Ukuran Telur
Ras
Bukan ras
Itik
Oval Bulat
Oval
Oval
panjang
Bulat
Cokelat
Putih
Biru
muda
kekuningan
muda
Agak
Kotor
Utuh
0,63
0,96
Bersih
Bersih
Puyuh
Oval
panjang
Bercak
cokelat
tua
Bersih
Keutuhan kerabang
Utuh
Utuh
Utuh
Tinggi rongga udara
0,75
1,1
0,01
Berat Jenis Telur
0,95
1,14
1,8
(gr/ml)
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
a) Indeks Telur
1) Indeks Telur Ras
43,225
100%
5,0,04
= 86,38%
2) Indeks Telur Bukan ras
37,35
x100%
49,2
= 75,91%
3) Indeks Telur Itik
= 76,77%
4) Indeks Telur Puyuh
22,05
x100%
29,45
26
= 74,87%
b. Pembahasan
Gambar 1.1 BJ
telur puyuh
Pengamatan eksteriornya dari hasil praktikum secara berurut-urut
yaitu telur ras, bukan ras, itik dan puyuh. Bentuk telurnya oval bulat,
oval panjang, oval bulat, oval panjang. Warna kerabangnya coklat
muda, putih kekuningan, biru muda dan bercak coklat tua. Kebersihan
pada semua kerabang telur diperoleh berturut-turut agak kotor dan
selanjutnya putih semua kondisi kerabang dalam keadaan utuh.
Hasil pengamatan praktikum uji kualitas eksterior telur sesuai
dengan pendapat dari Hargitai (2011) yang menyatakan bahwa pigmen
protoporpirin pada pada telur coklat memiliki hubungan dengan
ketebalan kerabang. Diyakini bahwa protoporpirin memiliki fungsi
dalam pembentukan kekuatan struktur kerabang. Warna kerabang
selain dipengaruhi oleh jenis pigmen juga dipengaruhi oleh konsentrasi
pigmen warna telur dan juga struktur dari kerabang telur.
Berdasarkan dari hasil praktikum pengujian kualitas eksterior telur
dapat disimpulkan bahwa kualitas eksterior telur secara berurut-urut
27
yaitu telur ras, bukan ras, itik dan puyuh. Bentuk telurnya oval bulat,
oval panjang, oval bulat, oval panjang. Warna kerabangnya coklat
muda, putih kekuningan, biru muda dan bercak coklat tua. Kebersihan
pada semua kerabang telur diperoleh berturut-turut agak kotor dan
selanjutnya putih semua kondisi kerabang dalam keadaan utuh.
2. Uji Kualitas Interior
a. Hasil Pengamatan
Tabel 1.2 Hasil Kualitas Interior Telur
Uraian
Berat Telur (gr)
Panjang Telur (mm)
Diameter yolk (mm)
Letak yolk
Tinggi albumen (mm)
Diameter albumen (mm)
Tinggi yolk (mm)
Berat yolk (gr)
Skor warna yolk
Indeks telur (%)
Haugh Unit
Indeks albumen (%)
Indeks yolk (%)
Tebal kerabang (mm)
Ukuran Telur
Ras
Bukan Ras
Itik
Puyuh
59
55
45
Tepi
4,2
9,8
18,22
2
8
86,38
75,3
64,41
40,4
0,45
37
46
32,6
Tengah
8,3
8,5
11,16
1,5
7
75,91
141,7
97,65
34,23
0,37
63
56
44,6
Tepi
5,43
8,43
18,11
2
15
76,77
136,54
42,25
40,6
0,37
10
30
18,8
Tepi
3,56
7,12
10,7
1,26
9
74,87
145,61
50
56,9
0,34
pH albumen
7,9
7,9
7,9
7,6
pH yolk
6,3
6,3
6
6,6
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
a) Haugh Unit
1) HU Telur Ras
28
3) HU Telur Itik
4) HU Telur Puyuh
b) Indeks Albumen
1) Indeks Albumen Telur Ras
100%
9,8
64,41%
3,56
100%
7,12
29
50%
c) Indeks yolk
1) Indeks yolk Telur Ras
100%
45
= 40,4%
2) Indeks yolk Telur Buras
11,16
100%
32,6
= 34,23%
3) Indeks yolk Telur Itik
b.
Pembahasan
30
albumen,
semakin
bagus
kualitas
telur
tersebut
dan
31
Hasil
Bersih
Putih kekuningan
Manis khas susu
Tawar
Encer
Bakteri tereduktase selama 24 jam
Susu menggumpal
50 SH, Warna susu berubah menjadi
merah muda
Uji Berat Jenis
1,2001
Sumber: Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil Ternak
2015
a. Derajat Keasaman ( SH )
100 ml 1,5
30 ml
5 o SH
b. BJ
=1+
skala lacto
+ (27,5 suhu) 0,0002
1000
32
=1 +
20
+ (27,5 28) 0,0002
1000
2. Pembahasan
Gambar 2.2
Tit
BJ susu Uji
Gambar 2.1 Uji Titrasi Keasamaan
33
34
5
4,50
10,84
6
4,00
8,32
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil
Ternak 2015
Tabel 3.2 Perubahan Kuantitas pada Daging Sapi / 5 menit
No Skor Warna
Kekerasan
Suhu (C)
1.
8
Kenyal
2.
8
Semakin Keras
80
3.
9
Semakin Keras
80
4.
9
Semakin Keras
80
5.
9
Semakin Keras
80
Sumber : Laporan Sementara Praktikum Dasar Teknologi Hasil
Ternak 2015
5,02 4,97
5,02
35
0,00996
2)
M1 M 2
L1 t
4,83 4,76
16,455 5
0,07
82,276
0,00085
L1
= 16,455 cm
M2 M3
L2 t
4,76 4,64
16,3216 5
0,12
81,608
0,00147
L2
= 16,3216 cm
M3 M4
L3 t
4,64 4,60
15,2 5
36
0,04
75,1
= 0,00053
L3
= 15,2 cm
M4 M5
L4 t
4,60 4,58
13,9 5
0,02
69,5
0,000288
L4
= 13,9 cm
M5 M6
L5 t
4,58 4,50
10,84 x5
0,08
54,2
0,001476
L5
= 10,84 cm
37
M6 M7
L6 t
4,5 4,0
8,32 x5
0,5
41,6
0,01201923
L6
= 8,32 cm
3) Uap Air Bebas
M M
1
2
Uap air bebas 1 Berat kering
4,83 4,76
4
0,07
= 0,0175
M2 M 3
Berat kering
4,76 4,64
4
0,12
= 0,03
M M
1
2
Uap air bebas 3 Berat kering
4,64 4,60
4
0,04
= 0,01
M M
1
2
Uap air bebas 4 Berat kering
38
4,60 4,58
4
0,02
= 0,005
M M
1
2
Uap air bebas 5 Berat kering
4,58 4,50
4
0,08
= 0,02
M M
1
2
Uap air bebas 6 Berat kering
4,5 4
4
0,5
= 0,125
b. Pembahasan
39
40
5,02 4,97
5,02
41
= 0,00996
2) Uji daya Ikat Air
2
0,0948
a) MgH2O
= 84,4
M g H 2 O 100%
b) Kadar Air Bebas
300
84,4 100%
300
28,13%
c) D1
M1
V1
4,98
5,65
0,88
d) D2
M2
V2
4,95
6,51
0,76
e) D3
M3
V3
4,94
5,65
0,87
f) D4
M4
V4
4,96
5,56
0,89
g) D5
M5
V5
42
4,97
3,88
= 1,28
b.
Pembahasan
43
Uji daya ikat air diperoleh 84,4 dan kadar air bebas diperoleh
28,13%. Menentukan Densitas menggunakan rumus M1/V1,
potongan daging dimasukan kedalam freezer pada suhu 5oC selama 5
menit sebanyak 5 kali dan didapatkan hasil yang berbeda setelah
daging dikeluarkan dari freezer. Berat potongan daging sebelum
dimasukan kedalam freezer adalah 5,02 gr setelah dimasukan
kedalam freezer kemudian dikeluarkan ditimbang dengan hasil
secara berturut turut adalah 4,98 gr, 4,98 gr, 4,94 gr, 4,96 gr dan
4,97 gr. Hasil yang didapatkan seharusnya beratnya semakin
bertambah karena pada saat freezing kadar air dalam daging akan
semakin bertambah tetapi hasil yang didapatkan tidak sesuai. Itu
dikarenakan pada saat setelah keluar dari freezer daging ayam tidak
diangin-anginkan terlebih dahulu sehingga berat daging ayam
semakin susut. Mungkin juga karena ketidaktelitian kami dalam
melakukan praktikum. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Tjahjadi (2011) yang menyatakan bahan pangan dalam penyimpanan
dingin akan kehilangan air karena RH dalam lemari es rendah.
Akibatnya, terjadi pengerutan/layu, pengeringan, pengerasan, susut
bobot dan lain-lain. Jenis bahan pangan mudah sekali melepaskan
bau atau menyerap bau dari dan ke lingkungannya.
Berdasarkan hasil praktikum pengaruh suhu pembekuan
(freezing) pada densitas daging ayam dapat disimpulkan bahwa
Bahan pangan dalam penyimpanan dingin akan kehilangan air karena
RH dalam lemari es rendah. Akibatnya, terjadi pengerutan/layu,
pengeringan, pengerasan, susut bobot dan lain-lain. Jenis bahan
pangan mudah sekali melepaskan bau atau menyerap bau dari dan ke
lingkungannya.
D. Pengujian Sifat Kulit
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran
Uraian
Hasil
44
e.
= 23,2 N
Kekuatan Tarik
Kekuatan Tarik
F
A
23,2 N
0,25 cm 2
5,8 N/cm 2
f.
% Kemuluran
% Kemuluran
(14,25 - 10,75)
100%
10,75
= 32,5 %
g.
100%
10,75
30,2%
% Kerut Maksimal =
x 100%
45
2. Pembahasan
Kulit yang diujikan pada pengujian kulit ini yaitu polietilen
dengan tebal 0,014 cm serta panjang awal kulit sebasar 9,85 cm.
Keadaan kulit basah dengan pengawetan garam sebelumnya.
Pengujian hanya dilakukan pada keadaan fisik kulit tersebut, dan
tidak melakukan pengujian terhadap kandungan air, protein, lemak,
mineral dan senyawa lain seperti pigmen. Dilakukan pengujian sesuai
perhitungan yang diinginkan.
Hasil percobaan diperoleh kekuatan tarik kulit sebesar 5,8
N/cm2 dari perhitungan yang ada yaitu dengan membagi gaya yang
dibutuhkan dengan luas penampang yang masing-masing sebesar
0,24725 N. Luas penampang itu sendiri didapat dari tebal rata-rata
kulit sebesar 0,023 dikalikan dengan lebar kulit sebesar 10,75,
sedangkan untuk gaya yang dibutuhkan didapat dari perhitungan
beban sebesar 23,2 N dan gravitasi sebesar 10 m2. Persen kemuluran
dicari dengan cara membagi panjang akhir-panjang awal dibagi
panjang awal kulit tersebut dengan panjang awal kulit kemudian
dikalikan dengan 100% yang akhirnya diperoleh hasil persen
kemuluran sebesar 32,5%. Kerut maksimal kulit didapat dai
perhitungan panjang awal yaitu 10,75 dikurangi dengan panjang akhir
yaitu 7,5 dibagi dengan panjang awal 10,75 dan dikalikan 100%
diperoleh hasilnya 30,2 %.
Hasil dari praktikum pengujian sifat kulit sesuai dengan
pernyataan dari Said (2012) yang menyatakan bahwa kulit yang
mempunyai
kekuatan
tarik
tinggi,
persentase
kemulurannya
mikroorganisme
yang
memiliki
kemampuan
untuk
46