Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN MANAJEMEN LADANG TERNAK

MOH. AKBAR
O 121 17 217

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang dengan rahmat

dan limpahan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Manajemen

Ladang Ternak dalam waktu yang telah ditentukan.

            Penyusun menyadari bahwa penyusunan Laporan Manajemen Ladang Ternak

ini tidak akan selesai tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara

moril maupun materil. Oleh karena itu penyusun ingin menyampaikan rasa terima

kasih kepada bapak ibu dosen, dan teman-teman yang telah banyak membantu dalam

penyusunan Laporan ini.

            Banyak kesulitan dan hambatan yang penyusun temui, sebab keterbatasan

daya nalar dan kurangnya literatur yang dijadikan pedoman dalam penyusunan ini.

Oleh karena itu dengan rendah hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang

mengarah kepada perbaikan dan penyempurnaan Laporan Manajemen Ladang Ternak

ini.

Palu,  April 2020

                                                                                                               Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan Praktikum………………………………………………………….… 2
BAB II METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat………………………………………………………….... 3
2.2 Alat dan Bahan……………………………………………………………….. 3
2.3 Materi Praktikum…………………………………………………………….. 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil………………………………………………………………………….. 7
3.2 Pembahasan………………………………………………………………….. 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….. 15
4.2 Saran………………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Alat yang digunakan beserta kegunaannya 3
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta kegunaannya 3
Tabel 3. Hasil pengamatan komposisi botani dan kapasitas
tampung menggunakan metode DWR 7
Tabel 4. Jumlah data hasil DWR 7
Tabel 5. Produksi hijauan segar untuk pengamatan komposisi botanis
dan kapasitas tampung menggunakan metode CUPLIKAN 8
Tabel 6. Perhitungan Menggunakan Metode DWR 8
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Padang penggembalaan merupakan suatu areal yang ditumbuhi vegetasi


dominant famili Gramineae dan mungkin juga terdapat jenis tumbuhan lainya seperti
legume, dan herba lainya yang digunakan untuk makanan ternak. Padang
penggembalaan daerah tropic biasanya menghasilkan hijauan yang melimpah pada
musim hujan, pada saat sesudah itu tunas tanaman biji tumbuh dan berkembang
dengan baik dan cepat.

Hijauan makanan ternak memegang peranan penting bagi ternak Ruminansia,


besarnya sumbangan hijauan bagi ternak Ruminasia 74-94% atau bisa mencapai
100% . Untuk memenuhi kebutuhan ternak maka dibutuhkan hijauan yang
mempunyai kualitas tinggi, kuantitas yang cukup serta ketersediaan dapat
berkelanjutan. Penyediaan pada padang pengembalaan dapat berupa rumput dan
legume dengan komposisi rumput 60% dan legume 40%

Upaya peningkatan produksi ternak harus seiring dengan peningkatan kualitas dan
kuantitas pakan hijauan. Karena pakan hijauan dapat juga berfungsi sebagai Bulk dan
juga sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pertambahan populasi
yang begitu pesat akan menyebabkan peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan,
hal ini akan mengakibatkan lebih banyak sumber daya lahan yang diperlukan untuk
dijadikan sebagai tempat penggembalaan ternak.

Untuk menjaga agar ketersediaan akan hijauan pakan ternak jangan sampai
kekurangan maka salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
memanfaatkan hijauan yang tumbuh secara alami sebagai padang pengembalaan dan
integrasi ternak terhadap Tanaman makanan ternak kedalam pola perkebunan dan
pertanian setempat, selain itu perlu adanya pembuatan kebun rumput atau padang
penggembalaan yang dapat menyediakan berbagai jenis hijauan unggul serta
disesuaikan dengan kapasitas tampung terhadap jumlah ternak
Indonesia merupakan Negara agraris (daerah tropic) yang sebagian besar
penduduknya hidup dari usaha pertanian. Diversifikasi tanaman padi dan tanaman
pangan lainnya sangat lainnya sangat membantu pemerintah dalam mendukung
pembangunan pertanian. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
protein hewani bagi tubuh disertai perbaikan sosial ekonomi masyarakat
menyebabkan permintaan bahan pangan yang berasal dari ternak semakin meningkat,
sehingga menuntut peningkatan produksi dibidang peternakan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum Manajemen Ladang Ternak ialah untuk
mengetahui :
1. Jenis tanaman yang terdapat pada padang penggembalaan
2. Kapasitas daya tampung padang penggembalaan.
II. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum Manajemen Ladang Ternak dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal
14 Maret 2020 pukul 08. 00 WITA – selesai. Bertempat di Desa Sidondo III,
Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

2.2 Alat Dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum ialah sebagai
berikut :
Tabel 1. Alat yang digunakan beserta kegunaannya
Nama Alat Kegunaan
1. Timbangan Digital Untuk menimbang hasil praktikum
2. Kantong Plastik Untuk menyimpan rumput, legume dan
gulma

3. Arit/Parang Untuk memotong rumput


Untuk mengambil sampel padang
4. Kuadran
penggembalaan

5. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan


6. Kamera/HP Untuk mengambil dokumentasi

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta kegunaannya


Nama Bahan Kegunaan
1. Rumput Sebagai bahan pengamatan
2. Leguminosa Sebagai bahan pengamatan
3. Gulma Sebagai bahan pengamatan

2.3 Materi Praktikum


2.3.1 Padang Penggembalaan
Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh
tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya
menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa
terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik
ekonomis adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995).
Perluasan areal padang penggembalaan adalah upaya memperluas padang
penggembalaan guna meningkatkan produksi hijauan makanan ternak yang
berkualitas (Reksohadiprodjo, 1985).
Padang penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami rumput
unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume yang tahan terhadap injakan ternak)
yang digunakan untuk menggembalakan ternak (Yunus, 1997).
Usaha padang penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan
(ternak ruminansia) yang menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan
kapasitas tampung (carrying capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).
Fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan makanan
bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja sedikit,
sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang penggembalaan.
Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah. Hal ini
disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh
ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang
menyuburkan dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri
(Anonimous, 1990).
Syarat padang penggembalaan yang baik adalah produksi hijauan tinggi
dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan tanaman yang lain yang
mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang
tinggi canopinya yait u 25 – 30 cm setelah dipotong (Utomo, 1983).

2.3.2 Macam – Macam Padang Penggembalaan


Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari tanaman
dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada sama sekali belukar
gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang penggembalaan permanent,
tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan floranya, manusia hanya
mengawasi ternak yang digembalakan (Reksohardiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan spesies –
spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum ditanam oleh manusia,
tetapi manusia telah mengubah komposisi botaninya sehingga didapat spesies
hijauan yang produktif dan menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan
(defoliasi)(Reksohardiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan
ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh manusia.
Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling dengan tanaman
pertanian (Reksohardiprodjo, 1985).
Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya terdapat
didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan dijalankan
setelah padangan menerima pengairan selama 2 – 4 hari (Reksohardiprdjo, 1985).

2.3.3 Pengukuran Kapasitas Tampung

Kapasitas tampung adalah kemampuan padang penggembalaan untuk


menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang
digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan
untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1985). Kapasitas tampung
juga dapat diartikan sebagai kemampuan padang rumput dalam menampung ternak
(Susetyo, 1980) atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan luas padang
penggembalaan (Subagiyo dan Kusmartono, 1988).
Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking rale)yaitu
jumlah ternak atau unit ternak persatuan luas padang penggembalaan (Anonimous,
1979 dalam Mudumi 1990).

Identifikasi tanaman bertujuan untuk mengetahui jenis – jenis tanaman rumput


dan legume secara tepat dan cepat (Reksohadiprodjo, 1985).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Hasil Pengamatan Menggunakan Metode DWR Dan Metode CUPLIKAN
Tabel 3. Hasil pengamatan komposisi botani dan kapasitas tampung menggunakan
metode DWR
Ranking
Nomor Kuadran
1 2 3
1 R G -
2 R G L
3 G R -
4 G R -
5 G R L
6 R G -
7 L R G
8 L R G
Keterangan : R = Rumput, G = Gulma, L = Legum

Tabel 4. Jumlah data hasil DWR


Jenis Bahan Ranking
1 2 3
Rumput 3 5 -
Gulma 3 3 2
Legum 2 - 2
Total 8 8 4
Tabel 5. Produksi hijauan segar untuk pengamatan komposisi botanis dan kapasitas
tampung menggunakan metode CUPLIKAN
Produksi Hijauan Segar
Nomor
Kuadran Berat Total Berat Rumput Berat Legum Berat Gulma
(g) (g) (g) (g)
1 607 140 - 383
2 352 216 2 134
3 361 115 - 246
4 487 174 - 313
5 274 73 6 195
6 383 237 - 146
7 415 124 257 34
8 380 197 63 120
Berat sampel hijaun (g) 1276 328 1571

3.1.2 Perhitungan Hasil Pengamatan


Tabel 6. Perhitungan Menggunakan Metode DWR
Analisis Data
Jenis
Perhitungan Hasil (g) Persentase
Rumput (3x8,04) + (5x2,41) +
36,17 36,17/87,6 x 100% = 41,29 %
(0x1)
Gulma (3x8,04) + (3x2,41) +
18,08 18,08/87,6 x 100% = 20,64 %
(2x1)
Legum (2x8,04) + (0x2,41) + 33,35/87,6 x 100% = 38,07 %
33,35
(2x1)
Total 87,6 g 100 %

1. Menghitung produksi hijauan segar dan mengkonversikan ke dalam satuan kg/ha


= Total berat rumput segar + Total legume segar
= 1276 + 328 g/m2
= 1604 g/m2
= 16040 kg/ha
2. Menghitung produksi hijauan pakan tersedia (PUF = 25 %)
= PUF x Produksi hijauan pakan segar
= 25% x 16040 kg/ha
= 4010 kg/ha
3. Menghitung kebutuhan bahan segar ternak/hari lalu konversi ke bulan
= Berat Badan x Kebutuhan Hijauan Segar
= 300 kg x 10 %
= 30 kg/hari
= 30 kg/hari x 30 hari
= 900 kg/bulan
4. Menghitung kebutuhan lahan seekor ternak/bulan
Kebutuhan ternak/bulan
=
Produksi hijauan pakan tersedia
900 kg
=
4010 kg/ha
= 0.2244389027 ha
5. Rumus Voisin
(y-1) s =r
(y-1) 30 = 70
30y – 30 = 70
30y = 70 + 30
100
y =
30
y = 3.33

6. Menghitung kebutuhan lahan seekor ternak per tahun


= y x kebutuhan lahan yang dibutuhkan satu ekor ternak dalam 1 bulan
= 3.33 x 0.2244389027 ha/1 ekor
= 0.7473815459 ha/1 ekor ternak
7. Kapasitas tampung
1 ekor ternak
=
0.7473815459 ha
= 1.34 ekor ternak/ha
= 1 ekor/ha
8. Perhitungan luas efektif penggembalaan
a. Keliling pohon kelapa
Keliling = 2 x π x r
1.065 m = 2 x 3,14 x r
1.065 m
=r
6.28
r = 0.1696 m
b. Rata-rata luas pohon kelapa
Luas = π x r 2

Luas = 3.14 x 0.1696 m2

Luas = 3.14 x 0.028759 m2

Luas = 0.090304538 m2

Luas rata-rata pohon kelapa yaitu 0.090304538 m2

c. Jumlah luas bidang dasar pohon

Diketahui jumlah pohon dalam 1 ha adalah 130 pohon

Jumlah luas bidang dasar pohon = luas setiap pohon kelapa x jumlah

keseluruhan pohon kelapa dalam 1 ha

= 0.090304538 m2 x 130 pohon

= 11,73958994 m2

= 0,00173958994 ha
d. Luas lahan efektif

= total luas lahan – jumlah luas bidang dasar pohon kelapa

= 1 ha - 0,00173958994 ha

= 0,998826 ha

= 9988,26 ha

Luas efektif lahan pengeembalaan dalam kebun induk kelapa di daerah sidondo dalam 1 ha

yaitu 0,998826 ha sehingga untuk 8 ha luas efektif lahan yaitu 7,990608 ha.

3.2 Pembahasan

Peningkatan produksi ternak khususnya ternak ruminansia akan berhasil


dengan baik jika ketersediaan pakan hijauan sebagai sumber pakan dapat dipenuhi
secara kualitas dan kuantitas dan tersedia secara kontinyu. Hijauan makanan ternak
bersumber dari padang rumput alam atau dengan melakukan penanaman hijauan
makanan ternak. Jenis dan kualitas hijauan dipengaruhi oleh kondisi ekologi dan
iklim di suatu wilayah. Ketersediaan hijauan pakan ternak di Indonesia tidak tersedia
sepanjang tahun, dan hal ini merupakan suatu kendala yang perlu dipecahkan.

Padang penggembalaan yang terdapat di Fakultas Peternakan Universitas


Jambi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan praktikum Pengolahan Padang
Penggembalaan ini kurang memenuhi syarat hal ini dapat dilihat dari kondisi padang
yang begitu sempit dan tidak banyak terdapat hijauan yang bisa dimakan oleh ternak.

Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh


tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat menyenggutnya
menurut kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang penggembalaan tersebut bisa
terdiri dari rumput atau leguminosa, tetapi suatu padang rumput yang baik ekonomis
adalah yang terdiri dari rumput dan leguminosa (Anonimous, 1995). Usaha padang
penggembalaan adalah suatu bentuk usaha peternakan (ternak ruminansia) yang
menggunakan padang penggembalaan, dengan landasan kapasitas tampung (carrying
capacity) (Reksohadiprodjo, 1985).

Dari pernyataan tersebut berarti padang penggembalaan yang terdapat di


Fakultas Peternakan Universitas Jambi dapat dikatakan cukup ekonomis walaupun
hanya terdapat jumlah rumput dan leguminosa yang sedikit.

Daya dukung hijauan padang penggembalaan adalah kemampuan suatu


wilayah menghasilkan pakan berupa hijauan dari padang penggembalaan tanpa
melalui pengolahan, dan dapat menyediakan pakan untuk menampung sejumlah
populasi ternak ruminansia. Dalam menghitung daya dukung limbah tanaman pangan
digunakan asumsi kebutuhan pakan ternak ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu
bahwa satu satuan ternak (1 ST) ternak ruminansia rata-rata membutuhkan hijauan
adalah 2,15 ha/ekor untuk setiap tahunnya. Sebagaimana Anonimous (1990)
menytakan bahwa fungsi padang penggembalaan adalah untuk menyediakan bahan
makanan bagi hewan yang paling murah, karena hanya membutuhkan tenaga kerja
sedikit, sedangkan ternak menyenggut sendiri makanannya di padang
penggembalaan. Rumput yang ada didalamnya dapat memperbaiki kesuburan tanah.
Hal ini disebabkan pengaruh tanaman rumput pada tanah, rumput yang dimakan oleh
ternak dikembalikan ke padang penggembalaan sebagai kotoran yang menyuburkan
dan menstabilkan produktivitasnya dari tanah itu sendiri.

Berdasarkan asumsi di atas maka dilakukan perhitungan daya dukung


produksi hijauan padang penggembalaan yaitu jumlah produksi hijauan padang
penggembalaan dibagi dengan kebutuhan satu satuan ternak selama setahun.

Utomo (1983) menyatakan bahwa syarat padang penggembalaan yang baik


adalah produksi hijauan tinggi dan kualitasnya baik, persistensi biasa ditanam dengan
tanaman yang lain yang mudah dikembangbiakkan. Pastura yang baik nilai cernanya
adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25 – 30 cm setelah dipotong.
Menurut Reksohadiprodjo (1985) menyatakan bahwa terdapat beberapa macam
padang penggembalaan yaitu antara lain :

a. Padang Penggembalaan alam merupakan padangan yang terdiri dari


tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada
sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut
padang penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia
terhadap susunan floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang
digembalakan
b. Padang Penggembalaan alam yang sudah ditingkatkan merupakan
spesies – spesies hijauan makanan ternak dalam padangan belum
ditanam oleh manusia, tetapi manusia telah mengubah komposisi
botaninya sehingga didapat spesies hijauan yang produktif dan
menguntungkan dengan jalan mengatur pemotongan(defoliasi)
c. Padang Penggembalaan buatan (temporer) dimana tanaman makanan
ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan dikembangkan oleh
manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanent atau diseling
dengan tanaman pertanian
d. Padang Penggembalaan dengan Irigasi dimana padangan biasanya
terdapat didaerah sepanjang sungai atau dekat sumber air.
Penggembalaan dijalankan setelah padangan menerima pengairan
selama 2 – 4 hari.

Dari beberapa macam padang penggembalaan diatas itu berarti padang


penggembalaan yang digunakan untuk praktikum Pengolahan Padang Penggembalaan
termasuk kedalam Padang Penggembalaan alam yaitu merupakan padangan yang
terdiri dari tanaman dominan yang berupa rumput perennial, sedikit atau tidak ada
sama sekali belukar gulma (weed), tidak ada pohon, sering disebut padang
penggembalaan permanent, tidak ada campur tangan manusia terhadap susunan
floranya, manusia hanya mengawasi ternak yang digembalakan. Padang
penggembalaan jenis ini merupakan tempat dimana pelaksanaan praktikum
pengukuran komposisi botani dan kapasitas tampung.

Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi botani 50 % rumput


dan 50 % legume. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus dimiliki oleh suatu
padangan adalah 70 – 80 % untuk kadar air dan bahan keringnya 20 – 30 % (Susetyo,
1981). Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada padang penggembalaan di
Fakultas Peternakan, setiap Flot rata – rata banyak terdapat rumput dan gulma,
sedangkan legum hanya sedikit. Sedangkan untuk penghitungan bahan keringnya
melebihi dari 20 – 30 %.

Metode pengukuran kualitas hijauan untuk komposisi botani yaitu dengan


menggunting atau disabit sebagian pasture kemudian dianalisis untuk mendapatkan
berapa banyak bahan kering, lemak kasar ataupun nutrient – nutrient yang lainnya
yang disajikan dalam penggembalaan. (Reksohadiprodjo, 1983).

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa padang penggembalaan merupakan suatu daerah padangan
dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat
dikonsumsi menurut kebutuhannya dalam waktu yang singkat. Padang
penggembalaan bisa terdiri dari rumput dan leguminosa. Padang
penggembalaan yang terdapat disekitar wilayah Sidondo yang digunakan
sebagai tempat Praktikum merupakan jenis padang penggembalaan alam yang
sudah ditingkatkan dan padang penggembalaan alami Padang penggembalaan
dimana tempat melaksanakan praktikum termasuk padang penggembalaan
yang cukup baik, hal ini dapat di lihat dari pengukuran komposisi botani,
pengukuran kapasitas tampung yang sudah memenuhi syarat.

4.2 Saran
Untuk melakukan praktikum selanjutnya diharapkan praktikan lebih
focus dalam menerima materi dan pada saat praktikum

DAFTAR PUSTAKA
Mc Llroy, R.J. 1976. Pengantar Budidaya Padang rumput Tropika. Pradnya Paramita,
Jakarta.

Reksohadiprojo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.


BFFE, Yogyakarta.

Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Subagyo I, Kusmartono 1988. Ilmu Kultur Padangan. Malang: Nuffic, Fakultas


Peternakan Universitas Brawijaya.

Susetyo, I. Kismono dan B. Suwardi. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Direktorat


Jendral Peternakan Departemen Pertanian, Jakarta.

Tandi, Ismail. 2010. Analisis Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem
Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem, Juni 2010,
Vol. 6 No. 1ISSN 2089-0036.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai