Anda di halaman 1dari 22

25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengujian Kualitas Telur
1. Uji Kualitas Eksterior
a. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Kualitas Eksterior Telur
Uraian
Bentuk telur
Warna kerabang
Kebersihan kerabang

Ukuran Telur
Ras
Bukan ras
Itik
Oval Bulat
Oval
Oval
panjang
Bulat
Cokelat
Putih
Biru
muda
kekuningan
muda
Agak
Kotor
Utuh
0,63
0,96

Bersih

Bersih

Puyuh
Oval
panjang
Bercak
cokelat
tua
Bersih

Keutuhan kerabang
Utuh
Utuh
Utuh
Tinggi rongga udara
0,75
1,1
0,01
Berat Jenis Telur
0,95
1,14
1,8
(gr/ml)
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
a) Indeks Telur
1) Indeks Telur Ras

Lebar Telur (cm)

= Panjang Telur (cm) x100%

43,225
100%
5,0,04

= 86,38%
2) Indeks Telur Bukan ras

Lebar Telur (cm)

= Panjang Telur (cm) x100%

37,35
x100%
49,2

= 75,91%
3) Indeks Telur Itik

Lebar Telur (cm)


x100%
Panjang Telur (cm)
46,45
x100%
60,5

= 76,77%
4) Indeks Telur Puyuh

Lebar Telur (cm)


x100%
Panjang Telur (cm)

22,05
x100%
29,45

26

= 74,87%
b. Pembahasan

Gambar 1.1 BJ
telur puyuh
Pengamatan eksteriornya dari hasil praktikum secara berurut-urut
yaitu telur ras, bukan ras, itik dan puyuh. Bentuk telurnya oval bulat,
oval panjang, oval bulat, oval panjang. Warna kerabangnya coklat
muda, putih kekuningan, biru muda dan bercak coklat tua. Kebersihan
pada semua kerabang telur diperoleh berturut-turut agak kotor dan
selanjutnya putih semua kondisi kerabang dalam keadaan utuh.
Hasil pengamatan praktikum uji kualitas eksterior telur sesuai
dengan pendapat dari Hargitai (2011) yang menyatakan bahwa pigmen
protoporpirin pada pada telur coklat memiliki hubungan dengan
ketebalan kerabang. Diyakini bahwa protoporpirin memiliki fungsi
dalam pembentukan kekuatan struktur kerabang. Warna kerabang
selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi oleh konsentrasi
pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur.
Berdasarkan dari hasil praktikum pengujian kualitas eksterior telur
dapat disimpulkan bahwa kualitas eksterior telur secara berurut-urut

27

yaitu telur ras, bukan ras, itik dan puyuh. Bentuk telurnya oval bulat,
oval panjang, oval bulat, oval panjang. Warna kerabangnya coklat
muda, putih kekuningan, biru muda dan bercak coklat tua. Kebersihan
pada semua kerabang telur diperoleh berturut-turut agak kotor dan
selanjutnya putih semua kondisi kerabang dalam keadaan utuh.
2. Uji Kualitas Interior
a. Hasil Pengamatan
Tabel 1.2 Hasil Kualitas Interior Telur
Uraian
Berat Telur (gr)
Panjang Telur (mm)
Diameter yolk (mm)
Letak yolk
Tinggi albumen (mm)
Diameter albumen (mm)
Tinggi yolk (mm)
Berat yolk (gr)
Skor warna yolk
Indeks telur (%)
Haugh Unit
Indeks albumen (%)
Indeks yolk (%)
Tebal kerabang (mm)

Ukuran Telur
Ras

Bukan Ras

Itik

Puyuh

59
55
45
Tepi
4,2
9,8
18,22
2
8
86,38
75,3
64,41
40,4
0,45

37
46
32,6
Tengah
8,3
8,5
11,16
1,5
7
75,91
141,7
97,65
34,23
0,37

63
56
44,6
Tepi
5,43
8,43
18,11
2
15
76,77
136,54
42,25
40,6
0,37

10
30
18,8
Tepi
3,56
7,12
10,7
1,26
9
74,87
145,61
50
56,9
0,34

pH albumen
7,9
7,9
7,9
7,6
pH yolk
6,3
6,3
6
6,6
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015

a) Haugh Unit
1) HU Telur Ras

100log (H 7,57 1,7W 0,37 )


100log (5,78 7,57 1,7 59 0,37 )
75,3

2) HU Telur Bukan Ras

100log (H 7,57 1,7W 0,37 )

28

100log (25 7,57 1,7 37 0,37 )


141,7

3) HU Telur Itik

100log (H 7,57 1,7W 0,37 )


100log (123,5 7,57 1,7 63 0,37 )
136,54

4) HU Telur Puyuh

100log (H 7,57 1,7W 0,37 )

100log (25 7,57 1,7 10 0,37 )


145,61

b) Indeks Albumen
1) Indeks Albumen Telur Ras

tinggi albumen (cm)


100%
rata rata lebar albumen (mm)
4,2

100%
9,8
64,41%

2) Indeks Albumen Telur Buras

tinggi albumen (cm)


100%
rata rata lebar albumen (mm)
8,3
100%
8,5
97,65%

3) Indeks Albumen Telur Itik

tinggi albumen (cm)


100%
rata rata lebar albumen (mm)
5,43
100%
8,43
42,25%

4) Indeks Albumen Telur Puyuh

tinggi albumen (cm)


100%
rata rata lebar albumen (mm)

3,56
100%
7,12

29

50%

c) Indeks yolk
1) Indeks yolk Telur Ras

tinggi yolk (mm)


100%
rata rata lebar yolk (mm)
18,22

100%
45

= 40,4%
2) Indeks yolk Telur Buras

tinggi yolk (mm)


100%
rata rata lebar yolk (mm)

11,16
100%
32,6

= 34,23%
3) Indeks yolk Telur Itik

tinggi yolk (mm)


100%
rata rata lebar yolk (mm)
18,11
100%
44,6
40,6%

4) Indeks yolk Telur Puyuh

tinggi yolk (mm)


100%
rata rata lebar yolk (mm)
10,7
100%
18,8
56,9%

b.

Pembahasan

30

Gambar 1.2 Panjang Albumen


Percobaan pada pengujian kualitas telur diperoleh data
sebagai berikut, yaitu pada pengujian Interior telur ras, bukan ras, itik
dan puyuh. Berat telur berurut-urut diperoleh dengan berat 59 gr, 37
gr, 63 gr dan 10 gr. Panjang telur secara beurut-urut diukur dan
didapat hasil 5,5 cm, 4,57 cm, 5,6 cm dan 3,02 cm. Diameter yolk
telur 45 mm, 32,6 mm, 44,6 mm dan 18,8 mm. Letak yolk secara
beurutan saat diukur terdapat di bagian tepi, tengah, tepi, dan tepi.
Tinggi albumen pada telur 4,2 mm, 8,3 mm, 5,43 mm, dan 3,56 mm.
Diameter albumen (panjang dan pendek) yaitu 9,8 mm, 8,5 mm, 8,43
mm, dan 7,12 mm. Tinggi yolk 18,22 mm, 11,16 mm, 18,11 mm, dan
10,7 mm. Skor warna yolk yang diukur dengan menggunakan kipas
roche menempati warna nomor 8,7,15 dan 9. Indeks telur yaitu
86,38%, 75,91%, 76,77% dan 74,87%. Haugh Unitnya 75,3; 141,7;
136,54 dan 145,61. Indeks albumennya 64,41%, 97,65%, 42,25% dan
50%. Indeks yolknya 40,4%, 34,23%, 40,6% dan 56,9%. Tebal
kerabang 0,45 mm, 0,37 mm, 0,37 mm dan 0,34 mm, pH albumen 7,9;
7,9; 7,9; 7,6 dan pH pada yolk 6,3; 6,3; 6; 6,6.
Hasil pengamatan praktikum uji kualitas interior telur sesuai
dengan pendapat dari Jones (2006) yang menyatakan bahwa kualitas
telur dapat diukur berdasarkan nilai HU (Haugh Unit), yaitu diukur
berdasarkan tingginya albumen, semakin tinggi nilai HU, semakin
tinggi

albumen,

semakin

bagus

kualitas

telur

tersebut

dan

menunjukkan juga bahwa telur masih baru/segar. Nilai HU (Haugh


Unit) telur baru sebesar 99,00 dan 100,16; sedangkan telur lama
sebesar 61,02 danb 64,59. Nilai HU rendah, maka kondisi albumen
sangat encer dan mengembang, hal ini dipacu oleh suhu yang tinggi,
kelembaban rendah, dan kekurangan karbon dioksida (CO2).

31

Penyimpanan telur pada suhu 7 13 C dan kelembaban kurang dari


70% dapat menyebabkan kehilangan 1015 HU.
Berdasarkan dari hasil praktikum pengujian kualitas interior
telur dapat disimpulkan bahwa kualitas eksterior telurdan kualitas
interior telur saling berpengaruh satu sama lain. Kualitas telur dapat
diukur berdasarkan nilai HU (Haugh Unit). Pengukuran berdasarkan
pada tingginya albumen, semakin tinggi nilai HU, semakin tinggi
albumen,, semakin bagus kualitas telur tersebut dan menunjukkan
juga bahwa telur masih baru/ segar.

B. Pengujian Kualitas Susu


1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Uji Kualitas Susu
Uraian
Kebersihan
Warna
Bau
Rasa
Kekentalan
Uji Reduktase
Uji Alkohol
Uji Titrasi Keasaman

Hasil

Bersih
Putih kekuningan
Manis khas susu
Tawar
Encer
Bakteri tereduktase selama 24 jam
Susu menggumpal
50 SH, Warna susu berubah menjadi
merah muda
Uji Berat Jenis
1,2001
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
a. Derajat Keasaman ( SH )

100 ml 1,5
30 ml

5 o SH

b. BJ

=1+

skala lacto
+ (27,5 suhu) 0,0002
1000

32

=1 +

20
+ (27,5 28) 0,0002
1000

=1 + 0,02 + 0,5 0,0002


= 1,0201

2. Pembahasan

Gambar 2.2
Tit

BJ susu Uji
Gambar 2.1 Uji Titrasi Keasamaan

Percobaan pada pengujian kualitas susu didapatkan hasil dari


kebersihan diketahui bahwa keadaan susu bersih karena pada percobaan
tidak ditemukan kotoran yang tertinggal. Warna susu setelah diamati

33

menunjukkan susu berwarna putih kekuningan. Bau atau aroma susu


didapatkan hasil bau manis khas susu setelah dicium baunya. Rasa susu
tawar setelah dirasakan. Kekentalan susu dalam uji tersebut menunjukkan
susu dalam keadaaan keadaan encer. Uji reduktase setelah susu dicampur
metilen biru selama 24 jam hasil akhirnya berwarna putih kebiruan dan
ada gumpalan. Uji alkohol didapat hasil bahwa keadaan susu
menggumpal. Perlakuan untuk titrasi keasaman susu sebanyak 50 ml
diperlukan 0,25N NaOH dan 3 sampai 4 tetes indikator phenolphtalin
didapat hasil 5SH.
Hasil dari pengujian kualitas susu, pada uji alkohol sesuai dengan
pendapat dari Soriah (2010) yang menyatakan bahwa susu segar yang
berkualitas baik tidak akan pecah atau menggumpal setelah dipanaskan
atau didihkan. Susu yang bermutu jelek akan mengalami penggumpalan
bila dipanaskan. Peristiwa tersebut dapat terjadi karena adanya asam
yang dihasilkan oleh mikrobia dari peruraian laktosa. Asam tersebut
mengakibatkan protein susu mengalami denaturasi dan penggumpalan
bila dilakukan pemanasan. Susu yang telah ditumbuhi banyak mikroba
akan menjadi asam dan mudah pecah bila dipanaskan.
Berdasarkan dari hasil praktikum pengujian kualitas susu dapat
disimpulkan bahwa susu pada uji kali ini berkualitas baik. Susu
mengandung sedikit mikrobia dan bersih. Susu pada percobaan tidak
ditemukan kotoran yang tertinggal.
C. Pengujian Kualitas Daging
1. Pengaruh Suhu dan Kecepatan Pengeringan terhadap Kualitas Daging
Sapi
a. Hasil Pengamatan
Tabel 3.1 Perubahan Ukuran dan Volume Daging Sapi/ 5 menit
Percobaan
M (gr)
Luas Permukaan (cm2)
Ke
1
4,76
16,45
2
4,64
16,32
3
4,60
15,20
4
4,58
13,90

34

5
4,50
10,84
6
4,00
8,32
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil
Ternak 2015
Tabel 3.2 Perubahan Kuantitas pada Daging Sapi / 5 menit
No Skor Warna
Kekerasan
Suhu (C)
1.
8
Kenyal
2.
8
Semakin Keras
80
3.
9
Semakin Keras
80
4.
9
Semakin Keras
80
5.
9
Semakin Keras
80
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil
Ternak 2015

Tabel 3.3 Pengaruh Kecepatan Pengeringan dan Uap Bebas Daging


Sapi/ 5 menit
Percobaa Kecepatan Pengeringan
Uap air bebas
n Ke
1
0,000187
0,3
2
0,000198
0,3
3
0,000220
0,3
4
0,000280
0,3
5
0,000500
0,6
6
0,000610
0,6
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil
Ternak 2015
Diketahui ukuran daging awal:
M1
= 5,02 gr
Lebar
= 1,9 cm
Panjang = 2,6 cm
Tinggi = 1,2 cm
1) Susut Masak

Berat awal berat akhir


berat awal

5,02 4,97
5,02

35

0,00996

2)

Kecepatan Pengeringan (y1)

M1 M 2
L1 t

4,83 4,76
16,455 5

0,07
82,276

0,00085

L1

2p.l 2p.t 2l.t

2(2,505.2,02 2,05.0,7 2,02.0,7)

= 16,455 cm

Kecepatan Pengeringan (y2)

M2 M3
L2 t

4,76 4,64
16,3216 5

0,12
81,608

0,00147

L2

2p.l 2p.t 2l.t

2(2,504.2 2,504.0,7 2.0,7)


2

= 16,3216 cm

Kecepatan Pengeringan (y3)

M3 M4
L3 t
4,64 4,60
15,2 5

36

0,04
75,1

= 0,00053
L3

2p.l 2p.t 2l.t

2(2,5.1,8 2,5.0,7 1,8.0,7

= 15,2 cm

Kecepatan Pengeringan (y4)

M4 M5
L4 t

4,60 4,58
13,9 5

0,02
69,5

0,000288

L4

2p.l 2p.t 2l.t

2(2,4.1,7 2,4.0,7 1,7.0,7)

= 13,9 cm

Kecepatan Pengeringan (y5)

M5 M6
L5 t

4,58 4,50
10,84 x5

0,08
54,2

0,001476

L5

2p.l 2p.t 2l.t

2(2,2.1,6 2,2.0,5 1,6.0,5)

= 10,84 cm

37

Kecepatan Pengeringan (y6)

M6 M7
L6 t

4,5 4,0
8,32 x5

0,5
41,6

0,01201923

L6

2p.l 2p.t 2l.t

2(2.1,4 2.0,4 1,4.0,4)

= 8,32 cm
3) Uap Air Bebas

M M

1
2
Uap air bebas 1 Berat kering

4,83 4,76
4
0,07

= 0,0175

M2 M 3
Berat kering
4,76 4,64

4
0,12

Uap air bebas 2

= 0,03

M M

1
2
Uap air bebas 3 Berat kering

4,64 4,60
4
0,04

= 0,01

M M

1
2
Uap air bebas 4 Berat kering

38

4,60 4,58
4
0,02

= 0,005

M M

1
2
Uap air bebas 5 Berat kering

4,58 4,50
4
0,08

= 0,02

M M

1
2
Uap air bebas 6 Berat kering

4,5 4
4
0,5

= 0,125
b. Pembahasan

39

Gambar 3.1 Daging Sapi


Percobaan pada pengujian kualitas daging sapi membahas
tentang hasil yang didapatkan dari praktikum ini meliputi kenampakan,
kekenyalan, susut masak dan kadar air. Kenampakan warna menjadi
lebih merah dibandingkan dengan warna awalnya setelah dikeringkan
menggunakan oven. Kekerasan pada daging sapi dari kenyal berubah
menjadi semakin keras dikarenakan ketika dimasak diatas suhu didih
lemak dalam daging akan cair dan berkumpul dalam struktur mikro dan
struktur otot akan keluar sehingga menjadi lebih keras. Susut masak
atau ukuran daging yang sudah mengalami pengeringan menjadi
menyusut dikarenakan makin lama waktu pemasakan makin besar
kadar cairan daging hingga mencapai tingkat yang konstan sehingga
nilai nutrisi daging yang berhubungan dengan kadar air daging terikat
didalam atau diantara serabut otot.. Menentukan kadar air potongan
daging dimasukan kedalam oven pada suhu 80oC selama 5 menit
sebanyak 6 kali dan didapatkan hasil yang berbeda setelah daging
dikeluarkan dari oven. Berat potongan daging sebelum dimasukan ke
dalam oven adalah 4,83 gr setelah dimasukan kedalam oven kemudian
dikeluarkan lalu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang
dengan hasil 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 berturut turut adalah 4,76 gr; 4,64 gr;
4,60 gr; 4,58 gr; 4,50 gr dan 4 gr.
Hasil percobaan pada praktikum pengaruh suhu dan kecepatan
pengeringan terhadap kualitas daging sapi sesuai dengan pendapat dari
Nurwantoro (2003) yang menyatakan bahwa Water holding capacity
(WHC) dalam bahasa Indonesia sering disebut daya ikat air (DIA)
didefinisikan sebagai kemampuan daging untuk menahan air yang
terdapat dalam jaringan. water binding capacity (WBC) adalah
kemampuan daging untuk mengikat air yang ditambahkan pada daging.

40

Besar kecilnya WHC berpengaruh terhadap warna, keempukan,


kekenyalan, dan tekstur daging.
Berdasarkan dari hasil praktikum pengaruh suhu dan
kecepatan pengeringan terhadap kualitas daging sapi dapat disimpulkan
bahwa Besar kecilnya WHC berpengaruh terhadap warna, keempukan,
kekenyalan, dan tekstur daging.

2. Pengaruh Suhu Pembekuan (Freezing) pada Densitas Daging Ayam


a. Hasil Pengamatan
Tabel 3.4 Perubahan Ukuran dan Volume Daging Ayam/ 5 menit
No M (gr) P (cm) L (cm) T (cm) V (cm3) D (gr/cm3)
1.
5,02
2,6
1,9
1,2
5,92
0,88
2.
4,98
2,6
1,8
1,0
4,68
0,76
3.
4,98
2,7
1,8
1,2
5,83
0,87
4.
4,94
2,7
1,8
1,2
5,83
0,89
5.
4,96
2,7
1,8
1,2
5,83
1,28
6.
4,97
2,7
1,8
1,2
5,83
0,85
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
Tabel 3.5 Perubahan Kuantitas pada Daging Ayam / 10 menit
No
Skor Warna
Kekerasan
Suhu (C)
1.
8
Kenyal
2.
7
Semakin Keras
50
3.
6
Semakin Keras
50
4.
6
Semakin Keras
50
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
1) Susut Masak = berat awal berat akhir
berat awal

5,02 4,97
5,02

41

= 0,00996
2) Uji daya Ikat Air
2

luas area besar (cm ) 8


=
0,0948
24 8

0,0948

a) MgH2O

= 84,4
M g H 2 O 100%
b) Kadar Air Bebas

300
84,4 100%

300
28,13%

c) D1

M1
V1

4,98
5,65
0,88

d) D2

M2
V2

4,95
6,51
0,76

e) D3

M3
V3

4,94
5,65

0,87

f) D4

M4
V4

4,96
5,56
0,89

g) D5

M5
V5

42

4,97
3,88

= 1,28

b.

Pembahasan

Gambar 3.2 Daging Ayam


Percobaan pada pengujian kualitas daging ayam membahas
tentang hasil yang didapatkan dari praktikum yang meliputi
kenampakan, kekenyalan, susut masak dan kadar air. Kenampakan
warna menjadi lebih putih dibandingkan dengan warna awalnya
setelah didinginkan menggunakan frezeer. Kekerasan pada daging
ayam dari kenyal berubah menjadi semakin keras dikarenakan ketika
dimasak diatas suhu beku lemak dalam daging akan cair dan
berkumpul dalam struktur mikro dan struktur otot akan keluar
sehingga menjadi lebih keras.

43

Uji daya ikat air diperoleh 84,4 dan kadar air bebas diperoleh
28,13%. Menentukan Densitas menggunakan rumus M1/V1,
potongan daging dimasukan kedalam freezer pada suhu 5oC selama 5
menit sebanyak 5 kali dan didapatkan hasil yang berbeda setelah
daging dikeluarkan dari freezer. Berat potongan daging sebelum
dimasukan kedalam freezer adalah 5,02 gr setelah dimasukan
kedalam freezer kemudian dikeluarkan ditimbang dengan hasil
secara berturut turut adalah 4,98 gr, 4,98 gr, 4,94 gr, 4,96 gr dan
4,97 gr. Hasil yang didapatkan seharusnya beratnya semakin
bertambah karena pada saat freezing kadar air dalam daging akan
semakin bertambah tetapi hasil yang didapatkan tidak sesuai. Itu
dikarenakan pada saat setelah keluar dari freezer daging ayam tidak
diangin-anginkan terlebih dahulu sehingga berat daging ayam
semakin susut. Mungkin juga karena ketidaktelitian kami dalam
melakukan praktikum. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Tjahjadi (2011) yang menyatakan bahan pangan dalam penyimpanan
dingin akan kehilangan air karena RH dalam lemari es rendah.
Akibatnya, terjadi pengerutan/layu, pengeringan, pengerasan, susut
bobot dan lain-lain. Jenis bahan pangan mudah sekali melepaskan
bau atau menyerap bau dari dan ke lingkungannya.
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh suhu pembekuan
(freezing) pada densitas daging ayam dapat disimpulkan bahwa
Bahan pangan dalam penyimpanan dingin akan kehilangan air karena
RH dalam lemari es rendah. Akibatnya, terjadi pengerutan/layu,
pengeringan, pengerasan, susut bobot dan lain-lain. Jenis bahan
pangan mudah sekali melepaskan bau atau menyerap bau dari dan ke
lingkungannya.
D. Pengujian Sifat Kulit
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Uraian
Hasil

44

Luas Penampang kulit


0,24725 cm2
Beban yang dibutuhkan
2,32 kg
Gaya yang dibutuhkan
3,2 N/kg
Kekuatan tarik
5,8 N/cm2
% kemuluran
0, 325
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
a.
Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Panjang Awal = 10, 75 cm
Tebal
= 0,023 cm
Beban
= 2,32 kg
Panjang Akhir = 14,25 cm
b.
Luas Penampang Kulit
A = tebal rata-rata x panjang kulit
=0,023 x 10,75
= 0,24725 cm2
c.
Beban yang dibutuhkan = 2,32 kg
d.
Gaya yang dibutuhkan
F beban gravitasi
2,32 kg 10 N/kg

e.

= 23,2 N
Kekuatan Tarik
Kekuatan Tarik

F
A
23,2 N

0,25 cm 2

5,8 N/cm 2

f.

% Kemuluran
% Kemuluran

Panjang akhir - panjang awal


Panjang awal

(14,25 - 10,75)
100%
10,75

= 32,5 %
g.

Panjang awal panjang akhir


panjang awal
10,75 7,5

100%
10,75
30,2%

% Kerut Maksimal =

x 100%

45

2. Pembahasan
Kulit yang diujikan pada pengujian kulit ini yaitu polietilen
dengan tebal 0,014 cm serta panjang awal kulit sebasar 9,85 cm.
Keadaan kulit basah dengan pengawetan garam sebelumnya.
Pengujian hanya dilakukan pada keadaan fisik kulit tersebut, dan
tidak melakukan pengujian terhadap kandungan air, protein, lemak,
mineral dan senyawa lain seperti pigmen. Dilakukan pengujian sesuai
perhitungan yang diinginkan.
Hasil percobaan diperoleh kekuatan tarik kulit sebesar 5,8
N/cm2 dari perhitungan yang ada yaitu dengan membagi gaya yang
dibutuhkan dengan luas penampang yang masing-masing sebesar
0,24725 N. Luas penampang itu sendiri didapat dari tebal rata-rata
kulit sebesar 0,023 dikalikan dengan lebar kulit sebesar 10,75,
sedangkan untuk gaya yang dibutuhkan didapat dari perhitungan
beban sebesar 23,2 N dan gravitasi sebesar 10 m2. Persen kemuluran
dicari dengan cara membagi panjang akhir-panjang awal dibagi
panjang awal kulit tersebut dengan panjang awal kulit kemudian
dikalikan dengan 100% yang akhirnya diperoleh hasil persen
kemuluran sebesar 32,5%. Kerut maksimal kulit didapat dai
perhitungan panjang awal yaitu 10,75 dikurangi dengan panjang akhir
yaitu 7,5 dibagi dengan panjang awal 10,75 dan dikalikan 100%
diperoleh hasilnya 30,2 %.
Hasil dari praktikum pengujian sifat kulit sesuai dengan
pernyataan dari Said (2012) yang menyatakan bahwa kulit yang
mempunyai

kekuatan

tarik

tinggi,

persentase

kemulurannya

cenderung rendah dan sebaliknya kekuatan tarik yang rendah


persentase kemulurannya selalu tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh
aktivitas

mikroorganisme

yang

memiliki

mengubah struktur jaringan penyusun kulit.

kemampuan

untuk

46

Berdasarkan hasil praktikum pengujian sifat kulit dapat


disimpulkan bahwa kekuatan tarik kulit pada percobaan kali ini
rendah dan presentase kemulurannya rendah.

Anda mungkin juga menyukai