Anda di halaman 1dari 19

Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

MODUL 3
MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PROGRAM PRODUKSI STOCKER
PENDAHULUAN
Stocker adalah periode pertumbuhan anak-anak sapi yang telah disapih dari usaha cow calf (CC)
atau dari perusahaan lain, sampai pada waktunya untuk dijual sebagai bibt, digemukkan dan sehat.
Dalam program ini resiko kematian lebih sedikit dari program CC karena stocker yang ada adalah
merupakan sisa dari anak yang mati dalam program CC. Sumber keuntungan dari program
pembesaran ini adalah sebaran harga dan feeding margin selama proses pembesaran. Ini
didapatkan dari beberapa hal yaitu ongkos pertambahan berat badan didapatkan semurah mungkin,
perputaran modal relatif lebih cepat, dapat memanfaatkan suasana dan program ini fleksibel serta
biaya makanan relatif murah. Secara keseluruhan untuk kesuksesan peternakan ternak potong
program ini merupakan lanjutan dari program CC sebelum ternak masuk dalam program
pembibitan dan penggemukan. Dengan suksesnya program ini yang termasuk manajemen
pemberian pakannya maka akan tersedia ternak yang siap untuk masuk program akhir.
Setelah mempelajari materi ini dan menyelesaikan latihan dalam modul ini diharapkan Anda
mampu:
1. Mengetahui teknik dan strategi untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
2. Mampu memberi petunjuk pada pengusaha mengenai ternak yang akan dibeli agar
mendapat keuntungan yang maksimal.
Dalam mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa dituntut untuk memperdalam wawasannya
dengan menelusuri pustaka yang berkaitan dengan tugas yang diberikan dalam bentuk reviue.
Apabila mahasiswa mengerjakan latihan mendapat nilai minimal 70 dan mengerjakan tugas
dengan baik maka mahasiswa akan lulus dengan nilai skor minimal B. Urut-urutan materi dalam
modul ini adalah: Stocker dan Feeder Cattle, Pengaruh Metode Pemberian Pakan, Pemeliharaan
Stocker, Pemberian Pakan, Penggunaan Urea, Pemberian Pakan Tambahan

PENYAJIAN

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

1. STOCKER DAN FEEDER


Stocker adalah periode pertumbuhan anak-anak ternak yang telah disapih, sampai pada
waktunya untuk dijual sebagai bibit atau digemukkan.
Jadi stocker terdiri dari :
a) ternak jantan kebiri/ betina dara untuk digemukkan
b) Ternak jantan / betina untuk bibit yang umumnya dipelihara sampai pada satu tahun dipadang
rumput.
Feeder adalah anak-anak yang umurnya lebih tua dan yearling, diberikan makanan dengan
kadar energy yang tinggi atau untuk penggemukkan. Kadang-kadang program stocker merupakan
program terdiri dalam suatu peternakan dan tidak mempunyai program self-calf atau fattening
(penggemukkan). Apabila program ini hanya beef castle maka peternak membeli anak –anak sapi
yang telah disapih atau yearling yang ringan kemudian diberi makanan hijauan. Setelah itu dijual
kepada peternak lain untuk digemukkan.
Kadang-kadang juga terdapat kombinasi antara stocker dan feeder terutama di daerah yang surplus
biji-bijian atau makanam penguat. Sering juga kombinasi antara cow-calf dengan stocker system
(stocker program).

2. PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN

Pengaruh Keparahan Pembatasan Pemberian Makanan atau Zat Makanan


Pengaruh ini paling jelas terlihat pada sapi dengan pembatasan energi misalnya pembatasan
pemberian energi jangka pendek rata-rata mempunyai pertambahan bobot badan 0,29 kg/hari lebih
rendah daripada pembatasan energi yang sedang. Perbedaan pertambahan bobot badan dengan
pembatasan protein yang sedang dan yang parah hanya kecil demikian pula pertambahan bobot
badan dan efisiensi dalam periode finish.

Pengaruh Lama/Periode Pembatasan Pemberian Makanan


Pertambahan berat badan finish dan Gain/Feed (G/F) sedikit lebih tinggi untuk sapi yang
sebelumnya mendapat perlakuan pembatasan energi jangka panjang (126 hari) dibanding dengan
jangka pendek (77 hari). Pertambahan bobot badan finish dan efisiensi penggunaan makanan yang

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

sebelumnya mendapat pembatasan protein jangka pendek lebih tinggi daripada pembatasan
pemberian protein jangka lama.

Pengaruh Jenis Zat Makanan yang Dibatasi dalam Periode Pembatasan Pemberian
Makanan
Penampilan sapi dengan pembatasan konsumsi protein umumnya lebih inferior dibanding
dengan pembatasan pemberian energi sebelum berealimentasi. Pertambahan berat badan sapi yang
mengalami pembatasan pemberian protein walaupun angkanya lebih kecil, namun tidak berbeda
nyata dengan angka pertambahan bobot badan yang didapatkan pada sapi yang mengalami
pembatasan pemberian energi yang parah dalam jangka waktu/periode yang pendek.
Sesudah periode fonish (realimentasi) hasil analisis perbandingan ortogonal menunjukkan
bahwa pertambahan bobot badan konsumsi dan efisiensi tidak berbeda. Sapi yang mendapat
pembatasan pemberian protein memerlukan waktu yang lebih lama daripada sapih yang
pembatasan energi; cenderung lebih ringan pada awalnya dan lebih berat karkasnya di akhir
periode penggemukan.

3. PEMELIHARAAN STOCKER
Pemeliharaan Stocker di Musim Kemarau
Pemeliharaan stocker di musim kemarau hendaknya merupakan suatu persiapan untuk
menggunakan hijauan pasture pada musim hujan yang akan datang secara maksimum. Stocker
yang diberi makan cukup baik (dan mempunyai kondisi cukup baik) di musim kemarau, umumnya
tidak akan memenuhi harapan tersebut. Lihat keterangan tentang kompensatory grouth malah
terkanadang memperlihatkan penurunan bobot badan selama beberapa minggu di pasture.
Sebagai patokan, stocker yang akan dipelihara dengan murah (dengan hijauan) pada musim
hujan, hendaknya pertambahan bobvot badannya tidak melebihi ± 0,75 kg/ekor/hari. Selanjutnya
walaupun pertambahan bobot badan tersebut (di musim kemarau maupun di pasture musim hujan)
akan bervariasi (banyak faktor yang mempengaruhinya) namun dapat dikatakan bahwa setiap kg
pertambahan bobot badan di musim kemarau (x kg/ekor/hari) di ikuti dengan pertambahan bobot
badan (X – 0,5 kg) di pasture musim hujan, dianggap normal. Pembatasan pertambahan bobot
badan yang seksama, bukan hanya penting dalam program stocker tetapi efek keuntungan tersebut
akan terasa pula pada program berikutnya (finishing).

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Peternak yang ingin memperoleh keuntungan maksimum, hendaknya minimum 3/5 – ¾


bagian pertambahan bobot badan adalah dengan hijauan kalau dapat 100% hijauan.
Bentuk, sifat dan jenis hijauan yang diberikan terutama tergantung pada umur. Contoh :
stocker umur 2 tahun dapat mengguakan jerami jagung, tongkol jagung dan jerami lainnya. Tetapi
sapi yang lebih muda hanya dapat menggunakan hijauan dalam jumlah terbatas – semakin muda,
semakin sedikit yang dapat digunakan. Dapat dianjurkan bahwa hijauan berkualitas tinggi ( legum-
hay, silase – rumput atau jagung, dan semua produk surplus musim hujan) minimal 70 % untuk
anak sapi, 50% untuk yarling dan 30 % untuk sapi umur 2 tahun.
Sangat penting diperhatikan bahwa stocker jangan sampai lapar, karena akan memboroskan
energi akibat gelisah yang disebabkan oleh karena lapar tersebut (gelisah lapar). Sehubungan
dengan rekomendasi tersebut diatas, sebaiknya peternak menyediakan hijauan baik dalam jumlah
yang cukup untuk pertambahan berta badan normal dan menambahkan hijauan (bahan makanan
lain) yang rendah kualitasnya secara adlibitung. Diketahui bahwa stocker dapat mengkonsumsi
ransum kering udara sebanyak 2,5% dari bobot badannya/ekor/hari bila berkondisi sedang; yang
lebih kurus, konsumsinya lebih rendah.
Bentuk hijauan yang dapat disimpan untuk musim kemarau adalah hay atau silase dan
jerami. Untk daerah tropis, lebih baik dianjurkan silase. Hal ini disebabkan karena hay akan cepat
rusak (terutama karoteinnya) dalam penyimpanan; dan beberapa sebab lain.

Penggunaan Bahan Makanan Penguat untuk Stocker di Musim Kemarau


Para peternak hendaknya mengetahui bahwa pemakaian konsentrat atau tidak untuk stocker
di musim kemarau ditentukan pula oleh sifat dan jumlah hijauan yang akan dipraktekkan, tingkat
pemberian makanan (plan of nutrition) yang akan dipraktekkan dalam musim hujan yang dihadapi.
Stocker umur setahun (biasanya) membutuhkan sumber protein sebanyak ± 2 kg (0,3 – 0,7) kg
yang dapat diganti dengan ± 2 kg hay leguminosa. Hijauan berkualitas baik dapat digantikan biji-
bijian bila keadaan memungkinkan.
Penggunaan sumber protein perlu dipertimbangkan untuk memungkinkan hijauan
berkualitas rendah banyak tercerna dan selanjutnya dapat terkonsumsi lebih banyak pula. Pasture
di musim kemarau diasumsi hanya kaya akan energi dibanding dengan kadar protein, terutama bila
hijauan tersebut sudah menjadi tua. Bila menggunakan grain untuk meningkatkan kadar protein,

