Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

MANAJEMEN TERNAK POTONG

MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERNAK SAPI POTONG

OLEH :

NAMA : MUH. UBAIDILLAH

NIM : I011 17 548

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : A. NIRMALA

LABORATORIUM ILMU TERNAK POTONG DAN KERJA


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha ternak sapi potong secara umum dikelompokkan menjadi dua

pola usaha, yaitu penggemukan dan pembibitan/pembesaran. Pola usaha

penggemukan bertujuan untuk menggemukkan sapi umur muda dalam

jangka waktu tertentu, kemudian dijual sebagai hewan potong. Sedangkan

pola usaha pembibitan/pembesaran bertujuan untuk menghasilkan anak

kemudian dibesarkan.

Sistem pemeliharaan sapi pedaging dikategorikan dalam tiga cara yaitu

sistem pemeliharaan intensif, semi intensif dan ekstensif. Sistem pemeliharaan

intensif merupakan sistem pemeliharaan dimana ternak dikandangkan sepanjang

hari. Sistem pemeliharaan semi intensif, ternak dikandangkan pada malam hari

dan dilepas di tempat penggembalaan pada pagi atau siang hari. Sistem

pemeliharaan ekstensif merupakan sistem pemeliharaan dimana ternak dilepas di

ladang penggembalaan sepanjang hari.

Hasil yang diperoleh dari sistem pemeliharaan tersebut tentu berbeda. Hal

inilah yang masih menjadi masalah dimasyarakat karena kurangnya pengetahuan

tentang sistem pemeliharaan intensif. Padahal usaha ternak sapi potong dapat

memberikan kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup

peternak sehari-hari jika dipelihara dengan baik. Penerapan sistem pemeliharaan

intensuf dapat dimulai dari calon sarjana peternakan yang harus mempelajari hal-

hal yang sederhana seperti manajemen perkandangan, manajemen pemberian

pakan dan sanitasi terhadap ternak dan kandangnya. Hal inilah yang
melatarbelakangi dilakukannya praktikum Manajemen Ternak Potong mengenai

Pemeliharaan Ternak Potong.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakan pemeliharaan manajemen ternak potong yaitu untuk

mengetahui sistem pemeliharaan ternak sapi potong, sistem pemberian pakan,

kebutuhan pakan ternak sapi potong, sistem perkandangan serta sanitasi kandang

dan sanitasi ternak.

Kegunaan dilakukannya pemeliharaan manajemen ternak potong yaitu agar

mahasiswa dapat merasakan bagaimana rasanya menjadi peternak, serta menjadi

bahan pembelajaran untuk mahasiswa kedepannya.


TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pemeliharaan Sapi Potong

Sistem pemeliharaan sapi potong diIndonesia dibedakan menjadi tiga,

yaitu:intensif, ekstensif, dan usaha campuran (mixed farming). Pada pemeliharaan

secara intensif, sapi dikandangkan secaraterus-menerus atau hanya dikandangkan

pada malam hari dan pada siang hari ternak digembalakan. Pola pemeliharaan sapi

secara intensif banyak dilakukan petani-peternak di Jawa, Madura, dan Bali. Pada

pemeliharaan ekstensif, ternak dipelihara di padang penggembalaan dengan pola

pertanian menetap atau di hutan. Pola tersebut banyak dilakukan peternak di Nusa

Tenggara Timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Dari kedua carapemeliharaan

tersebut, sebagian besar merupakan usaha rakyat dengan ciri skala usaha rumah

tangga dan kepemilikan ternak sedikit, menggunakan teknologi sederhana,

bersifat padat karya, dan ber-basis azas organisasi kekeluargaan (Suryana, 2009).

Sistem penggemukan sapi potong yang biasa dilakukan oleh peternak

adalah sistem kereman. Sistem ini merupakan sistem penggemukan yang

dilakukan dengan menempatkan sapi dalam kandang secara terus menerus selama

beberapa bulan. Pemberian pakan dan minum dilakukan dalam kandang, tidak

dilakukan penggembalaan selama proses berlangsungnya penggemukan. Pakan

yang diberikan pada sistem ini terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan

perbandingan tergantung dengan ketersedian pakan hijauan dan konsentrat

(Budiraharjo dkk, 2011).

Cara pemeliharaan dikandangkan (intensif) dianggap lebih baik karena

selain tidak banyak menggunakan lahan, penggemukan ternak lebih intensif

karena jumlah dan komposisi pakan dapat dilakukan dengan baik, kesehatan dan
keamanan ternak lebih terjamin, bahaya penyakit karena virus dan sejenisnya bisa

diketahui sejak dini. Namun cara ini memerlukan biaya, waktu, tenaga serta

perhatian yang cukup, misalnya kebersihan kandang dan ternak harus senantiasa

dijaga (Susilorini dkk., 2009).

