LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

1
 PENDAHULUAN
 PENGERTIAN DAN PERANAN PEMULIAAN TERNAK
 HUBUNGAN KELUARGA DALAM PEMULIAAN TERNAK PERAH
 PERBEDAAN SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF
 BEBERAPA SIFAT GENETIS YANG MERUGIKAN PADA SAPI PERAH

2
PENDAHULUAN
PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN

KEMAMPUAN KESEMPATAN

KUALITATIF

KUANTITATIF NILAI EKONOMIS

PRODUKSI SUSU

KADAR LEMAK SUSU

SELEKSI NILAI MUTU GENETIK TERNAK

(TIDAK TAMPAK DARI LUAR)

PENDUGAAN MUTU GENETIK TERNAK

(DIDASARKAN DATA PERFORMANS)

• PENCATATAN
• IDENTIFIKASI TERNAK 3
PENGERTIAN DAN PERANAN PEMULIAAN TERNAK

PEMULIAAN TERNAK
AKTIVITAS PERBAIKAN MUTU GENETIK TERNAK DALAM USAHA PETERNAKAN MELALUI SELEKSI DAN/ATAU SISTEM
PERKAWINAN, YANG KEMUDIAN DIIKUTI DENGAN PENGAFKIRAN

TUJUAN: MENDAPATKAN TERNAK YANG BAIK DAN UNGGUL MUTU GENETIKNYA, YANG AKAN DIJADIKAN SEBAGAI BIBIT
ATAU TETUA BAGI GENERASI BERIKUTNYA

PEMULIAAN TERNAK MELALUI SISTEM PERKAWINAN

INBREEDING
CROSSBREEDING
GRADING UP
OUTBREEDING
CRISSCROSSING

PEMULIAAN TERNAK MELALUI SISTEM SELEKSI

SELEKSI INDIVIDU
SELEKSI MASSA

WAKTU RELATIF SINGKAT

SAPI PERAH LEBIH MUDAH DAN MURAH
LEBIH EFEKTIF JIKA INTENSIF
4
25 TAHUN / PERIODE
FUNGSI DAN PERAN PROGRAM PEMULIAAN
MENINGKATKAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN MELALUI
PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SETIAP INDIVIDU SAPI PERAH

• BESARKAN PEDET DARI INDUK-INDUK YANG SUDAH TERSELEKSI

• SEBAGAI CALON TETUA PENGHASIL TERNAK PENGGANTI

FAKTOR GENETIK YG BERPENGARUH LANGSUNG

TERHADAP KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN
FERTILITAS KUNCI DARI PROSES PRODUKSI,
UNTUK MENGHASILKAN SUSU, SEEKOR SAPI HARUS BERANAK DAHULU

KUALITAS SUSU TERUTAMA JIKA HARGA SUSU DIDASARI PADA KUALITASNYA

KADAR LEMAK SUSU

5
HUBUNGAN KELUARGA DALAM PEMULIAAN TERNAK PERAH

SILSILAH / PEDIGREE
GARIS KETURUNAN DARI SUATU HUBUNGAN KELUARGA ANTARA SATU
INDIVIDU SAPI PERAH DENGAN INDIVIDU LAINNYA YANG MENJADI TETUANYA
DIGUNAKAN DALAM SELEKSI, JIKA:
• INFORMASI PERFORMANS SULIT DIDAPAT
• BELUM ADA DATA PERFORMANS PADA TERNAK MUDA
• BERHADAPAN DENGAN INDIVIDU YANG MEMPUNYAI TINGKAT PRODUKSI
RELATIF SAMA
Arjuna
23456
Adam
24680
Neli Data
078 Produksi
Tamara
357
Rama
23456
Meti
135
Sinta Data
078 Produksi
Data
Produksi
6
COLLATERAL RELATIONSHIP
HUBUNGAN KELUARGA ANTARA DUA INDIVIDU SAPI PERAH YANG
DITURUNKAN OLEH SALAH SATU TETUA YANG SAMA

C C
B X

A E Z M

D Y

A dan Z ADA HUBUNGAN

B A DARAH DENGAN TETUA C
C
BERAPA HUBUNGAN A dan Z ?
X Z
R-AZ = (1/2)h = (1/2)4 = 0.0625

7
DIRECT RELATIONSHIP
HUBUNGAN KELUARGA ANTARA SATU INDIVIDU TERNAK DENGAN
INDIVIDU LAIN DALAM SATU SILSILAH KETURUNAN
C C
A A

D D
X Y
E E
B B
F F

BERAPA HUBUNGAN X dan Y (R-XY)?

X A X
A (1/2)2 = 0.25
Y

Y B X
B (1/2)2 = 0.25
Y

R-XY = 0.50

8
KOEFISIEN INBREEDING
SUATU SIFAT YANG MENCERMINKAN BESARNYA DERAJAT HUBUNGAN DARAH ANTARA SATU
INDIVIDU TERNAK DENGAN INDIVIDU TERNAK LAIN DALAM SATU PERKAWINAN YANG MEMPUNYAI
PERTALIAN KELUARGA DEKAT
HOMOZIGOSITAS MENINGKAT NILAI KOEFISIEN INBREEDING MENINGKAT
HETEROZIGOSITAS MENURUN

FX = KOEFISIEN INBREEDING
FX = ½ { (1/2)M (1-FA) } M = BANYAKNYA GENERASI
FA = KOEFISIEN INBREEDING TETUA (ancestor)

F H
C D
G
A F
A
F
X C
D
H B G
X I
F
E
C
G J
B
I BERAPA KOEFISIEN INBREEDING X ?
E FX = ?
J

9
JAWABAN :

a. FX MELALUI :
A FX = ½ (1/2)2 (1+ FC)
C = ½ (1/2)2 (1+ 0)
B
FX = a+b
= 0.12500 = 0.12500 + 0.03125
b. FX MELALUI : = 0.15625
A D FX = ½ (1/2)2 (1+ FF)
F
B C = ½ (1/2)4 (1+ 0)
= 0.03125

• INBREEDING DIPERLUKAN UNTUK MENEMUKAN KEUNGGULAN GENETIK TETUA TERHADAP ANAK-ANAKNYA.

