Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK PERAH

“Manajemen Pencatatan pada Peternakan Sapi Perah”

Disusun Oleh :

Kelas : D

Kelompok: 1

Annida Iqlima 200110180135

Puspa Asih Lestari 200110180254

Nabila Pia Benedicta 200110180276

Krusita Fadia Nurhaya 200110180295

Hadita Hegar Athina 200110180298

Primma Grataprawira 200110180302

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena

atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan

makalah Manajemen Ternak Perah yang berjudul “Manajemen

Pencatatan dalam Peternakan Sapi Perah” yang diajukan untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Ternak Perah.

Penulisan makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa

adanya dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin

menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

berperan serta dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami

berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis dan umumnya bagi pembaca.

Sumedang, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
I. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................2
1.3 Maksud dan Tujuan........................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3
III. PEMBAHASAN...............................................................................................5
3.1 Pendataan dan Pemeliharaan Catatan Perkawinan.........................................5
3.2 Identifikasi dan Pengenalan Seluruh Ternak..................................................9
3.3 Analisis dan Penggunaan Catatan Produksi.................................................11
3.4 Pemeliharaan Semua Catatan Peternakan dan Analisis Minimal Setahun
Sekali............................................................................................................15
IV. PENUTUP......................................................................................................20
4.1 Kesimpulan...................................................................................................20
4.2 Saran.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................21
LAMPIRAN.............................................................................22

ii
iii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu usaha peternakan agar dapat berkembang dengan

baik dan maksimal tentunya perlu adanya pemeliharaan ternak

secara baik dan layak, perawatan ternak dengan benar sehingga

dapat berproduktivitas tinggi dan menguntungkan. Salah satu

manajemen yang penting yaitu pencatatan. Recording merupakan

pencatatan ternak dengan tujuan untuk mengetahui asal usul ternak

yang di pelihara, recoding dapat memudahkan tatalaksana

selanjutnya pada ternak, memudahkan pengontrolan dan

memudahkan peningkatan mutu genetic. Recording yang baik

adalah recording yang data-datanya dapat dipertanggung jawabkan

dan dapat dipercaya serta selalu aktual tiap hari.

Recording atau pencatatan produksi adalah suatu usaha

yang dilakukan oleh peternakan untuk mencatat gagal atau

berhasilnya suatu usaha peternakan. Pada bidang usaha peternakan,

pencatatan ditetapkan hampir disemua sektor usaha ternak salah

satunya yaitu ternak perah. Pencatatan tidak lepas dari salah satu

pelaksanaan pemberian tanda pengenal pada ternak berupa nomor

telinga, tanduk, kalung bernomor dan sebagainya. Pencatatan yang

biasa dilakukan yaitu terdiri dari pencatatan reproduksi, kesehatan,

umur dan susu dan lain-lain.

Pencatatan merupakan hal yang perlu dilakukan karena

tujuan utama adanya pencatatan pada usaha ternak perah adalah

1
menyediakan informasi yang lengkap dan terperinci pada ternak

sapi baik individu maupun kelompok yang diperlukan dalam

rangka pengambilan keputusan sehari-hari, evaluasi terhadap

manajemen yang dijalankan, sebagai langkah awal dalam

menyusun rencana jangka panjang, serta mempermudah peternak

dalam melakukan evaluasi, mengontrol dan memprediksi tingkat

keberhasilan usaha.
1.2 Identifikasi Masalah
(1) Bagaimana pendataan dan pemeliharaan catatan perkawinan

(2) Bagaimana identifikasi dan pengenalan seluruh ternak

(3) Bagaimana analisis dan penggunaan catatan produksi

(4) Bagaimana pemeliharaan semua catatan peternakan


1.3 Maksud dan Tujuan
(1) Untuk mengetahui pendataan dan pemeliharaan catatan perkawinan

(2) Untuk mengetahui identifikasi dan pengenalan seluruh ternak

(3) Untuk mengetahui analisis dan penggunaan catatan produksi

(4) Untuk mengetahui pemeliharaan semua catatan peternakan

2
II

TINJAUAN PUSTAKA

Recording adalah catatan tentang segala kejadian mengenai

ternak yang dipelihara yang dapat memberikan informasi yang

diperlukan untuk membuat keputusan yang objektif didasarkan atas

fakta yang ada, sehingga keputusan yang dibuat merupakan

keputusan yang terbaik (Soetarno, 2003). Pencatatan pada usaha

peternakan sangat penting karena kemampuan daya ingat manusia

yang sangat terbatas untuk mengingat semua kegiatan dan

keputusan yang telah dibuat (Hutauruk, 2007). Kegunaan utama

adanya catatan ini adalah dapat memberi informasi tentang


ternaknya individu per individu, maupun secara keseluruhan.

Catatan yang paling ideal adalah catatan yang bersifat sederhana,

namun lengkap, teliti dan mudah dimengerti. Namun demikian, hal

yang tidak kalah pentingnya adalah penomoran ternak, karena

harus diketahui dengan pasti catatan produksi ini milik siapa

(Hardjosubroto, 1994).

Manfaat recording antara lain ; memudahkan pengenalan

terhadap ternak dimana dengan mengetahui identitas dan ciri-ciri

khusus ternak, serta mengetahui populasi ternak, memudahkan

3
peternak mengingat kejadiankejadian penting pada ternaknya,

memudahkan peternak mengambil keputusan ataupun tindakan

nyata dalam penanganan, perawatan dan pengobatan pada ternak

yang sakit berdasarkan catatan riwayat kesehatannya, serta

memudahkan peternak melakukan seleksi ternak serta dapat

mencegah terjadinya kawin sedarah atau inbreeding.

Perkembangan ternak akan mampu terpantau oleh peternak apabila

recording dilakukan dengan baik. Faktor yang menentukan

keberhasilan usaha peternakan. apabila dikelompokkan akan

mengerucut menjadi tiga faktor utama yaitu faktor pakan, bibit, dan

manajemen pemeliharaan (lingkungan). Faktor bibit, pakan, dan

manajemen pemeliharaan, semuanya saling terkait mendukung

keberhasilan usaha

Menurut Hardjosubroto (1994), identifikasi ternak berupa

pemberian nomor pada ternak dengan disertai kartu identitas. Kartu

identitas ternak bertujuan untuk mencatat semua informasi tentang

nama dan nomor ternak, jenis kelamin, tanggal lahir (dan tanggal

perkawinan induknya), kemurnian bangsanya, bapak (sire) dan

induknya (dam), nama dan nomor kode pemilik beserta alamatnya.

Kartu identitas yang sempurna memuat gambar sketsa atau foto

dari ternak yang dibuat dari sisi kanan, kiri dan depan ternak.

Berdasarkan informasi yang diringkas dari record secara bulanan,

semi-annual atau annual akan sangat berguna bagi pengelola usaha

ternak perah untuk menentukan kekuatan (strenghts), kelemahan

(weakness) dan keuntungan (profitability) dari usaha ternaknya.

4
5
III

PEMBAHASAN

3.1 Pendataan dan Pemeliharaan Catatan Perkawinan


Breeding records atau catatan perkawinan merupakan salah

satu sumber informasi penting dalam pengelolaan ternak perah.

Oleh sebab itu, catatan ini tidak boleh hanya dimuat dalam satu

buku catatan yang disimpan di lemari arsip melainkan harus ada

juga duplikatnya di kandang sehingga dapat dilihatdengan mudah

setiap saat. Catatan perkawinan yang lengkap dan akurat sangat

diperlukan untuk menentukan kapan perkawinan dilakukan agar

sapi dapat melahirkan sekali setahun, memberikan periode istrahat

yang cukup bagi seekor sapi setiap satu periode laktasi dan

menentukan kapan pemberian konsentrat dimulai sebelum laktasi

berikutnya. Secara lebih lengkap kegunaan dari breeding record

antara lain adalah :

- Menentukan kapan seekor sapi mulai dikeringkan

- Menaksir kapan seekor sapi akan melahirkan

- Berguna dalam mengevaluasi fertilitas seekor pejantan

- Berguna dalam mendiagnosis masalah/penyakit reproduksi

- Menentukan kapan seekor sapi akan dikawinkan

- Menentukan kapan saatnya pemeriksaan kebuntingan dilakukan

- Berguna dalam merancang program pemberian pakan yang tepat,

- Berguna sebagai sumber informasi tentang tetua seekor pedet.

6
Breeding record yang baik harus memiliki ciri-ciri :

datanya selalu diperbaharui (kept up-to-date) dan memuat semua

informasi yang diperlukan. Mengingat waktu sangat mahal bagi

peternak perah maka record harus praktis (simple) dikerjakan dan

mudah digunakan. Breeding record harus disimpan di tempat yang

bersih dan kering di tempat yang mudah dilihat dan dicapai dalam

kandang serta dilewati beberapa kali dalam sehari sehingga

peternak/pekerja diingatkan agar menuliskan langsung

informasi/data yang baru diperoleh secepatnya. Breeding record

yang lengkap memuat informasi-informasi berikut :

 Identitas Ternak

Nama dan nomor identitas ternak ditulis di bagian atas lembaran

catatan. Cara ini akan memudahkan dalam mencari catatan masing-masing

ternak. Tanggal lahir, nama bapak dan induk ditulis dibawahnya. Pencatatan

tanggal lahir akan membantu dalam mengidentifikasi sapi-sapi yang ukuran

tubuhnya tidak sesuai dengan umurnya dan menentukan kapan seekor sapi

dara harus dikawinkan. Informasi-informasi seperti ini harus dicatat secepat

mungkin segera setelah kelahiran seekor pedet.

 Nama dan Identitas Bapak

Informasi ini diperlukan untuk mencegah terjadinya perkawinan

sedarah (inbreeding). Peternak yang menggunakan metode IB perlu ekstra

hati-hati dalam hal catatan nama pejantan ini mengingat dengan metode IB

maka semen dari pejantan tertentu dapat digunakan selama bertahun-tahun

sehingga meningkatkan kemungkinan seekor pejantan mengawini anak

betinanya. Jenis inbreeding lain yang mungkin terjadi adalah perkawinan

7
antara jantan dan betina seayah; walau efeknya tidak sejelek inbreeding ayah-

anak, perkawinan antara ternak satu ayah tidak begitu diinginkan.

 Tanggal Birahi dan Catatan Khusus (Heat Dates and Comment)

Peternak harus mencatat tanggal birahidari setiap sapi (induk maupun

dara) walaupun ternak tersebut belum akan dikawinkan pada saat tersebut

(kecuali sapi yang akan dijual atau dipotong). Dengan mengetahui tanggal

birahi terakhir maka tanggal birahi berikutnya dapat diperkirakan secara lebih

akurat. Selanjutnya, dengan mengetahui tanggal birahi secara tepat maka

ternak dapat dikawinkan pada saat yang tepat. Mencatat ciri-ciri khas birahi

masing-masing sapi juga berguna untuk membantu peternak mengingat sapi-

sapi yang menunjukkan birahi lemah (weak heat), birahi pendek (short heat)

atau ciri-ciri birahi lain yang memerlukan perhatian khusus.

 Tanggal Melahirkan dan Catatan Khusus (Calving Dates and Comment)

Data tanggal melahirkan diperlukan untuk menentukan seberapa cepat

seekor sapi akan dikawinkan kembali setelah partus. Sebagian besar sapi

harus dikawinkan kembali 50 - 60 hari setelah partus. Interval waktu seperti

ini akan memberi kesempatan bagi saluran reproduksi untuk mencapai

kesembuhan sempurna dari luka akibat partus namun tepat dapat mencapai

target melahirkan sekali setahun. Mengawinkan sapi terlalu cepatsetelah

partus bukanlah praktek yang dianjurkan. Sapi-sapi yang alat reproduksinya

mengeluarkan lender setelah partus atau menunjukkan kelainan lainnya perlu

mendapat perhatian khusus bahkan sebaiknya mendapat pemeriksanaan oleh

ahli veteriner.

 Tanggal Kawin/Inseminasi (Service Information)

8
Data tanggal kawin/inseminasi diperlukan untuk memperkirakan

tanggal melahirkan dan mencatat identitas pejantan. Bila ternak tidak

mengalami kebuntingan pada perkawinan/inseminasi pertama dan mengalami

birahi kembali, maka perkawinan/inseminasi kedua juga harus dicatat.

Teknisi IB perlu mengetahui sapi mana yang termasuk repeat breeders

(kawin berulang) agar dapat menentukan teknik paling tepat untuk

menginseminasi mereka.

 Pemeriksaan Kebuntingan (Pregnancy Examination)

Dengan adanya data tanggal perkawinan makaakan dapat ditentukan

kapan pemeriksanaan kebuntingan paling cepat bisa dilakukan. Untuk

memperoleh informasi ini peternak perlu berkonsultasi dengan ahli veteriner.

Beberapa ahli veteriner dapat memeriksa kebuntingan 30 - 40 hari setelah

perkawinan/inseminasi, sementara yang lain menunggu lebih lama agar

hasilnya lebih akurat. Cara paling praktis, namun kurang akurat, adalah

dengan pemeriksaan muncul tidaknya birahi setelah kawin/inseminasi pada

hari yang yang disesuaikan dengan lama siklus birahi sapi bersangkutan.

 Tanggal Akan Melahirkan (Calf Due Date)

Dalam memperkirakan tanggal partus, peternak dapat menggunakan

tabel masa bunting (gestasion table). Untuk itu tanggal kawin harus

diketahui. Beberapa eternak menambahkan selama 9 bulan 10 hari ke tanggal

kawin untuk menaksir tanggal partus. Perkiraan tanggal partus boleh

dituliskan setelah peternak mengetahui secara pasti bahwa ternaknya sudah

bunting.

 Tanggal Masa Kering (Dry-off Date)

9
Pada tanggal ini peternak harus menghentikan pemerahan seekorsapi.

Dianjurkan untuk mengeringkan seekor sapi 50 - 60 hari minggu sebelum

partus berikutnya. Masa kering memberi kesempatan bagi sapi untuk

beristirahat dan mengembalikan kondisi tubuhnya bagi periode laktasi

berikutnya. Sekiranya seekor sapi diperah lebih lama dari yang seharusnya

maka peternak harus memeriksa ulang tanggal kawinnya. Selalu ada

kemungkinan bahwa seekor sapi dikawinkan lebihlama dari waktu yang

tercatat (hal ini sering terjadi pada sapi yang dikawinkan lebih dari satu kali

di mana tanggal perkawinan pertama tidak diganti dengan tanggal

perkawinan kedua). Bila seekor sapi dikeringkan lebih awal dari yang

seharusnya karna kesalahan pencatatan tanggal kawin maka peternakakan

kehilangan masa produksi paling tidak selama 3 minggu. Sebaliknya,

peternak yang lalai mencatat dan/atau memeriksa tanggal kawin akan

memerah seekor sapi lebih lama dari yang seharusnya sehingga sapi tersebut

tidak memperoleh masa kering yang cukup.

 Catatan Tambahan (Remarks)

Berbagai informasi lain yang dianggap perlu oleh peternak, di luar

berbagai informasi di atas, dapat disisipkan ke breeding record seperti

informasi daerah/peternak asal ternak, kuitansi biaya IB dll.

Dari kejadian reproduksi dapat dihitung ukuran-ukuran efisiensi

reproduksi, seperti:

- Masa kosong sejak tanggal beranak sampai tanggal kawin terakhir yang

menghasilkan kebuntingan

- Service per conception jumlah kawin per kebuntingan

- Calving interval sejak tanggal beranak sampai beranak berikutnya

10
- Conception rate nilai keberhasilan IB

3.2 Identifikasi dan Pengenalan Seluruh Ternak

Identifikasi ternak berupa pemberian nomor pada ternak

disertai kartu identitas yang mencatat semua informasi tentang

nomor atau nama ternak, nomor registerasi, tanggal lahir, jenis

kelamin, tingkat kemurnian bangsa, nomor/nama bapak dan induk

beserta asalnya, nama pemilik dengan alamatnya. Kartu identitas

yang sempurna memuat gambar sketsa (foto) ternak dari samping

kanan, kiri, dan depan ternak.

Penomoran sapi perah sebaiknya mengikuti cara-cara

identifikasi yang berlaku di seluruh dunia, sebagaimana yang

tercantum dalam International Identifi- cation Program tahun 1990.

Dengan cara ini, maka ternak diberi nomor registerasi yang tidak

mungkin sama untuk seluruh dunia. Penomoran ternak disarankan

meliputi:

o Kode spesies 1 digit

o Kode bangsa 2 digit

o Kode organisasi 2 digit

o Kode Negara 3 digit

o Kode wilayah 2 digit

o Nomer ternak 10 digit

Contoh:

o kode spesies Sapi

B o kode bangsa Holstein

HO o kode organisasi Holstein Indonesia

11
HI o kode negara Indonesia

INA o kode wilayah Bandung Utara

BU o nomor ternak 0001621980

Jadi nomor identitas ternak tersebut adalah

BHOHIINABU0001621980. Adapun yang tercantum di nomor

telinganya cukup dengan 1621980. Nomor identitas ini tidak ada

duplikasinya di seluruh dunia dan mudah ditelusuri, karena dalam

nomor tersebut terkandung identitas mulai daari negara sampai

dengan wilayahnya. Pemberian nomor pada sapi dapat bersifat

permanen ataupun temporer, penomoran permanen dapat berupa

tattoo pada telinga atau badan, sedangkan yang temporer dengan

menggunakan anting pada telinga (eartag).

Menurut Hardjosubroto (1994), identifikasi ternak berupa

pemberian nomor pada ternak dengan disertai kartu identitas. Kartu

identitas ternak bertujuan untuk mencatat semua informasi tentang

nama dan nomor ternak, jenis kelamin, tanggal lahir (dan tanggal

perkawinan induknya), kemurnian bangsanya, bapak (sire) dan

induknya (dam), nama dan nomor kode pemilik beserta alamatnya.

Kartu identitas yang sempurna memuat gambar sketsa atau foto

dari ternak yang dibuat dari sisi kanan, kiri dan depan ternak.
3.3 Analisis dan Penggunaan Catatan Produksi
Sistem pencatatan sangat berguna dalam memberikan

keterangan tentang individu sapi maupun secara keseluruhan,

sehingga dapat membantu peternak dalam mengambil

keputusankeputusan yang sifatnya teknis dan ekonomis. Catatan ini

12
sebaik-nya sederhana, sehingga mudah dimengerti, lengkap dan

akurat. Salah satu saran utama perbaikan mutu genetik ternak yaitu

adanya pencatatan (recording). Pencatatan yang diperlukan

terutama pada identitas sapi, produksi susu, data reproduksi, dan

kesehatn ternak. Pada umumnya seleksi pada sapi perah

berdasarkan catatan produksi 305 hari, tetapi masalah yang sering

terjadi di lapangan adalah pencatatan produksi susu yang tidak

lengkap atau tidak ada sama sekali. Kendalanya yaitu kurangnya

kesadaran, biaya, tenaga kerja, dan waktu dari peternak untuk

melakukan pencatatan. Catatan yang tidak lengkap tersebut dapat

menimbulkan kesulitan dalam evaluasi genetik.

Pencatatan produksi susu yang lebih sederhana adalah

menggunakan Test Day (TD). Catatan produksi susu Test day (TD)

atau catatan produksi susu Hari Uji adalah catatan produksi susu

total selama 24 jam yang diambil pada hari-hari pengujian tertentu

saja (Indrijani, 2008). Recording adalah adalah catatan segala

kejadian mengenai ternak yang dipelihara yang dapat memberikan

informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan yang objektif

didasarkan atas fakta yang ada, sehingga keputusan yang dibuat

merupakan keputusan yang baik (Soetarno, 2003). Dalam

pengelolaan peternakan modern, recording menjadi sangat penting.

Hal ini disebabkan karena jumlah ternak yang dikelola tidak

sedikit. Banyak sekali komponen recording yang harusnya

mendapat perhatian antara lain: jumlah populasi, jumlah pemberian

pakan, jumlah produksi harian yang dihasilkan, tenaga kerja yang

13
dibutuhkan, tingkat kematian (mortalitas) ternak yang dipelihara,

penyakit yang menyerang, riwayat kesehatan (medical record),

obat yang dibutuhkan, vaksinasi yang dibutuhkan dan masih

banyak lainnya. Intinya semakin banyak pencatatan yang dilakukan

akan semakin baik manajemen usaha yang di jalankan. Sistem

recording yang dilakukan dalam usaha peternakan dapat bervariasi

sesuai dengan tujuan usaha (breeding atau fattening) dan jenis

ternak yang dipelihara. Sebagai contoh, pada usaha breeding,

recording aspek-aspek reproduksi menjadi hal yang utama;

sedangkan pada usaha fattening, Average Daily Gain (ADG)

merupakan parameter yang penting dalam mengetahui tingkat

pertumbuhan ternak. Jenis terak yang dipelihara juga menentukan

aspek aspek yang dicatat dalam sistem recording (Basuki et al.,

1999).

Macam-Macam Recording :

1. Identitas ternak

Setiap ternak diberi identitas agar lebih mudah dalam pengenalan. Kita bisa

membagi lagi identitas ini menjadi beberapa yaitu identifikasi fisik, penandaan

fisik dan penandaan tambahan. Dalam hal ini, Identifikasi fisik meliputi ciri-

ciri fisik misalnya warna bulu, konformasi tubuh, bulu sekitar mata, tanduk,

kaki, bentuk telinga, punuk, dll. Penandaan fisik ternak dapat dibedakan

menjadi semi permanen dan permanen. Penandaan permanen adalah penandaan

pada sapi yang bersifat tetap. Sedangkan semipermanen bersifat sementara

saja, dan jika sewaktu-waktu diperlukan mudah dihilangkan atau diganti.

Sedangkan penandaan tambahan adalah penandaan yang diberikan pada sapi di

14
lingkungan sapi tersebut hidup yang memudahkan dikenali meskipun dari

kejauhan. Sebagai contoh pemberian papan nama di atas masing-masing

kandang, berikut nama sapi, jenis sapi, kode sapi, tanggal lahir, dan asal sapi.

1. Dokumentasi

Pada kondisi sekarang ini upaya mendokumentasikan kegiatan sangat

diperlukan tidak terkecuali untuk sapi jika memang populasinya dalam lokasi

peternakan cukup besar. Pendokumentasian sapi dapat dilakukan melalui

pembuatan sketsa atau gambar individu, profilnya, foto maupun rekaman

video. Data-data tersebut akan membantu memudahkan pengelolaan ternaknya.

Menurut Pallawarukka (2009) penggambaran atau sketsa dapat digunakan

untuk identifikasi ternak dengan penandaan warna yang unik atau spesifik.

2. Catatan Khusus

Dalam pengelolaan peternakan besar sangat diperlukan pencatatan detail bagi

setiap individu sapi, sehingga diperlukan pencatatan khusus. Yang termasuk

pencatatan khusus meliputi nama sapi, tanggal lahir, nomor kode ternak,

asalnya, berat badannya, berat lahir, berat sapih, bangsa, juga kesehatannya.

Selain itu, catatan perkawinan atau inseminasi buatan termasuk dalam hal ini.

Catatan ini harus memuat segala hal lengkap agar memudahkan bagi tenaga

medis atau perawat ternak yang lain melakukan penangan dan mengurangi

terjadinya kesalahan penanganan.

3. Sertifikat Ternak

Recording yang terakhir ini menjadi penting keberadaannya jika terkait dengan

pembibitan terutama di UPT/ perusahaan pembibitan, apalagi jika sapi berasal

dari impor. Ini penting, karena untuk memudahkan pelacakan terhadap

15
tetuanya berkualitas unggul atau tidak, memudahkan seleksi, menjaga

penyebaran bibit semen di lapangan agar tidak terjadi inbreeding. Dalam

sertifikat ternak ini yang sangat penting harus memuat breeding, asal-usul tetua

pejantan dan betinanya, tanggal lahir. Dengan sertifikat ini, akan menambah

kepercayaan dan kepuasan pengguna bibit sapi.

Manfaat Recording :

1. Memudahkan pengenalan terhadap ternak, terutama recording yang terpasang

langsung pada ternak ataupun di dekat ternak seperti ear tag, pengkodean

ternak, penamaan, papan nama, foto, pemberian ciri-ciri pada ternak dalam

jumlah populasi yang besar.

2. Memudahkan dalam melakukan penangan, perawatan maupun pengobatan

pada ternak, berdasarkan catatan-catatan yang dimiliki.

3. Memudahkan manajemen pemeliharaan terutama jika ternak tersebut

membutuhkan perlakuan khusus.

4. Menghindari dan mengurangi kesalahan manajemen pemeliharaan,

pengobatan, pemberian pakan ataupun produksi semen.

5. Memudahkan dalam melakukan seleksi ternak sehingga didapatkan ternak

yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan kesehatan, berat lahir, dll.

6. Menghindari terjadinya inbreeding.

7. Menjadikan pekejaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah usaha

peternakan yang besar.

3.4 Pemeliharaan Semua Catatan Peternakan dan Analisis Minimal Setahun


Sekali
Pemeliharaan semua catatan peternakan pemeliharaan

recording pada sapi perah merupakan pencatatan yang dilakukan

16
oleh peternak untuk mengetahui pendapatan atau pengeluaran yang

lebih jelasnya adalah tingkat keberhasilan atau kegagalan

pemeliharaan sapi perah. Catatan (records) yang lengkap dan

akurat adalah dapat di ibaratkan tulang punggung bagi pengelolaan

suatu usaha ternak perah yang menguntungkan. Denan adanya

recording yang lengkap dalam pengambilan keputusan-keputusan

dapat mengubah usaha ternak perah yang merugi menjadi untung

dan bahkan mengubah usaha yang menguntungkan menjadi jauh

lebih menguntungkan. recording yang lengkap dalam pengambilan

keputusan-keputusan dapat mengubah usaha ternak perah yang

merugi menjadi untung dan bahkan mengubah usaha yang

menguntungkan menjadi jauh lebih menguntungkan.

Syarat-syarat recording usaha ternak perah yang baik adalah

sederhana atau praktis, lengkap, akurat, update, mudah dimengerti

serta memerlukan waktu yang minimum untuk mengerjakannya.

Tanpa recording yang akurat, ternak- ternak produktif akan

dipandang sama posisinya dengan ternak yang jelek produksinya,

paling tidak dalam pikiran si peternak tadi. Dengan demikian

pengadaan recording adalah suatu keharusan dalam suatu usaha

ternak perah yang berorientasi bisnis modern. Salah satu

pentingnya recording adalah menyediakan identitas dari setiap sapi

dalam suatu kelompok. Hal didalamnya yaitu breeding, pemberian

pakan, seleksi, penanganan kebuntingan dan pengafkiran.

Identifikasi dilakukan menggunakan nama atau nomor yang

tergantung kebutuhan ternak. Peternak yang memiliki sapi ras

17
murni perlu mengidentifikasi dengan baik.

Metode-metode identifikasi yaitu dengan memperhatikan syarat :

1) Label Kandang (Barn Nameplates)

2) Ear tattoos yang dibuat dengan membuat lubang kecil menggunakan jarum

khusus di sekitar bagian dalam telinga dengan tinta khusus.

3) Foto dan sketsa, identifikasi dengan foto dan sketsa digunakan untuk sapi

perah dengan warna bulu berbeda seperti guersey dan FH.

4) Cap panas (Hot Brands)

5) Cap Beku (Freeze brands)

6) Ear Tag merupakan bentukidentifikasi yang paling umum digunakan.

7) Plastik ear tag

8) Rantai dan Ikat Leher dengan Label Bernomor (Neck Chains and Straps with

Numbered Tags)

9) Label Pergelangan Kaki dan Ekor (Ankle and Tail Tags)

Pada pemeliharaan pencatatan peternakan ada beberapa

jenisnya yaitu

1) Breeding Record

Catatan perkawinan adalah salah satu sumber informasi yang penting. Catatan

perkawinan harus lengkap dan akurat. Breeding record harus selalu

diperbaharui datanya dan lengkap

2) Milk production record

Informasi dari record produksi ini dapat digunakan untuk dasar atau patokan

dalam alokasikan pemberian konsentrat bagi masing-masing sapi sesuai

tingkat produksinya, mengevaluasi performans masing-masing sapi

berdasarkan produksi harian atau bulanan, menentukan sapi yang akan diafkir

18
dan menseleksi sapi pengganti (replacement heifers).

3) Recording pakan

Digunakan untuk mengetahui berapa banyak pakan yang harus diberikan

sesuai dengan umur dan kebutuhan. Daftar ini harus diisi sesuai dengan

jumlah produksi susu masing-masing ternak perah.

4) Health records

Kesehatan ternak perah sangat penting untuk produksi dan kualitas yang

dihasilkan maka sangat penting adanya health records ini, observasi harian

harus dilakukan terhadap kondisi kesehatansetiap ekor sapi.

5) Recording latar belakang dan silsilah ternak perah

Lembaran latar belakang atau sejarah diisi dengan beberapa informasi tentang

kehidupan seekor ternak perah antara lain, nama, nomor, performan, penyakit

yang diderita atau pernah dialami dan alasan pengafkirannya atau penyebab

kematiannya. Sedangkan lembaran silsilah diisi dengan data tentang silsilah

seekor ternak perah.

6) Catatan Anak (Calf Register)

Bagi setiap anak ternak perah yang lahir harus dibuatkan catatan tentang

nomor tatonya, hari dan tanggal lahir, jenis kelamin, berat lahir dan lain- lain.

7) Catatan Keuangan (Financial Record)

Dalam suatu usaha ternak perah maka catatan keuangan seperti cash book,

stock book dan lain-lain merupakan catatan paling bernilai untuk mengetahui

untung-rugi yang dialami suatu usaha ternak perah komersil

19
Analisis :

a) Produksi susu tertinggi berturut-turut pada sapi 803, 263, dan 119.

b) Sapi 263 memiliki nilai reproduksi lebih baik karena nilai S/C 1 dan lama

kosong 38 hari. Angka ini menandakan sapi kosong 38 hari dari sejak beranak

terakhir sampai kawin yang menghasilkan kebuntingan dimana dengan nilai

S/C satu menandakan sapi hanya dikawinkan 1 kali untuk menghasilkan

kebuntingan.

c) Dalam diagram reproduksi sapi perah lama kering merupakan selisih dari lama

laktasi dan selang beranak, begitupun dengan lama kosong yang meupakan
selisih dari selang beranak dan lama bunting.

d) Lama laktasi paling optimal adalah pada 305 hari. Lama laktasi 305 hari

merupakan angka standarisasi produksi susu 305d 2x ME. Semakin lama

waktu laktasi maka semakin banyak susu yang dihasilkan. Sapi 803, 263, dan

119 memiliki nilai produksi paling baik.

e) Sapi dewasa 25% lebih tinggi produksi susunya dibandingkan sapi umur dua

tahun (laktasi 1) 5% karena pertambahan bobot badan dan 20% karena

perkembangan ambingnya. Namun sapi dewasa 249 dan 299 memiliki produksi

susu yang rendah. Hal ini dapat terjadi karena gangguan kesehatan ambing atau

20
sistem reproduksinya yang dapat disebabkan oleh faktor infeksi, defisiensi zat

makanan, gangguan hormon, dan kecelakaan ternak.

f) Pejantan 0356 merupakan bibit unggul dibuktikan dengan hasil produksi anak

yaitu sapi 803, 263, dan 119 yang menduduki ranking produksi tertinggi.

Analisis:

Sapi produktif (betina 2-7 tahun) ; non produktif (pedet betina, pedet jantan dan

betina 1 tahun)

- 2016 : 120 ekor : 91 ekor

- 2017 : 130 ekor : 97 ekor

- 2018 : 140 ekor : 105 ekor

- 2019 : 145 ekor : 109 ekor

Sampai pada tahun 2019 rasio sapi produktif masih rendah yaitu 57% dimana

rasio ideal sapi produktif dan non produktif adalam 70 : 30.

21
IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Pendataan dan pemeliharaan catatan perkawinan yang lengkap dan akurat

sangat diperlukan untuk menentukan kapan perkawinan dilakukan agar

sapi dapat melahirkan sekali setahun, memberikan periode istrahat yang

cukup bagi seekor sapi setiap satu periode laktasi dan menentukan kapan

pemberian konsentrat dimulai sebelum laktasi berikutnya.

 Identifikasi dan pengenalan seluruh ternak berupa pemberian nomor pada

ternak disertai kartu identitas yang mencatat semua informasi tentang

nomor atau nama ternak, nomor registerasi, tanggal lahir, jenis kelamin,

tingkat kemurnian bangsa, nomor/nama bapak dan induk beserta asalnya,

nama pemilik dengan alamatnya.

 Analisis dan penggunaan catatan produksi meliputi jumlah populasi,

jumlah pemberian pakan, jumlah produksi harian yang dihasilkan, tenaga

kerja yang dibutuhkan, tingkat kematian (mortalitas) ternak yang

dipelihara, penyakit yang menyerang, riwayat kesehatan (medical

record), obat yang dibutuhkan, vaksinasi yang dibutuhkan dan masih

banyak lainnya.

 Pemeliharaan semua catatan peternakan dilakukan oleh peternak untuk

mengetahui pendapatan atau pengeluaran yang lebih jelasnya adalah

tingkat keberhasilan atau kegagalan pemeliharaan sapi perah.

4.2 Saran

Pencatatan dalam usaha peternakan sapi perah perlu

22
dilakukan secara konsisten dan teliti guna mengetahui keberhasilan

usaha tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2002. Standarisasi Mutu Bibit Ternak Sapi
Perah. Proyek Pembibitan Ternak Sapi Perah, Sapi Potong, Domba,
Unggas, dan hewan Kesayangan di Masyarakat Jawa Barat. Kerjasama
antara Dinas Peternakan Jawa Barat dengan Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran, Bandung. hlm 20-36.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT


Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Hutauruk, E. R D. 2007. Laporan Praktek Kerja Lapangan Manajemen Recording


pada Ternak Babi di PT Allegrindo Nusantara Kabupaten Simalungun
Propinsi Sumatera Utara. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Indrijani, H. 2008. Penggunaan Catatan Produksi Susu 305 Hari dan Catatan
Produksi Susu Test Day (Hari Uji) untuk Menduga Nilai Pemuliaan
Produksi Susu Sapi Perah. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas
Padjadjaran. Bandung.

Makin, M. 2011. Tatalaksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu, Yogyakarta.


hlm 9.

Nasution, A. 1992. Panduan Berfikir dan Meneliti Secara Ilmiah. PT Gramedia


Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Pallawarukka. 2009. Identifikasi Dengan Metode Penandaan. Universitas


Brawijaya. Malang.

Soetarno, T. 2003. Manajemen Budidaya Ternak Perah. Fakultas Peternakan.


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tazkia, R, dan A. Anggraeni. 2009. Pattern and estimation of growth curve for
Friesian Holstein Cattle in Eastern Area of KPSBU Lembang. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

23
LAMPIRAN

Pembagian Tugas :

NPM Nama Tugas

200110180135 Annida Iqlima Bab 2

200110180254 Puspa Asih Lestari Bab 4, Daftar Isi, Editor

200110180276 Nabila Pia Benedicta Pembahasan 1 dan 2

200110180295 Krusita Fadia Nurhaya Kata Pengantar dan Bab 1

200110180298 Hadita Hegat Athina Power Point

200110180302 Primma Grataprawira Pembahasan 3 dan 4

24

Anda mungkin juga menyukai