Sistem Pemberian Pakan dan Kebutuhn Pakan

Sistem pemeliharaan sapi yang dilakukan di daerah dataran sedang

umumnya dengan cara dikandangkan. Sistem pemberian pakan dilakukan di

kandang 2x dalam sehari yaitu pagi dan sore hari. Pemeliharaan sapi potong

dengan cara dikandang memudahkan pengawasan dan penanganan, tetapi jika

pemberian pakan kurang mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya maka

sering terjadi kelumpuhan akibat sapi kurang bergerak atau exercise (Wiyatna

dkk, 2012).

Menurut Syahidah (2017) cara penggemukan sapi secara modern

dilakukan dengan menggunakan prinsip feedlot, yaitu pemberian pakan sapi

terdiri dari hijauan dan konsentrat yang berkualitas di dalam kandang. Pemberian

pakan dapat dilakukan dengan 3 cara : yaitu penggembalaan (Pasture fattening),

kereman (dry lot faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua :

 Sistem Penggembalaan (Pasture Fattening), adalah sistempenggembalaan

dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di

daerah yang mempunyai tempat cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-

7 jam per hari untuk mengembalakan ternak.

 Sistem kereman (dry lot fattening) yaitu penggemukan sapi dengan

memperbanyak pemberian pakan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan

hanya relatif sedikit sehingga efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi.


Perbandingan hijauan dan konsentrat berkisar antara 40:60 sampai 20:80.

Perbandingan ini didasarkan pada bobot bahan kering (BK).Penggemukan

sistem ini dilakukan di dalam kandang. Pakan hijauan dan konsentrat

diberikan kepada sapi di dalam kandang. Jadi, pakan harus disediakan sesuai

porsi waktu yang tepat.

 Sistem kombinasi cara pertama dan kedua adalah sistem ternak tersebut

digembalakan dan dikandangkan. Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah

kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis

hijauan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan

silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan

(leguminosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi

adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.

Pemberian jumlah pakan berdasarkan periode sapi seperti anak sapi

sampai sapi dara, periode bunting, periode kering dan laktasi. Pada anak sapi

pemberian konsentrat lebih tinggi daripada rumput. Pakan berupa rumput bagi

sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan

tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi)

memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam

ransumnya (Syahidah, 2017).

Sistem Perkandangan dan Penggemukan Sapi Potong

Pemilihan lokasi kandang juga harus diperhatikan seperti harus dekat

pembuangan limbah, tersedia air bersih yang cukup dan lantai kandang

dibuat agak miring agar lebih mudah membersihkan kotoran. Selain itu sistem
pemeliharaan juga penting agar mendapat hasil yang maksimal. Pemeliharaan

pada saat ini sapi potong dimandikan agar lebih sehat dan menghilangkan bibit

penyakit yang menempel pada sapi potong. Sapi potong juga dijemur pada

pagi hari karena sinar matahari pagi mengandung vitamin D yang

bermanfaat terhadap struktur tulang dan meningkatkan daya tahan tubuh. Sinar

matahari juga bisa membunuh virus dan jamur yang bersarang. Berbeda

dengan sistem pemeliharaan terdahulu jarang sekali bahkan tidak pernah sapi

potong dimandikan ataupun dijemur dan hanya sekedar memberi pakan saja

(Apriyanto dkk, 2017).

Tipe kandang berdasarkan bentuk dan fungsinya terdiri atas kandang

individu dan kandang kelompok/koloni.

1. Kandang Individu

Kandang individu merupakan model kandang untuk satu ternaksatu

kandang, dimana pada bagian depan terdapat palungan dan bagian belakang

terdapat selokan untuk pembuangan kotoran. Sapi pada kandang individu

diikat dengan tali yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perebutan makanan

(Suputra dkk, 2019).

2. Kandang Kelompok

Kandang koloni (komunal) atau kandang kelompok merupakan model

kandang dalam suatu ruangan kandang yang didalamnya ditempatkan beberapa

ekor ternak, secara bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan

pembesaran anak sampai disapih, atau digunakan sebagai kandang pembesaran

maupun penggemukan. Perkandangan model kelompokatau koloni diharapkan


dapat meningkatkan keberhasilan reproduksi dan efisiensi penggunaan tenaga

kerja (Hanafi, 2016).

Sanitasi Kandang dan Sanitasi Ternak

Meskipun pengembangan ternak sapi potong berpotensi ditingkatkan

namun akibat cara pemeliharaan sapi potong yang kurang baik seperti sanitasi

kandang sapi buruk, tidak ada ventilasi udara yang baik pada kandang,

menumpuknya kotoran sapi dengan urine di dalam kandang dan tercecernya sisa-

sisa pakan sapi di dalam kandang, akan menyebabkan kandang tidak nyaman bagi

sapi dan akan menimbulkan bibit-bibit penyakit yang disebabkan parasite

(Nurtjahyani dan Agustin, 2015).

Sanitasi kandang dilakukan untuk menjaga kesehatan ternak sapi melalui

kebersihan. Oleh karena itu, frekuensi sanitasi kandang yang semakin sering

dalam sehari semakin baik. Selain itu, untuk menjaga kesehatan, sapi juga perlu

untuk dimandikan agar kotoran yang menempel pada tubuh hilang. Sanitasi

terhadap kandang seharusnya dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap

lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang berhubungan dengan ternak.

Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan media yang baik bagi

berbagai jenis serangga penyebar penyakit. Kutu dan caplak penghisap darah

dapat bersarang dicelah-celah kandang sehingga sebaiknya merupakan sasaran

utama dalam melakukan sanitasi. Kandang harus dibersihkan setiap hari dan sapi-

sapi harus dimandikan setiap hari atau minimal satu minggu sekali. Pembersihan

kandang dan dilanjutkan dengan pemandian sapi ini bertujuan untuk menjaga

kebersihan kandang dan menjaga kesehatan sapi agar sapi tidak mudah terjangkit

penyakit (Suharyati dan Hartono, 2015).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum pemeliharaan ternak potong dilaksanakan pada hari Senin -

Rabu dan Minggu, tanggal 9 - 11 dan 15 September 2019 pukul 06.00 WITA

sampai selesai kemudian dilanjutkan pukul 16.00 WITA sampai selesai, bertempat

di Kandang Sapi Potong, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum pemeliharaan ternak potong yaitu

motor tiga roda, ember, selang, sikat, parang, gerobak dorong, sapu lidi, sekop,

dan keranjang.

Bahan yang digunakan pada praktikum pemeliharaan ternak potong yaitu

rumput gajah, dedak, air dan garam.

Prosedur Kerja

Pada pagi hari, pertama yaitu melakukan sanitasi kandang berupa

pembersihan feses dan pembersihan tempat pakan. Setelah itu ternak terlebih

dahulu diberikan konsentrat berupa dedak yang dicampur dengan air dan garam

kasar, setelah konsentrat habis, kemudian diberikan hijauan berupa rumput gajah

yang telah di layukan. Setelah diberi pakan, kandang kemudian dibersihkan dari

sisa sisa pakan. Setelah dibersihkan, sapi kemudian dimandikan. Setelah

dimandikan, pada sore hari kemudian yang dilakukan adalah membersihkan

kandang dari sisa pakan sebelumnya dan feses sapi yang ada dikandang. Setelah

dibersihkan, kemudian sapi diberikan pakan hijauan kembali dan kandang

kembali dibersihkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Kandang Sapi Fakultas Peternakan Universitas


Hasanuddin

Berdasarkan hasil praktikum pemeliharaan ternak potong, kondisi kandang

sapi di fakultas peternakan ialah, populasi sapi bali yang dipelihara adalah

sebanyak 14 ekor dimana sapi tersebut dipelihara di dalam dua kandang kelompok

dengan model kandang saling berhadapan dan tersedia tempat pakan dan tempat

minum yang disediakan untuk ternak., yang tiap kandangnya dibagi dua menjadi 7

ekor tiap kelompok. Pemeliharaan sapi yang dilakukan yaitu dengan cara kereman

atau dikandangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiraharjo (2011) yang

mengatakan bahwa sistem penggemukan sapi potong yang biasa dilakukan oleh

peternak adalah sistem kereman. Sistem ini merupakan sistem penggemukan yang

dilakukan dengan menempatkan sapi dalam kandang secara terus menerus selama

beberapa bulan. Pemberian pakan dan minum dilakukan dalam kandang, tidak

dilakukan penggembalaan selama proses berlangsungnya penggemukan. Pakan

yang diberikan pada sistem ini terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan

perbandingan tergantung dengan ketersedian pakan hijauan dan konsentrat

Sistem Pemberian Pakan Sapi di Kandang Sapi Fakultas Peternakan


Universitas Hasanuddin

Sistem pemberian pakan pada kandang sapi fakultas peternakan

universitas hasanuddin yaitu dengan pemberian pakan untuk tiap kandang

dilakukan pada pagi dan sore hari dengan jenis pakan yang diberikan adalah

hijauan dan kosentrat hal ini sesuai dengan pendapat Wiyata dkk, (2012) yang

menyatakan bahwa sistem pemberian pakan dilakukan di kandang 2x dalam sehari


yaitu pagi dan sore hari. Pemeliharaan sapi potong dengan cara dikandang

memudahkan pengawasan dan penanganan, tetapi jika pemberian pakan kurang

mencukupi baik kuantitas maupun kualitasnya maka sering terjadi kelumpuhan

akibat sapi kurang bergerak atau exercise.

Sistem Perkandangan di Kandang Sapi Fakultas Peternakan Universitas


Hasanudin
Sistem perkandang pada kandang sapi fakultas peternakan Universitas

Hasanuddin yaitu model kandang dalam suatu ruangan kandang ditempatkan

beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat atau biasa disebut dengan kandang

kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafi (2016) bahwa kandang koloni

(komunal) atau kandang kelompok merupakan model kandang dalam suatu

ruangan kandang yang didalamnya ditempatkan beberapa ekor ternak, secara

bebas tanpa diikat, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan pembesaran anak

sampai disapih, atau digunakan sebagai kandang pembesaran maupun

penggemukan. Perkandangan model kelompokatau koloni diharapkan dapat

meningkatkan keberhasilan reproduksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Sistem Sanitasi Kandang dan Ternak di Kandang Sapi Fakultas Peternakan


Universitas Hasanuddin

Sistem sanitasi kandang dan ternak di kandang sapi fakultas peternakan

universitas hasanuddin yaitu sanitasi kandang berupa pembersihan sisa pakan dan

kotoran ternak sebanyak dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari dan

dilakukan pula sanitasi ternak berupa memandikan sapi dari kotorsn yang

menempel pada tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharyati dan Hartono

( 2015 ) yang mengatakan bahwa sanitasi kandang dilakukan untuk menjaga

kesehatan ternak sapi melalui kebersihan. Oleh karena itu, frekuensi sanitasi

kandang yang semakin sering dalam sehari semakin baik. Selain itu, untuk
menjaga kesehatan, sapi juga perlu untuk dimandikan agar kotoran yang

menempel pada tubuh hilang. Sanitasi terhadap kandang seharusnya dilakukan

secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan

yang berhubungan dengan ternak.


PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pemeliharaan ternak potong yamg dilakukan

di kandang sapi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin dapat ditarik

kesimpulan bahwa sistem pemeliharaan atau penggemukan yang dilakukan yaitu

dengan cara kereman mulai dari pemberian pakan, perkandangan, sanitasi

kandang dan ternak yang diterapkan di kandang sapi fakultas peternakan

universitas hasanuddin telah sesuai dengan teori yang ada yaitu pakan yang

diberikan adalah hijauan dan konsentrat, kemudian ternak dikandangkan dalam

kandang koloni serta sistem sanitasi kandang dan ternak telah dilakukan dengan

baik.

Saran

Sebaiknya dalam pemberiaan pakan, disediakan silase atau hay agar saat

ketersediaan rumput yang sangat minim di musim kemarau dapat teratasi sehingga

ternak tetap dapat mengkonsumsi hijauan


DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, H. 2016. Peran kandang sistem komunal ternak sapi potong terintegrasi
limbah pertanian dalam mendukung kedaulatan pangan di Yogyakarta.
Agros. Vol. 18 (2). Hal: 126-133.

Afriyanto, A. L., Irdaf dan A. E. Kusumastuti. 2015. Peranan kelompok peternak


sapi potong Satwa Mulya terhadap keberdayaan rumah tangga peternak
di Desa Brajan, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali Jawa
Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. Vol 26 (3), Hal : 79 – 90.

Budiraharjo K., M. Handayani., G. Sanyoto. 2011. Analisis profitabilitas usaha


penggemukan sapi potong di kecamatan gunungpati kota semarang.
Mediagro, Vol. 7(1), Hal : 1-9.

Wiyatna M.F., E. Gurnadi., dan K. Mudikdjo. 2012. Produktivitas sapi peranakan


ongole pada peternakan rakyat di kabupaten Sumedang. Jurnal ilmu
ternak, Vol. 12(2), Hal : 22-25.

Suryana. 2009. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis
dengan pola kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, Vol 28(1), Hal : 29-
37.

Suputra, G. W. K., I. P. Sampurna, T. S. Nindhia dan K. K. Agustina. 2019.


Klasterisasi manajemen perkandangan Sapi Bali pada Simantri di
Kabupaten Badung Bali. Buletin Veteriner Udayana. Vol. 11 (2) Hal :
128-135.

Syahidah. 2017. Analisis pemeliharaan sapi potong di Desa Sapobonto


Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Skripsi.

Suharyati Sri dan Hartono Madi. 2015. Pengaruh manajemen peternak terhadap
efesiensi reproduksi sapi bali di kabupaten pringsewu Provinsi lampung.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, Vol. 16(1): 61- 67.

Nurtjahyani, S. D., dan D. S. Agustin. 2015. Prevalensi infeksi telur cacing


nematoda pada feses sapi potong (bos sp) dengan metode whitlock.
Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS.

Anda mungkin juga menyukai