• DERAJATNYA DIBATASI, AGAR KERUGIAN KARENA INBREEDING TIDAK SEMPAT MUNCUL.
• UNTUK SAPI PERAH DIBATASI SAMPAI 12 %, KARENA SETIAP KENAIKAN 1 % AKAN MENURUNKAN
PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI SERTA KESEHATAN DAN SEBALIKNYA AKAN MENINGKATKAN
ANGKA MORTALITAS SAPI PERAH TERSEBUT

a. PERTUMBUHAN BOBOT BADAN BERKURANG, JIKA KOEFISIEN INBREEDING > 20%

b. PRODUKSI SUSU MENURUN 50 KG SETIAP KENAIKAN 1 % KOEFISIEN INBREEDING DARI 12 %
c. CONCEPTION RATE MENURUN, KEMATIAN EMBRIO MENINGKAT, JIKA KOEFISIEN INBREEDING > 25 %
d. KESEHATAN, KELINCAHAN DAN VIGOURITAS MENURUN

GUNAKAN PEJANTAN SECARA BERGANTIAN DALAM SUATU POPULASI TERNAK PERAH

10
PERBEDAAN SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF

TERLETAK PADA ASPEK KAJIAN MENGENAI SIFAT YANG DIATUR OLEH GENA, YAITU SIFAT YANG TIDAK
DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN (KUALITATIF) DAN SIFAT YANG DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN
(KUANTITATIF)

SIFAT KUALITATIF
• SIFAT YANG DAPAT DIKLASIFIKASIKAN KE DALAM BEBERAPA KELOMPOK, DAN
PENGELOMPOKAN ITU BERBEDA JELAS SATU SAMA LAINNYA.
• DIATUS OLEH SATU ATAU BEBERAPA PASANG GENA.
• TAMPAK DARI LUAR DAN TIDAK DAPAT DIUKUR.
• DIKONTROL SEPENUHNYA OLEH GEN.
• TIDAK MEMPUNYAI NILAI EKONOMIS.
• CACAT GENETIK LEBIH BERSIFAT KUALITATIF.
• SELEKSI BIBIT HANYA SEDIKIT BERSIFAT KUALITATIF

WARNA BULU / RAMBUT

BERTANDUK / TIDAK BERTANDUK

11
SIFAT KUANTITATIF

• TIDAK DAPAT DIKELOMPOKKAN DENGAN JELAS.

• DIATUR OLEH BANYAK PASANG GENA.
• DAPAT DIUKUR DAN KONTINYU.
• LEBIH BANYAK DIPENGARUHI OLEH LINGKUNGAN.
• MEMPUNYAI NILAI EKONOMIS.
• CACAT GENETIK BUKAN SIFAT KUANTITATIF.
• SELEKSI BIBIT BANYAK DITUJUKAN PADA SIFAT-SIFAT KUANTITATIF.

PRODUKSI SUSU
KADAR LEMAK SUSU
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN

12
BEBERAPA SIFAT GENETIS YANG MERUGIKAN PADA SAPI PERAH

LETHAL

• SIFAT GENETIS YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DARI INDIVIDU SAAT DILAHIRKAN ATAU
SESUDAH INDIVIDU DILAHIRKAN DI DALAM KEADAAN PEMELIHARAAN YANG BAIK DAN NORMAL
• TERJADI PERUBAHAN DARI KEADAAN PRENATAL KE POSTNATAL (BERAT JANTUNG, BERAT PARU-
PARU, MEKANISME TRACTUS DIGESTIVUS, ATAU MEKANISME PENGATURAN TEMPERATUR

SUB LETHAL

• TERJADI PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN ANATOMIS SEWAKTU HEWAN DILAHIRKAN. KEMUDIAN

HEWAN MATI KARENA TIDAK MENDAPAT MAKANAN YANG CUKUP.
• MISAL: PERGELANGAN KAKI YANG BENGKAK PADA HOLSTEINS

SEMI LETHAL

• TERJADI HERNIA YANG DALAM KEADAAN TERTENTU DAPAT MENYEBABKAN KEMATIAN.

• CARA MENGETAHUI GENA LETHAL:
a. TES PEJANTAN SEBELUM DIGUNAKAN SECARA INTENSIF (KAWINKAN PEJANTAN DENGAN
16-20 EKOR ANAK-ANAKNYA, UNTUK MENDAPATKAN GENA LETHAL SECARA FENOTIPIK
b. PEJANTAN DIKAWINKAN DENGAN SAUDARA PEREMPUAN (INBREEDING)
c. MENGAMATI PEDIGREE SAPI-SAPI BETINA TUA (CARA TERBAIK, BILA PROGENY TEST TIDAK
DAPAT DILAKUKAN)
13