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

maka jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai kadar protein yang sama akan lebih banyak; karena
jumlahnya banyak maka hewan tidak akan banyak mengkonsumsi hijauan dan tidak ekonomis.
Biasanya bila jumlah bungkil kedelai yang dibutuhkan melebihi kisaran tersebut di atas,
tidak akan banyak lagi pengaruhnya. Penggunaan grain akan lebih efisien bila rumput pasture lebih
tinggi kadar proteinnya. Disamping penambahan protein suplemen dapat pula ditambahkan
monensin (antibiotika – bersifat ionophore). Tentu saja kuantitas penambahan protein suplemen
tersebut akan lebih rendah. Sebagi contoh, dapat dilihat hasil penelitisn dalam tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Penampilan Stocker Dipasture Asli dengan atau Tanpa Penambahan Protein
Bungkil Kedelai
Kriteria Kontrol b
0,3 kg 0,6 kgc 1,2 kgd
Jumlah Hewan 21 21 21 20
Bobot Awal, kg 215,6 214,8 215,6 220
Bobot Akhir, kg 267,6 282,4 285 283,5
PBB, kg/ek/hr 0,5 0,7 0,7 0,5
a) Tanpa suplemen ; b) Kadar protein 39% ; c) Kadar protein 43% ; d) Kadar Protein 10%

Tabel 2. Penampilan Stocker Dipasture dengan Protein Suplemen dan Monensin


0,3 kg 0,3 kg 1,2 kg
Kriteria Kontrol B. Kedelai +
B. Kedelai Jagung
Monensin
Bobot Awal, kg 125 134,6 126,4 126,4
Bobot Akhir, kg 164,5 170,5 163,4 155,2
PBB, kg/ek/hr 0,5 0,64 0,7 0,5

Pengelolaan Stocker di Musim Hujan


Rata-rata tingkat konsumsi paling tinggi pada stocker yang diberi suplementasi protein
paling lama. Tidak ada pengaruh pemberian vitamin. Hewan yang mendapat suplementasi selama
40 hari nyata lebih kecil pertambahan bobot badannya dibanding dengan suplementasi selama 70
hari; tetapi tidak ada perbedaan antara pemberian suplemen selam 70 hari dan yang diberi
suplemen protein selama 100 hari dimusim kemarau.
Setelah musim hujan datang, hijauan kering membusuk, semua group memperlihatkan
penurunan bobot badan; kemudian terlihat pertambahan bobot badan cepat untuk semua group;
namun mempengaruhi pemberian suplemen tetap terlihat sepanjang musim hujan. Oleh karena

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

bahan makanan yang ideal bagi stocker adalah pasture yang baik, maka problema di musim hujan
akan jauh kurang dibanding di musim kemarau. Hijauan yang baik kaya akan zat-zat makanan
yang penting untuk pertumbuhan dan zat-zat tersebut dalam keadaan seimbang untuk produksi
tulang dan daging; disamping itu baik untuk kesehatan sistem pencernaan.
Pertambahan bobot badan stocker di musim hujan banyak tergantung pada kondisi ternak
ketika mulai dilepas dipasture (perhatikan kompensatory grouth) dan jenis hijauan yang tersedia
(banyak dipengaruhi oleh cuaca).

4. PEMBERIAN MAKANAN
Pada mulanya, steer hanya dibiarkan merumput di padang rumput pada waktu banyak
rumput dan diberikan hay pada waktu kemarau. Setelah dibiarkan bertumbuh selama 3-4 bulan
baru diberikan makanan secara feedlot, atau ditempatkan pada padang rumput yang lebih subur
sampai mencapai dewasa. Pada system pertumbuhan yang semacam ini harus diberikan rumput
atau hay yang baik dengan kadar protein yang tinggi, demikian pula vitamin dan mineral.
Pada sapi-sapi tua, periode pemberian makanan tidak perlu lama bila dibandingkan dengan
pedet atau yearling yang mencapai finish pada system drylot fattening. Vitamin dan protein tidak
begitu banyak dibutuhkan.
Sekarang para konsumen lebih menyukai sapi-sapi muda sebab dagingnya lebih empuk dan
sedikit lemak. Tapi orang-orang Jepang tidak menyukai daging sapi sebab kurang mengandung
lemak dan tidak enak untuk dimakan. Dengan meningkatnya daya suka masyarakat terhadap
daging anak sapi maka mengakibatkan naiknya jumlah anak sapi yang digemukkan dengan jangka
waktu yang lebih singkat dari yang dulu. Penggemukkan dilakukan secara feedlot, menghasilkan
baby beef yang besar. Sapi-sapi yang demikian ini dipaksa untuk menjadi besar sebab
pertumbuhannya lebih cepat dan cepat pula menjadi gemuk. Oleh sebab itu, kebutuhan zat-zat
makanan lebih penting daripada sapi tua, terutama protein, energy, mineral dan vitamin.
Kebutuhan protein untuk sapi-sapi muda, terutama untuk pertumbuhan dan bagi induknya
dibutuhkan untuk laktasi.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Tabel 3. Komposisi Kimia dan Ransum Creep *)


Zat-zat makanan Ransum 1(5) Ransum 11 (%)
Protein kasar 14,0 14,5
Lemak 2,9 3,2
Serat kasar 8,4 1,8
T1D1H2 68,3 63,2
Ca 0,37 1,01
P 0,5 0,71
*) Esminger, 1968.

Kekurangan protein menyebabkan:


 Pertumbuhan lambat
 Kurang aktif
 Sekresi susu induk kurang
 Calf crop rendah
 Berat badan berkurang.
Untuk stocker atau untuk maintenance dari beed breed, biasanya tidak perlu diberikan makanan
pelengkap terutama jika hay legume digunakan sebagai makanan. Pada musim kemarau, jika
makanan bukan legume maka pemberian makanan pelengkap terutama protein perlu diperhatikan.
Oleh karena adanya sintesa asam-asam amino dalam rumen oleh mikroorganisme maka kualitas
protein dalam ransum sapi tidak begitu penting. Juga mikroorganisme rumen dapat menggunakan
“in-organic compound”dari tumbuh-tumbuhan seperti amoniak yang dapat disintesa menjadi
protein dalam tubuh dengan kualitas yang tinggi. Sedang pada non ruminansia tidak dapat
menggunakannya. Selanjutnya setelah mikroorganisme rumen tersebut sudah mati, maka alat-alat
pencernaan sapi mencerna mikroorganisme tersebut dan memperoleh protein yang baik dari
mikroorganisme tersebut.
Oleh sebab itu, pemberian urea dan amoniak mempunyai nilai protein pelengkap. Kecuali pada
ruminansia yang masih terlalu muda sebab rumennya belum mampu untuk mensintesis protein
maka kualitas makanannya sangat perlu diperhatikan untuk pertumbuhan yang normal. Sebagai
sumber energy adalah karbohidrat yaitu kira-kira 75% dari bahan kering tumbuh-tumbuhan, juga
tetes, sagu, gaplek, dll.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Tabel 4. Perbandingan Kebutuhan Hijauan Dengan Makanan Penguat Dari Berbagai Jenis Ternak

Jenis ternak Makanan penguat (%) Hijuauan (%)


Sapi potong 21,2 78,8
Sapi perah 31,3 8,7
Domba dan kambing 10,8 89,8
Babi 95,6 4,4
Kuda 22,9 77,1
Ayam 98,2 1,8
*) Ensminger, 1969.
Kalori dihitung dari TDN, ditaksir tiap lb TDN, mengandung 1000 kcal energi dapat dicerna.
Vitamin A dihituung dari carotene, yaitu ditaksir tiap mg caroten mengandung 400 I.U. Vitamin A.
Makanan penguat adalah semua bahan makanan yang mempunyai serat kasar rendah dan TDN
tinggi. Makanan penguat sering di klasifikasikan sbb:
a. Cartobonaceous feed
b. Nitrogenous feed
Pada mulanya pemberiaan makanan penguat pada sapi potong hanya terbatas pada:
- Penggemukan
- Perkembangan anak sapi bibit
- Persediaan pada musim kritis.
Yang termasuk carbonaceous feed ialah : biji – bijian , tets , sagu gaplek dll, dan ini sangat baik
bila di tambah dengan hay dari leguminosa yang berkualitas tinggi, protein pelengkap NPN ( N on
Protein Nitrogen ) vitamin dan mineral.
Yang termasuk Nitrogenous feed ialah : bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, kacang –kacangan,
jagung, NPN dll.

5. PENGGUNAAN UREA
Sekarang semakin di tingkatkan penggunaan urea dalam ransum sapi sebab merupakan sumber
N yang murah dengan memperhatikan faktor – faktor sbb:
- Kekurangan protein yang berasal dari bungkil , biji – bijian dan bahan makanan penguat
lainnya.
- Kemajuan pengetahuan mengenai kebutuhan zat – zat makanan .
Melalui penelitian – penelitian , para ahli telah menemukan kebutuhan zat – zat makanan dari
mikroorganisme rumen sehingga mengizinkan penggunaan uera dalam makanan ruminansia. Bila

