Oleh:
Wildan Nurfadila Amin
2013/346202/PT/06437
SKRIPSI
SARJANA PETERNAKAN
Pada
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Pendamping
Sebagai Ketua
Anggota
Anggota
Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada
Dekan
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan oleh :
Wildan Nurfadila Amin
13/346202/PT/06437
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam pustaka.
Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo Widyobroto, Ir. Cuk Tri Noviandi, S.Pt.,
DESS., DEA., IPU. M.Anim.St., Ph.D., IPM.
NIP. 19610527 198511 1 001 NIP. 19731119 199903 1 001
v
Pengaruh Perbaikan Imbangan Protein dan Energi Ransum Terhadap
Milk Urea Nitrogen dan Protein Susu pada Sapi Perah di
Peternakan Rakyat Karangploso, Malang, Jawa Timur
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbaikan
imbangan protein dan energi ransum terhadap milk urea nitrogen (MUN)
dan komposisi susu sapi perah peternakan rakyat di Karangploso, Malang
Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2017.
Sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) periode laktasi dengan
jumlah 8 ekor, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kontrol (P0) dan Perlakuan
(P1). Sapi dalam kelompok P0 diberi tambahan konsentrat dengan kadar
bahan kering (BK) 75,35%, bahan organik (BO) 95,60%, protein kasar (PK)
14,55%, serat kasar (SK) 14,19%, lemak kasar (LK) 7,68%, dan total
digestible nutrients (TDN) 75,66%, kelompok P1 diberi tambahan
konsentrat dengan kadar BK 70,70%, BO 94,18%, PK 16,11%, SK 16,52%,
LK 9,24%, dan TDN 70,65%. Air minum diberikan secara ad libitum.
Variabel yang diamati adalah kadar nutrisi pakan, konsumsi pakan,
konsentrasi MUN dan kadar protein susu. Komposisi nutrien pakan
dianalisis menggunakan analisis proksimat. Pengambilan sampel susu
dilakukan setiap satu minggu sekali selama penelitian. Konsentrasi MUN
dari plasma susu diukur dengan menggunakan teknik enzimatis memakai
reagen kit urea. Protein susu diuji dengan menggunakan alat Lactoscan.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis independent T-test
untuk membandingkan rata-rata dari dua grup yang tidak berhubungan
antara satu dengan yang lain. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
data konsumsi BK, BO, dan TDN tidak berbeda nyata, sedangkan level
pemberian protein 16,11% dan energi 1,61 Mkal/kg meningkatkan
konsumsi PK dan SK sebesar 1,56±0,06 dan 3,53±0,06 kg BK/ekor/hari.
Pakan dengan kandungan protein 16,11% dan energi 1,61 Mkal/kg
menunjukkan nilai kadar MUN lebih tinggi. Level pemberian protein 14,55%
dengan energi 1,73 Mkal/kg meningkatkan nilai kadar protein susu 3,45%,
tetapi tidak pada kadar MUN. Perbaikan ransum dengan meningkatkan
kadar protein dan menurunkan nilai energi (protein 16,11% dan energi 1,61
Mkal/kg) meningkatkan kadar MUN tetapi tidak pada kadar protein susu.
Kata kunci: Peternakan rakyat, Sapi perah laktasi, Protein ransum, Milk
urea nitrogen, Protein susu, Komposisi susu.
vi
The Effects of Improvement of Protein and Energy Balance in Ration
on Milk Urea Nitrogen and Milk Protein of Lactating Dairy Cows of
Farmers at Karangploso, Malang, Jawa Timur
Keywords: Dairy farmers, Lactating dairy cows, Protein in ration, Milk urea
nitrogen, Milk protein, Milk composition.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..….i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
INTISARI ................................................................................................... vi
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
viii
Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 17
Materi Penelitian.................................................................................. 17
Metode Penelitian................................................................................ 18
Analisis Data ....................................................................................... 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 25
Kesimpulan.......................................................................................... 38
Saran ................................................................................................... 38
RINGKASAN ........................................................................................... 39
LAMPIRAN.............................................................................................. 52
ix
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
perah sebesar 30% dan faktor lingkungan (iklim, pakan, penyakit, dan
kurang lebih 852.951 ton. Produksi tersebut terbagi atas 50% berasal dari
Jawa Timur, 34% dari Jawa Barat,13% dari Jawa Tengah dan 3% sisanya
dari daerah luar Jawa. Jawa Timur menjadi daerah yang memproduksi susu
481.399 ton.
