Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI USAHA PETERNAKAN

“EVALUASI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA RASAU


JAYA I”

OLEH:

Muhammad Khaerul Rizqi C1071171002

Ersi Yolanda C1071171011

Imam Mahdi Maulana Subhi C1071171033

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ayam ras pedaging atau broiler menjadi komoditas utama karena
pertumbuhannya yang cepat. Secara umum perkembangan ayam broiler memberikan
manfaat yang besar untuk para pelaku usaha peternakan. Komoditas ayam mempunyai
prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat
diterima oleh masyarakat, harga yang relatif murah dengan akses yang mudah karena
sudah merupakan barang publik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein
hewani nasional. Dalam keadaan perekonomian keluarga yang terbatas, sementara agar
sehat perlu tetap mengkonsumsi protein hewani, daging ayam menjadi prioritas pilihan
yang paling layak sebagai sumber protein hewani bagi keluarga.
Usaha peternakan ayam ras pedaging di Indonesia semakin berkembang terlihat
dari hulu sampai hilir banyak perusahaan yang bergerak di bidang peternakan khususnya
ayam ras pedaging. Total produksi daging tahun 2016 sebanyak 3,4 juta ton, produksi
daging terbesar disumbang oleh ayam ras pedaging yaitu 56,77 persen, sapi dan kerbau
16,40 persen, babi 10,12 persen, dan ayam buras 8,49 persen (Kementrian Pertanian
2017). Berdasarkan data dari BPS (2018), Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk 265 juta jiwa, diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk saat ini diangka
1,49 persen yang berarti dalam satu tahun penduduk Indonesia bertambah sekitar 4 juta
jiwa. Meningkatnya pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap peningkatan
kebutuhan pangan masyarakat yang terlihat dari data produksi daging setiap tahun
mengalami peningkatan.
Keberhasilan produksi ayam broiler dibuktikan dalam performance atau
penampilan ayam broiler yang dapat diukur melalui mortalitas, konsumsi pakan (feed
intake), bobot badan akhir, feed convertion ratio (FCR), dan index performance (IP).
Index performance akhir ayam broiler membuktikan keberhasilan produksi ayam broiler.
Pencapaian index performance ayam broiler salah satunya dipengaruhi oleh manajemen
brooding. Faktor manajemen brooding mempunyai peranan penting sebagai penentu
keberhasilan usaha peternakan ayam broiler. Agar mendapatkan index performance yang
maksimal maka diperlukan perhatian lebih pada masa pemeliharaan ayam umur satu
minggu. Hal ini dikarenakan pada saat anak ayam berumur 1 sampai 7 hari, akan terjadi
perbanyakan sel atau hyperplasia. Apabila terjadi kesalahan pada periode ini seringkali
tidak dapat dipulihkan dan berdampak negatif terhadap performance ayam di periode
pemeliharaan berikutnya (Fatmaningsih 2016).
B. Masalah
1. Harga pakan yang terus meningkat.
2. Harga ayam di pasaran turun naik (tidak menentu).
C. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukanya praktikum ini adalah untuk mengevaluasi suatu
usaha peternakan ayam broiler(pedaging).
D. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui apakah usaha peternakan
ayam broiler(pedaging) yang di jalankan mengalami keuntungan atau kerugian.
BAB II
TEORI
A. Biaya investasi
Biaya Investasi, adalah biaya yang masa kegunaannya dapat berlangsung untuk
waktu yang relatif lama. Biasanya waktu untuk biaya investasi ditetapkan lebih dari satu
tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar kebiasaan merencanakan dan merealisasi
anggaran untuk jangka waktu satu tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan
dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi (alat
produksi).  Biaya investasi dihitung dari nilai barang investasi yang disetahunkan (AIC
atau biaya depresiasi atau biaya penyusutan). Nilai barang investasi dalam analisis biaya
harus memperhitungkan harga satuan (nilai awal barang) masing-masing jenis barang
investasi, lama pemakaian barang tersebut, laju inflasi (tingkat bunga bank) dan umur
ekonomis barang tersebut.
B. Biaya tetap
Carter Usry (2004) menyatakan bahwa biaya tetap adalah: “Biaya tetap adalah
biaya yang bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan”. Biaya tetap adalah
biaya yg tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume produksi. Contoh penyusutan
kandang, penyusutan peralatan dsb.
C. Biaya variable
Biaya Variabel, yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat
aktivitas yang ada, misalnya komponen penjualan menurut metode komisi langsung.
Menurut Carter Usry (2004) menyatakan bahwa biaya variabel adalah: “Biaya variabel
adalah jumlah total biaya yang berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas
dalam rentang yang relevan (relevan range)”.
D. Penerimaan
Penerimaan merupakan salah satu jumlah uang yang diterima oleh suatu
perusahaan dari suatu aktivitas yang dilakukannya, dan kebanyakan aktivitas tersebut
adalah aktivitas penjualan produk dan atau penjualan jasa kepada konsumen. Pendapatan
suatu usaha akan diketahui setelah total penerimaan (jumlah produksi x harga produksi)
dikurangi total biaya. Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
E. Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan
laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah
pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat
juga diartikan sebagai income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata
revenue sebagai pendapatan penghasilan maupun keuntungan. Pendapatan sangat
berpengaruh bagi keseluruhan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang
diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu
pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan
laba rugi maka, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan.
Menurut Kusnadi (2000) Pendapatan merupakan penambahan aktiva yang dapat
mengakibatkan bertambahnya modal namun bukan dikarenakan penambahan modal dari
pemilik atau bukan hutang namun melainkan melalui penjulan barang dan/atau jasa
terhadap pihak lain, sebab pendapatan tersebut bisa dikatakan sebagai kontra perstasi
yang didapatkan atas jasa-jasa yang sudah diberikan kepada pihak lain. Menurut
Theodorus. M. Tuanakotta (2000) Pendapatan merupakan inflow of assets ke dalam
perusahaan untuk akibat penjualan barang dan/atau jasa.
Rumus total pendapatan = total penerimaan (jumlah produksi x harga produksi) –
total biaya
F. R/C rasio
Pengertian R/C ratio yaitu adalah jumlah ratio yang dipakai guna melihat
keuntungan relatif yang nantinya akan diperoleh pada sebuah proyek atau sebuah usaha.
Sebenarnya sebuah proyek akan dikatakan layak dijalankan jika nilai R/C yang diperoleh
tersebut dinyatakan lebih besar dari 1. Hal tersebut dapat terjadi sebab, jika nilai R/C
semakin tinggi, maka tingkat keuntungan yang diperoleh dalam suatu proyek bisa menadi
lebih tinggi.
G. B/C rasio
Metode analisis B/C (benefit Cost Ratio) lebih menekankan pada kriteriakriteria
investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha-usaha untuk membandingkan,
mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan suatu usahatani, (Departeman Pertanian,
1999: 105-106). Ditambahkan oleh Rahim dan Hastuti, (2007:168-169) bahwa analisis
B/C (Benefit Cost Ratio) merupakan perbandingan (ratio atau nisbah) antar manfaat
(benefit) dan biaya (cost). Pada analisis B/C ratio dipentingkan besarnya manfaat. Selain
analisis B/C ratio dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih usaha. Jika hasil
B/C ratio lebih besar dari satu maka usaha tersebut menguntungkan (tambahan
manfaat/penerimaan lebih besar dari tambahan biaya). Serta jika hasil B/C Ratio kurang
dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian (tambahan biaya lebih besar dari
tambahan penerimaan). Dan apabila hasil B/C Ratio sama dengan satu, maka usahatani
tersebut inpas (tambahan penerimaan sama dengan tambahan biaya).
H. Contribution margin
Menurut Garrison dkk, (2006:328) Contribution Margin adalah jumlah yang
tersisa dari pendapatan dikurangi biaya variable yang merupakan jumlah yang akan
menutupi biaya tetap dan kemudian nantinya akan menjadi laba. Sedangkan menurut
Armila (2006:180) dalam menggunakan analisis biaya volume-laba, konsep yang
digunakan sebagai dasar perhitungan yaitu laporan Contribution Margin (CM).
Contribution Margin (CM) adalah selisih antara penjualan dengan biaya variabel pada
tingkat kegiatan tertentu. Selisih tersebut dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
secara keseluruhan dan sisanyamerupakan laba. Jika CM > biaya tetap maka perusahaan
akan mendapat laba;jika CM < biaya tetap maka akan rugi dan jika CM = biaya tetap
maka perusahandalam keadaan posisi impas (tidak laba dan tidak rugi).
Contribution Margin (CM) merupakan jumlah yang tersedia dari penjualan
dikurangi dengan biaya variable. Jumlah tersebut akan digunakan untuk menutup biaya
tetap dan laba untuk periode tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat
di simpulkan bahwa Contribution Margin merupakan selisih antara penjualan dengan
biaya variabel pada tingkat kegiatan tertentu. Selisih tersebut dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap secara keseluruhan dan sisanya merupakan laba.
Untuk menentukan Margin Kontribusi menurut Garrisson dkk (2006:324) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus: Penerimaan – Biaya Variable
I. BEP (Break Even Point)
Suatu perusahaan akan berada pada titik break even point apabila dalam suatu
periode aktivitas usaha, tidak memperoleh laba dan tidak juga mengalami kerugian.
Artinya, jika seluruh pendapatan perusahaan yang diperoleh dijumlahkan, maka jumlah
tersebut sama besarnya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Berikut beberapa
pengertian break even point menurut para ahli: Menurut Mulyadi (2001) menyatakan
bahwa: Titik impas (break even point) adalah keadaan suatu usaha yang memperoleh laba
dan tidak menderita rugi. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenue)
sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk
menutup biaya tetap saja.
Menurut Munawir (2004) menyatakan bahwa: “Break even point adalah suatu
keadaan dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (Penghasilan=Total Biaya)”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa yang dimaksud dengan break even point (titik impas) adalah suatu
keadaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba ataupun tidak menderita kerugian.
Sehingga perusahaan dikatakan impas jika jumlah pendapatan yang diperoleh sama
besarnya dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Rumus BEP dapat dilihat sebagai berikut:
100
( FCR x HP x BB ) + ( OVK + DOC ) x( )
BEP = 100−3
BB rata−rata
Untuk menghitung BEP bisa menggunakan rumus sebagai berikut :
- BEP (penerimaan) = biaya tetap/ 1- (biaya variabel/penerimaan)
- BEP (ekor) = biaya tetap/P-VC
P = harga per ekor
VC = biaya variabel per ekor
- BEP (harga ) = biaya total/berat total
- BEP (produksi )= biaya total/harga per kg
J. ROI
ROI adalah bentuk dari ratio probilabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktivitas yang digunakan untuk operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Tingkat
efisiensi penggunaan modal adalah perbandingan antara pendapatan/keuntungan dengan
modal dinyatakan dalam persen. Semakin besar tingkat efisiensi penggunaan modal
semakin baik suatu perusahaan
Rumus untuk mendapatkan ROI : Pendapatan/Modal X 100%.
Semakin besar nilai ROI maka akan semakin baik, karena dengan demikian
berarti perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi dengan menggunakan total asset
yang dimiliki.
K. Rasio Keuntungan

Rasio keuntungan yaitu perbandingan untuk mengetahui kemampuan suatu


perusahaan untuk mencapai keuntungan dari pendapatan terkait ekuitas dan aset
didasarkan pengukuran tertentu dan pendapatan. Dalam analisis fundamental, rasio
profitabilitas merupakan perbandingan yang sangat penting dikarenakan apabila suatu
perusahaan tidak mampu menghasilkan profit yang menjanjikan maka para investor akan
segan untuk berinvestasi ke perusahaan tersebut. Para investor pasti mencari perusahaan
yang mampu menghasilkan profit yang stabil selama bertahun-tahun dikarenakan
perusahaan tersebut bagus untuk investasi dikarenakan menguntungkan para investor.
Fungsi rasio profitabilitas yang utama yaitu untuk pencatatan transaksi keuangan yang
akan dicermati oleh para investor dan kreditur modal untuk menilai jumlah keuntungan
yang diperoleh investor dan besaran laba perusahaan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar tagihan hutang kepada kreditur berdasarkan tingkat
penggunaan aset dan sumberdaya lainnya.

Ratio keuntungan terhadap penerimaan adalah perbandingan antara keuntungan


terhadap penerimaan dinyatakan dalam persen. Semakin besar nilai ratio keuntungan
terhadap penerimaan semakin baik suatu perusahaan.

Rumus = pendapatan/penerimaan x 100%.


BAB III
HASIL PRAKTIKUM

No Hasil Praktikum Keterangan


Waktu dan Tempat Dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober
1.
2020 di Desa Rasau Jaya I
2. Nama pemilik ternak Bangi
3. Jenis ternak Ayam Ras Pedaging
4. Jumlah tenaga kerja 1 (Saipul)
5. Jumlah ternak 4000 ekor
6. Harga jual Naik turun (saat ini 24.000/kg)
7. Total biaya produksi Rp 124.000.000
Biaya tetap (penyusutan kandang, peralatan ) = Rp
8.
8.500.000
Biaya tidak tetap (DOC, pakan, vaksin+vitamin, listrik,
9.
upah karyawan) Rp 115.500.000
Biaya investasi (bangun kandang, biaya peralatan) = Rp
10.
85.000.000
11. Jumlah produksi 7.760 kg

