Anda di halaman 1dari 25

1

MAKALAH
MANAJEMEN KANDANG PADA SAPI PERAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Manajemen Ternak Perah

Oleh:
Kelompok 8
Kelas A

MUHAMMAD HARUN PANANJUNG 200110170254


OGI WIDIANTO 200110170256
FIRDANIA ALDA ELSADINA 200110170261
RINALDI RIANANDA 200110170297
RIZKAN PRIMADIA NUGRAHA 200110170300
LARASATI APRILIA 200110170306

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat

dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini. Makalah ini

kami buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Manajemen Ternak

Perah.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung membantu kami dalam

menyelesaikan Makalah ini. Secara garis besar, pokok pembahasan Makalah ini
yaitu tentang Manajemen Kandang pada Sapi Perah.

Besar harapan kami, Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik

dalam proses pembelajaran maupun sebagai referensi untuk menambah

pengetahuan bagi siapa yang memerlukan informasi dalam Makalah ini.

Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan

Makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran dari semua pihak

terhadap Makalah kami ini agar menjadi perbaikan dalam penyusunan Makalah di

masa yang akan datang.

Jatinangor, Oktober 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6
2.1 Model Perkandangan Sapi Perah yang sesuai dengan kondisi di Indonesia .... 6
2.1.1 Model Tradisional ..................................................................................... 6
2.1.2 Model Modern ........................................................................................... 8
2.2 Tataletak dan Kelengkapan Bangunan Perusahaan Peternakan Sapi Perah 15
2.2.1 Skala Kecil ............................................................................................... 15
2.2.2 Skala Menengah ...................................................................................... 18
2.2.3 Skala Besar .............................................................................................. 20
III KESIMPULAN .......................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25
4

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kandang adalah bangunan sebagai tempat tinggalnya ternak yang bertujuan

untuk melindungi dari berbagai gangguan. Disamping melindungi dari gangguan,

yang datang dari luar dan tentu saja merugikan seperti hujan, angin, terik

matahari, binatang buas dan lain-lain, kandang juga dibutuhkan untuk

memudahkan peternak dalam melakukan pengelolaan ternaknya.


Kandang yang baik harus memberikan kenyamanan pada ternaknya. Dengan

kenyamanan, akan membuat ternak dapat mencapai produksi yang optimal.

Kandang sapi perah rakyat di perdesaan umumnya menggunakan bangunan yang

sudah ada. Misalnya bekas dapur atau bangunan lain yang sudah tidak lagi

digunakan. Hal ini tentu saja dengan kondisi seadanya sehingga baik lokasi, arah

maupun kebersihan kandang tidak memenuhi persyaratan.

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari

jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan

pada satu baris atau satu jajaran. Sedangkan kandang yang bertipe ganda,

penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling

bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk

jalan.

Kandang di daerah tropik tidak perlu dibatasi dengan dinding yang rapat.

Daerah tropik sebaiknya menggunakan kandang terbuka atau tanpa dinding.

Dengan demikian, ventilasi berjalan baik, temperatur tidak panas dan sinar

matahari dapat masuk kedalam kandang. Yang perlu diperhatikan hanyalah tiupan

angin keras yang langsung masuk ke kandang. Letak kandang perlu diatur atau
5

diberi pelindung angin. Atap sebaiknya dibuat tinggi. Jika perlu, kandang diberi

alat tambahan pengatur udara.

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Bagaimana Model Perkandangan yang sesuai dengan kondisi sapi di

Indonesia

(2) Bagaimana Tata letak dan Kelengkapan bangunan Perusahaan sapi perah di

Indonesia

1.3 Tujuan

(1) Mengetahui Model Perkandangan yang sesuai dengan kondisi sapi di

Indonesia

(2) Mengetahui Tata letak dan Kelengkapan bangunan Perusahaan sapi perah di

Indonesia
6

II
PEMBAHASAN

2.1 Model Perkandangan Sapi Perah yang sesuai dengan kondisi di

Indonesia

2.1.1 Model Tradisional

Kandang tradisional sapi perah biasanya terdapat pada peternakan individu

dengan populasi 1-10 ekor dengan perlengkapan kandang yang kurang memadai

dan bentuknya yang tunggal atau ganda. Bentuk kandang tipe tunggal biasanya

penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran sedangkan tipe

kandang ganda yaitu penempatan sapi dilakukan dua baris dengan tippe head to

head atau tail to tail. Pada kandang tradisional bangunan kandang sederhana, atap

dari rumbia, genteng dan lantai dari tanah sedangkan peralatanya berupa tempat

makan dan minum dari ember plastik. Hijauan disebarkan ke lantai bercampur

dengan kotoran atau limbah lain.


7

Menurut Ambo Ako (2012) jenis kandang sapi perah yang dikenal di

Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Kandang sapi dewasa (sapi laktasi)

Ukuran kandang 1,75 x 1,2 m, masing-masing dilengkapi tempat makan dan

tempat air minum dengan ukuran masing-masing 80 x 50 cm dan 50 x 40 cm.

Kandang sapi dewasa dapat juga dipakai untuk sapi dara.

2) Kandang pedet

Kandang pedet ada 2 macam yaitu individual dan kelompok. Untuk kandang

individual sekat kandang sebaiknya tidak terbuat dari tembok supaya sirkulasi

udara lancar, tinggi sekat + 1 m. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu 0,75 x 1,5

m dan untuk 4 – 8 minggu 1 x 1,8 m. Pada kandang kelompok adalah untuk anak

sapi yang telah berumur 4 – 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8

– 12 minggu 1,5 m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok

sebaiknya tidak dari 4 ekor. Tiap individu harus dilengkapi tempat makan dan

tempat air minum.

3) Kandang pejantan

Sapi pejantan pada umumnya dikandangkan secara khusus. Ukuran lebih

besar dari pada kandang induk dan konstruksinya lebih kuat. Bentuk yang paling

baik untuk kandang pejantan adalah kandang yang berhalaman atau Loose Box.

Lebar dan panjang untuk kandang pejantan minimal 3 x 4 m dengan ukuran

halaman 4 x 6 m. Tinggi atap hendaknya tidak dijangkau sapi yaitu 2,5 m, tinggi

dinding kandang dan pagar halaman 180 cm atau paling rendah 160 cm. Lebar

pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Pagar halaman

terbuat dari tembok setinggi 1 m, di atasnya dipasang besi pipa dengan diameter 7

cm, disusun dengan jarak 20 cm. Lantai kandang dibuat miring ke arah pintu,

perbedaan tinggi paling tidak 5 cm. Lantai halaman lebih baik dari beton.
8

Perlengkapan lain yang diperlukan sama seperti pada kandang yang lain.

Pemberian ransum harus dilakukan dari luar kandang/dinding demi untuk

keamanan.

4) Kandang kawin

Tempat kawin dibuat pada bagian yang berhubungan dengan pagar halaman

kandang pejantan yang diatur dengan pintu-pintu agar perkawinan dapat

berlangsung dengan mudah dan cepat. Ukuran kandang kawin; panjang 110 cm,

lebar bagian depan 55 cm, lebar bagian belakang 75 cm, tinggi bagian depan 140

cm dan tinggi bagian belakang 35 cm. Bahan kandang kawin sebaiknya digunakan

balok berukuran 20 x 20 cm. Tiang balok ditanam ke dalam tanah sedalam 50 –

60 cm dan dibeton supaya kokoh.

2.1.2 Model Modern

Pengembangan sistem kandang modern didorong oleh kawanan ternak

yang semakin besar, produksi per sapi yang meningkat, serta mekanisasi dan

otomatisasi dalam cara pemberian pakan dan pemerahan susu. Pemerahan bisa

berlangsung lebih praktis dan cepat dan di ruang terbuka, tidak seperti dalam

petak kandang (stall). Salah satu faktor kunci dalam peternakan modern ialah

efisiensi kerja. Ini menuntut tipe perkandangan yang kompak dan terancang

dengan baik. Pada perkandangan modern, kandang dibuat dengan menyesuaikan

masing-masing keadaan sapi perah, seperti kandang pedet berbeda ukuran dan

penempatannya dengan kandang laktasi, begitu juga kandang laktasi berbeda

dengan ukuran kandang sapi jantan dan sebagainya. Enam model kandang sapi

perah berdasarkan keadaan sapi perah:

1) Kandang Sapi Jantan


9

Sapi perah jantan sebaiknya mempunyai kandang dengan lebar 3 x 4meter

dengan halaman 4 x 6meter atau sering disebut dengan model kandang sapi

Loose Box. Model kandang ini dibangun supaya sapi bisa leluasa bergerak

sehingga tidak mengalami stress. Kandang sapi pejantan harus memiliki

kontruksi bangunan yang lebih kuat. Ketinggian kandang kurang lebih 2,5

m, lebar pintu 150 cm dilengkapi dengan beberapa kayu penghalang. Lantai

kandang dibuat miring kurang lebih 5 cm. untuk halaman sebaiknya

menggunakan materi atau bahan dari beton pada lantainy dan pagar setinggi

1 m yang dibuat dari tembok.

2) Kandang Sapi Dewasa

Kandang ini diperuntukan untuk sapi laktasi dan dara bisa juga dipakai

untuk api dara atau sapi dara yang siap kawin. Hampir sama seperti kandang

pada umumnya, kandang ini berukuran 1,75 x 1,2meter yang dilengkapi

dengan tempat makan dan air minum masing-masing berkapasitas 80 x 50

cm dan 50 x 40 cm.

3) Kandang Kawin

Kandang ini ditanam di dalam tanah sekitar 50-60 cm supaya kokoh dengan

besi balok ukuran 20 x 20 cm, kandang ini berukuran 110 x 55 cm.

Pembangunannya didekatkan dengan pintu halaman sapi pejantan, supaya

proses perkawinan dapat berjalan dengan mudah dan lancar.

4) Kandang Pedet

Kandang pedet terbagi menjadi dua yaitu kandang pedet individual dan

kelompok. Untuk kandang pedet yang belum disapih berbentuk kadang

individual dan tak perlu diikat. Panjang dan lebar kandang masing-masing 2

m dan 1,2 m. Tinggi dinding dari samping kiri, depan dan belakang adalah 1

m. kandang pedet ini dibuat berdampingan dengan kandang sapi perah


10

induk. Ukuran kandang untuk 0 – 4 minggu 0,75 x 1,5 m dan untuk 4 – 8

minggu 1 x 1,8 m. Tiap individu harus dilengkapi dengan tempat makan dan

minum. Pada kandang kelompok adalah untuk anak sapi yang telah berumur

4 – 8 minggu dengan ukuran 1 m2/ekor dan pada umur 8 – 12 minggu 1,5

m2/ekor dengan dinding setinggi 1 m. Dalam satu kelompok sebaiknya tidak

dari 4 ekor.

5) Kandang Darurat atau Karantina

Kandang ini memiliki ukuran 150 x 55 x 150 cm, kandang ini digunakan

untuk mengisolasi atau memisahkan sapi yang sakit dengan sapi yang sehat.

Ketika mendeteksi adanya sapi yang mengalami gangguan kesehatan, segera

beri perawatan khusus didalam kadang ini, kondisi sapi bakal bertambah

kurang baik dan akan mwnularkan ke sapi lainnya jika tidak dipisahkan.

6) Kandang Melahirkan

Ukurannya 6 x 6 m, perlengkapannya sama dengan kandang sapi dewasa.

Lantainya miring ke arah pintu tiap 1 m turun 1 cm dan dibuat kasar.

Sebaiknya kandang melahirkan ini tidak dekat dengan kandang pedet.

Selokan pembuangan terpisah dari selokan kandang dewasa. Sudut-sudut

dinding dibuat melengkung agar mudah dibersihkan.

Selain dari model kandang modern berbeda setiap keadaan sapi, pada

kandang modern juga terdapat beberapa sistem pemerahan modern antara lain:

a) Sistem ember (Bucket system)

Sistem ember ini merupakan salah satu sistem pemerahan yang

menggunakan mesin sebagai pengganti tangan yang dapat dipindah-pindah dari

satu tempat ke tempat lainnya. Sistem pemerahan ini cocok untuk dipakan pada

skala peternakan yang tidak terlalu besar.