1
Pemanfaatan ketersediaan bahan pakan lokal dengan baik dapat
antara lain: bekatul, kulit kopi, dan ampas tahu. Ahmad (2016), menyatakan
bahwa jumlah ketersedian bahan pakan ampas tahu dan kulit kopi di Desa
kecukupan energi dan protein dalam pakan. Energi dan protein sangat
penting dalam pembentukan susu pada sapi perah. Kandungan energi dan
ransum yang baik dan optimal agar tercapai tujuan pemberian pakan.
Amonia di dalam ginjal dan hati akan dirombak menjadi urea. Amonia
MUN dan protein susu diharapkan dapat mengevaluasi status nutrisi sapi
2
perah terutama imbangan protein dan energi, sehingga indikator tersebut
Tujuan Penelitian
imbangan protein dan energi dalam ransum terhadap kadar MUN dan
protein susu.
Manfaat Penelitian
meningkatkan kadar protein susu dan menurunkan kadar urea dalam susu,
3
TINJAUAN PUSTAKA
Friesian Holstein adalah salah satu jenis sapi perah yang berasal
lebih dari 2000 tahun yang lalu dan berasal dari Provinsi Belanda Utara dan
bulu sapi FH murni pada umumnya berwarna hitam dan putih, kadang-
kadang merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas. Berat badan
sapi FH jantan 800 sampai 900 kg, sedangkan yang betina 600 sampai 625
produksi susu bagi sapi PFH adalah 10°C dan temperatur kritis antara 21
sampai 27°C, produksi susu PFH akan turun bila berada pada temperatur
susu adalah hasil sekresi ambing hewan ternak yang diproduksi dengan
4
Pakan Sapi Perah
yang sangat penting dalam usaha peternakan sapi perah. Kebutuhan sapi
perah akan zat makanan terdiri atas kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan
perah laktasi terhadap nutrisi pakan erat hubungannya dengan bobot badan
kaitanya dengan kandungan serat kasar (SK) pada pakan (Sutardi, 1981).
Selain itu Peyraud et al. (1992) melaporkan bahwa kontrol satiety sapi
perah dikendalikan oleh faktor fisik dan faktor khemis, penelitian tim
rendah, mudah dicerna, memiliki kandungan TDN yang tinggi dan PK tinggi.
5
Fungsi konsentrat untuk mencukupi kebutuhan nutrien yang belum
protein, dan air yang dibutuhkan dalam jumlah banyak (Hanifah, 2005).
protein tidak terlalu tinggi, tetapi penggunaan protein harus efisien tidak
terlampau tinggi dan terlalu rendah. Konsumsi protein dan energi harus
Protein
Protein adalah nutrien dalam pakan yang dibutuhkan ternak untuk
basa dalam rumen dan produksi susu (Rokhayati, 2010). Protein ransum
6
kerangka karbon dan precursor N yang singkron akan memberikan sintesis
produksi dan kualitas susu. UDP diberikan pada ternak ruminansia untuk
memenuhi kebutuhan protein yang dapat mencapai usus halus karena tidak
Protein adalah rantai molekul panjang yang terdiri atas asam amino
dua, yaitu asam amino esensial dan non-esensial. Bath et al. (1985)
bagi ternak guna membangun sel dan jaringan tubuh. Konsentrasi PK yang
dibutuhkan sapi perah berkisar dari 13 sampai 18% (Efendi dan Linda,
(Musnandar, 2011).
al., 1991). Pembatasan protein pakan akan mengurangi kadar protein susu.
7
Kekurangan protein ransum mengakibatkan pertumbuhan ternak
Energi
Imbangan protein dan energi dalam ransum sapi perah harus sangat
ditimbun tubuh dalam bentuk lemak. Energi dalam pakan rendah dan
antara 0,9 sampai 2,2 Mcal Nel per kilogram bahan kering (BK).
untuk hidup pokok yang dipengaruhi oleh berat badan. Kandungan energi
lebih tinggi daripada sapi tidak laktasi dan kebutuhan energi dipengaruhi
8
menjadi energi dalam susu bisa mencapai 70% pada sapi yang diberi
hidup pokok mencapai 7,82 Mcal/hari. Efendi dan Linda (2013) menjelaskan
bahwa kebutuhan energi dan protein untuk laktasi adalah 0,68 Mcal NE/kg
dari bahan sumber protein (lee et al., 2006). Biricik et al., (2006)
sumber protein yang akan digunakan oleh ternak ruminansia memiliki arti
9
mikrobia. Ketersediaan energi yang tidak mencukupi kebutuhan ternak
yaitu Total Digestible Nutrients 70-75% dan Protein kasar 16-18%. Sapi
- 71% TDN dan 10% protein kasar dalam total ransum (NRC, 2001).
meningkatkan produksi dan protein susu sapi perah laktasi dengan bobot
produksi protein susu dan produksi susu (Van Straalen et al., 1994) dan
Milk urea nitrogen adalah produk hasil samping sintesis urea yang
berasal dari urea darah. Milk urea nitrogen disintesis dari urea dalam serum
darah, sehingga dapat melewati sel sekresi dari kelenjar susu, yang akan
10
menjadi indikasi dari jumlah protein terdegradasi dalam rumen (Gustafsson
nitrogen pada sapi perah, sebagian besar disintesis di hati dan diangkut ke
Urea diproduksi di hati dari NH3, terutama berasal dari pemecahan protein
dalam rumen dan dari hasil metabolisme asam amino yang diserap tubuh.
Jika mikroba dalam rumen tidak dapat menangkap NH3 dan mengubahnya
mengekskresikan urea dalam darah yang berlebih dalam urin dan susu.
Tingkat urea nitrogen (N) dalam plasma darah, serum darah, dan susu
saling berkait, oleh karena itu, kadar MUN dapat mencerminkan kadar urea
dari darah dan cairan tubuh lainnya. Milk urea nitrogen merupakan produk
protein yang dimanfaatkan tubuh sapi, selain itu nilai kadar MUN dapat
Kadar urea susu dan urea darah dapat digunakan sebagai indikator
status nutrisi pada sapi perah terutama metabolisme protein. Semakin tinggi
kadar MUN merupakan indikator bahwa kualitas pakan sapi perah tidak
11
nyata pada sintesis protein mikroba, ransum dengan protein terdegradasi
metabolisme yang baik pada sapi perah dan masih dapat digunakan
tersebut. Hwang et al. (2000) berpendapat bahwa status nutrisi pakan pada
Protein Susu
albumin), laktosa (gula susu), dan abu. Sapi perah termasuk ruminansia
1993). Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, baik
terdiri atas unsur-unsur karbon (50 – 55%), hidrogen (±7%), oksigen (13%),
dan nitrogen (±16%). Kadar protein 3,5% merupakan angka rata-rata untuk
susu sapi. Protein susu pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan,
12
yaitu: kasein dan protein whey. Protein susu terdiri atas kasein, laktalbumin,
tidak berbau dan tidak mempunyai rasa, kasein memberikan warna putih
pada susu
asam - asam amino yang bebas. Protein susu disintesis dalam kelenjar
susu dari precursor yang tersedia terutama darah dan pada umumnya
ketersediaan asam amino metionin dan lisin (chen et al., (2011). Setiawan
protein susu terdapat tiga tahap yaitu replikasi, transkripsi, dan translasi.
molekul RNA yaitu massager RNA (mRNA), transfer RNA (tRNA), dan
13
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori
protein berasal dari bahan pakan. Pemberian ransum dengan protein dan
perah
dan akhirnya produktivitas sapi perah dapat optimal. Imbangan protein dan
Amonia yang masuk dalam aliran darah akan membentuk saliva dan
sisanya adalah dalam bentuk blood urea nitrogen. Kandungan blood urea
14
nitrogen yang tinggi dalam darah dapat berpengaruh ke MUN. Tingginya
tercukupi, kelebihan NH3 akan dinetralisir dalam hati menjadi urea melalui
darah dan kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urin. Faktor yang
kualitas protein (RDP/RUP), konsumsi air minum dan urinasi ternak, dan
masa laktasi. Kadar urea dalam susu dapat dijadikan parameter kualitas
Hipotesis
15
16
MATERI DAN METODE
Februari hingga Maret 2018. Analisis sampel pakan dan sampel pakan sisa
Timur.
Materi Penelitian
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah delapan ekor sapi
dan 4 dengan rata - rata bobot badan 450 kg dan produksi perharinya 14
kg/ekor/hari.
