Anda di halaman 1dari 15

Modul Ilmu Produksi Unggas

MODUL 8.
EVALUASI PENGGUNAAN MAKANAN
PENDAHULUAN
Tujuan usaha peternakan babi adalah untuk memperoleh pertumbuhan yang tinggi
menghasilkan karkas dengan perbandingan jumlah daging yang banyak. Semuanya itu
dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas makanan yang diberikan selama pemeliharaan.
Makanan kualitas rendah akan menghasilkan pertumbuhan yang rendah dan konversi
makanan yang tinggi. Artinya walaupun ternak mengkonsumsi makanan dalam jumlah
besar namun menghasilkan pertambahan bobot badan yang rendah, yang hal ini
dipengaruhi oleh kualitas makanan yang rendah. Selanjutnya apabila dilakukan
suplementasi zat nutrisi tertentu untuk memperbaiki kualitas makanan, maka diharapkan
dapat memperbaiki penampilan ternak baik dalam perproduksi maupun berreproduksi.
Pada ayam ras. standar produksi pada ayam ras biasanya diberikan oleh
perusahaan pembibitan (breeding farm) dalam bentuk brosur atau leaflet sebagai ukuran
baik buruknya pengelolaan ayam ras tersebut. Ukuran yang menjadi patokan adalah nilai
yang dapat dicapai jika pengelolaannya baik. Sebagian peternak kecil di Indonesia
memulai usahanya tanpa pertimbangan yang matang hanya ikut-ikutan belum mengetahui
kegunaan mengetahui standar produksi ayam ras yang sebenarnya Berbada dengan itik
dan babi, keberadaan ternak itik dan babi di Indonesia belum dilengkapi dengan prosedur
pemilihan bibit yang benar dengan melakukan uji penampilan atau performans
Dalam modul ini akan dipelajari tentang ukuran- ukuran produksi ayam broiler
ayam petelur, itik dan babi sehingga dapat menjadi pedoman apakah produksi yang ada
sudah sesuai dengan standar-standar produksi yang dikeluarkan perusahaan pembibitan .
Setelah mempelajari modul ini , anda diharapkan dapat meningkatkan wawasan
untuk lebih peka dalam mengamati produksi baik berupa daging maupun telur, apakah
produksi sudah optimal atau tidak dibandingkan dengan standar produksi yang
dikeluarkan oleh breeding farm
Setelah mempelajari modul ini anda dapat ;
(1) menjelaskan arti ukuran produksi bagi unggas dan babi
(2) mengevaluasi program pemberian pakan babi unggas dan babi
Uraian modul ini memberikan pengertian tentang :
a. Standar dan pengukuran produksi pada ayam broiler
b. Standar dan pengukuran produksi pada ayam petelu

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 133


Modul Ilmu Produksi Unggas

PENYAJIAN
Kegiatan Belajar 1.
Uraian
Dalam modul ini akan diuraikan secara umum ukuran-ukuran produksi yang akan
membantu dalam mengetahui apakah ayam pedaging atau ayam petelur yang kita
pelihara sudah mencapai produksi yang optimal

8.1 EVALUASI PRODUKSI PADA AYAM BROILER


Ukuran produksi pada ayam broiler sering dinyatakan sebagai pertambahan bobot
badan, konversi ransum dan karkas
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi performans ayam broiler selain faktor
nutrisi adalah karena perbedaan ketinggian atau suhu liungkungan sekitar kandang, status
penyakit disuatu wilayah yang menyebabkan mortalitas tinggi. Sebagai patokan standar
produksi ayam broiler dapat dilihat pada tabel di bawah

Tabel 8.1 . Standar Galur Broiler


Jantan betina berbaur
Umur BB rata2 (g) Konversi Pakan
Per mgg (gr) Kumulatif(gr)
1 146 0,91 133 133
2 360 1,15 282 415
3 652 1,35 467 880
4 1025 1,52 673 1556
5 1460 1,65 849 2402
6 1915 1,81 1071 3471
7 2362 1,97 1181 4654
8 2792 2,13 1299 5923
9 3167 2,30 1412 7364
Sumber Amrrullah (2003)
Pada Tabel 9.1, dapat dijadikan patokan bahwa ransum yang diberikan mempunyai
kualitas baik dengan pertambahan berat badan yang baik pula dengan melihat angka
konversi ransumnya misalnya ransum yang dikonsumsi seekor ayam pedaging dalam
waktu 9 minggu sekitar 7364 gram dengan berat badan sebesar 3167 gram maka besarnya

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 134


Modul Ilmu Produksi Unggas

konversi ransum 7364/3167=2,3 artinya untuk menghasilkan 1 kilogram berat badan


membutuhkan ransum sebesar 2,3 kilogram. Semakin kecil angka konversi ransumnya,
ransum dikatakan mempunyai kualitas baik.
Konversi ransum mencerminkan keberhasilan dari usaha memilih atau menyusun
ransum yang berkualitas. Beberapa faktor yang mempengaruhi angkan konversi ransum
antara lain:
1. kualitas ransum
2. tatalaksana pemberian ransum
3. starin/galur ayam
Ayam yang mengkonsumsi ransum sudah cukup banyak bukanlah jaminan bahwa
pertumbuhannya akan baik. Banyak faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum antara
lain kualitas dari bahna-bahan yang digunakan dalam menyusun ransum. Ransum yang
baik adalah ransum yang mengandung zat-zat makanan sesuai dengan kebutuhan zat-zat
makanan baik untuk produksi maupun hidup pokok dan juga ransum tersebut disukai oleh
ayam.
Di Indonesia sampai saat ini terdapat banyak perusahaan pembibitan dan strain-
strain ayam (lihat Bab 1). Karena banyaknya strain yang beredar agak sulit menentukan
strain yang terbaik agar secara ekonomis menguntungkan. Pengalaman peternak yang
sudah pernah memelihara strain tertentu dapat menjadi acuan dalam memilih strain yang
akan dipelihara dan dipadukan dengan leafleta atau brosur yang dikeluarkan perusahaan
pembibit
Tata laksana pemberian ransum mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilai
konversi ransum misalnya jika tidak semua ransum yang diberikan dapat dikonsumsi
karena terbuang. Pengisian ransum kkedalam tempat makanan mempunyai pengaruh
terhadap besar kecilnya ransum yang terbuang. Bila tempat ransumnya penuh maka
ransum yang terbuang mencapai 20 persen, , pengisian dua pertiga ransum yang terbuang
10 persen, pengisian setengah ransum yang terbuang 3 persen. Disamping itu bentuk
ransum yang dikonsumsi mempengaruhi konsumsi. Ransum yang terlalu halus dapat
menyebabkan kelainan bentuk paruh dan akibatnya dapat memperlambat pertumbuhan .
Jika ransum terlalu halus dan ayam itu minum air maka akan membentuk pasta pada paruh
dan lengket diparuh yang mengakibatkan ayam akan sibuk melepaskan pasta tersebut
dengan menggosokkan pada benda keras. Kesibukkannya itu akan mmengurangai
kesempatan untuk mengkonsumsi dan paruh menjadi rusak.

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 135


Modul Ilmu Produksi Unggas

Menurut SNI 2897 2008. Karkas adalah bagian dari tubuh ayam setelah dilakukan
penyembelihan secara halal dicabuti bulunya. dikeluarkan jeroan, paru-paru, ginjal tanpa
kepala, leher, serta kedua kakinya
Berdasarkan penanganannya karkas dapat berupa karkas segar, dingin atau beku
• Karkas segar adalah karkas yang diperoleh tidak lebih dari 4 jam setelah proses
pemotongan dan tidak mengalamiperlakuan lebih lanjut
• Karkas segar dingin. Karkas segar yang telah didinginkan setelah proses
pemotongan sehingga temperatur bagian dalam daging (internal temperature)
minimum 120C
• Karkas Beku adalah karkas segar yang telah mengalami pembeluan dalam blast
freezer dengan temperatur bagian dalam daging antara 00 dan 40 C

• Tabel 8.2..Fisik Karkas

No Faktor mutu Mutu 1 Mutu 2 Mutu 3

1 Konformasi Sempurna Ada sedikit Ada kelainan pada


kelainan pd tl tulang dada dan
dada atau paha paha

2 Perdagingan tebal sedang tipis

3 Keutuhan utuh Tulang utuh, Tulang ada yg


kulit sobek patah, ujung sayap
sedikit ttp tdk pd terlepas pada kulit
bagian dada ada kulit yang
sobek pd bagian
dada

4 Perubahan Bebas dari Ada memar Ada memar pd


warna memar atau sedikit tetp tdk bagian dada
freeze bum pd bag. dada

5 Kebersihan Bebasdari Ada sedkit bulu Ada bulu tunas


bulu tunas tunas tp tdk pd
(pin feather) bag. dada

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 136


Modul Ilmu Produksi Unggas

Tabel 8.3. Syarat Mutu Mikrobiologis Karkas Ayam


No Jenis Satuan Persyratan

0
1 Total Plate Count Cfu/g Maximum 1x10

2
2 Coliform Cfu/g Maximum 1x10

0
3 Staphylococcus aurcus Cfu/g Maximum 1x10

4 Salmonela sp Per 25 g Negatif

1
5 Eschechie coli Cfu/g Maximum 1x10

6 Campylobacter sp Per 25 g Negatif

9.2. EVALUASI PRODUKSI PADA LAYER


Standar produksi pada layer biasanya diberikan pada perusahaan pembibitan
anak ayam. Tapi standar itu dapat berbau promosi. Untuk menghindarkan
subyektivita,biasanya badan resmi pemerintah yang menguji potensi ayam petelur atau
pedaging melalui uji contoh acak (random Sample rest) yang dilaksanakan secara
periodik. Hasilnya disebarluaskan pada masyarakat. Calaon peternak cukup mengunjungai
dinas peternakan untuk mendapatkan informasi dan memperoleh informasi dan pedoman
memelihara galur tertentu pada daerah tertentu.
Tabel 8.4.. Standar Produksi Ayam Petelur komersial Jenis Ringan Dan Medium
Minggu North dan Bell (1990) Hy-line Brown(2000)
Produksi PPH PPA Kumulatif PPH Mortalitas) Kumulatif
(%) (%) (butir) (%) (butir)
21 10,0 10,0 0,7 51 0,2 5,9
22 23,0 22,9 2,3 76 0,3 11,2
23 40,0 39,8 5,1 89 0,3 17,4
24 60,0 59,5 9,3 93 0,4 23,9
25 76,5 75,7 14,6 94 0,4 30,4

26 84,5 83,5 20,4 94 0,5 37,0


27 87,0 85,8 26,4 95 0,5 43,6
28 89,5 88,1 32,6 95 0,6 50,2
29 91,2 89,6 38,8 94 0,6 56,7

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 137


Modul Ilmu Produksi Unggas

Minggu North dan Bell (1990) Hy-line Brown(2000)


Produksi PPH PPA Kumulatif PPH Mortalitas) Kumulatif
(%) (%) (butir) (%) (butir)
30 92,5 90,7 45,2 94 0,7 63.3

31 92,0 90,0 51,5 94 0,7 69,8


32 91,5 83,3 57,7 94 0,8 76,4
33 91,0 88,6 63,9 94 0,8 82,9
34 90,5 88,0 70,1 94 0,9 89,4
35 90,0 87,3 76,2 94 0,9 95,9

36 89,5 86,7 82,3 93 1,0 102,4


37 89,0 86,0 88,3 93 1,0 108,8
38 88,5 85,4 94,3 93 1,1 115,3
39 88,0 84,7 100,2 93 1,1 121,7
40 87,5 84,1 106,1 92 1,2 128,1

41 87,0 83,4 111,9 92 1,2 134,4


42 86,5 82,8 117,7 91 1,3 140,7
43 86,0 82,1 123,5 91 1,4 147,0
44 85,5 81,5 129,2 90 1,4 153,2
45 85,0 80,9 134,8 90 1,5 159,4

46 85,5 80,2 140,4 89 1,5 165,5


47 84,0 79,6 146,0 89 1,6 171,7
48 83,5 78,9 151,5 88 1,7 177,7
49 83,0 78,3 157,0 87 1,7 183,7
50 82,5 77,7 162,5 87 1,8 189,7

51 82,0 77,1 167,9 87 1,8 195,7


52 81,5 76,4 173,2 86 1,9 201,6
53 81,0 75,8 178,5 86 2.0 207,5
54 80,5 75,2 183,8 85 2,0 213,3
55 80,0 74,6 189,0 85 2,1 219,1

56 79,5 74,0 194,2 84 2,2 224,9


57 79,0 73,3 199.3 83 2,2 230,6
58 78,5 72,7 204,4 83 2,3 236,2
59 78,0 72,1 209,4 83 2,4 241,9
60 77,5 71,5 214,4 82 2,5 247,5

61 77,0 70,9 219,4 81 2,6 253,0


62 76,5 70,3 224,3 81 2,6 258,6
63 76,0 69,7 229,2 80 2,7 264,0
64 75,5 69,1 234,1 79 2,8 269,4
65 75,0 68,5 238,9 78 2,9 274,7

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 138


Modul Ilmu Produksi Unggas

Minggu North dan Bell (1990) Hy-line Brown(2000)


Produksi PPH PPA Kumulatif PPH Mortalitas) Kumulatif
(%) (%) (butir) (%) (butir)
66 74,5 67,9 243,6 77 3,0 279,9
67 74,0 67,4 248,3 77 3,1 285,1
68 73,5 66,8 253,0 76 3,2 290,3
69 73,0 66,2 257,6 76 3,3 295,4
70 72,5 65,6 262,2 75 3,5 300,5

71 72,0 65,0 266,8 74 3,6 305,5


72 71,5 64,4 271,3 73 3,7 310,4
73 71,0 63,9 275,8 72 3,8 315,3
74 70,5 63,3 280,2 71 4,0 320,0
75 70,0 62,7 284,6

76 69,5 62,1 288,9


Butir telur/thn 305,8 288,9 288,9
Rata-rata % 78,0 73,7 84,0

Sumber Amrullah (2003)

Standar produksi telur dari minggu ke minggu akan banyak menolong dalam
melakukan kontrol terhadap produksi . Ayam mulai betrelur pada umur 5 bulan. Produksi
mulai dicatat pada produksi mulai 5 persen. Prosentase akan meningkat terus dan setelah
2 bulan mulai produksi akan dicapai puncak produksi untuk kemudian perlahan-lahan
mulai berkurang. Ayam yang bertelur terlalu berarti dewasa kelamin dini dan saluran
reproduksinya belum sempurna sehingga kualitas telur rendah sepereti telur kecil dan
mudah pecah. Bertelur terlalu cepat atau dewasa kelamin dini dapat diakibatkan karena
kecendrunggan ayam untuk mengkonsumsi melebihi kebutuhan sehingga perkembangan
pertambahan bobot badan terlalu cepat dan perkembangan organ kelamin lambat.
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan beberapa jalan yaitu
1. pembatasan kandungan nutrisi bahan makanan dengan jalan menurunkan
kandungan protein dan energinya
2. pembatasan waktu pemberian makanan, dengan cara diberikan selang sehari
3. pembatasan jumlah pemberian

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 139


Modul Ilmu Produksi Unggas

Evaluasi produksi telur unggas biasanya dinyatakan dalam dua cara yaitu :
1. Produksi Telur harian- Hen day egg production yaitu ukuran produkktivitasdari
ayam petelur yang hidup setiap hari dengan rumus :
Jumlah produksi telur(butir)
------------------------------------- x 100 = % PPH
Jumlah petelur yang ada
Contoh : ada 100 ekor petelur yang berproduksi 75 butir pada hari tertentu.
Persentase PPH nya adalah 75 %
2. Produksi Petelur awal. Hen Hause Egg Production yaitu ukuran produktivitas yang
diukur bedasarkan jumlah petelur pada saat mulai bertelur. Rumusnya adalah
Jumlah produksi telur (butir)
_______________________ x 100 = % PPA
Jumlah petelur awal
Contoh : 1200 ekor petelur dipindahkan pada saat awal periode produksi. Hari ini
ayam bertekur sebanyak 750 butir makanpersentase PPA adalah 62,5 %

9.3. EVALUASI PRODUKSI PADA BABI


Babi belum mempunyai standar baku yang berlaku secara nasional pada
performansnya seperti pada ayam ras diatas
Evaluasi konsumsi ransum bertujuan untuk seberapa banyak rasnsum yang
dikonsumsi oleh ternak percobaan yang diberi makanan perlakukan. Konsumsi ransum ini
dapat diukur dengan menimbang ransum yang diberikan dikurangi ransum sisa per satuan
waktu pengukuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya konsumsi ransum adalah : bangsa babi,
sex, umur, lingkungan (suhu, kelembaban, kenyamanan) atau stress lain, kualitas makanan,
penyakit tertentu.

9.3.1.Pertambahan bobot badan


Pengukuran pertambahan bobot badan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh makanan yang diberikan terhadap pertumbuhan ternak. Pertambahan bobot badan
dapat dilakukan penimbangan umumnya setiap minggu atau awal perlakukan dan akhir
perlakukan makanan tersebut. Jadi pertambahan bobot badan didapat dengan mengurangi
bobot akhir dengan bobot awal per satuan waktu pengukuran.

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 140


Modul Ilmu Produksi Unggas

9.3.2. Konversi pakan (feed/gain)


Konversi pakan dihitung untuk mengetahui seberapa banyak makanan yang
dihabiskan ternak untuk menghasilkan pertambahan bobot badan dalam satuan waktu yang
sama.
9.3.3. Efisiensi pakan (gain/feed)
Efisiensi pakan dihitung dengan membagi pertambahan bobot badan dengan jumlah
makanan yang dimakan dalam satuan waktu yang sama dikalikan 100%
9.3.4.Ukuran linear tubuh
- Panjang badan : jarak lurus dari tepi depan sendi bahu sampai ke tepi belakang
bungkul tulang duduk
- Tinggi pundak : jarak tertinggi pundak sampai ke tanah secara tegak lurus.
- Lingkar dada : keliling dada tepat di belakang bahu.
9.3.5. Kadar glukosa darah
Untuk mengetahui pengaruh makanan terhadap keadaan darah ternak dapat diukur
dengan mengambil darah ternak percobaan untuk dianalisis salah satunya kandungan / kadar
glukosa-nya. Caranya adalah darah diambil sebanyak 5 ml pada bagian vena jugularis
dengan menggunakan tabung vakum vena-jet, kemudian dimasukkan ke dalam termos berisi
es untuk kemudian dibawa ke laboratorium.
Pengambilan sample darah dapat dilakukan setiap minggu atau 2 minggu, setelah 2
jam diberi pakan (Min et al.1997 dan Johnson, 1999) dalam Aryanta (2002).
9.3.6. Tebal lemak punggung
Tebal lemak punggung diukur pada lemak di tiga tempat yaitu pada tulang rusuk
pertama, tulang rusuk terakhir dan pada tulang punggung terakhir dengan satuan cm.
Pengukuran tebal lemak punggung dapat dilakukan dengan menggunakan alat B-mode
ultrasound backfat “Speck test”. Pengukuran dengan alat ini tanpa melukai ternak.
Sedangkan apabila alat tersebut tidak ada, pengukuran tebal lemak punggung dapat
dilakukan dengan membuat alat seperti pisau lengkap dengan ukuran (cm) yang ditusukkan
pada tempat tadi yang sebelumnya punggung ditoreh agar memasukkan alatnya lebih
mudah. Pengukuran tebal lemak punggung juga dapat dilakukan setelah babi dipotong
menjadi karkas, sehingga pengukuran dapat dilakukan lebih mudah.
Masyarakat pada umumnya tidak menyukai dagung yang banyak mengandung lemak.
Semakin tipis lemak punggung babi maka semakin baik daging yang didapatkan
9.3.7. Bobot dan persentase karkas
Bobot karkas diperoleh dengan menimbang bagian tubuh babi setelah dipotong, dikeluarkan
darahnya, dihilangkan rambut, kepala, organ-organ tubuh bagian dalam dan kaki bagian

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 141


Modul Ilmu Produksi Unggas

bawah (kg/ekor). Persentase karkas diperoleh dengan menghitung bobot karkas terhadap
bobot potong (%)
9.3.8. Bobot dan persentase daging, tulang dan lemak.
Untuk memisahkan komponen karkas, pemotongan karkas pada dasarnya menurut
Pond dan Maner (1984). Sedangkan untuk memisahkan antara daging, tulang dan lemak
dilakukan menurut prosedur Supnet (1980) dalam Suryani (2002)
Bobot daging, diperoleh dengan menimbang semua daging dari karkas (kg/ekor),
sedangkan persentasenya diperoleh dengan menghitung berdasarkan bobot karkas (%).
Demikian juga halnya dengan perhitungan bobot persentase tulang maupun lemak. Lemak
yang ditimbang adalah lemak dibawah kulit dan lemak abdominal.
9.3.9 Luas daging mata rusuk
Luas daging mata rusuk diukur dengan cara memotong melintang daging loin pada
tulang rusuk terakhir (Goodwin, 1973), digambar di atas plastik transparan yang
ditempelkan pada daging loin tersebut. Kemudian gambar dipindahkan ke kertas millimeter
blok, untuk dihitung luasnya (cm2).
9.3.10 Income Over Feed Cost (IOFC)
Tujuan dari perhitungan IOFC adalah untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh
dalam pemeliharaan ternak yang dapat dihitung dengan cara harga jual babi siap potong
dikalikan dengan pertambahan bobot badan dikurangi hasil kali jumlah konsumsi pakan
dengan harga pakan.
9.3.11 Kecernaan zat-zat makanan
Bagian makanan yang hilang dalam proses pencernaan yang tidak diekskresikan
dalam feses disebut kecernaan atau daya cerna (digestibility). Kecernaan biasanya
dinyatakan dalam bahan kering, dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut
“koefisien cerna”. Jadi rumus umum untuk.

Kecernaan = I – F
I (Intake) = zat-zat makanan yang dimakan
F (feses) = zat makanan yang ada dalam feses

I - F
Koefisien cerna = -------- x 100%
I

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 142


Modul Ilmu Produksi Unggas

9.4. EVALUASI REPRODUKSI BABI


9.4.1. Banyak anak yang lahir/litter size
Pengukuran banyak anak yang lahir biasanya untuk mengevaluasi prestasi induk setelah
diberi perlakuan makanan tertentu yang ingin diketahui pengaruhnya terhadap jumlah anak
yang dilahirkan oleh induk babi tersebut.
Pada umunya sekali beranak babi menghasilkan anak 10- 12 ekor, bahkan kadang dijumpai
hingga 16 ekor anak babi. Untuk mendapatkan jumlah kelahiran yang tinggi harus
ditelusuri benar silsilah orang tuanya. Kalau tetuanya memiliki anak banyak harapannya
adalah anak tersebut mampu menghasilkan keturunan yang banyak pula

9.4.2.Bobot lahir
Yang dimaksud dengan bobot lahir adalah bobot anak babi segera setelah lahir dengan
penimbangan per ekor, setelah anak babi dibersihkan dari selaput, lender placenta.
Pengukuran bobot lahir, dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian makanan atau
manipulasi makanan terhadap prestasi induk sehingga dapat menghasilkan anak dengan
bobot yang tinggi.

9.4.3Jumlah dan bobot anak lepas sapih


Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui prestasi induk atau kemampuan anak
untuk mempertahankan hidup dengan pencapaian bobot hidup yang tinggi. Perlakuan
makanan dapat dilakukan pada induk ataupun diberikan langsung pada anak, seperti contoh
pemberian makanan tambahan untuk anak, disamping makanan dari air susu induk.
Makanan tambahan ini disebut ‘Creep feed’.
Latihan 1
Minggu BB rata2 (g) Pakan
Kumulatif(gr)
1 148 133
2 365 415
3 652 880
4 1032 1556
5 1458 2402

Hitunglah berapa konversi ransumnya, apakah nilai konversinya sudah optimal?


bandingkan hasilnya dengan tabel

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 143


Modul Ilmu Produksi Unggas

TEST FORMATIF
1.Konversi ransum merupakan ukuran keberhasilan dari :
a. program pemberian pakan
b. program pencahayaan yang benar
c. program seleksi yang baik
d. program moulting yang berhasil
2. Beberapa ukuran yang menunjukkan keberhasilan dari pemeliharaan ayam petelur
kecuali :
a. Hen day Production
b.Peremajaan ayam petelur
c. Hen Hause Production
d konversi ransum
3. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pemeliharaan ayam
pedaging kecuali:
a.Bibit
b.Tata laksana pemeliharaan
c. moulting.
d.penyakit
4.Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan ayam petelur kecuali :
a. tata laksana pmemeliharaan
b. fattening
c.program moulting
d. penyakit
5. Beberapa alasan menunda ayam dewasa kelamin terlalu cepat kecuali :
a. agar telurnya besar
b.agar saluran reproduksi berkembang secara sempurna
c.agar kerabang telur tidak mudah pecah
d. agar kolesterol rendah
6. Beberapa teknik untuk menunda dewas kelamin pada ayam petelur adalah
a. pembatasan jumlah pakan
b. pembatasan sinar
c. penurunan kandungan nutrisi pakan
d. semau benar

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 144


Modul Ilmu Produksi Unggas

7. Program forced moulting dapat dilakukan denga cara :


a. pempatasan pakan
b. pembatasan air dan sinar
c, pemberian seng oksida
d.Semua benar
8. Untuk menentukan apakah babi memiliki perdagingan yang baik dapat dilihat dari
a. bobot karkas
b. persentase karkas
c. konversi ransum
d. Tebal lemak punggung
9.Untuk menentukan keuntunganyang diperoleh dari usaha ternak unggas atau babi adalah
a. IOFC
b. IFCO
c. koversi ransum
d. litter size
10. Untuk mengukur jumlah kelahiran anak babi per kelahiran
a. IOFC
b. IFCO
c. koversi ransum
d. litter size

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawabab test formatif yang terdapat pada bagian
akhir dari modul i ni dan hitunglah berapa jawaban anda yang benar
Rumus :
Jumlah jawaban yang benar
Tingkat Penguasaan = _________________________________ x 100 %
10

Arti tingkat penguasaan yang anda capai :


90- 100 % = baik sekali
80- 89 % = baik
70 - 79 % = sedang
-69 % = kurang

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 145


Modul Ilmu Produksi Unggas

Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 89 % keatas, anda dapat melanjutkan


dengan kegiatan belajar . Bagus, tetapi kalau tingkat penguasaan anda masih dibawah 80
%, anda harus mempelajari kegiatan belajar 1 terutama bagian yang anda belum kuasai

DAFTAR PUSTAKA
AAK,(1976), Pemeliharaan Ayam Ras. Penerbit Kanisius Jakarta
Amrullah.(2003). Nutrisi . AyamPetelur. Lembaga Satu Gunung Budi Bogor
Amrullah,(2004) Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi Bogor
Aryanta, I M S. 2002. Pengaruh Tingkat Penambahan Chromium dalam Pakan terhadap
Performan, Kadar Gula Darah dan Tebal Lemak Punggung Babi Jantan Landrace
Growing Finishing. Tesis. Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Pollung M.s 2006. Uji Performans.Tentukan potensi Bibit. Trobos. Edisi no 86. ,PT
Permata Wacana Lestari
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Institut Pertanian Bogor. Gajah mada
University Press. Yogyakarta.
Suprijatna,E. Umiyati Atmomarsono.,Ruhyat Karta Sujana. (2002). Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya Jakarta
Suryani, N.N. 2002. Pengaruh Tingkat Penambahan Chromium dalam Pakan terhadap
Efisiensi Pakan, Komponen Karkas dan Luas Daging Mata Rusuk Babi Jantan
Landrace Growing Finishing. Tesis. Pascasarjana Universitas Brawijaya.
Widjaja, H, (2000). Tekhnik Perontokan Bulu Pada Ayam. Poultry Indonesia edisi
Yasin,S.,Budi Indarsih (2000)Seluk Beluk Petrnakan. Sebuah Bunga Rampai. Anugrah
Karya.Jakar
Goodwin, D.H. 1973. Pig management and Production. A Practical Guide for farmers
and students. Lecturer In Animal Husbandry Oglucestershire College of
Agriculture Hutchinson Educational.

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 146


Modul Ilmu Produksi Unggas

SENARAI
Hen day production : ukuran ukuran produktivitas yang diukur bedasarkan
jumlah petelur pada saat mulai bertelursdari ayam petelur
yang hidup setiap hari
Hen House production : ukuran produktivitas yang diukur bedasarkan jumlah
petelur pada saat mulai bertelur
Income Over Feed Cost untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dalam
(IOFC) pemeliharaan ternak
Konversi ransum : suatu ukuran keberhasilan program pemberian pakan
yaitu hasil bagi dari konsumsi ransum dengan
pertambahan berat badan
Moulting : suatu fenomena fisiologis yang normal dimana ayam
melepaskan bulunya
Tebal Lemak punggung Suatu ukuran performans babi yang menunjukkan tebal
tipisnya lemak pungung. Makin tipis berarti makin baik

Ilmu Nutrisi Unggas dan Non Ruminansia 147

Anda mungkin juga menyukai