11

Susu hasil pemerahan dari sistem ini ditampung di ember atau milkcan yang

terdapat di setiap mesin. Kemudian hasil susu hasil pemerahan ditakar kemudian

ditampung ke tangki atau ruang pendingin susu. Prinsip dari sistem ember ini

bekerja atas dasar perbedaan tekanan udara yang dibangkitkan oleh motor

pembangkit vakum atau pompa vakum. Perbedaan tekanan udara ini

menyebabkan karet inflasi didalam tabung perah kembang kempis memijat

putting. Pada saat udara masuk kedalam tabung perah, yaitu diantara tabung perah

dan karet inflasi karet inflasi mengempis. Peristiwa ini disebut fase istirahal.

Selanjutnya udara di dalam tabung menjadi hampa udara.

Oleh karena itu di dalam tabung dan karet inflasi kompa (tidak ada tekanan)

sedangkan di dalam ambing bertekanan, maka susu terdorong keluar/tersedot.

Peristiwa ini disebut fase perah, Demikian seterusnya, fase perah dan fase istirahat

datang silih berganti. Agar fase perah dan fase instirahat dapat berlangsung secara

bergantian, maka mesin perah dilengkapi dengan pulsator yang berfungsi

mengatur tekanan udara antara keadaan bertekanan dan hampa udara. Dengan kala

lain, pulsator mengatur fase istirahat dan fase perah. Bila kiep atau tombol vakum

ditutup maka udara dari luar masuk dan berhentilah kegiatan pemeraban dan karet

inflasi kembali berbentuk semula.

Mesin perah sistem ember bagian-bagianya terdiri dari:

a. sebuah motor pembangkit vakum,

b. pipa vakum,

c. selang karet vakum,

d. pulsator,

e. ember penampung susu,

f. pengatur pulsasi,
12

g. tabung perah (teat cup} yang terbuat dari logam tahan karat dan karet inflasi

di dalam tabung perah,

h. selang susu (Gambar. 1)

Gambar . Mesin Perah Sistem Ember (Bucket system)

b) Sistem Pipa (Pipe Line System)

Pada sistem ini pemerah langsung juga berada di dalam kandang dimana

sapi yang diperah tetap terikat ditempatnya. Mesin perah dipindah dari sapi satu

ke sapi berikutnya. Sedang susu hasil pemerahan langsung dialirkan ke dalam

tangki pendingin mclalui pipa tanpa berhubungan dengan udara luar.

Gambar . Pemerahan Dengan Mesin Sistem Pipa Dilakukan Di Dalam Kandang.


13

c) Sistem Bangsal Pemerahan (Milking Parlor System)

Pemerahan berlangsung di suatu bangsal atau ruang khusus yang disiapkan

untuk pemerahan. Di bangsal ini ditempatkan beberapa mesin perah. Setiap satu

mesin melayani seekor sapi. Sasu hasil pemerahan langsung ditampung ditangki

pendingin (cooling unit) sesudah melalui tabung pengukur produksi yang terdapat

pada setiap mesin. Sapi yang akan diperah digiring ke bangsal pemerah melalui

suatu ternpat (holding area) yang luasnya terbatas dan sapi berdesakan. Di

holding area sapi dibersihkan dengan sprayer dari segala arah, selanjutnya sapi

satu per satu masuk bangsal (milking parlor).

Gambar 3. Sebelum Sapi Masuk ke Bangsal Pemerahan Terlebih Dahulu Sapi

Antri Dibersihkan di Holding Area.

Sistem bangsal perah (milking parlor system) bentuknya bermacam-macam

antara lain:

a. Sistem sirip ikan tunggal atau ganda (single/double heringbone milking,

parlor)

Gambar 4. Bangsal Perah Sistem Sirip Ikan Ganda.


14

Gambar 5. Bangsal Perah Sistem Sirip Ikan Ganda Beserta Peralatannya.

b. Sistem sirip ikan berbentuk wajik (heringbone diamond shaped polygon

milking parlor}

Gambar . Bangsal Perah berbentuk Wajik

Gambar . Bangsal Perah Berbentuk Wajik Beserta Kandang Lepas Free Stall

Modern.
15

c. Sistem Komidi Putar (rotary milking parlor) Gambar 8. dan 9

Gambar . Bangsal Perah Sistem Komidi Putar

Gambar . Bangsal Perah Sistem Komidi Putar Lengkap Dengan Peralatan

2.2 Tataletak dan Kelengkapan Bangunan Perusahaan Peternakan Sapi


Perah
2.2.1 Skala Kecil

BPTP (2010) mengatakan pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan

beberapa pertimbangan antara lain ketersediaan sumber air, lokasi dekat dengan

sumber pakan, memiliki areal perluasan, ketersediaan akses transportasi, jarak

kandang dengan perumahan minimal 10 m. Kontruksi kandang dibuat sekokoh

mungkin sehingga mampu menahan beban dan benturan serta dorongan dari

ternak. Kontruksi kandang dirancang sesuai agroklimat wilayah, tujuan

pemeliharaan dan status fisiologis ternak.


16

Peternakan sapi perah rakyat pada tata ruang campuran dengan permukiman

menunjukkan spesifikasi yang tetap berupa kandang, lokasi kebun hijauan pakan,

rumah peternak dan tempat penampungan susu sebagai prasarana pokok, menjadi

jalur sirkulasi peternak dalam kesehariannya. Terbentuknya spesifikasi tersebut

karena adanya faktor kekerabatan, amanah orang tua, kebersamaan atau gotong

royong dan paguyuban karena kedekatan hubungan kekeluargaan.

Tata letak kandang:

Lokasi Kandang

Kandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya.

Lantai kandang dibuat 20 sampai 30 cm lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Dengan

demikian, drainase kandang dapat dibuat lebih baik. Selain itu, pasokan air juga sangat

diutamakan. Kandang dibangun di dekat sarana transportasi. Dengan demikian, bahan

pakan mudah diangkut ke peternakan. Bagian penjualan yang berhubungan dengan

kandang terutama dianjurkan dekat jalan raya.

Jarak Kandang

Kandang-kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang

dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi dan karantina dari

kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 m atau sekurang-kurangnya 10 m dengan

tinggi tembok pembatas 2 m. Kantor berjarak 25 hingga 30 m dari kandang. Tempat

penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang.

Rumah dan Banguan Lain

Rumah peternakan dibangun agar dapat memperhatikan leluasa ke segala arah.

Letak rumah paling sedikit 30 m dari jalan raya. Kandang dan bangunan lainnya terletak

di samping atau belakang rumah peternak berjarak minimal 30 m. Lahan antara rumah

dan kandang disebut daerah layan. Rumah atau kamar susu dibuat di sisi kandang pada

daerah layan. Bangunan lain dikelompokkan ke daerah ini dan jika mungkin terletak jauh
17

dari kandang utama. Letak bangunan diatur berdasarkan urutan kegiatan dan efisiensi

kerja di petenakan sapi perah. Kandang utama adalah kandang sapi perah.

Tata letak sapi perah rakyat pada Kabupatan Karo Sumatra Utara ( skala kecil),

Lokasi kandang sapi perah yang berada tersendiri > 10 m dari rumah sebanyak 33.33%.

Kandang tersebut berada dilokasi sekitar perkebunan milik peternak. Tujuan peternak

mendirikan kandang di areal perkebunan agar mudah dikontrol ketika mereka melakukan

aktivitas pertanian. Tata letak kandang tidak memenuhi nilai harapan (66.66%) berada

tersendiri 5-9 m dari rumah. Lahan sempit disekitar rumah membuat peternak mendirikan

kandang dengan jarak kurang dari 10 m dari rumah. Letak kandang terlalu dekat dengan

rumah mengakibatkan aroma bau kotoran sapi tercium ketika berada didalam rumah.

Kelengkapan bangunan sapi perah

Sistem perkandangan sapi perah ada 3, yaitu (1) Conventional

type/stanchion barn dimana kandang diberi penyekat diantara sapi sehingga ternak

tidak bisa bergerak dengan bebas, (2) Loose housing dimana ternak dilepas di

kandang yang luas dan dapat bergerak bebas kemana-mana, (3) sistem kandang
freestall pada prinsip nya sama dengan kandang loose housing. Pada kandang

freestall diberikan tempat untuk istirahat sapi yang disekat – sekat untuk tiap satu

ekor sapi (Muljana, 1985).

Berbagai macam kandang menurut kegunaan nya dibagi menjadi enam,

yaitu 1) kandang sapi perah laktasi; 2) kandang pejantan; 3) kandang dara; 4)

kandang sapi kering kandang; 5) kandang pedet; 6) Kandang Karantina (Makin,

2011). Kontruksi kandang terbuat dari kayu, beratap seng, berlantai semen dan

menghadap arah matahari terbit sebesar 27.77%. Kontruksi kandang kurang baik

disebakan oleh bahan terbuat dari bambu dan beratap alang alang sudah mulai
keropos sehingga perlu untuk direnovasi.
18

Kandang kurang baik dan kurang memenuhi syarat sebesar 5.56%

disebabkan oleh kontruksi kandang yang tidak memperhatikan ukuran ternak.

Tinggi atap kandang hanya 2 m. Posisi kandang tidak searah dengan matahari

terbit. Haskell et al (2006) menyarankan pembuatan kandang sebaiknya

memperhatikan ruang bebas ternak bisa bergerak. Kandang tidak sesuai ukuran

ternak berpontesi memiliki efek cedera dan gangguan terhadap kesehatan kaki

sapi perah.

Tabel 2.1 nilai GFDP sapi perah rakyat pada Kabupatan Karo Sumatra Utara

Faktor Penentu Nilai GDFP Kategori GDFP

Tata letak kendang 3.33 ± 0.48 Baik

Konstursi kandang 3.16 ± 0.70 Baik

Drainase kandang 2.94 ± 0.72** Cukup baik

Tempat kotoran 3.83 ± 0.70 Baik

Peralatan kandang 2.38 ± 0.77** Cukup baik

Peralatan pemerahan susu 0.88 ± 1.44 ** Buruk

rataan 2.76 ± 0.80 Cukup baik

2.2.2 Skala Menengah

Tata letak untuk peternakan sapi perah dalam skala menengah atau

peternakan sapi dengan populsi berkisar 101 – 300 ekor banyak pertimbangan

dalam pembuatan kandang sapi, seperti pengaturan tata letak di dalam maupun di

bagian luar kandang serta luas ruangan harus disesuaikan dengan kebutuhan sapi.

Pengaturan bagunan kandang harus dibuat agar mudah dibersihkan, dalam

membuang kotoran dan mudah dalam pemberian pakan serta air minum. Peralatan

yang digunakan untuk peternakan skala menengah sudah menggunakan alat – alat

yang lebih modern, sehingga luas kandang harus lebih diperhatikan, agar alat –
19

alat yang digunakan dapat berkeja secara maksimal. Selain itu beberapa faktor

yang harus dipertimbangkan, seperti iklim dan biaya yang akan dikeluarkan

(Makin, 2011).

Peternakan sapi perah dalam skala menengan memiliki jumlah sapi yang

cukup banyak, sehingga pemilihan tipe kandang perlu diperhatikan. Untuk

peternakan dengan populasi yang cukup banyak, penggunaan kandang bebas lebih

efisien, dikarenakan peternak dapat menambah populasi sapi. Dalam pembuatan

bahannya juga perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk pembuatan

kandang. Untuk skala menengah bahan pembuatan kandang, sebaiknya

menggunakan teknologi maju, walaupun biaya yang digunakan sangat tinggi,

tetapi memiliki masa penggunaan yang lama, sehingga lebih ekonomis. Kandang

yang digunakan juga berbagai macam, seperti kandang pemeliharaan, kandang

reproduksi, kandang perawatan, dan kandang karantina. (Djaja, 2017).

Fasilitas kandang juga perlu diperhatikan. Untuk peternakan sapi perah

skala menengah memiliki fasilitas atau kelengkapan bangunan yang lebih lengkap

dari peternakan sapi perah skala kecil. Peternakan sapi perah skala menengah

memiliki gudang ransum, gudang alat, ruang perah, kamar susu, dan bak

penampung kotoran. Peralatan kandang yang digunakan juga ada, seperti petak

penampung, petak pemaksa, petak pemisah, dan petak kerja. Petak pemaksa

dibuat selebar tubuh sapi agar sapi tidak dapat berbalik badan. Lereng pemuat

adalah alat yang dibangun untuk menurunkan atau menaikan sapi ke dalam truk

pengangkut (Djaja, 2017).


20

2.2.3 Skala Besar

Tata Letak

1) Lokasi Kandang

Kandang sebaiknya terletak pada tempat yang lebih tinggi dari lahan

sekitarnya. Lantai kandang dibuat 20 sampai 30 cm lebih tinggi dari lahan

sekitarnya. Dengan demikian, drainase kandang dapat dibuat lebih baik. Selain

itu, pasokan air juga sangat diutamakan. Kandang dibangun di dekat sarana

transportasi. Dengan demikian, bahan pakan mudah diangkut ke peternakan.

Bagian penjualan yang berhubungan dengan kandang terutama dianjurkan dekat

jalan raya.

2) Jarak Kandang

Kandang-kandang sebaiknya dibangun dengan jarak 6 sampai 8 meter yang

dihitung dari masing-masing tepi atap kandang. Kandang isolasi dan karantina

dari kandang atau bangunan lainnya diberi jarak 25 m atau sekurang-kurangnya

10 m dengan tinggi tembok pembatas 2 m. Kantor berjarak 25 hingga 30 m dari

kandang. Tempat penimbunan kotoran terletak 100 m dari kandang.

3) Rumah dan Banguan Lain

Rumah peternakan dibangun agar dapat memperhatikan leluasa ke segala

arah. Letak rumah paling sedikit 30 m dari jalan raya. Kandang dan bangunan

lainnya terletak di samping atau belakang rumah peternak berjarak minimal 30 m.

Lahan antara rumah dan kandang disebut daerah layan. Rumah atau kamar susu

dibuat di sisi kandang pada daerah layan. Bangunan lain dikelompokkan ke

daerah ini dan jika mungkin terletak jauh dari kandang utama. Letak bangunan

diatur berdasarkan urutan kegiatan dan efisiensi kerja di petenakan sapi perah.

Kandang utama adalah kandang sapi perah.

Hal-hal perlu diperhatikan untuk membangun kandang sapi perah.


21

a) Syarat mendirikan kandang

b) Luas kandang cukup. Luas kandang disesuaikan dengan jumlah sapi perah

yang dipelihara.

c) Alas kandang padat dan tidak terlalu keras. Jika perlu kandang dilapisi alas

tidur jerami.

d) Ventilasi kandang berfungsi dengan baik. Udara masuk dan keluar kandang

dengan lancar. Hindarkan angin bertiup langsung ke arah sapi perah.

e) Kandang harus terang. Usahakan matahari pagi masuk ke dalam kandang.

f) Kandang selalu kering dan bersih. Peternak sebaiknya lebih memperhatikan

lagi keadaan ini.

g) Kandang dan sekitarnya tetap tenang dan aman. Hindarkan gangguan yang

mungkin timbul di kandang.

Kelengkapan Kandang

Peralatan kandang meliputi sekop, cangkul, sapu lidi, alat menempatkan

sapi dan sebagainya. Penggunaan alat-alat ini disesuaikan dengan keadaan

kandang dan kerja. Misalnya lebar got diatur sesuai dengan sekop.

Peternak sebaiknya juga membandingkan dengan peternakan lain. Peralatan

modern membutuhkan penjelasan dari pabrik. Peralatan membutuhkan perawatan

dan perhatian. Alat-alat yang digunakan sebaiknya tidak mahal. Penggunaan alat

dapat menjaga kebersihan.

a) Ruang alat-alat susu

Ada sinar matahari masuk untuk pagi hari, tersedia rak untuk menyimpan

alat-alat susu, agar cepat kering dan tidak berbau tengik. Alat yang baru

digunakan segera dicuci bersikan dna segera ditiriskan dirak alat susu.

b) Ruang alat kandang


22

Ruang ini disediakan untuk menyimpan alat kandang seperti: sekop, sikat

lantai, temapat duduk pemerahan, tampar tali sapi, sikat lantai, nomor sapi.

c) Ruang konsentrat

Ruang ini untuk menyimpan konsentrat minimal untuk persediaan 2

mingggu, disediakan alas bambu/ kayu agar tidak lembab untuk menyimpan

konsentrat

d) Ruang menchopper hijauan pakan ternak

Disedikan ruang untuk memotong/ mencacah pakan hijauan seperti: rumput,

batang jagung atau leguminosa lainnya.

e) Ruang Rekording/ Administrasi

Ruang menyimpan data produksi, pakan, reproduksi dan yang lainnya untuk

data pengembangan usaha tahun berikutnya, perlu disediakan almari,

kalender sirkuler atau lineer untuk reproduksi sapi.

f) Ruang penangan sapi dan kandang melahirkan

Ruang yang disediakan untuk menangani sapi bila sapi sakit, melahirkan,

menginseminasi, atau penanganan sapi, bisa disiapkan kandang jepit:

panjang 110 cm. Lebar 55 cm, tinggi tiang belakang 55 cm, Palang kayu

setinggi 80 cm.

g) Gudang

Gudang yang diperlukan gudang pakan ternak baik pakan berserat atau

konsentrat.

h) Tempat pengolahan limbah

Tempat pengolahan limbah direncanakan sesuai dengan jumlah kepemilikan

sapi (untuk 3-5 ekor sapi perlu biogas 9-10 m3)


23
24

III

KESIMPULAN

(1) Kandang tradisional sapi perah biasanya terdapat pada peternakan individu

dengan populasi 1-10 ekor dengan perlengkapan kandang yang kurang

memadai dan bentuknya yang tunggal atau ganda. Kandang modern sapi

perah yaitu pengembangan sistem kandang dan didorong oleh kawanan

ternak yang semakin besar jumlahnya, produksi per sapi yang meningkat,

serta mekanisasi dan otomatisasi dalam cara pemberian pakan dan

pemerahan susu.

(2) Kebutuhan kandang sapi perah di negara iklim tropis lebih sederhana bila

dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga di

negara tropis kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada

malam hari, panas terik sinar matahari, dan hujan lebat juga mempermudah

pemeliharaan.

(3) Pemilihan lokasi kandang harus memperhatikan beberapa pertimbangan

antara lain ketersediaan sumber air, lokasi dekat dengan sumber pakan,

memiliki areal perluasan, ketersediaan akses transportasi, jarak kandang

dengan perumahan minimal 10 m. Kontruksi kandang dibuat sekokoh

mungkin sehingga mampu menahan beban dan benturan serta dorongan dari

ternak. Kontruksi kandang dirancang sesuai agroklimat wilayah, tujuan

pemeliharaan dan status fisiologis ternak.


25

DAFTAR PUSTAKA

[BPTP] Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2010. Petunjuk praktis


perkandangan sapi. [Online] http://ntb.litbang. pertanian.go.id/
ind/pu/psds/perkandangan.pdf. [27 April 2015].

Dinas PKH Kabupaten Malang. 2014. Pembangunan Agrowisata Sapi Perah di


Poncokusumo. Wawancara oleh Penulis. Oktober. Kantor Dinas PKH
Kabupaten Malang. Kepanjen.

Djadja, Willyan. 2017. Sukses Beternak Sapi Perah. CV. Armico. Bandung

Haskell J M, Rennie J L, Bowel A V, Bell J M, Lawrence B A. 2006. Housing


system, milk production, and zero- grazing effects on lameness and leg
injury in dairy cows. [Online] J Dairy Sci. 89(11):4259–4266. http://www.
journalofdairyscience.org/ article/S0022-0302%2806 %29724729/fulltext.
[3 Mei 2015].

Makin, M. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta

Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Kegunaan Ternak Sapi Perah. Semarang:


Aneka Ilmu (45-67)

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor


100/Permentan/OT.140/7/2014. Pedoman Pembibitan Sapi Perah yang
Baik. 2014. BNRI. Jakarta.

Putra, A. R. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan


Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Skripsi. Program
Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultan Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai