Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PRAKTIKUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK

PENGGEMBALAAN DAN KAPASITAS TAMPUNG

OLEH :
ZULFA ISNAINI
C31180516
GOLONGAN A

PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepda dosen dan teknisi yang telah membimbing
dan memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas praktikum Hijauan Makanan
Ternak tentang Padang Penggembalaan. Penulis semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan penyelesaian makalah ini. Apabila ada kesalahan atau kekurangan
dalam penyusunan makalah ini penulis menerima semua kritik atau saran yang
dibuat untuk menyempurnakan makalah ini.

Jember, 10 Desember 2019

Penulis
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan di mana tumbuh tanman
makanan ternak yang baik bagi ternak dan ternak dapat menyempatkan dalam
waktu yang singkat dan secara langsung. Beberapa sistem padang penggembalaan
yang digunakan yaitu penggembalaan kontinyu, penggembalaan bergilir, dan
penggembalaan bejalan

Padang penggembalaan alami sebagai sumber pakan hijauan sudah lama


dimanfaatkan oleh peternakan kecil (peternak rakyat) di pedesaan. Peternak
umumnya menggembalakkan hewan ternaknya pada padang penggembalaan alami
yang berada di sekitar tempat tinggalnya untuk memperoleh pakan hijauan segar.
Namun, dalam pemeliharaan ternak ruminanasia dengan sistem pemeliharaan
tersebut cenderung memperlihatkan produksi hijauan yang dihasilkan relatif
rendah.

Kapasitas tamping merupakan kemampuan suatu pastura untuk menampung


sejumlah ternak tanpa menyebabkan kerusakan pada hijauan maupun ternak di
dalamnya sehingga kebutuhan hijauan bagi ternak dalam 1 tahun dapat tersedia
dengan cukup. Kapasitas tampung suatu pastura berbeda didasarkan pada
perbedaan dalam produktivitas tanah, curah hujan dan penyebarannya, topografi,
luasan lahan, jenis dan produksi hijauan, jenis ternak dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud padang penggembalaan?
2. Apakah jenis-jenis dari sistem penggembalaan?
3. Apakah yang dimaksud dengan kapasitas tamping?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui maksud dari padang penggembalaan.
2. Mengetahui jenis-jenis sistem padang penggembalaan.
3. Mengetahui maksud dari padang penggembalaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan suatu daerah yang ditumbuhi tanaman
pakan ternak yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dalam waktu yang singkat
(Subagyo dan Kusmartono, 1998). Muhajirin dkk (2017), menyatakan bahwa
padang penggembalaan merupakan suatu areal atau daerah padangan yang
ditumbuhi berbagai jenis rumput dan legume untuk makanan ternak yang tersedia
kebutuhannya baik produksinya maupun nilai gizinya. Sistem padang
penggembalaan merupakan kombinasi antara pelepasan ternak areal padang rumput
dengan ternak yang digembalakan secara bebas (Hadi et al., 2000).

Tandi (2010) menyebutkan bahwa sistem penggembalaan adalah


pemeliharaan ternak ruminansia dengan cara digembalakan di suatu padang
penggembalaan yang luas, padang penggembalaan terdiri dari rumput dan
leguminosa. Padang penggembalaan merupakan areal untuk menggembalakan
terrnak ruminansia dengan manjemen pemeliharaan diliarkan (grazing) dalam
mendukung efisiensu tenaga kerja dalam budidaya ternak.

Padang penggembalaan sering diklasifikasikan dalam perbedan lahan dan


bentuk atau yang disebut topografi. Topografi suatu lahan dibagi menjadi topografi
datar, berombak, berbukit, dan bergunung.

Kapasitas Tampung (Carrying Capacity)

Kapasitas Tampung atau Carrying Capacity (CC) adalah kemampuan


untuk menampung ternak per unit per satuan luas sehingga memberikan hasil yang
optimum atau daya tampung padang penggembalaan untuk mencukupi kebutuhan
pakan hijauan yang dihitung dalam animal unit (AU). Kepadatan ternak yang tidak
memperhatikan Carring Capacity akan menghambat pertumbuhan hijauan yang
disukai, sehingga populasi hijauan yang berproduksi baik akan menurun
kemampuan produksinya, karena tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh
(Winarto, 2010).
Kapasitas tampung (carrying capacity) = tekanan penggembalaan (stocking
rate) optimal. Kapasitas tampung identik dengan tekanan penggembalaan (stocking
rate) yaitu jumlah ternak atau unit ternak per satuan luas padang penggembalaan.
Tekanan penggembalaan optimum merupakan pencerminan dari kapasitas tampung
yang sebenarnya dari padang penggembalaan, karena baik pertumbuhan ternak
maupun hijauan dalam keadaan atau merupakan pencerminan keseimbangan antara
padang rumput dengan jumlah unit ternak yang digembalakan (Anonim, 2009).

Kapasitas tampung dipengaruhi oleh jumlah dan jenis keragaman tanaman


di suatu lahan padang penggembalaan. Produksi biomas suatu lahan digunakan
mengetahui produksi rumput pada suatu lahan dalam waktu satu tahun. Produksi
hijauan setiap lahan penggembalaan berbeda-beda. Perbedaan produksi hijauan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu manajemen, iklim, spesies tanaman dan
kondisi lingkungan. Manu (2013) melaporkan bahwa pengukuran produksi hijauan
di lahan penggembalaan sangat penting dilakukan dalam menentukan peluang
pengembangan ternak yang diusahakan.
BAB III. PEMBAHASAN

1. PADANG PENGGEMBALAAN
Padang Penggembalaan adalah suatu daerah padang di mana menanam
tanaman pangan yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya sesuai dengan
kebutuhannya dalam waktu singkat (Reksohadiprojo, 1994). Terkait hijauan pakan
ternak di padang penggembalan sangat tergantung oleh beberapa faktor, seperti
iklim, cuaca, jenis tanah dan ketinggian tempat. Indonesia yang beriklim tropis,
yang memiliki dua musim, musim hujan dan musim kemarau, tentu berbeda
pengelolaannya dengan lokasi yang beriklim sub tropis. Indonesia dengan dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan rumput akan
tumbuh dengan baik dan di musim kemarau perlu diperhatikan agar selalu aman
tanah di penggembalaan tumbuh dengan baik. Bila perlu pada musim kemarau
dilakukan penyiraman. Penggembalaan Padang di Indonesia belum memiliki
pengelola yang baik, karena penggembalaan padang yang digunakan secara umum
bukan milik peternak dan tidak ada pengelolaan terhadap padang penggembalaan
yang digunakan atau penggembalaan yang masih alami. Negara-negara maju
perintis telah menggunakan penggalian yang baik, seperti Australia, Selandia Baru,
Amerika dan negara-negara di Eropa. Penerapan tatalakasana penggembalaan yang
baik dapat menurunkan biaya pakan sehingga berakibat pada harga ternak yang
murah dan akhirnya berdampak pada penurunan harga daging. Hal inilah yang
menyebabkan harga ternak dan daging jauh lebih rendah di Negara yang melakukan
penggalian yang baik seperti Australia dibandingkan di Indonesia, karena
penggembalaan padang yang digunakan secara umum bukan milik peternak dan
tidak ada pengelolaan terhadap padang penggembalaan yang digunakan atau
penggembalaan yang masih alami.

Tatalaksana penggembalaan merupakan indikator penting untuk


memperbaiki kualitas dan kualifikasi penggembalaan. Penggembalaan ternak yang
berlebihan atau tidak seimbang jumlah ternak yang digembalakan dengan produksi
rumput yang dihasilkan dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada
penggembalaan padang. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan produksi
rumput dengan kebutuhan pakan ternak yang digembalakan agar keadaan yang
buruk tidak terjadi pada penggembalaan di padang maka perlu strategi untuk
membuat penggembalaan di padang.

Penggembalaan ternak tergantung jenis penggembalaan yang diinginkan


apakah penggembalaan padang penggembalaan alami atau padang penggembalan
yang menanam HPT sendiri. Jika padang pengembalaan yang HPT-nya ditanam
sendiri maka perlu ditentukan spesis hijauan yang akan ditanam. Hal ini dapat
dilihat dari jenis tanah, cuaca, suhu, iklim dan ketinggian tempat. Spesis hijauan
yang ditanam harus sesuai atau bisa tumbuh dengan baik di tanah
penggembalaan. penggembalaan padang juga membutuhkan pupuk selain dari
tanah ternak, pemupukan harus dilakukan setelah penggarapan selesai atau pindah
lokasi penggembalaan. Pemupukan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah
uns hara tanah agar tanaman yang ditanam tumbuh dengan maksimal.

Sebelum melakukan budidaya, hijauan perlu dilakukan terlebih dahulu


untuk memeriksa tanah yang akan digunakan. Pemeriksaan tanah agar tahu pH
tanah (bisa tingkatkan keasaman tanah) jadi bisa diketahui tidak apa yang harus
ditambahkan agar tanaman yang ditanam tumbuh dengan baik.

Pemilihan Spesis Hijauan Pakan Ternak

Sebelum menanam hijauan, lahan yang dikeluarkan terlebih dahulu dari


tanaman yang dianggap manggangu, dibuang tunggul-tunggul kayu dan batu
tambang yang dapat dipindahkan pertumbuhan tanaman. Penanaman bisa berupa
pol, stolon maupun biji –bijian. Rumput dan legum yang ditanam di padang
penggembalaan adalah tanaman yang tahan terhadap injakan. Banyak spesies
hijauan yang bisa ditanam di penggembalaan padang. Hijauan yang ditanam harus
bisa ditanam di lahan penggembalaan. Seperti rumput brachiaria
ducumben , brachiaria brizanta, brachiaria humidicola dan yang lainnya
sedangkan legum seperti arachis pintoi , centrosema pubescens , stylosanthes
guianensisdan yang lainnya. Tentu pemilihan spesis hijauan melihat jenis tanah,
iklim dan ketinggian tempat. Hasil uji coba menunjukkan brachiaria
decumben sangat baik pertumbuhanya dan cocok untuk tanam di Kabupaten Lebak
yang termasuk dataran rendah. penanaman rumput harus dibarengi dengan
leguminosa seperti arachis pintoi , centrosema bubescens , stylosantehes
guianensis atau legum lainya. Sesuai ini agar perpaduan legum dan rumput dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.

Jenis Ternak

Penanaman hijauan pakan ternak harus mempertimbangkan jenis ternak


yang akan digembalakan, karena setiap jenis ternak dapat berbeda kebutuhan pakan
dan tingkah laku merumputnya. Misalnya ternak domba lebih cocok merumput
pada hijauan yang pendek, sedangkan sapi membutuhkan hijauan dengan jumlah
banyak dengan rumput yang agak tinggi. Oleh karena itu, dikembangkan rumput
penggembalaan disesuaikan dengan ternak yang akan dipelihara. Sebelum
menggembalakan ternak, harus dipastikan hijauan yang ditanam sudah tumbuh
sempurna dan sudah layak digembalakan. Penggembalaan harus tayang terlebih
dahulu jumlah produksinya mencukupi kebutuhan ternak yang
digembalakan. Mengukur kapasitas pada penggembalaan di padang dengan
melakukan ubinan. Penetapan ubinan dapat dilakukan berbentuk diagonal yang
jelas pengabilan ubinan terwakili setiap sudut.

Metode Padang Penggembalaan

Ada beberapa metode penggembalaan ternak. Berikut ini adalah beberapa


metode padang penggembalaan:

Merumput -Rotasi

Rotasi Merumput adalah padang penggembalaan yang dikendalikan oleh


pagar yang membentuk paddock (petakan), sehingga ternak dapat mengatur daerah
merumputnya. Penggembalaan dilakukan berputar dari satu petak ke petak yang
lain dan kembali ke petak awal, seterusnya. Petak yang dibiarkan mundur sampai
rumputnya tumbuh kembali dan layak untuk digembalakan.

- Strip Grazing (penggembalaan berjalur).

Strip Grazing adalah: sistim penggembalaan berjalur yang dilakukan


bergilir dengan menggunakan pagar listrik yang dapat dipindah-pindahkan di petak
pada penggembalaan padang.

- Mob Grazing

Gerombolan penggembala adalah: penggembalaan ternak dalam jumlah


besar yang diizinkan seluruh rumput di makan. Hal ini sering dilakukan untuk
menyelamatkan padang penggembalaan dari tanaman yang sudah tua.

- Campuran Merumput (penggembalaan campuran)

Campuran Grazing adalah penggembalaan ternak di mana pada saat yang


bersamaan digembalakan lebih dari satu spesies ternak. Misalanya sapi dengan
domba bisa digembalakan bersama karena memilih pakan banyak yang
berbeda. domba memilih hijauan yang pendek, sedangkan sapi suka memilih
hijauan yang agak tinggi. Namun, kuda dengan domba tidak cocok digembalakan
bersama karena memilih hijauan yang sama pendek.

- Forward Grazing

Forwad Grazing hanya sama dengan rotasi grazing hanya pada forwad
grazing ada dua ternak yang digembalakan, yang pertama digembalakan pada
vegetasi rumput yang berkualitas tinggi, setelah itu dihidupkan kawanan
kedua. Misalnya ternak yang membutuhkan nutrisi yang tinggi seperti sapi laktasi
dan diambil menggunakan kawanan pertama, baru diambil yang pejantan atau
ternak dara.

- Musim - Lama merumput

Musim-lama merumput adalah penggembalaan padang di mana jumlah


ternak digembalakan selama HPT masih mendukung.
Diantara metode ini dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan yang tepat untuk
menggembalakan ternak. Memelihara ternak di padang penggembalaan dapat
mempertahankan biaya pakan dan tenaga kerja. pemilihan metode penggembalaan
juga harus diperoleh yang diperoleh.

2. KAPASITAS TAMPUNG

Menurut Susetyo (1981), penentuan kapasitas tampung secara cuplikan memiliki


peranan penting dalam pengukuran produksi hijauan. Penentuan pengambilan
petak-petak cuplikan dapat dilakukan dengan beberapa metode sebagai berikut :

1) Metode pengacakan merupakan penentuan secara acak suatu lahan hijauan


seluas 1 m2 atau dalam bentuk lingkaran dengan garis tengah 1m. Petakan
cuplikan kedua diambil pada jarak lurus 10 langkah kekanan dari petak
cuplikan pertama dengan luas yang sama.
2) Metode sistematik merupakan pengambilan cuplikan dimulai dari titik yang
telah ditentukan. Cuplikan berikutnya diambil pada suatu titik dari cuplikan
pertama sehingga membentuk garis terpanjang dari lahan sumber hijauan.
3) Metode stratifikasi merupakan pengambilan sampel cuplikan pada lahan
sumber pakan hijauan dari setiap lahan sumber hijauan yang ada.

Perhitungan mengenai kapasitas tampung (Carrying Capacity) suatu lahan

terhadap jumlah ternak yang dipelihara adalah berdasarkan pada produksi


hijauan makanan ternak yang tersedia. Dalam perhitungan ini digunakan norma
Satuan Ternak (ST) yaitu ukuran yang digunakan untuk menghubungkan bobot
tubuh ternak dengan jumlah makanan ternak yang dikonsumsi. Ternak dewasa
(1 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 35 kg/ekor/hari. Ternak muda (0,50
ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 15 – 17,5 kg/ekor/hari. Anak ternak
(0,25 ST) memerlukan pakan hijauan sebanyak 7,5 – 9 kg/ekor/hari.

Satuan Ternak (ST) adalah ukuran yang digunakan untuk


menghubungkan berat badan ternak dengan jumlah makanan ternak yang
dimakan. Dirjen Peternakan (1986) menyatakan bahwa satuan ternak adalah
ukuran yang digunakan untuk menghubungkan berat badan ternak dengan
jumlah makanan yang dihabiskan. Satuan ternak yaitu satu ekor ternak sapi
dewasa menghabiskan rumput sekitar 35 kg dalam waktu sehari. Pedoman
standar satuan ternak terlihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pedoman Standar Satuan Ternak

Tipe Ternak Satuan Ternak


Sapi induk dengan atau tanpa anak 1,00
Sapi dara umur 2 tahun atau lebih 1,00
Sapi jantan umur 2 tahun atau lebih 1,00
Sapi pasca Sapih sampai umur 1 tahun 0,60
Sumber : Ensiminger, 1971

Dirjen Peternakan (1986) menyatakan bahwa satuan ternak digunakan


untuk ternak ruminansia, bertujuan untuk mengetahui daya tampung suatu padang
rumput terhadap jumlah ternak yang dapat dipelihara dengan hasil merumput
tersebut.

Proper Use Factor (PUF) adalah faktor yang harus diperhitungkan untuk
menjamin pertumbuhan kembali hijauan makanan ternak. Faktor tersebut yaitu
lingkungan, jenis ternak, jenis tanaman, tipe iklim, dan keadaan musim.
Penggolongan nilai PUF untuk padang penggembalaan adalah a) ringan : 25-30 %;
b) sedang : 40-45 %; c) berat : 60-70 %. Pada umumnya kelas tanah yang
dialokasikan untuk peternakan termasuk golongan sedang dan ringan (Susetyo,
1981).

Menurut Susetyo (1981), Kapasitas tampung lahan padang penggembalaan


dapat dihitung dengan memperhatikan periode merumput ternak, periode istirahat,
konsumsi HMT per hari, produksi HMT per hektar dan PUF. Besarnya produksi
hijauan atau kebun rumput pada suatu areal dapat diperhitungkan, seperti berikut :

1. Produksi kumulatif, merupakan produksi padang yang ditentukan bertahap


selama 1 tahun. Setiap pemotongan produksi hijauan rumput diukur dan
dicatat. Setelah 1 tahun seluruh produksi dijumlah dan hasilnya merupakan
produksi kumulatif.
2. Produksi realitas, merupakan produksi yang ditentukan oleh setiap
pemotongan hijauan rumput seluruh areal padang penggembalaan atau
kebun rumput. Jadi, produksi realitas adalah produksi sebenarnya yang bisa
diukur dengan produksi ternak.
3. Produksi potensial, merupakan produksi yang ditentukan atas dasar
perkiraan suatu areal padang penggembalaan atau kebun rumput. Jadi,
perhitungan ini cenderung disebut sebagai taksiran.

Menurut Susetyo (1981), berdasarkan perhitungan produksi hijauan yang


tersedia dalam suatu lokasi dari dari suatu lahan per tahun maka dapat dihitung
satuan ternak (ST) yang dapat ditampung oleh sumber hijauan. Perhitungan tersebut
dengan menghitung jumlah hijauan yang tersedia pada suatu lahan selama satu
tahun (kg/ha/th) dibagi dengan jumlah hijauan yang dibutuhkan untuk satu satuan
ternak (kg) selama setahun berdasarkan bahan kering. Perhitungan tersebut akan
mengetahui kemampuan suatu lahan dalam memproduksi hijauan setiap hektarnya
dalam menampung ternak.
BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Padang penggembalaan merupakan suatu daerah yang ditumbuhi tanaman
pakan ternak yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dalam waktu yang singkat.

Metode padang penggembalaan:

 Merumput -Rotasi

Penggembalaan dilakukan berputar dari satu petak ke petak yang lain dan
kembali ke petak awal, seterusnya. Petak yang dibiarkan mundur sampai
rumputnya tumbuh kembali dan layak untuk digembalakan.

 Strip Grazing (penggembalaan berjalur).

Strip Grazing dilakukan bergilir dengan menggunakan pagar listrik yang


dapat dipindah-pindahkan di petak pada penggembalaan padang.

 Mob Grazing

Gerombolan penggembala adalah: penggembalaan ternak dalam jumlah


besar yang diizinkan seluruh rumput di makan. Hal ini sering dilakukan untuk
menyelamatkan padang penggembalaan dari tanaman yang sudah tua.

 Campuran Merumput (penggembalaan campuran)

Sapi dengan domba bisa digembalakan bersama karena memilih pakan


banyak yang berbeda. domba memilih hijauan yang pendek, sedangkan sapi suka
memilih hijauan yang agak tinggi. Disamping itu, kuda dengan domba tidak cocok
digembalakan bersama karena memilih hijauan yang sama pendek.

 Forward Grazing

Dua ternak yang digembalakan, yang pertama digembalakan pada vegetasi


rumput yang berkualitas tinggi, setelah itu dihidupkan kawanan kedua dan diambil
menggunakan kawanan pertama,
 Musim - Lama merumput

Musim-lama merumput adalah penggembalaan padang di mana jumlah


ternak digembalakan selama HPT masih mendukung.

Kapasitas tampung merupakan kemampuan suatu pastura untuk


menampung sejumlah ternak sehingga kebutuhan hijauan bagi ternak dalam 1 tahun
dapat tersedia dengan cukup. Kapasitas tampung suatu pastura berbeda didasarkan
pada perbedaan dalam produktivitas tanah, curah hujan dan penyebarannya,
topografi, luasan lahan, jenis dan produksi hijauan, jenis ternak dan lain sebagainya
DAFTAR PUSTAKA

Reksohadiprodjo, S. 1994.Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak


Tropik. Yogyakarta: BFFE

Susetyo, dkk. 1981. Hijauan Makanan Ternak. Jakarta: Direktorat Jenderal


Peternakan Departemen Pertanian.

Morley. F. 1981. Hewan Merumput. Belanda: Elsevier Scientific Publishing


Company Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai