Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU NUTRIS TERNAK

NONRUMINANSIA
( Pengamatan Kecukupan Nutrisi Pakan Pada Ternak Kuda Tarik Atau Kuda
Pacuan Pada Sistem Pemeliharaan Rakyat )

DISUSUN OLEH :

NAMA : IMRON HADI


NIM : B1D018116
KELAS : 4B1

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pencernaan makanan sangat penting sebelum makanan


diabsorbsi atau diserap oleh dinding saluran pencernaan. Zat-zat makanan
tidak dapat diserap dalam bentuk alami dan tidak berguna sebagai zat nutrisi
sebelum proses pencernaan awal. Zat makanan akan dipersiapkan untuk
diabsorbsi melalui proses-proses tertentu dengan bantuan enzim-enzim
tertentu dalam saluran pencernaan (Blakely, 1991).

Semua makhluk hidup memerlukan makanan untuk kelangsungan


kehidupannya.Makanan ini diperlukan untuk memberi energi yang diperlukan
memelihara tetap hidup dan untuk mempertahankan proses-proses tubuh
seperti kontraksi otot dan lain-lain.Sebagai bahan untuk membangun dan
mempertahankan sel dan metabolisme, untuk pertumbuhan dan reproduksi,
kebutuhan senyawa spesifik untuk pertahanan diri (Parakkasi, 1986).

Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora nonruminansia


grup colon fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan
fermentasi. Pakan yang tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat,
masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir sama
seperti di rumen pada ternak ruminansia (Cheeke, 1999).

Sistem pencernaan kuda merupakan kombinasi fungsi pencernaan


ruminan dan nonruminan, yaitu mempunyai lambung relatif kecil
tetapiefisien pada bijibijian seperti pada babi,dan mempunyai sekum dan koln 
besar untuk pakan kasar (roughage) dibantu mikroorganisme untuk produksien
ergi dan vitamin B, jadi fungsinya mirip rumen pada sapi (Blakely, 1991).

Performan yang dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas


hijauan, dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan menghasilkan
performan kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya
sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral
dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu
adanya evaluasi dan penentuan kualitas hijauan pakan kuda (Guay, 2002).

Adapun yang mendasari dilakukannya praktikum ini yaitu untuk


mengetahui kecukupan nutrisi pakan pada ternak kuda tarik atau kuda pacuan
pada sistem pemeliharaan rakyat.
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum

1.2.1 Tujuan Praktikum


Agar praktikan mengetahui sistem pemberian pakan, kebutuhan, dan
kecukupan nutrisi kuda tarik pada sistem pemeliharaan rakyat.
1.2.2 Kegunaan Praktikum
Agar praktikan dapat mengetahui kesesuaian kebutuhan nutrisi pakan kuda
tarik pada sistem pemeliharaan rakyat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Kuda

            Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang),


kelas Mamalia (menyusui anaknya), ordo Perssodactyla, famili Equidae, dan
spesies Equus Cabalus (Blakely dan Blade). Kuda berasal dari spesies Equus
caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda yang liar, kini kuda sudah
menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan
penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang
selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel
dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu seperti kendaraan beroda, atau
bajak. Pada beberapa daerah, kuda digunakan sebagai sumber pangan. Walaupun
peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejaktahun 4.500 SM, bukti-bukti
penggunaan kuda untuk manusia baru ditemukan sejak 2.000 SM (Wikipedia,
2012).

Ternak kuda selain dapat digunakan untuk konsumsi masyarakat (daging


kuda dan air susu), kuda juga dapat dimanfaatkan untuk berperang, untuk
olahraga dan rekreasi, keperluan pertanian secara luas dan untuk alat
pengangkutan. Kepemilikan ternak kuda juga dapat memberikan status sosial
yang lebih tinggi pada npemiliknyab (Parakkasi, 1986).

           Populasi kuda di seluruh dunia mencapai kira-kira 62 juta ekor, yang terdiri
dari 500 bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai
hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembangbiakkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia secara khusus (Bowling dan Ruvinsky,
2004).

Domestikasi kuda terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali
digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan
pengangkutan. Kuda tersebut digunakan untuk alat transportasi cepat untuk
mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi
ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan
Taylor, 1983).

                Kuda dapat diklasifikasikan menjadi tipe ringan, tipe berat maupun


kuda poni sesuai ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan. Kuda tipe ringan
mempunyai tinggi 1,45-1,7 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering
digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan
secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat
mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg
dan biasa digunakan untuk pekerja. Kuda poni memiliki tinggi kurang dari 1,45 m
jika berdiri dan bobot badan 250-450 kg, berbeda kuda berukuran kecil biasanya
juga terbentuk dari keturunan kuda tipe ringan (Ensminger, 1962).

2.2 Pakan

Ketersediaan pakan yang baik akan menunjangkelangsungan hidup dan


pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam peternakan
kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis rumput
seperti Panicum maticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup
untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga
perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan
tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain
konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum,
berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput
kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang (McBane,1994).

Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda
tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12
bulan, 12-24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak
disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya.
Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup
banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk
bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral,
kacang-kacangan dan bungkil yang dapat membantu pembentukan air air susu
dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali
sehari yaitu pagi, siang, sore hari tergantung dari kuda dan  fungsi kuda tersebut
(Jacoebs, 1994).

 2.3 Penyakit pada kuda

            Beternak kuda seperti layaknya beternak sapi atau kambing maupun ayam,
setiap saat penyakit bisa menjadi ancaman yang membahayakan bahkan
mematikan. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai adalah perut kembung,
mencret, flu atau pilek, bahkan luka-luka sekalipun (Jacoebs, 1994).

Salah satu yang biasa terjadi adalah perut kembung. Gejalanya, jika kuda
mengalami perut kembung, maka ia suka berguling-guling di tanah seperti perut
melilit. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan berupa hijauan yang masih
segar, karena hijauan segar masih banyak kandungan gas sebagai pemicu perut
kembung. Atau bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti memandikan
ternak sehabis pulang kerja. Hal ini akan mengakibatkan ternak mengalami masuk
angin (Jacoebs, 1994).

Jika kuda menderita penyakit perut kembung atau kholik, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan. Di antaranya mengajak kuda jalan- jalan, kemudian lama
kelamaan diajak lari lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan
kotoran. Makanan yang diberikan berupa pakan hijau sebaiknya yang sudah
dilayukan sebelumnya. Minumannya berupa parutan buah papaya yang
dikombinasikan dengan garam dan minyak goreng secukupnya.
Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam (Jacoebs,
1994).

Penyakit lain yang sering dialami kuda adalah flu atau pilek. Gejala yang
timbul akibat penyakit ini adalah hidung berlendir, sehingga nafas tidak teratur.
Jika ternak kuda Anda menderita flu atau pilek, ajaklah kuda jalan-jalan,
kemudian lama kelamaan diajak berlari lari. Langkah selanjutnya adalah
memandikan kuda hanya sebatas kepala dan kakinya saja, dan memberikan pakan
dalam kondisi kering. Kuda pun bisa menderita mencret. Gejala yang timbul
akibat penyakit ini adalah mencret atau diare yang berlebihan, sehingga
menyebabkan ternak menjadi lemas, tidak nafsu makan. Jika ternak kuda
menderita mencret, hal yang sama juga harus dilakukan, yaitu mengajak kuda
jalan-jalan, hingga berlari-lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan
kotoran (Jacoebs, 1994).

2.4 Pakan kuda bunting

Makanan kuda diberikan sesuai usia, keadaan dan kegunaannya. Usia kuda
dapat dibagi dalam beberapa tahap, usia 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan, 24
bulan keatas. Untuk kuda berumur 1-6 bulan tidak disediakan makanan khusus,
karena masih ikut dengan induknya yaitu menetek atau ikut makan makanan
induknya (Ensminger, 1962).

 Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah makanan induknya. Induk
kuda yang menyusui makan untuk 2 ekor (dia sendiri dan anaknya). Jika induk itu
sudah bunting lagi maka dia makan untuk 3 ekor. Dalam hal ini maka pemberian
makanan harus tiga kali lipat,khususnya pemberian multivitamin dan mineral.
Kekurangan multivitamin dan mineral mengakibatkan pertumbuhan anaknya di
luar dan di dalam kandungan kurang sempurna di samping induknya juga akan
menjadi lemah. Pemberian kacang-kacangan dan bungkil membantu pembentukan
air susu dalam jumlah cukup. Pengaturan makanan di berikan pagi, siang dan sore
(Ensminger, 1962).

Umur 6 bulan anak kuda sudah dipisahkan dari induknya. Karena dia
sudah terbiasa makan dengan induknya. Maka tidak banyak terjadi perubahan
pada dirinya. Untuk beberapa hari dia akan kehilangan induknya, kemudian dia
akan terbiasa karena akan berkumpul dengan anak kuda lainnya yang sebaya.
Pengaturan makanan diberikan pagi dan sore, karena dia akan diumbar sepanjang
hari dari pagi sampai sore. Keadan ini berlangsung sampai anak kuda berumur 24
bulan (2 tahun). Pada umur 24 bulan (2 tahun) ke atas anak kuda sudah di anggap
dewasa, mulai dia dengan kehidupan baru sesuai keturunannya, jika dia kuda pacu
maka dia mulai dilatih secara bertahap dan pemberian makanan pun disesuaikan
(Ensminger, 1962).

2.5 Cara Pemberian Pakan Ternak Kuda

Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda
tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12
bulan, 12-24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak
disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya.
Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup
banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk
bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral,
kacangkacangan dan bungkil yang dapat membantu pembentukan air air susu
dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali
sehari yaitu pagi, siang, sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut
(anounimous, 2006).

2.6 standar pemberian pakan kuda

Kebutuhan nutrisi kuda dengan bobot badan 200, 400, dan 500 kg
berdasarkan tingkat aktivitas yang sedang dijalaninya.

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Kuda Berdasarkan Tingkat Aktivitasnya

Aktivitas Bobot DE Protei Lisin Ca P (g) Mg K (g) Vit.


Badan (Mcal) n (g) (g) (g) A
(kg) Kasar (103
(g) IU)
Ringan 200 9,3 370 13 11 8 4,3 14,1 9
Sedang 200 11,1 444 16 14 10 5,1 16,9 9
Berat 200 14,8 592 21 18 13 6,8 22,5 9
Ringan 400 16,8 670 23 20 15 7,7 25,5 18
Sedang 400 20,1 804 28 25 17 9,2 30,6 18
Berat 400 26,8 1079 38 33 23 12,3 40,7 18
Ringan 500 20,5 820 29 25 18 9,4 31,2 22
Sedang 500 24,6 984 34 30 21 11,3 37,4 22
Berat 500 32,8 1312 46 40 29 15,1 49,9 22
Sumber : NRC, 1989

BAB III
METODELOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di desa Lingsar, Lombok Barat pada tanggal
11 Mei 2020.

3.2 Alat praktikum


1. Pulpen
2. Buku
3. Kamera Smartphone

3.3 Metode Praktikum


Pengamatan langsung dan wawancara secara mandiri di daerah Lingsar
kelompok ternak Pade Angen dengan jumlah responden 5 peternak dan untuk
praktikum ini praktikan menggunakan kuda tarik.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 2. Data tabulasi wawancara lima peternak

Variabel I II III IV V
Nama Amak Serin Amak Muhdar Amak Mat Amak Mawar Amak Kadir
No.HP - - - - -
Pendidikan Sd - SMP SD SD
Jumlah
Termak
1 (5/Kerja) 1(6/Kerja) 1(7/Kerja) 1(8/Kerja) 1(4/Kerja)
(Umur Dan
Tipe)
Kondisi Kuda
(Foto)

Lama
2 Bulan 1,5 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 2 Tahun
Kepemilikan
Tujuan
Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja
Pemeliharaan
Jenis Pakan Rumput Rumput Rumput
Rumput Lapangan Rumput Lapangan
Lapangan Lapangan Lapangan
Jumlah (Kg)
25 Kg 30 Kg 30 Kg 25 Kg 25 Kg
Hijauan/Hari
Jenis
Dedak Dedak Dedak Dedak Dedak
Konsentrat
Jumlah (Kg)
Konsentrat/Ha 3 Kg 5 Kg 4 Kg 6 Kg 4 Kg
ri
Frekuensi
Waktu Kerja 4-5 Jam 3 Jam 3-5 Jam 8-9 Jam 4 Jam
Kuda/Hari
Permasalahan
Yang Keram Kaki Sopak Perut kembung Keram Kaki Keram Kaki
Dihadapi
Cara Hubungi
Suntik B-Komplex Suntik Suntik Suntik
Mengatasi Poskeswan
4.2 Pambahasan Praktikum

Kebutuhan nutrisi kuda untuk hidup pokok, kerja, dan reproduksi identik
jenisnya dengan yang dibutuhkan oleh manusia, hewan kesayangan, dan hewan
ternak lainnya. Selanjutnya, jumlah kebutuhan kuda sangat bervariasi sesuai
kondisi. Energi yang dibtuhkan kuda pacu melebihi hidup pokok hingga 50-100
kali lipatnya menurut literature yang pernah saya baca. Namun pada pembahasan
ini akan di bahas kuda tarik saja.
Pada tabel 2 tabulasi dapat dilihat bahwa rata-rata pendidikan peternak
masih rendah dimana hal tersebut menunjukkan pengetahuan untuk manajemen
ternaknya masih kurang dan hanya belajar dari mulut – kemulut saja. Terlebih lagi
dalam hal pakan peternak memberikan pakan sekitar satu karung saja yang
biasanya berkisar 32 Kg tanpa tau kebutuhan standar pakan kuda itu berapa. Dapat
dilihat dari tinjauan pustaka diatas bahwa kebutuhan pakan kuda bervariasi antara
lain untuk yang beratnya 200,400 dan 500 Kg mempunyai pembagian masing-
masing.
Pada saat wawancara peternak memberikan pakan rata-rata sebanyak 2
kali perhari yang artinya sudah dapat memenuhi kecukupan pakan yang
dibutuhkan, jika dilihat dari literatur diatas yakni diberikan sebanyak 2-3 kali pada
pagi hari, siang hari dan sore hari. Kemudian,untuk jenis pakan yang diberikan
peternak adalah rumput lapangan dimana rumput lapangan memiliki kandungan
7,12% yang diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan kuda dengan standar
370-1312 gram protein kasar dari kelas aktifitas ringan sampai berat.
Selanjutnya, untuk aktifitas yang dilakukan kuda pada tabel 2 data tabulasi
menunjukan bahwa kuda amak Serin memiliki waktu kerja 4-5 jam perhari
dimana waktu tersebut masih dalam kategori aktivitas rendah yang berarti
membutuhkan asupan DE berkisar 9,3-20,5 Mcal. Kemudian, untuk kuda amak
Muhdar memiliki waktu kerja 3 jam dimana waktu tersebut masih dalam kategori
aktivitas rendah juga yang berarti membutuhkan asupan DE berkisar 9,3-20,5
Mcal. Selanjutnya, kuda amak Mat memiliki waktu kerja 3-5 jam dimana waktu
tersebut masih dalam kategori aktivitas rendah juga yang berarti membutuhkan
asupan DE berkisar 9,3-20,5 Mcal. Setelah itu, kuda amak mawar memiliki waktu
kerja 8-9 jam dimana waktu tersebut termasuk dalam kategori aktivitas berat yang
berarti membutuhkan asupan DE berkisar 14,8–32,8 Mcal. Dan yang terakhir
kuda amak Kadir memiliki waktu kerja 4 jam dimana waktu tersebut termasuk
dalam kategori aktivitas ringan yang berarti membutuhkan asupan DE berkisar
9,3-20,5 Mcal.
Untuk masalah atau kendala yang dihadapi semua peternak adalah sama
yakni masalah dalam segi penyakit ternak. Biasanya untuk mengatasi penyakit
yang timbul tersebut peternak menyuntikan ternaknya. Tentunya hal tersebut
kurang baik dilakukan karena antara penyakit dan perlakuan belum tentu tepat
seperti amak Mat yang menyuntik ternaknya yang belum pasti obat itu termasuk
vitamin atau obat khusus untuk perut kembung pada kuda. Seharusnya diberi
perlakuan yang berbeda yakni dengan cara di ajak jalan kecil sampai berlari atau
bisa juga dengan diberikan obat tradisional berupa parutan buah papaya yang
dikombinasikan dengan garam dan minyak goreng secukupnya sebagaimana
literature diatas.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesmpulan
Dalam pemeliharaanya kuda tarik pada kelompok ternak Pade Angen
belum memaksimalkan manajemen pemeliharaanya terkhusus pada bagian
pemberian pakan yang masih menggunakan rumput lapangan dan dedak sebagai
pakanya. Peternak belum menggunakan jenis hijauan dan konsentrat yang lain
dikarenakan keterbatasan pengetahuan peternak.

5.2 Saran
Pada praktikum ini memiliki kekurangan pada segi data yang akan
ditanyakan kepada peternak masih terlalu sederhana dalam bidang pakan.
Seharusnya pada bagian pakan juga pihak laboratorium Ilmu Nutrisi Non
Ruminansia mencantumkan pertanyaan yang lebih spesifik lagi mengenai feeding
yang diberikan peternak seperti apa, bukan hanya berat dan jenis pakan yang
diberikan, agar kami praktikan dapat memberikan perbandingan yang lebih rinci
antara pakan yang diberikan peternak rakyat dengan standar feeding pada ternak
kuda yang seharusnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2006. Peraturan Menteri Pertanian. Pusat data dan Informasi
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Blakely, James and David H. Bade.1991. Ilmu Peternakan edisi IV. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Blakely, J. Dan D. H. Blade. 1991. The Science of Animal Hubandry. Printice-


Hall Inc. New Jersey.

Bogart, R. And R. E. Tylor. 1983. Scientific Farm Animal Production.


2nd Edition.    Macmillan Publishing Company, New York.

Bowling, A. T. Ruvinsky. 2004. The Genetic of the Horses. CABI Publishing.


London.

Cheeke, P. R. 1999. Applied Animal Nutrition: Feed and Feeding. Second edition.


Prentice Hall Inc. Upper Saddle River, New Jersey.

Ensminger, M. E. 1962. Animal Science. Animal AgriculturenSeries. 5th Edit.


Printers & Publisher, Inc. Danville, Illinois.

Guay, K. A., H. A. Brady, V. G. Allen, K. R. Pond, D. B Wester, L. A. Janecka


and N. L. Heningger. 2002. Matua Bromegrass Hay for Mares In
Gestation and Lactation. J. Anim. Sci. 80: 2960 – 2966

Jacoebs, T. N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius. Yogyakarta.

McBane, S. 1991. Horse Care and Ridding a Thinking Approach. Paperback.


United Kingdom.

McBane, S. 1994. Modern Stables Management. Ward Lock. United Kingdom.

NRC. 1989. Nutrient Requirements of Poultry. National Academic Press.


Washington, D.C.

Parakksasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik vol. 1b. UI


Press Indonesiaq. Jakarta.

Parakkasi.1986.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Jakarta:


Universitas   Indonesia Press.

Wikipedia. 2009. Kuda. http://id.wikipedia.org/wiki/Kuda. Diakses pada 26 Mei


2020

LAMPIRAN
Foto Dokumentasi Ternak Kuda Kelompok Ternak Pade Angen

Kuda Amak Kadir Kuda Amak Mat

Kuda Amak Mawar Kuda Amak Muhdar

Kuda Amak Serin Melihat Kondisi Kandang

Anda mungkin juga menyukai