Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK

PENGUKURAN DIMENSI TUBUH TERNAK KAMBING

NAMA : ANISA AULIA


NIM : I011181304
KELOMPOK : XVII (TUJUH BELAS)
GELOMBANG : III (TIGA)
ASISTEN : APRIALDI IMAM SAM

LABORATORIUM ILMU PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang kerap kali diseleksi

untuk membantu meningkatkan mutu genetiknya. Dalam penyeleksian perlu

dilakukan pengukuran dimensi tubuh agar dapat diketahui tingkat kemudahan

ketika menyeleksi. Proses penyeleksian ini diharapkan mampu mengembangkan

kualitas dan kuantitas ternak serta membentuk varietas unggul dan spesifik.

Dalam bidang peternakan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan

agar tercipta ternak yang berkualitas unggul, yaitu breeding (pemuliaan), feeding

(pakan), dan management (pengelolaan). Pemuliaan ternak menjadi dasar

peningkatan mutu genetik melalui sistem seleksi dan sistem persilangan yang

pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh produktivitas ternak yang tinggi.

Dimensi tubuh ternak dapat digunakan saat melakukan seleksi ternak, agar

dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dan produktivitas bobot badan.

Pengukuran dimensi tubuh ini cukup memberikan hasil yang signifikan. Dimensi

tubuh pada kambing, meliputi tinggi pundak, tinggi punggung, panjang badan,

dalam dada, dan lain-lain. Hal inilah yang melatarbelakangi dilaksanakannya

praktikum “ Pengukuran dimensi tubuh ternak kambing”.

Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai

pengukuran dimensi tubuh ternak kambing adalah untuk mengetahui sifat

kualitatif dan kuantitatif ternak kambing, bagian-bagian tubuh ternak yang harus

diukur saat mengukur dimensi tubuh, dan analisis statistik dimensi tubuh ternak

kambing sebagai sifat kuantitatif.


Maksud

Maksud dilaksanakannya praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak mengenai

pengukuran dimensi tubuh ternak kambing adalah agar dapat mengetahui sifat

kualitatif dan kuantitatif ternak kambing, bagian-bagian tubuh ternak yang harus

diukur saat mengukur dimensi tubuh, dan analisis statistik dimensi tubuh ternak

kambing sebagai sifat kuantitatif.


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Ternak Ayam

Ternak kambing tersebar di berbagai daerah,mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan

dan sumberdaya yang minimum yang merupakan sebagai hewan penghasil daging. Investasi yang

sedikit, dewasa tubuh dan kelamin yang cepat, jumlah anak per kelahiran lebih dari satu, kidding

interval yang pendek serta masa kebuntingan yang relatif cepat menyebabkan perputaran modal

menjadi relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan ternak lain. Beberapa keunggulan ternak

kambing yaitu tidak membutuhkan lahan yang luas, tenaga kerja sedikit dan kemampuan adaptasi

yang tinggi terhadap lingkungan dan pakan yang terbatas (Kurniasih, dkk., 2013)

Kambing dikembangkan, dimanfaatkan dan dilestarikan sebagai

sumberdaya ternak asli yang mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai

kemampuan untuk berkembang dengan baik pada berbagai lingkungan yang ada

di Indonesia. Ternak kambing juga memiliki potensi sebagai aspek komponen usaha tani yang

penting pada berbagai agroekosistem karena memiliki kemampuan adaptasi yang relative lebih

baik dibandingkan dengan ternak ruminansia lain (Rumiyani dan Hamdani, 2017).

Ternak kambing mampu berkembang dan bertahan di semua zona

agroekologi dan hal tersebut kambing tidak dapat terlepas dari sistim usaha tani.

Peran ternak tersebut sangat strategis bagi kehidupan masyarakat pedesaan dan

berkembang di hampir seluruh wilayah Indonesia. Ternak kambing memainkan

peran yang penting sebagai sumber pendapatan dan mengurangi kemiskinan. Di

samping itu kambing sangat berperan penting sebagai pemacu peningkatan

konsumsi protein hewani (Sodiq, 2010).

Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ternak Ayam

Pada ternak terdapat dua sifat, yaitu sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat

kuantitatif mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sehingga sifat ini lebih penting
diperhatikan pada program pemuliaan ternak dibandingkan sifat kualitatif. Ciri-

ciri sifat kuantitatif adalah dapat diukur atau ditimbang, fenotipenya dipengaruhi

oleh banyak pasang gen, dan penampilan sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak

gen (Kurnianto, 2010).

Sifat kualitatif dapat dilihat melalui warna kulit, warna rambut, bentuk

tanduk dan warna kaki. Sifat kualitatif hanya dikontrol oleh sepasang gen dan

hanya sedikit dipengaruhi faktor lingkungan. Sifat kualitatif seperti warna adalah

sifat penting dalam membentuk karakteristik rumpun dan digunakan sejak

domestikasi sebagai alat untuk membentuk rumpun dan kegiatan seleksi, seperti

variasi bentuk tanduk dan warna bulu barangkali dapat membantu untuk

memahami sejarah rumpun, demografi dan karakter genetiknya (Misrianti, dkk.,

2018).

Berdasarkan fakta yang diketau bahwa sifat kuantitatif adalah sifat yang

dapat diukur, sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasangan gen dan sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karakterisasi sumber daya genetik sangat

penting dilakukan. Karakterisasi dapat dilakukan dengan mengamati sifat-sifat

fenotipe pada metabolisme protein darah, karakterisasi molekuler dan karyotipe

Identifikasi dari karakterisasi merupakan persyaratan awal untuk melakukan

karakterisasi dan pemanfaatan sumber daya genetik. Tahapan karakteristik genetik

eksternal merupakan cara dasar untuk menentukan jenis ternak yang diwariskan

pada generasi berikutnya (Subekti dan Arlina, 2011).

Analisis Statistik

Menurut Rasyad (2006), Analisi statistik adalah bentuk penyajian data

kuantitatif dan menghitung nilai rata=rata (mean) adalah salah satunya. Jika ada
sekelompok angka-angka maka untuk menyebutkan satu angka sebagai wakil dari

angka tersebut sering dipakai nilai rata-rata. Rata-rata atau mean juga sering

dipakai bahan pembanding antara dua orang dengan kelompoknya, dua daerah,

perusahaan dalam hal tertentu, dan lain-lain. Rumus untuk menentukan nilai rata-

rata hitung, yaitu:

Keterangan:

X : Rata-rata
Xi : Data ke i

f : Frekuensi

n : Banyaknya data

Standar deviasi adalah nilai statistik yang digunakan untuk menentukan

bagaimana sebaran data dalam sampel, serta menentukan titik data individu ke

nilai rata-rata nilai sampel. Standar deviasi merupakan akar dari varians karena

standar deviasi sama dengan varians yang dikuadratkan. Untuk mendapatkan

kembali nilai asalnya yaitu dengan mengakarkannya (Sukoco, 2014). Rumus

untuk menentukan standar deviasi suatu data, yaitu:

𝟏
𝑺 = √𝑺𝟐 = √𝒏 ∑(𝒙𝟏− 𝒙)𝟐

Keterangan:

S: Standar deviasi

S²: Varians

n: Banyaknya data

Xi: Data ke i
Menurut Setiawan (2012), Koefisien variasi (coefficient of variation) atau

koefisien dispersi adalah ukuran persebaran yang dinormalkan dari suatu

distribusi probabilitas. Kadang-kadang nilai dari koefisien variasi dinyatakan

dalam persen. Gunanya untuk mengamati variasi data atau sebaran data dari

meannya, artinya semakin kecil KV maka data semakin seragam (homogen), dan

semakin besar KV maka datanya semakin heterogen. Harga mutlak dari koefisien

variasi kadang-kadang dikenal dengan nama simpangan baku relatif (relative

standard deviation – RSD). Koefisien variasi didefinisikan sebagai rasio dari

standard deviasi 𝜎 dengan mean 𝜇 yaitu:

𝑆
𝐾𝑉 = . 100%
X

Keterangan :

KV = Koefisien Variasi

S = Simpangan Baku

χ = Nilai Rata-Rata

Menurut Junaidi (2014), Varians adalah suatu ukuran penyebaran data

yang diukur dalam pangkat dua dari selisih data terhadap rata-ratanya. Rumus

varians baik untuk data sampel maupun populasi, yaitu:

𝟏
𝑺𝟐 = ∑(𝒙𝟏− 𝒙)𝟐
𝒏

Keterangan:

S²: Varians

n: Banyaknya data

Xi: Data ke i
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak dilaksanakan pada hari Rabu, 11

September 2019 Pukul 15:20 WITA sampai selesai. Bertempat di Kandang

Ternak Potong Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran dimensi tubuh ternak

ayam, sapi, dan kambing yaitu pita ukur, jangka sorong, jangka ukur, dan tongkat

ukur.

Bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran dimensi tubuh ternak

yaitu ayam, sapi, dan kambing.

Nama Alat Deskripsi Gambar

Pita Ukur Pita ukur adalah alat ukur

untuk mengukur lingkar

leher, panjang leher, panjang

badan, lingkar dada, panjang

sayap pada ayam.

Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat

yang digunakan untuk

mengukur benda yang

memiliki ketelitian per-

seratus milimeter. Jangka

sorong digunakan untuk

mengukur panjang taji,


panjang jari ketiga, panjang

paruh, tinggi jengger pada

ayam.

Tongkat Ukur Tongkat ukur adalah alat ukur

berbentuk semacam tongkat

lurus untuk mengukur tinggi

pundak, tinggi punggung,

panjang badan, dam dalam

dada.

Jangka Ukur Jangka ukur adalah alat ukur

berbentuk membulat

melingkar mengukur lebar

dada, lebar punggung, lebar

kelangkang, panjang

kelangkang.

Tahapan dan Prosedur Kerja

Adapun tahapan dan prosedur kerja sebagai berikut:

Tinggi pundak: Diukur tegak dari tanah sampai titik


tertinggi pundak.
Tinggi Punggung: Diukur tegak dari tanah sampai tinggi
Tongkat Ukur
tertinggi punggung.
Panjang Badan: Diukur dari titik tulang bahu ke tonjolan
tulang tapis.
Dalam Dada: Diukur dari titik tertinggi pundak ke tulang
dada.
Lebar Dada: Diukur dari lengkungan tulang rusuk

didaerah dada.

Lebar Punggung: Diukur dari tonjolan tulang sendi

pinggul bagian kiri dan kanan.

Lebar Kelangkangan: Diukur dari tonjolan tulang paha

Jangka Ukur bagian kiri dan kanan.

Lebar tulang tapis: Diukur dari tonjolan tulang tapis

bagian kiri dan kanan.

Panjang Kelangkangan: Diukur dari tonjolan tulang tuber

coaxae ke tonjolan tulang tapis.

Pita Ukur Lingkar Badan/Dada: Diukur pada tulang rusuk paling

depan persis dibelakang kaki depan.

Lingkar Pergelangan Kaki: Diukur melingkar di tulang

radius-ulna di dekat perbatasan kuku.

Panjang Muka: Diukur dari puncak kepala (daerah titik

tengah tanduk) sampai ujung moncong.

Lebar Muka: Diukur dari jarak terbesar antara kedua

lengkung tulang mata sebelah atas luar kiri dan kanan.

Anda mungkin juga menyukai