkan untuk masakan
lainnya, ayam broiler sudah menjadi menu rutin di berbagai kalangan.

Beberapa peternak mengeluh bahwa memelihara ayam broiler itu


repot dan tidak tahan penyakit. Sebenarnya hal ini tidak akan terjadi bila
manajemen yang ditetapkan benar. Konsumen di Indonesia ternyata sudah
lekat dengan ayam kampung sehingga sulit menerima ayam broiler yang
besar itu. Perkembangan selanjutnya mengacu pada tersebut. Ayam broiler
dipasarkan pada bobot hidup antar 1,3-1,6 kg per ekor ayam yang dilakukan
pada umur ayam 5-6 minggu karena ayam broiler yang terlalu berat akan
sulit terjual. Akibat pemasaran ayam broiler yang demikian, pada periode
tahun 1970-an hingga 1980-an bermunculan peternak yang memelihara
ayam jantan petelur dwiguna bagaikan ayam broiler, tujuannya jelas untuk
daging. Akibat gambaran masyarakat yang sudah terpaku dengan pada ayam
kampung kecil-kecil itu. Ayam jantan dwiguna ini memang dapat diambil
dagingnya, karena dipelihara sama seperti ayam broiler sebagai ayam jantan
tentu dapat tumbuh lebih cepat walaupun masih kalah dengan pertumbuhan
ayam broiler.

B. Deskripsi Data

1. Mengenal Ayam Pedaging/Broiler


Broiler berasal dari kata to brool yang berarti memanggang”,
yaitu suatu proses pemasakan sebentar, matang, dan empuk. Oleh
karena itu, untuk mendapatkan daging ayam yang empuk diperlukan
ayam baik jantan maupun betina yang muda dan berdaging. Pada
waktu dahulu, untuk mendapatkannya diperlukan waktu sekitar 12
minggu. Namun, sekarang hanya diperlukan waktu 30 – 42 hari atau
sekitar 6 minggu. Dengan demikian, ayam yang digunakan sebagai
5

broiler adalah ayam ras pedaging. Jadi, yang dimaksud dengan ayam
pedaging atau broiler adalah jenis ayam ras yang khusus dipelihara
untuk menghasilkan daging.

2. Jenis-Jenis Ayam Pedaging (Broiler)

a. Cornish Cross

Ayam pedaging terbaik, Cornish Cross bisa menjadi pilihan


utama. Para peternak swasta atau komersil di Indonesia menyukai
mereka lantaran cepat tumbuh. Dalam kurun waktu 6-8 minggu saja,
ayam jantannya sudah berbobot 5,5 kg. Sementara yang betina
berukuran 3,6 kg.

b. Jersey Giant

Ayam ras murni asal Amerika Serikat ini memiliki bobot rata-
rata sebesar 5,5 – 6,5 kg. Ada yang berwarna putih, hitam, dan biru.
Mereka sebenarnya tidak menjadi rekomendasi pengusaha daging
ayam. Pasalnya pertumbuhan trah ayam ini sedikit lebih lambat.
Mereka memerlukan banyak waktu dan pakan. Namun ayam ini masih
menjadi primadona bagi para konsumen daging. Karakter mereka
jinak dan tenang. Hanya saja yang pejantan seringkali lebih agresif.

c. Bresse

Selain putih, trah ini juga menawarkan variasi ayam berwarna


biru, hitam, dan abu-abu. Mereka sangat populer, namun banderolnya
cukup tinggi. Makanannya juga mesti diperhatikan. Waktu panennya
sekitar 16-21 minggu. Kalau sukses memelihara dan merawat ayam
ini, pengorbanan anda akan terbayar dengan dagingnya yang lembut
6

dan lezat. Berat badannya tidak istimewa. Yang jantan saja hanya
berukuran 3 kg-an, sementara yang betina hanya berbobot 2,3 kg.
Namun rasanya lebih unggul dari yang lain.

d. Orpington

Ayam ras ini menghasilkan tubuh-tubuh yang sintal. Ayam


betina bisa berbobot rata-rata 3,5 – 4 kg. Kalau yang jantan bisa
berukuran 4,5 kg. Tingkat pertumbuhan mereka memang terbilang
lambat, namun daging yang dihasilkan memiliki tekstur lembut dan
cita rasa enak. Waktu panen ayam jinak ini sekitar 18-24 minggu.

e. Buckeye

Ayam berbulu tebal ini menyukai iklim dingin. Mereka mudah


menyesuaikan diri, jinak, dan memiliki kekebalan bagus terhadap
penyakit. Bobotnya juga cukup gemuk. Ayam jantan berukuran 4 kg.
Sementara itu, ayam betinanya yang berukuran rata-rata 3 kg bisa
memproduksi 200 telur tiap tahun. Adapun waktu panennya antara 16-
21 minggu.

C. Analisis Data

1. Jenis-Jenis Usaha Ayam Pedaging/Broiler

a. Peternak Mandiri
Peternakan mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu
menyelenggarakan usaha ternak dengan modal sendiri dan bebas
menjual outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan
ditanggung sendiri. Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang
mandiri maupun pola kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi
7

penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam (DOC); pakan;


obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja; biaya listrik, bahan
bakar; serta investasi kandang dan peralatan. Peternak non mitra
prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri.

Ciri ciri peternak mandiri :


Peternakan usaha peternakan menentukan fasilitas perkandangan
menentukan jenis dan jumlah sapronak (sarana produksi ternak) yang
diinginkan menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang;
menentukan manajemen produksi dan lain-lainnya.

b. Kemitraan

Kemitraan adalah pola kerjasama antara perusahaan peternakan


selaku mitra usaha inti dengan peternak rakyat selaku mitra usaha
plasma, yang dituangkan dalam bentuk ikatan kerjasama. Melalui
kemitraan diharapkan terjadi kesetaraan hubungan antara peternak
dengan mitra usaha inti sehingga memperkuat posisi tawar peternak,
berkurangnya risiko usaha dan terjaminnya pasar yang pada akhirnya
meningkatkan pendapatan peternak. Kemitraan dimaksudkan sebagai
upaya pengembangan usaha yang dilandasi kerjasama antara
perusahaan dari peternakan rakyat dan pada dasarnya merupakan
kerjasama vertikal (vertical partnertship). Kerjasama tersebut
mengandung pengertian bahwa keduabelah pihak harus memperoleh
keuntungan dan manfaat. Peternak pola kemitraan (sistem kontrak
harga) adalah peternak yang menyelenggarakan usaha ternak dengan
pola kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak sebagai plasma
dimana dalam kontrak telah disepakati harga output dan input yang
telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Peternak menerima selisih dari
perhitungan input dan output.
8

Peternak plasma yang mengikuti pola kemitraan cukup dengan


menyediakan kandang, tenaga kerja, peralatan, listrik dan air,
sedangkan bibit (DOC), pakan dan obat-obatan, bimbingan teknis
serta pemasaran disediakan oleh perusahaan inti Pada saat panen
perusahaan inti akan memotong utang peternak plasma berupa DOC,
pakan dan obat-obatan. Apabila terjadi kerugian, maka yang
menanggung risiko adalah perusahaan sebatas biaya DOC, pakan dan
obat-obatan. Plasma akan memperoleh bonus, apabila Feed
Conversion Ratio(FCR) lebih rendah dari yang ditetapkan oleh inti.
Sedangkan bagi peternak non mitra, seluruh biaya operasi dan
investasi serta pemasaran diusahakan sendiri. Keberhasilan kemitraan
usaha sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Pelaku-pelaku yang
terlibat langsung dalam kemitraan harus memiliki dasar-dasar etika
bisnis yang dipahami dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam
menjalankan kemitraan. Kegagalan kemitraan pada umumnya
disebabkan oleh fondasi dari kemitraan yang kurang kuat dan hanya
didasari oleh belas kasihan semata atau atas dasar paksaan pihak lain,
bukan atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari
pihak-pihak yang bermitra. Kalau kemitraan tidak didasari oleh etika
bisnis (nilai, moral, sikap, dan perilaku) yang baik, maka dapat
menyebabkan kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.
Suatu pola kemitraan yang ideal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Pola tersebut mampu mengakomodasi kepentingan ekonomi


peternak rakyat dan inti melalui secara progresif. Pola kemitraan
mampu mencapai efisiensi dan perbaikan kinerja sistem secara
keseluruhan. Mampu meredam gejolak yang bersumber dari faktor
eksternal dan mengelola risiko yang mungkin timbul serta mampu
memanfaatkan peluang-peluang yang ada.
9

2. Pedoman Teknis Berternak Ayam Pedaging/Broiler


Sebelum usaha berternak dimulai seorang peternak wajib
memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan
usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan
ternak/pakan).

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

a. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam
ras meliputi : persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 – 35
derajat C, kelembaban berkisar antara 60 – 70 %, penerangan
atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata
letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak
melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan
dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1
bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan
sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan
dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun
kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan
bahan yang mahal.

b. Peralatan
Litter (alas lantai) harus dalam keadaan kering, maka tidak
ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau
angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai
campuran, indukan atau brooder alat ini berbentuk bundar atau
persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat
pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang
menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas. Tempat
bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan
10

diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan,


tempat makan, minum dan tempat grit, alat-alat rutin.

2. Pembibitan

Ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya, pertumbuhan


dan perkembangannya normal, ternak berasal dari pembibitan
yang dikenal keunggulannya, tidak ada lekatan tinja di
duburnya.
Pedoman pemilihan bibit DOC (Day Old Chicken) Anak
ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat. Bulu tampak halus
dan penuh serta baik pertumbuhannya. Tidak terdapat kecacatan
pada tubuhnya. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
Ukuran badan normal. Tidak ada letakan tinja diduburnya.

3. Pemeliharaan

a. Pemberian Pakan dan Minuman


Kualitas atau pakan terbagi atau digolongkan, kualitas dan
kuantitas pakan fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air
minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu
ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari)
3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5
liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7
liter/hari/ekor.

b. Fase finisher
Umur 30-57 hari terkelompok dalam masing-masing
minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor,
minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7
(44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57
11

hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari


sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.

c. Panen
Hasil utama, hasil tamabahan, hasil murni paska panen.
Stoving, pemotongan, pengulitan/pencabutan bulu pengeluaran
jeroan, pemotongan kaskas dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Daging adalah salah satu sumber protein yang terbesar, dan telah lama
pemerintah Indonesia menggalakan dalam pengonsumsian daging ini. Salah
satu daging yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah
daging ayam pedaging, di samping karena daging ayam tersebut
mengandung protein yang besar juga karena harganya yang cukup
terjangkau bagi semua lapisan rakyat Indonesia.

B. Saran

Oleh sebab itu, beternak ayam sangat diminati banyak kalangan


masyarakat diseluruh Indonesia jadi kita harus bisa bahkan lebih sukses
berbisnis agar kita tidak kalah saing dengan orang-orang luar negeri yang
mendirikan bisnis di dalam negeri kita. Agar suatu saat kita dapat dijajah
kembali oleh orang-orang diluaran sana yang ingin mengawasi negara
Indonesia kita ini kita harus bisa menjaga kedaulatan negera ini sampai
akhir hasil kita/sampai mati.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

www.penebar swadaya 1994

www.etikablog: karya ilmiah manajemen brooding

https://haryvedca.wordpress.com

https://www.ekor9.com

https://resashareilmu.blogspot.com/2016/03-29.html

14
15

LAMPIRAN

15
16
17

17

Anda mungkin juga menyukai