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

penggunaan uera secara tepat , hasilnya sangat memuaskan sebaliknya kalau penggunaannya tidak
tepat merugikan timbul pada sapi maka hal – hal sebagai berikut perlu di perhatikan :
a. Mutu Urea sebagai bahan makanan.
Pada umumnya N urea adalah 42% sehingga protein urea adalah 42% x 6,25 , dimana angka
6,25 adalah faktor proyein , pada saat sekarang ini protein telah mencapai 45 – 46%.
b. Nilai Urea dalam ransum
Telah dilakukan percobaan – percobaan untuk memprsa makana urea dengan bungkil dengan
brmacam – macam tingkat perbandingan dalam ransum umpama ; 11b bisa di tambah dengan
71 b biji kapas atau 61 b jagung.
c. P engunaan urea oleh rumunansia
Tuhan telah melengkapi sapi dengan sistem pencernaan yang menarik, yaitu dengan adanya
rumen . dalam hal ini rumen terjadi fermentasi di mana berjuta–juta bakteri dan protozoa yang
hidup dan berkembang biak bila di berikan makanan yang tepat . mikroorganisme rumen
inilah yang memegang peranan penting pada pencernaan / penguraian urea dalam rumen.
d. Keseimbangan makan yang mengunakan urea .
Urea sangat baik di gunakan bila keseimbangan makan baik, yaitu bila enersi tinggi sebab
dapat mengaktifkan bakteri rumen . karbohidrat dalam rumput dan hay nampaknya lambat di
gunakan oleh bakteri sebagai sumber enersi bila bersamaan di berikan dengan urea .
e. Pengunaan urea yang maksimal.

Penggunaan urea bisa sukses dan efektif tapi dapat pula merugikan bila salah
menggunakannya.
Faktor – faktor yang perlu di perhatikan dalam penggunaan urea dalam ransum sapi
( Ruminansia ) adalah:
- Tidak boleh lebih penggunaan urea dalam ransum sapi (Ruminansia).
- Tidak boleh lebih dari 1% dari jumlah seluruh makanan kering (kering udara) dalam
ransum.
- Dalam makanan penguat dapat di tambahkan 2 – 3%
- Dalam protein pelengkap bisa mencapai 5%
- Pemberian 0,054 kg /hari pada ternak sapi jantan dengan ransum yang sebagian besar
terdiri dari hijauan , hasilnya sangat dan apabila hanya di beri jagung anak sapi bisa
makan 0,0998 kg/hari tanpa menimbulkan keracunan dan dengan hasil yang baik.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

- Jangan menggunakan urea lebih dari 1% dari total N ransum penggemukan atau lebih dari
¼ dari total N dalam ransum sapi yang masih bertumbuh.
- Untuk tiap 2,72 kg makanan penguat yang mengandung enersi tinggi (jagung, tetes, sagu,
sorgum) ditambahkan 0,4536 kg urea untuk menggantikan protein makanan penguat
sebanyak 3,175 kg.
- Ransum harus di campur dengan baik bila menggunakan urea dan paling baik jika
menggunakan mixer.
- Penambahan mineral , misalnya P dan S di perlukan bila sejumlah besar urea di gunakan
untuk menggantikan NPN yang lain.
- Perbandingan N urea dengan sulfur ( S ) tidak boleh lebih dari 15 : 1.
- Penambahan garam sebanyak 0,5% dalam ransum yang komplet dan 3,5% dalam protein
pengganti.
- Ransum di lengkapi dengan vitamin A yang tepat dan vitamin lain dan juga bisa di
tambahkan hormon dan antibiotik.
- Ransum harus mengandung “protein protection “.
- Jangan di campur dengan kacang kedelei mentah , kacang panjang dan biji alfalfa. Hal ini
mungkin disebabkan karena bahan – bahan makanan tersebut mengandung enzim yang
menyebabkan sapi – sapi bisa keracunan urea.
- Maksimal pemberian urea pada sapi sebagai berikut:
=berat 375 kg =0,135 kg/ekor/hari
=berat 225-375 kg =0,09kg/ekor/hari
=berat 235-225 kg =0,045kg/ekor/hari
=sapi – sapi yang lebih ringan ( terlalu kecil ), dan jangan di berikan urea.

Cara Menghitung Urea dalam Makanan


Umpama; diketahui bahwa N urea= 45%, berarti tiap 1 gr urea mengandung 45% N. Faktor protein
=6,25. Jadi tiap 1 gr urea mengandung : 1x45/100 x 6,25 gr protein = 2,81 gr, atau tiap 1 gr urea
mengandung 28% protein.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Persentase Urea dalam Makanan .


Bila urea yang di berikan dalam bentuk persentase , maka dapat di hitung berdasarkan jumlah
protein yang dilengkapi dengan urea , dengan cara mengalihkan protein urea.

Contoh : 40% protein pelengkap yang mengandung uera 5% ini berarti bahwa
bila N urea adalah 42%, maka protein urea sebagai pelengkap = 42/100 x
6,25x5% = 13,1%. Jadi persentase protein urea dalam protein pelengkap
=13,1 : 40% = 32,75%. Nampaknya protein urea kurang dari 1/3 dari protein
pelengkap.

Persentase Protein Urea


Bila urea dalam protein pelengkap dinyatakan dalam persentase maka dapat di tentukan jumlah
urea dengan membagi nilai ini dengan 6,25 x 42% ( jika N urea =42%).
Contoh : jika 36% protein pelengkap yang mengndung 1/3 protein uera (12%), maka berarti
protein pelengkap mengandung urea sebanyak :12;(6,25 x 42%) =4,6%. Jadi jumlah urea dalam
protein pelengkap =4,6%

6. PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

Vitamin
Vitamin yang terpenting adalah vitamin A. Kekurangan vitamin A pada sapi menyebabkan :
a. Conception rate rendah
b. Calf corp rendah
c. Anak yang dilahirkan buta.
d. Induk mengalami abortus dan berat lahir anak rendah
e. Anak sapi gampang dikenai penyakit Scour.
f. Pada pejantan , aktifitas sexual berkurang dan kulitas semen rendah.
Pada pemberian rumput kering yang rendah kwalitasnya , diperlukan penambahan 20.000 – 30.000
I.U. vitamain A dan bila udara sangat panas, diperlukan penembahan 50.000 I.U/hari/ekor.
Vitamin D sangat penting untuk pedet yaitu untuk pembangunan tulang yang baik dan kuat,
terutama jika kurang kena sinar matahari. Biasanya penambahan vitamin D sebanyak 1/7 dari

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

vitamin A. Untuk daerah–daerah tropis , penambahan vitamin A ke dalam ransum tidak begitu
penting sebab sinar matahari yang mengandung vitamin D cukup.
Vitamin E juga penting untuk penggunaan vitamin A dan untuk mencegah penyakit White muscle.

Antibiotic
Stasion penelitian di Kansas State College dan Purdu University di Amerika serikat
melaporkan bahwa penambahan antibiotik dalam ransum anak sapi (pedet) setelah di sapih sampai
umur 18-20 bulan bila diberikan hijauan adlibitum menanbah pertambahan berat badan dan
efisiensi penggunaan pakan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada sekelompok heifer yang
diberi Aureomycin menghasilkan pertambahan berat badan 1,16 lbs/hari selama 19 hari.
Kebutuhan antibiotik untuk pedet yaitu 10 mg/hari/100kg berat badan . bila terlalu banyak
diberikan , dapat napsu makan.
Dari beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa antibiotik seperti Auremycin, Terramycin,
Eretthromycin dan Penicillin yang di tambahkan kedalam ransum sapi yang di gemukan sebanyak
70-80 mg/ekor/hari, menambah berat badan 0,09-0,25 pound/ekor/hari lebih tinggi dari yang tidak
diberi antibiotik, sedang efisiensi penggunaan makanan naik 5-15%.
Meskipun sapi diberikan ransum berkualitas baik, tidak akan sama jika ditambahkan antiboitik.
Keuntungan yang maksimal pada penggemukan diperoleh pada 3-4 bulan pertama pemberian
antibiotik. Bila sapi–sapi mengalami stres yang hebat, dibrikan sebanyak 300-500 mg/ekor/hari
selama 7-10 hari.
Jika pada periode pertama penggemukan di beri hijauan adlibitum, dengan kwalitas hijauan
yang tinggi dan pada akhir periode diberikan makanan penguat dengan kwalitas tinggi pula
ataukah selama penggemukan terus menerus diberikan makanan penguat yang berkwalitas tinggi,
maka antibiotik tidak perlu diberikan.

Pemberian Makanan Pelengkap di Padang Rumput


Perbaikan kondisi sapi terhadap kekurangan zat-zat makanan di padang rumput yang dapat
merendahkan daya tahan terhadap parasit, penyakit dan peningkatan kematian pada breeding stock
pedet, perlu di perhatikan . Kekurangan zat-zat makanan dapat pula meningkatkan kematian yang
disebabkan oleh racun tumbuh-tumbuhan.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

a. Pemberian Makanan Pelengkap pada Permulaan Pertumbuhan Rumput


Pemasukan sapi kedalam rumput yang baru tumbuh atau masih terlalu dapat menyebabkan
defisiensi energi sementara waktu sebab:
- Rumput mengandung air yang banyak
- Rumput yang di makan oleh sapu tidak dapat mencukupi kebutuhan zat-zat
makanan sebab makanan bersifat volumenous , akibatnya peternak sering kecewa karena
kurangnya pertambahan berat badan selama rumput masih rtelalu mudah.
Untuk mengatasi hal ini sapi-sapi diberikan makanan tambahan berupa hay atau jeami dan
sebaiknya di tempatkan dalam rak – rak. Dapat juga dengan pemberian makanan penguat yang
mengandung energi yang tuggi.
b. Penambahan Makanan Pelengkap di Padang Rumput Yang Kering
Rumput yang kering,tua,rusak(menjadi putih)yang disebabkan kurang air, defisiensienergi,
protein, pospor dan mungkin pula zat makanan yang lain.
Pada umumnya penambahan makanan penguat di padang rumput sangat baik dilakukan untuk
mencrgah defisiensi zat- zar makanan tersebut. Jika persediaan rumput cukup banyak seperti
hay,silase, dapat digunakan tanpa penambahan makanan penguat.

Cara Memilih Makanan Tambahan


Setiap peternak akan menemui pertanyaan bahwa makanan pelengkap apakah yang paling baik
atau yang dapat di ginakan sesuai dengan kindisi padang rumput.
Faktor–faktor yang perlu di perhatikan dalam penggunaan makanan pelengkap ialah:
a. Makanan yang di berikan harus seimbang ,yang berarti bahwa semua zat-zat makanan
yang di butuhkan harus ada dalam ransum sesuai dengan kebutuhan hewan.
b. Diusahakan agar tiap-tiap makanan hewan mendapat bagain sesuai kebutuhan masing-
masing.
c. Makanan di berikan dalam bentuk yang menyenangkan bagi hewan dan pemberiannya
dilakukan secara praktis dan tudak mengganggu hewan.
Hasil bersih dari penggunaan makanan pelengkap dari harga tiap ton, merupakan faktor yang harus
di perhatikan dalam pemberian makanan pelengkap.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Beberapa Saran untuk “Range Supplement“


Tidak ada satupun cara yang paling praktis dari “Range Supplement”. Mungkin banyak perbedaan
dalam pemberian makanan pelengkap.untuk itu kami berikan beberapa saran dan pedoman seperti
di bawah ini:
a. Dalam peternakan, sebaiknya terdapat areal khusus untuk menghasilkan hay.
b. Dibuat pellet dan legum.
c. Feed supplement (makanan pelengkap) seperti contoh di bawah ini, dapat dalam
bentuk kubus atau pellet.
Tepung alafalfa…………………………………………….15%
Kacang Kedelei(bungkil)…………………………………..32%
Urea (45% N)………………………………………………4%
Jagung (gandum)…………………………………………..34,7%
Tetes……………………………………………………….10%
Garam……………………………………………………...1%
Dicalsium………………………………………………….2%
Trace mineral………………………………………………0,5%
Vitamin A.*) (30 I.U./S)………………………….………0,3%
Total………………………………………………………..100%
Komposisi kimianya adalah sbb:
Protein kasar**) …………………………………… 32,2%
Lemak …………………………………………… 2,0%
Serat Kasar ……………………………………… 6,0%
Ca ………………………………………………… 0,9%
P ……………………………………………………… 0,8%
TDN ……………………………………………… 67,2%
Keterangan :
*) Bila sinar matahari berkurang ,juga di tambah dengan 6 juta I.U. vitamin D/ton ransum
penggemukan.
**)termasuk tidak lebih dari 11,24% protein urea.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Metode dan Frekuensi Range Feeding (Metode dan Frekuensi Pemberian Makanan di
Padang Rumput)
Untuk mengurangi pekerjaan dalam pemberian makanan pelengkap tiap hari,ada 2 cara yang lazim
digunakan yaitu:
a. Self Feeding salt-feed mixture.(Makanan di campur dengan garam dan hewan
mengambil sendiri).
b. Hand- Feeding.
Cara ini tidak mempengaruhi kesehatan sapi. Dari standar pemberian ada bermacam-macm
bentuk seperti;bentuk pellet,tepung,blok atau cairan.

Self-Feeding Salt- Feed Mixture


Berdasarkan pengalaman dan penelitian-penelitian hal- hal yang di bawah ini perlu di perhatikan
dalam self-feeding salt mixture sebagai makanan pelengkap di padang rumput.
a. Dalam praktek ,tiap protein supplement (protei pelengkap)tertentu tidak dibatasi.
b. Campuran makanan-garam,sangat baik dalam bentuk tepung di bandingkan pellet.
c. Persentase garam dalam makanan, bervariasi antara 5-4% (yang umum,30-
33,5%)dari jumlah campuran,dengan jumlah makanan yang dapat di makan oleh seekor sapi
hanya terbatas pada 1-2,5 1b/hari. Dengan perubahan campuran ,maka konsumsi jumlah
makanan juga berubah. Di beberapa daerah,pengurangan level garam dari 33.5% menjadi 24%
akan meningkatkan konsumsi makanan sampai 50%. Bila pemberian makanan secara
adlibitum,maka penambahan garam dalam biji – bijian atau makanan penguat cukup 5%.
d. Persentase garam dalam makanan penguat mempengaruhi konsumsi makanban
penguat berdasarkan:
- Rata-rata konsumsi makanan tiap hari
- Umur dan berat sapi
- Kehalusan garam
- Kadar garam dalam air minum
- Keadaan cuaca
- Kwalitas dan kwantitas makanan
- Lamanya penberian makanan.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

e. Dalam praktek biasanya di persiapkan campuran 1 1b garam untuk 4 1b feed


supplement (makanan pelengkap)dan meningkatkan persentase garam dalam ransum untuk
membiasakan hewan.
f. Mengurangi kesukaran dalam memulai pemberian makanan pelengkap dengan cara
memercikkan air garam untuk menembah “palatabilitas”makanan.
g. Sa[i-sapi di berikan makanan secara hand-feed ,seminggu atau lebih sebelum di
bebaskan untuk memilih makanan-garam.
h. Sangat perlu membatasi persentase garam dalam makanan pelengkap sehingga
hewan-hewan yang lapar (sapi – sapi yang tidak terlalu menyukai garam)dapat mengkonsumsi
lebih banyak.
i. Bila campuran makanan – garam ditempatkan berdekatan denga air minum , maka
akan membatasi distribusi “grasing”di padang rumput sebab semakin banyak garam yang di
makan ,makin banyak air yang di minum.sebaliknya bila campuran makanan tersebut di
tempatkan berjauhan dengan air minum akan memperbaiki grazing sebab sapi-sapi yang sudah
makan feed supplement akan makn rumput kembali sambil berjalan ke tempat auir minum.
j. Mengurangi buruh dalam pemberian makanan . peningkatan konsumsi makanan
lebih seragam (antara sapi-sapi yang rakus dan yang tidak rakus makan)
k. Mengurangi ruangan yang dibutuhkan untuk alat-alat pemberian makanan sebanyk
20% dari kebutuhan hand feeding biasa, tapi peternak harus membeuat pondok- pondok
perlindungan bagi feed supllement padang rumput untuk mencegah kehujanan.
l. Pada kondisi”short feeding” dimana sapi-sapi makan makanan garam sepuas-
puasnya,mereka akan keracunan terutama pada musim dingin sebab sapi kurang munum atau
pada musim kemarau jika air minum sangat terbatas.

Hand Feeding.
Suatu penelitian yang di lakukan di Texas Amerika Serikat mengenai frekuensi pemberian
makanan dengan metoda dan hasil sbb:
a. Daily feeding (pemberian makanan tiap hari)
b. Pemberian makanan 2-3x seminggu sebagai feed suplement di gunakan biji kacang
kapas dengan 2 level yaitu
- 14 1b/ekor/minggu

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

- 21 1b/ekor/minggu
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan dengan hasil sebagai berikut:
a. Pada kelompok sapi yang di berikan makanan 2x/minggu ,keuntungan lebih tinggi
sedikit daripada pemberian makanan tiap hari atau 3kali seminggu sebab :
- Berat sapi lebih tinggi (sedikit)
- Persenntase calf crop yang disapih lebih tinggi
- Berat sapih dari anak sapi lebih tinggi
b. Pemberian makanan 2 kali per minggu, menghemat waktu sebanyak 60% dibanding
dengan pemberian makanan tiap hari.
c. Pemberian makanan 2 kali per minggu tidak menyebabkan suatu gangguan pencernaan bila
diberikan makanan 10,5 1b pada tiap pemberian makanan.
d. Sapi-sapi yang diberikan makanan dua kali / minggu merumput lebih lama dan lebih
banyak makan rumput daripada yang diberi makanan tiap hari.
Feed supplement yang mengan dung urea, terutama yang mengandung urea yang banyak, tidak
beristirahat makan dipadang rumput sebab:
Self-feeding salt-feed mixture mempunyai 2 keuntungan nyata bila pemberian makanan dilakukan
2 kali/minggu, yaitu:
- Meringankan ongkos yang sebenarnya memang tidak ada.
- Merupakan control terhadap sapi-sapi 2 kali seminggu.

Latihan
1. Jelaskan kriteria ternak yang dapat menguntungkan pengusaha?
2. Jelaskan teknik dan strategi pemberian pakan pada ternak!

Rangkuman
Keuntungan program stocker menggunakan hijauan yang lebih banyak sehingga dapat diterapkan
pada lahan yang sempit dan pada saat tertentu mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Test Formatif
1. Pada program stocker pengusaha mendapatkan ternak dari:
a. Program CC c. Program penggemukan
b. Pengusaha ternak lain d. a dan b benar.
2. Dalam usaha pembesaran ternak dikenal fenomena pertumbuhan kompensasi yang
ditandai dengan :
a. Pertambahan berat badan yang biasa.
b. Pertambahan berat badannya yang lebih cepat dan efisiensi pertumbuhannya lebih tinggi.
c. Efisiensi pertumbuhannya lebih tinggi.
d. Pertambahan berat badan yang lebih cepat.
3. Mengapa pengusaha dalam program stocker pada saat tertentu mendapatkan
keuntungan yang lebih besar?
a. Pemeliharaannya relatif lebih singkat.
b. Ongkos pengelolaan dan pakan yang digunakan relatif sedikit.
c. Tidak mudah kena penyakit.
d. a dan b benar.

Umpan Balik
Cocokkan jawaban anda dengan Kunci Jawaban Test Formatif yang terdapat pada bagian akhir
bahan ajar ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar untuk setiap point pada butir soal. Kemudian
gunakan rumus dibawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi modul.
Rumus:

Tingkat Penguasaan :
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 80 - 100% = Baik Sekali
70 - 79% = Baik
60 - 69% = Cukup
< 60% = Kurang

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang
Manajemen Pemberian Pakan Program Stocker Modul 3

Tindak Lanjut
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 60% atau lebih, Anda dapat meneruskan materi
selanjutny. Bagus ! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih dibawah 60% Anda harus
mengulangi materi ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kunci Jawaban
1. D
2. B
3. D

Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Potong dan Kerja


Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana, Kupang

Anda mungkin juga menyukai