BAB IV
ANALISIS DAN PERHITUNGAN
a. Penerimaan = (jumlah produksi x harga produksi)
=( 7760 kg x Rp 24.000)
= Rp 186.240.000
b. Pendapatan= TR – TC
TR = 7760 kg x Rp 24.000 = Rp 186.240.000
TC = Rp 8.500.000 + Rp 115.500.000 = Rp 124.000.000
P= TR – TC
P = Rp 186.240.000 - Rp 124.000.000= Rp 62.240.000
c. R/C rasio = penerimaan/total biaya
= Rp 186.240.000: Rp 124.000.000
= 1,501
d. B/C rasio = pendapatan/total biaya.
= Rp 62.240.000: Rp 124.000.000
= 0,501
e. Contribution Margin (CM) = penerimaan – biaya variable
= Rp 186.240.000 – Rp 115.500.000
= Rp 70.740.000
f. BEP (harga) = biaya total/berat total
= Rp 124.000.000 : 7760 kg
= Rp 15.979,38
g. BEP (produksi) = biaya total/harga per kg
= Rp 124.000.000 : Rp 24.000
= Rp 5.166,66
h. BEP (penerimaan) = biaya tetap/ 1- (biaya variabel/penerimaan)
= Rp 8.500.000 : 1 – (Rp115.500.000 : Rp 186.240.000)
= Rp 8.500.000: 1 – 0,62
= Rp 8.500.000 : 0,38
= Rp 22.368.421,1

i. BEP (ekor) = biaya tetap/(P-VC)


BEP (ekor) = Rp 8.500.000 : (Rp 48.000 – Rp 115.500.000 : 3380)
= Rp 8.500.000 : (Rp 48.000 – Rp 29.768,04)
= Rp 466,21
j. ROI = pendapatan/modal x 100%
= Rp 62.240.000 : (Rp 85.000.000 + Rp 124.000.000) x 100%
= Rp 62.240.000 : Rp 209.000.000 x 100%
=0,297 x 100%
= 29,7 %
k. Rasio keuntungan terhadap penerimaan = pendapatan/penerimaan x 100%
= Rp 62.240.000 : Rp 186.240.000 x 100%
= 0,334 x 100%
= 33,4 %

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan di Rasau Jaya 1 ditemukan bahwa peternakan
milik Pak Bangi setelah dilakukan analisis usaha dinilai peternakannya menguntungkan.
1. Bila dilihat dari R/C usaha yang dijalankan bisa dikatakan untung karena R/C analisis
data lebih dari 1 yaitu 1,501 .
2. Perhitungan CM (contribution margin) juga lebih besar dari biaya tetap berarti
penerimaan lebih besar dari total biaya berarti perusahaan untung didapatkan
perhitungan CM mencapai Rp 70.740.000 .
3. BEP merupakan titik impas usaha. Dari nilai BEP diketahui pada tingkat produksi
dan harga berapa suatu usaha peternakan tidak memberikan keuntungan dan tidak
mengalami kerugian. Dalam praktikum ini diperoleh hasil sebagai berikut:
a. BEP (penerimaan) = Rp 22.368.421,1
b. BEP (ekor) = Rp 466,21
c. BEP (harga ) = Rp 15.979,38
d. BEP (produksi )= Rp 5.166,66
4. Dalam praktikum yang dilakukan di Rasau Jaya 1 Ratio keuntungan terhadap
penerimaan diperoleh sebesar 33,4% .
B. Saran
Untuk pemeliharaan yg dilakukan peternak ayam tersebut sudah bagus dan
peternakannya termasuk sudah untung, tetapi di harapkan akses menuju ke kandang bisa
di perbaiki agar memudahkan pengangkutan ayam karena jalan menuju kandang masih
becek.

DAFTAR PUSTAKA

Armila Krisna, Warindrani. 2006. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta: GrahaIlmu


Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2018. Jumlah Penduduk Dalam Angka

Carter, Usry. 2004. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta.

Fatma ningsih, R., Riyanti dan Nova, K. 2016. Performa Ayam Pedaging Pada Sistem Brooding
Konvensional dan Thermos. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Volume 4,
No.3:222-229.

Garrison, H. Ray; Eric W. Noreen; dan Peter C. Brewer. 2006, Akuntansi Manajerial,
(terjemahan: A. Totok Budisantoso), Buku I, Edisi Kesebelas, Penerbit : Salemba
Empat, Jakarta

Kusnadi, 2000, Akuntansi Keuangan Menengah (Prinsip, Prosedur, dan Metode), Edisi
Keduapuluhsatu, Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2001. Sistem AkuntansiEdisi Tiga.Jakarta: Salemba Empat.

Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan . Yogyakarta: Liberty

Rahim dan Riah Retno Dwi Hastuti. 2007.Ekonomika Pertanian, Pengantar Teori dan Kasus
: Penebar Swadaya

Tuanakotta, Theodorus M. (2000). Teori Akuntansi. Jakarta: FE UI.

Anda mungkin juga menyukai