Anda di halaman 1dari 4

Manajemen Pakan

Ayam broiler sangat peka dengan perubahan kualitas pakan terutama pada kadar
protein, pemberian kualitas pakan yang rendah dapat mempengaruhi laju pertumbuhan,
akibatnya bobot akhirnya tidak mencapai target. Dengan kualitas pakan yang bermutu akan
mempengaruhi laju pertumbuhan bobot ayam dan dapat di produksi secara maksimal.
Pada masa pertumbuhan, ayam broiler harus mengkonsumsi ransum yang banyak
mengandung protein, zat ini berfungsi sebagai pembangun, pengganti sel yang rusak dan
berguna untuk pembentukan telur. Kebutuhan protein perhari ayam sedang bertumbuh
menjadi tiga bentuk yaitu protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan, protein
untuk hidup pokok dan protein untuk pertumbuhan bulu (Wahyu, 2004)

3.1 Pemberian Ransum


Ransum sangatlah penting dalam usaha peternakan broiler dengan biaya produksi
paling tinggi yaitu sekitar 65-70%. Ransum yang diberikan pada broiler harus disesuaikan
dengan kebutuhan pertumbuhan agar ransum yang akan diberikan dapat bermanfaat tinggi
untuk pertumbuhan ayam. Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) Pakan label broiler
Breeder Growing (BBG) tersusun atas jagung, dedak, gluten jagung, pollard, bungkil kedelai,
bungkil kacang tanah, bungkil biji-biian, tepung ikan, tepung daging, tepung tulang, calcium
fosfat, methionine, lysin, minyak, vitamin dan mineral. Ransum fase grower untuk ayam
pembibit pedaging mengandung energi metabolism 2.900 kkal/kg dengan protein 15%, selain
itu harus memperhatikan keseimbangan kandungan pakan dengan asam-asam aminonya.
Pada fase grower, laju pertumbuhan ayam broiler akan menurun. Oleh karena itu
diperlukan penurunan protein dalam ransum sekitar 15 - 20%, sedangkan energi ransum
sekitar 2900 – 3200 kkal/kg. Bentuk ransum yang biasa diberikan pada broiler adalah pellet,
crumble, atau mash. Menurut Fadilah (2004) Efesiensinya pakan dinyatan dalam perhitungan
FCR (feed convertion ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan
dibagi total bobot ayam yang dipanen.
Pergantian pakan dari ransum starter ke ransum grower lebih baik tidak langsung
dilakukan, bisa dilakukan dengan cara bertahap. Pada hari pertama diberi ransum starter 75%
ditambah ransum grower 25%, pada hari selanjutnya diberikan pakan dengan jumlah
sebaliknya yaitu ransum grower 75% dan ransum starter 25%, untuk hari berikutnya dapat
diberikan ransum grower saja. Tahapan ini dilakukan agar nafsu makan ayam tidak menurun,
karena jika nafsu makan menurun akan menghambat laju pertumbuhan dan tidak
mendapatkan hasil produksi yang maksimal.

N Bahan Pakan Jumlah PK LK SK CA P EM (%)


O (%) (%) (%) (%) (%)
1 Jagung Kuning 60,0 5,16 2,34 1,20 0,01 0,06 2022,0
2 Bungkil 15,0 6,75 0,13 0,90 0,04 0,04 335,0
Kedelai
3 Dedak halus 5,5 0,66 0,71 0,66 0,01 0,01 89,65
4 Tepung ikan 11,0 6,71 0,44 0,31 0,60 0,30 311,30
5 Bungkil kelapa 5,0 1,05 0,09 0,75 0,01 0,01 84,70
6 Minyak kelapa 2,0 - 2,00 - - - 172,0
7 Grit 1,0 - - - 0,38 0,20 -
8 Premix 0,5 - - - - - -
Jumlah 100,0 20,33 5,71 3,62 1,05 0,62 3015,65

Nutrisi broiler
Grower
%
Jumlah Pakan/ekor 700 g
Periode Pemberian Pakan /hari 9-18
Bentuk Pakan Pellet/crumble
Protein Kasar % 19-20
Energi Metabolisme MJ/kg 12,66
Kcal/kg 3,025
Lisin % 1,12
Metionin % 0,45
Met + cys % 0,85
Triptofan % 0,18
Treonin % 0,73
Arginin % 1,18
Valin % 0,85
Isoleusin % 0,72
Kalsium % 0,84
Fosfor yang tersedia % 0,42
Natrium % 0,16 – 0,23
Khlorida % 0,16 – 0,30
Kalium (potassium) % 0,60 – 0,95
Asam Linoleat % 1,00

Kadar Vitamin dan trace elemen tambahan


Grower (per ton)
Vitamin A MIU 10 Choline langsung dimasukkan ke dalam mixer
Vitamin D3 MIU 5 daripada melalui premix karena sifatnya
Vitamin E KIU 50
higroskopik alami.
Vitamin K g 3
MIU = million International units
Vitamin B1 (tiamin) g 2
Vitamin B2 (riboflavin) g 8 KIU = thousand international units
Vitamin B6 (pyridoxine) g 3 Kadar trace elemen tambahan harus selalui
Vitamin B12 mg 15 ditinjau untuk memastikan total kadar tidak
Biotin (Jagung) mg 120 melebihi batas peraturan setempat (EU
Biotin (Gandum) mg 180 1334/2003).
Choline g 400
Asam Folat g 2
Asam Nikotinat g 50
Asam pantotenat g 12
3.2 Pemberian Minum
Mangan g 100
Seng g 100
Besi g 40
Tembaga g 15
Yodium g 1
Selenium g 0,35
Pemberian minum diberikan secara ad-libitum (tersedia setiap saat) dengan ditambah
kaporit yang bertujuan untuk menetralisirr air dan membunuh bakteri serta kuman yang ada
didalam air. Pemberian air minum dilakukan secara terus menerus atau ad-libitum dengan
tujuan ayam tidak mengalami dehidrasi sehingga mendapatkan produksi daging yang
optimal. Kualitas air minum sangat penting karena ayam minum 2-2,5 kali dari jumlah pakan
yang dikonsumsinya. Pada temperature normal, konsumsi air minum ayam sebanyak 1,6-2,0
kali dari konsumsi pakan.
Umur (weeks) Water space/chick (inch) Jumlah air/100 ekor (litter)
0-4 ¼ (0,6 cm) 2,8-4
5-8 ½ (1,2 cm) 12-14
Sumber : (Hassan et al., 2016)

3.3 Waktu Pemberian Pakan


Hal yang perlu perhatikan dari segitu waktu pemberian pakan yaitu ketepatan waktu
setiap harinya. Ketetapan waktu pemberian pakan perlu dipertahankan, karena jika
memberikan pakan diwaktu yang tidak tepat akan menurunkan produksi. Pakan dapat
diberikan dengan cara terbatas pada wkatu tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam,
misalnya pagi dan sore. Waktu pemberian pakan dipilih pada saat yang tepat dan nyaman
sehingga ayam dapat makan dengan baik dan tidak banyak pakan yang terbuang (Sudaro dan
Siriwa, 2007).
Pola pemberian pakan yang baik akan membantu meningkatkan konsumsi pakan
ayam. Pemberian pakan sedikit demi sedikit, tetapi sesering mungkin sangat dianjurkan.
Umur (Fase Grower) Waktu pemberiaan pakan Kuantitas
Minggu III (15-21 hari) 4 kali tiap 4 jam (mulai 07.00-19.00) 66 gram/ ekor/hari
Minggu IV (22-28 hari) 3 kali tiap 4 jam (mulai 07.30-15.00) 91 gram/ekor/hari
Minggu V (29-35 hari) 2 kali tiap 6 jam (mulai 07.30-15.00) 111 gram/ekor/hari
Minggu VI (36-42 hari) 2 kali tiap 6 jam (mulai 07.30-15.00) 129 gram/ekor/hari
Sumber : (Ardana,2009)

3.4 Konversi Ransum


Efesiensi ransum yang diberikan pada ayam dapat dilihat dari angka konversi ransum.
Konversi ransum dapat diartikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk
menghasilkan pertumbuhan bobot badan seaip kilogramnya. Semakin rendah angka konversi
ransum berarti kuaitas ransum semakin baik. Menurut Rasyaf (2000) konversi pakan
diperoleh dari perbandingan ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan
dalam waktu pemeliharaan tertentu. Konversi ransum adalah perbandingan jumlah konsumsi
ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu,
bila rasio kecil berarti pertambhana bobot badan ayama broiler memuaskan atau ayam makan
dengan efesien. Hal ini dipengaruhi oleh besar badan dan bangsa ayam, tahap produksi, kadar
energi dalam ransum, dan temperature lingkungan.
Umur (Weeks) Konversi Ransum
3 1,535
4 1,705
5 1,885
6 2,060
Sumber : (Budi,2016)
Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya produksi, khususnya biaya ransum.
Semakin tinggi konversi ransum maka biaya ransum akan meningkat karena jumlah ransum
yang dikonsumsi mengahsilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu. Nilai konversi
ransum tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan
semakin meningkat dan efiseinsi ransum semakin rendah.

Daftar Pustaka

Ardana, I. B. K. 2009. Ternak Broiler. Edisi I., Cetakan I. Denpasar. Swasta Nulus.

Fadilah. 2004. Beternak Ayam Broiler. Jakarta. Penebar Swadaya.

Hassan K., H. Kabir, S. Sultana, A. Hossen and M.M. Haq. 2016. Management and
Production Performance of Cobb-500 broiler parent stock under open housing system. Asian
Australasian Journal Bioscince and Biotechnol. 1(1) : 66-72.

Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta. Penebar Swadaya.

Sudaro, Y. & A. Siriwa. 2007. Ransum Ayam dan Itik. Cetakan IX. Jakarta. Penebar Swadaya

Wahyu, J. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Edisi Revisi. Jakarta. Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai