NONRUMINANSIA
( Pengamatan Kecukupan Nutrisi Pakan Pada Ternak Kuda Tarik Atau Kuda
Pacuan Pada Sistem Pemeliharaan Rakyat )
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Kuda
Populasi kuda di seluruh dunia mencapai kira-kira 62 juta ekor, yang terdiri
dari 500 bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai
hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembangbiakkan
untuk memenuhi kebutuhan manusia secara khusus (Bowling dan Ruvinsky,
2004).
Domestikasi kuda terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali
digunakan sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan
pengangkutan. Kuda tersebut digunakan untuk alat transportasi cepat untuk
mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi
ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan
Taylor, 1983).
2.2 Pakan
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda
tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12
bulan, 12-24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak
disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya.
Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup
banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk
bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral,
kacang-kacangan dan bungkil yang dapat membantu pembentukan air air susu
dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali
sehari yaitu pagi, siang, sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut
(Jacoebs, 1994).
Beternak kuda seperti layaknya beternak sapi atau kambing maupun ayam,
setiap saat penyakit bisa menjadi ancaman yang membahayakan bahkan
mematikan. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai adalah perut kembung,
mencret, flu atau pilek, bahkan luka-luka sekalipun (Jacoebs, 1994).
Salah satu yang biasa terjadi adalah perut kembung. Gejalanya, jika kuda
mengalami perut kembung, maka ia suka berguling-guling di tanah seperti perut
melilit. Hal ini disebabkan oleh pemberian pakan berupa hijauan yang masih
segar, karena hijauan segar masih banyak kandungan gas sebagai pemicu perut
kembung. Atau bisa juga disebabkan oleh penyebab lain, seperti memandikan
ternak sehabis pulang kerja. Hal ini akan mengakibatkan ternak mengalami masuk
angin (Jacoebs, 1994).
Jika kuda menderita penyakit perut kembung atau kholik, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan. Di antaranya mengajak kuda jalan- jalan, kemudian lama
kelamaan diajak lari lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan
kotoran. Makanan yang diberikan berupa pakan hijau sebaiknya yang sudah
dilayukan sebelumnya. Minumannya berupa parutan buah papaya yang
dikombinasikan dengan garam dan minyak goreng secukupnya.
Cara lain bisa juga memberikan soda yang ditambah dengan garam (Jacoebs,
1994).
Penyakit lain yang sering dialami kuda adalah flu atau pilek. Gejala yang
timbul akibat penyakit ini adalah hidung berlendir, sehingga nafas tidak teratur.
Jika ternak kuda Anda menderita flu atau pilek, ajaklah kuda jalan-jalan,
kemudian lama kelamaan diajak berlari lari. Langkah selanjutnya adalah
memandikan kuda hanya sebatas kepala dan kakinya saja, dan memberikan pakan
dalam kondisi kering. Kuda pun bisa menderita mencret. Gejala yang timbul
akibat penyakit ini adalah mencret atau diare yang berlebihan, sehingga
menyebabkan ternak menjadi lemas, tidak nafsu makan. Jika ternak kuda
menderita mencret, hal yang sama juga harus dilakukan, yaitu mengajak kuda
jalan-jalan, hingga berlari-lari sampai kuda terkencing-kencing atau mengeluarkan
kotoran (Jacoebs, 1994).
Makanan kuda diberikan sesuai usia, keadaan dan kegunaannya. Usia kuda
dapat dibagi dalam beberapa tahap, usia 1-6 bulan, 6-12 bulan, 12-24 bulan, 24
bulan keatas. Untuk kuda berumur 1-6 bulan tidak disediakan makanan khusus,
karena masih ikut dengan induknya yaitu menetek atau ikut makan makanan
induknya (Ensminger, 1962).
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah makanan induknya. Induk
kuda yang menyusui makan untuk 2 ekor (dia sendiri dan anaknya). Jika induk itu
sudah bunting lagi maka dia makan untuk 3 ekor. Dalam hal ini maka pemberian
makanan harus tiga kali lipat,khususnya pemberian multivitamin dan mineral.
Kekurangan multivitamin dan mineral mengakibatkan pertumbuhan anaknya di
luar dan di dalam kandungan kurang sempurna di samping induknya juga akan
menjadi lemah. Pemberian kacang-kacangan dan bungkil membantu pembentukan
air susu dalam jumlah cukup. Pengaturan makanan di berikan pagi, siang dan sore
(Ensminger, 1962).
Umur 6 bulan anak kuda sudah dipisahkan dari induknya. Karena dia
sudah terbiasa makan dengan induknya. Maka tidak banyak terjadi perubahan
pada dirinya. Untuk beberapa hari dia akan kehilangan induknya, kemudian dia
akan terbiasa karena akan berkumpul dengan anak kuda lainnya yang sebaya.
Pengaturan makanan diberikan pagi dan sore, karena dia akan diumbar sepanjang
hari dari pagi sampai sore. Keadan ini berlangsung sampai anak kuda berumur 24
bulan (2 tahun). Pada umur 24 bulan (2 tahun) ke atas anak kuda sudah di anggap
dewasa, mulai dia dengan kehidupan baru sesuai keturunannya, jika dia kuda pacu
maka dia mulai dilatih secara bertahap dan pemberian makanan pun disesuaikan
(Ensminger, 1962).
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda
tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12
bulan, 12-24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak
disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya.
Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup
banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk
bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral,
kacangkacangan dan bungkil yang dapat membantu pembentukan air air susu
dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali
sehari yaitu pagi, siang, sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut
(anounimous, 2006).
Kebutuhan nutrisi kuda dengan bobot badan 200, 400, dan 500 kg
berdasarkan tingkat aktivitas yang sedang dijalaninya.
BAB III
METODELOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan di desa Lingsar, Lombok Barat pada tanggal
11 Mei 2020.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
Tabel 2. Data tabulasi wawancara lima peternak
Variabel I II III IV V
Nama Amak Serin Amak Muhdar Amak Mat Amak Mawar Amak Kadir
No.HP - - - - -
Pendidikan Sd - SMP SD SD
Jumlah
Termak
1 (5/Kerja) 1(6/Kerja) 1(7/Kerja) 1(8/Kerja) 1(4/Kerja)
(Umur Dan
Tipe)
Kondisi Kuda
(Foto)
Lama
2 Bulan 1,5 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 2 Tahun
Kepemilikan
Tujuan
Kerja Kerja Kerja Kerja Kerja
Pemeliharaan
Jenis Pakan Rumput Rumput Rumput
Rumput Lapangan Rumput Lapangan
Lapangan Lapangan Lapangan
Jumlah (Kg)
25 Kg 30 Kg 30 Kg 25 Kg 25 Kg
Hijauan/Hari
Jenis
Dedak Dedak Dedak Dedak Dedak
Konsentrat
Jumlah (Kg)
Konsentrat/Ha 3 Kg 5 Kg 4 Kg 6 Kg 4 Kg
ri
Frekuensi
Waktu Kerja 4-5 Jam 3 Jam 3-5 Jam 8-9 Jam 4 Jam
Kuda/Hari
Permasalahan
Yang Keram Kaki Sopak Perut kembung Keram Kaki Keram Kaki
Dihadapi
Cara Hubungi
Suntik B-Komplex Suntik Suntik Suntik
Mengatasi Poskeswan
4.2 Pambahasan Praktikum
Kebutuhan nutrisi kuda untuk hidup pokok, kerja, dan reproduksi identik
jenisnya dengan yang dibutuhkan oleh manusia, hewan kesayangan, dan hewan
ternak lainnya. Selanjutnya, jumlah kebutuhan kuda sangat bervariasi sesuai
kondisi. Energi yang dibtuhkan kuda pacu melebihi hidup pokok hingga 50-100
kali lipatnya menurut literature yang pernah saya baca. Namun pada pembahasan
ini akan di bahas kuda tarik saja.
Pada tabel 2 tabulasi dapat dilihat bahwa rata-rata pendidikan peternak
masih rendah dimana hal tersebut menunjukkan pengetahuan untuk manajemen
ternaknya masih kurang dan hanya belajar dari mulut – kemulut saja. Terlebih lagi
dalam hal pakan peternak memberikan pakan sekitar satu karung saja yang
biasanya berkisar 32 Kg tanpa tau kebutuhan standar pakan kuda itu berapa. Dapat
dilihat dari tinjauan pustaka diatas bahwa kebutuhan pakan kuda bervariasi antara
lain untuk yang beratnya 200,400 dan 500 Kg mempunyai pembagian masing-
masing.
Pada saat wawancara peternak memberikan pakan rata-rata sebanyak 2
kali perhari yang artinya sudah dapat memenuhi kecukupan pakan yang
dibutuhkan, jika dilihat dari literatur diatas yakni diberikan sebanyak 2-3 kali pada
pagi hari, siang hari dan sore hari. Kemudian,untuk jenis pakan yang diberikan
peternak adalah rumput lapangan dimana rumput lapangan memiliki kandungan
7,12% yang diharapkan cukup untuk memenuhi kebutuhan kuda dengan standar
370-1312 gram protein kasar dari kelas aktifitas ringan sampai berat.
Selanjutnya, untuk aktifitas yang dilakukan kuda pada tabel 2 data tabulasi
menunjukan bahwa kuda amak Serin memiliki waktu kerja 4-5 jam perhari
dimana waktu tersebut masih dalam kategori aktivitas rendah yang berarti
membutuhkan asupan DE berkisar 9,3-20,5 Mcal. Kemudian, untuk kuda amak
Muhdar memiliki waktu kerja 3 jam dimana waktu tersebut masih dalam kategori
aktivitas rendah juga yang berarti membutuhkan asupan DE berkisar 9,3-20,5
Mcal. Selanjutnya, kuda amak Mat memiliki waktu kerja 3-5 jam dimana waktu
tersebut masih dalam kategori aktivitas rendah juga yang berarti membutuhkan
asupan DE berkisar 9,3-20,5 Mcal. Setelah itu, kuda amak mawar memiliki waktu
kerja 8-9 jam dimana waktu tersebut termasuk dalam kategori aktivitas berat yang
berarti membutuhkan asupan DE berkisar 14,8–32,8 Mcal. Dan yang terakhir
kuda amak Kadir memiliki waktu kerja 4 jam dimana waktu tersebut termasuk
dalam kategori aktivitas ringan yang berarti membutuhkan asupan DE berkisar
9,3-20,5 Mcal.
Untuk masalah atau kendala yang dihadapi semua peternak adalah sama
yakni masalah dalam segi penyakit ternak. Biasanya untuk mengatasi penyakit
yang timbul tersebut peternak menyuntikan ternaknya. Tentunya hal tersebut
kurang baik dilakukan karena antara penyakit dan perlakuan belum tentu tepat
seperti amak Mat yang menyuntik ternaknya yang belum pasti obat itu termasuk
vitamin atau obat khusus untuk perut kembung pada kuda. Seharusnya diberi
perlakuan yang berbeda yakni dengan cara di ajak jalan kecil sampai berlari atau
bisa juga dengan diberikan obat tradisional berupa parutan buah papaya yang
dikombinasikan dengan garam dan minyak goreng secukupnya sebagaimana
literature diatas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesmpulan
Dalam pemeliharaanya kuda tarik pada kelompok ternak Pade Angen
belum memaksimalkan manajemen pemeliharaanya terkhusus pada bagian
pemberian pakan yang masih menggunakan rumput lapangan dan dedak sebagai
pakanya. Peternak belum menggunakan jenis hijauan dan konsentrat yang lain
dikarenakan keterbatasan pengetahuan peternak.
5.2 Saran
Pada praktikum ini memiliki kekurangan pada segi data yang akan
ditanyakan kepada peternak masih terlalu sederhana dalam bidang pakan.
Seharusnya pada bagian pakan juga pihak laboratorium Ilmu Nutrisi Non
Ruminansia mencantumkan pertanyaan yang lebih spesifik lagi mengenai feeding
yang diberikan peternak seperti apa, bukan hanya berat dan jenis pakan yang
diberikan, agar kami praktikan dapat memberikan perbandingan yang lebih rinci
antara pakan yang diberikan peternak rakyat dengan standar feeding pada ternak
kuda yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2006. Peraturan Menteri Pertanian. Pusat data dan Informasi
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
LAMPIRAN
Foto Dokumentasi Ternak Kuda Kelompok Ternak Pade Angen