Alat penelitian
sapi model tambat yang dilengkapi tempat pakan dan minum, chopper,
sekop, timbangan pakan dan sampel pakan, botol kaca, vaccutainer needle,
timer. Selain itu, digunakan juga seperangkat alat analisis proksimat untuk
sampel pakan dan sampel sisa pakan, dan alat lactoscan (Lactoscan Foss
17
Jerman ft2) untuk pengambilan data protein susu. Penggunaan lactoscan
dikarenakan penelitian ini berkerja sama dengan PT. Indolakto, TBK. dalam
Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah hijauan
pakan (rumput gajah) dan jerami padi, bahan pakan konsentrat (Tabel 1),
mineral mix, dan air minum, pakan konsentrat, susu segar, reagen untuk
Metode Penelitian
proksimat yang mengacu prosedur AOAC (2005). Bahan pakan yang diuji
berupa bungkil kopra, bekatul, wheat pollard, kulit kopi, ampas tahu, lacto
plus (mineral), jerami padi, dan rumput gajah. Analisis proksimat dilakukan
18
untuk mengetahui dan menentukan kandungan BK, BO, PK, LK dan SK
masing kelompok terdiri dari empat ekor sapi perah. Kelompok 1 disebut
dengan kelompok kontrol (P0) dengan ransum yang diberikan ternak sesuai
produksi dan komposisi susu sapi perah rakyat. Formulasi ransum dan
komposisi nutrien bahan pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel
2.
19
Tabel 2. Komposisi dan nutrisi ransum dalam bahan kering (BK)
Konsentrat (%)
Bahan pakan
Kontrol (P0) Perlakuan (P1)
Formulasi ransum:
Bungkil kopra 0 25
Bekatul 16,5 13
Wheat pollard 62,5 33
Kulit kopi 0 4
Ampas tahu 15,0 24
Lacto plus 5,0 0
Mineral 1,0 1
Formulasi hijauan
Rumput 48 48
Jerami 12 12
Total 100,0 100
Komposisi nutrien:
Kadar proteina 9,55 10,18
Total digestible nutrients b
61,46 59,46
Keterangan: a = Hasil analisis di laboratorium Teknologi Makanan Ternak
b = Hasil Perhitungan dari rumus Hartadi (2005)
Konsumsi pakan
60% dan 40%. Pemberian pakan pada ternak sapi dilakukan dengan
produksi susu yang dihasilkan dan dan status laktasi probandus yaitu 1,6
kg PK (11,42%) dan 7,9 kg TDN (56%) dari total ransum 14 kg. Pemberian
20
hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang dicacah menggunakan
dua kali sehari pada pukul 05.30 WIB dengan total pemberian 40% dari
ransum dan 13.30 WIB dengan total pemberian 60% dari ransum.
Pemberian pakan pada sore hari lebih banyak dari pada pagi hari. Hal ini
hari. Selain itu, interval pemerahan dari sore ke pagi cukup lama sehingga
pakan tetap tersedia untuk memnuhi kebutuhan pokok sapi pada malam
hari dan air minum diberikan secara ad libitum. Total perlakuan pakan pada
sebelum pemberian pakan pagi dan sore hari. Total koleksi sisa sampel
pakan dilakukan sejak hari hari pertama perlakuan hingga hari terakhir
perlakuan.
proksimat. Bahan pakan diperoleh dari sisa bahan pakan yang telah
Pemerahan
Pemerahan dilakukan dua kali dalam sehari. Pemerahan dilakukan
21
dan setelah proses pemerahan. Proses pemerahan dilakukan pada pagi
hari pukul 04.00 sampai 05.30 WIB sedangkan pemerahan sore pukul 15.30
ransum.
sampel susu pada semua ternak dilakukan setiap satu kali dalam seminggu
Sampel susu disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm pada
4°C atau suhu kamar, kemudian disimpan pada freezer bersuhu -20°C
diambil satu minggu sekali untuk diketahui kualitas dan komposisi dari susu
yang dihasilkan. Sampel susu diambil sebanyak 100 sampai 125 mL yang
Laboratorium Analisis Kualitas Susu milik PT. Indolakto, Tbk., Jawa Timur.
22
Variabel yang diamati
Variabel yang diamati berupa konsumsi pakan, kadar MUN dan
Konsumsi pakan meliputi konsumsi BK, bahan organik (BO), PK, lemak
Kadar protein susu. Sampel susu rutin diambil satu minggu sekali
untuk diketahui protein dan susu. Sampel susu diambil sebanyak 100
sampai 125 mL yang ditempatkan pada botol kecil untuk diuji menggunakan
Jawa Timur.
urea nitrogen dalam plasma susu adalah mulai dari 0 sampai 80 mg/dL.
Setelah itu diinkubasi pada suhu kamar selama 1 menit. Konsentrasi urea
atau microlab 300 pada panjang gelombang ג340 nm. Kemudian kadar
23
Kadar urea = ΔAbs sampel / ΔAbs standart x konsentrasi standar (50
mg/dL)
Analisis Data
Data yang diperoleh meliputi konsumsi nutrien, MUN dan kadar protein
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
protein kasar dan TDN relatif seimbang dan tidak berbeda jauh
kadar protein kasar dan nilai TDN. Kadar protein kasar P1 lebih tinggi dari
pada P0 sedangkan nilai TDN P0 lebih tinggi dari pada P1. Diperoleh
25
persentase imbangan protein dan energi ransum kontrol 9,55% dan 61,46%
produktivitas dan kualitas susu sapi perah pada periode laktasi. Morgan
asam amino yang tinggi dan tingkat degradasi di rumen yang rendah akan
bahwa ransum dengan imbangan protein 12,93% dan energi 57,85% sudah
kg/hari.
(protein 11,42 % dan energi 56%) hanya kebutuhan energi saja yang
dengan imbangan protein 10,18% dan energi 59,46% sudah sesuai dengan
literatur tetapi masih belum bisa memenuhi kebutuhan protein ternak yaitu
26
Umiyasih et al (2007) menyatakan bahan pakan dalam ransum harus
Konsumsi Pakan
Konsumsi nutrien pada penelitian diukur dari konsumsi BK, LK, SK, PK,
dan TDN. Rata-rata konsumsi pakan dari delapan ekor sapi perah pada
27
Berdasarkan Tabel 3 kadar nutrien ransum yang diberikan memiliki
lain berat badan, tingkat produksi susu, dan kualitas bahan pakan.
ternak.
yang nyata (P>0,05). Bahan organik adalah bahan yang hilang pada saat
pembakaran yang terdiri dari LK, PK, SK dan bahan ekstrak tanpa nitrogen
28
Bahan organik merupakan bagian terbesar nutrien yang dibutuhkan
BO.
konsumsi BK, oleh karena itu hasil penelitian sesuai dengan pernyataan
29
bermanfaat bagi ternak. Soebarinoto et al. (1991) menjelaskan bahwa
mikroba dan protein yang berasal dari bahan pakan yang tahan terhadap
dengan kerja dari sintesis mikroba pencerna PK dalam rumen efektif dan
pula, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sukardi (2005). Faktor
protein dan energi pakan dengan imbangan yang berbeda dalam ransum
30
Hadi (2008) menjelaskan bahwa adanya pakan berserat yang cukup
susu.
NH3 dan VFA di dalam rumen yang digunakan oleh mikroba rumen untuk
energi yang berasal dari glukosa dan NH3 yang dihasilkan dari hasil
semakin tinggi kandungan protein dalam ransum, maka produksi NH3 akan
konsumsi serat kasar. Hal ini sejalan dengan pendapat Widodo et al. (2012)
31
konsumsi TDN, bila PK pakan tinggi maka jumlah mikroba rumen akan
SK meningkat.
dapat dipengaruhi oleh imbangan protein dan energi pada kedua perlakuan.
(9,55%) dan kadar TDN P0 (61,46%) lebih tinggi dari pada P1 (59,46%).
tubuh karena TDN berkaitan dengan suplai energi yang sangat dibutuhkan
ternak.
32
menyatakan banyak sedikitnya konsumsi TDN dipengaruhi oleh nutrien
dalam pakan, karena TDN merupakan jumlah energi yang dapat dicerna
kadar protein 9,55% dan energi 61,46% (P0) serta pakan dengan kadar
protein 10,18% dan energi 59,46% (P1) tidak memberikan pengaruh nyata
pemecahan protein dalam rumen dan dari metabolisme asam amino, jika
kelebihan amonia dapat menjadi racun dan konversi amonia menjadi urea
33
Faktor yang menyebabkan tidak signifikannya hasil dari penelitian
1:4 lebih rendah dari pada P0 1:5. Soewardi (1974) berpendapat bahwa
ransum P0 lebih tinggi dari pada P1 sehingga kadar MUN P0 lebih rendah
protein dapat dilihat dari kadar urea susu. Kirchgessner (1986) menyatakan
menandakan kondisi metabolisme yang baik pada sapi perah dan masih
ransum. Kadar urea susu dari kedua kelompok bila dibandingkan dengan
literatur masih berada pada kisaran normal. Kadar urea yang berada pada
34
makan ternak (Eicher, 1999). Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata
kandungan MUN 21,34±4,05 mg/dL berada pada status optimal MUN (16
pada status high MUN (>22 mg/dL), kedua kelompok baik kontrol dan
dilakukan dengan mengetahui kadar MUN dengan status nutrisi protein dan
energi seimbang. Selain sebagai indikator nutrisi dalam pakan, menurut Hof
Protein susu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein susu sapi dengan
perlakuan konsentrasi protein pakan 9,55% dengan energi 61,46% (P0) dan
pakan dengan kadar protein 10,18% dan energi 59,46% (P1) tidak
menurut Badan Standar Nasional (2011) berada pada kisaran 2,80 sampai
4,80%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein susu sapi perah
35
pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan berada pada kisaran
normal.
susu tergantung pada asupan protein dalam pakan ternak yang membentuk
asam amino dan diserap tubuh melalui darah. Peningkatan jumlah asam
tinggi kadar protein susu. Hasil ini tidak sesuai dengan literatur, seharusnya
P1 memiliki nilai kadar protein susu yang lebih tinggi dari pada P0. Hal
tersebut dapat dipengaruhi oleh imbangan antara protein dan energi pada
kedua perlakuan. Imbangan antara protein dan energi pada P0 yaitu 1:6
lebih tinggi sebesar 10,18% dan kadar TDN lebih rendah (59,46%). Asrudin
epitel alveolus oleh peptida, plasma protein dan asam - asam amino bebas.
(RNA). Pada tahap translasi terjadi proses molekul transfer RNA (tRNA),
pada proses tersebut dibutuhkan asam - asam amino dan energi dalam
36
bentuk Adenosin Tripospat (ATP) (Setiawan, 2017). Bath et al., (1985)
terutama glukosa, dari asetat dan dari lemak, dengan demikian sintesis
protein akan optimal jika energi yang diperoleh tubuh memadai, pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil penelitian, kadar protein susu P1 lebih rendah
individu, dan umur lama laktasi) dan lingkungan (iklim, pakan, penyakit, dan
metionin dan lisin merupakan faktor pembatas sintesis produksi susu (Chen
mempengaruhi produksi susu, protein susu, dan kadar protein susu dengan
37
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
38
RINGKASAN
kurang lebih 852.951 ton. Produksi tersebut terbagi atas 50% berasal dari
Jawa Timur, 34% dari Jawa Barat,13% dari Jawa Tengah dan 3% sisanya
dari daerah luar Jawa. Jawa Timur menjadi daerah yang memproduksi susu
481.399 ton.
antara lain: bekatul, kulit kopi, dan ampas tahu. Ahmad (2016), menyatakan
bahwa jumlah ketersedian bahan pakan ampas tahu dan kulit kopi di Desa
imbanagan protein dan energi dalam ransum terhadap kadar MUN dan
39
Penelitian ini menggunakan delapan ekor sapi perah laktasi
Peranakan Friesian Holstein (PFH) yang dimiliki oleh peternak sapi perah
dibgi menjadi 2 perlakuan yaitu perlakuan kontrol (P)) dan Perlakuan 1 (P1).
Pemberian protein pakan adalah 14,55% (P0) dan 16,11% (P1) dengan
imbangan energi 1,73 Mkal/kg (P0) dan 1,61 Mkal/kg (P1). Kadar PK pada
ransum pakan yang baik berkisar pada 14 sampai 18%. Data yang
diperoleh meliputi konsumsi nutrien, MUN dan kadar protein susu dianalisis
dan 22,88±6,66 mg/dL, hasil dari kadar protein susu diperoleh dari
40
3,18±0,14%. Kesimpulan yang diambil dari penelitian yaitu dengan
41
DAFTAR PUSTAKA
42
Eicher, R., E. Bouchard., M. Bigras-Poulin. 1999. Factors affecting milk urea
nitrogen and protein concentrations in Quebec dairy cows.
Preventive Veterinary Medicine Journal. 39: 53-63.
Ferguson, J.D. 2003. Interpretation of Milk Urea Nitrogen (MUN) Values.
Center of Animal Health and Production. University of
Pennsylvania. Tersedia pada: https://research.vet.upenn.edu/
DairyPoultrySwine/ DairyCattle/ MUN/ MilkUreaNitrogen
/tabid/1596/ Default.aspx. Diakses pada 5 Mei 2018.
Gustaffson, A.H. and J.C Palmquist. 1993. Effects of silage quality, protein
evaluation systems and milk urea content on milk yield and
reproduction in dairy cows. Livest. Prod. Sci. 37: 91-105.
Hadi, R.F. 2008. Pengaruh pemberian suplementasi protein terhadap
konsumsi dan kecernaan nutrient pakan basal jerami kacang
tanah. Skripsi Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada.
Yohyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1983. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil
Olahanya. Liberty. Yogyakarta.
Hanifah, A. 2005. Tampilan Profil Cairan Rumen dan Darah serta Lemak
Air Susu Akibat Pemberian Sauropus androgynus (L) Merr (Katu)
dalam Ransum Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan.
Gramedia Press. Jakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, A.D. Tillman. 2005. Tabel komposisi
Pakan Untuk Indonesia. Universitas Gadjah Mada Press.
Yogyakarta.
Hof, G., M. D. Vervoorn, P. J. Leaners, S, Tamminga. 1997. Milk Urea
Nitrogen as a Tool to Monitor the Protein Nutrition of Diary Cows.
Journal of Dairy Science. 80: 3333-3340.
Hwang, S.Y., M.J. Lee, and P.W.S. Chiou. 2000. Monitoring nutritional
status of dairy cows in Taiwan using milk protein and milk urea
nitrogen. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 13(12): 1667-1673.
Ishler, V.A. 2016. Interpretation of Milk Urea Nitrogen (MUN) Values.
https://extension.psu.edu/ interpretation-of- milk -urea -nitrogen -
mun-values. Diakses pada 21 November 2018.
Ismail, R., 2011. Kecernaan in vitro, http://rismanismail21.wordpress.com/
2011/05/22/nilai-kecernaan-part4. Diakses pada 5 Mei 2018.
Jonker, J.S., R.A. Kohn, and R.A. Erdman. 1998. Using milk urea nitrogen
to predict nitrogen excretion and utilization efficiency in lactating
dairy cows. J. Dairy Sci. 81: 2681-2692.
43
Karti, P.D.M.H.K., L. Abdullah, D.A. Astuti, N. Kurniaty, dan R. Nissa. 2012.
Production and quality of pasture with introduce legume of diary
goats. Proceeding of the 1st asia dairy goat conference. Kuala
Lumpur. Malaysia.
Kamal, M. 1994. Nutrisi Ternak I. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas
Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kearl, L.C. 1982. Nutrient requirement of Ruminants in Developing Coutries.
International Feedingstuffs Institue, Utah-USA.
Kirchgessner, M., M. Kreuzer, and D.A. Roth-Maier. 1986. Milk urea and
protein content to diagnose energy and protein malnutrition of
diary cows. Arch. Anim. Nutr. Berlin. 36(2-3): 192-197.
Klein, B.D. 2013. Cunningham’s Textbook of Veterinary Physiology Fifth
Edition. Elsevier. China. pp. 322-324.
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Tersedia pada:
http//tekpan.unimus.ac.id/ wp-content/ uploads/ 2013/ 07/
TEKNOLOGI-PENGOLAHAN-SUSU.pdf. Diakses 23 Februari
2018 pukul 14.00.
Lee, S.W., J.S. Yang, Y. Chouinard, and N. Nguyenvan. 2006. Effect of
detary soybeans extruded at different temperatures on dairy cow
milk composition. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 19: 541 - 548.
McDonald, P., R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh, and C.A. Morgan. 2002.
Animal Nutrition. 6th Edition. Ashford Color Press Ltd., Gosport. pp.
495-514.
Milkotronic. 2008. Booklet Ultrasonic Milk Analyzer. Tersedia pada:
https://www.milkotronic.com/FAQ.html. Diakses 7 Desember
2018 pukul 11.00.
Murni, R. Akmal, dan Y. Okrisandi. 2012. Pemanfaatan kulit buah kakao
yang difermentasi dengan kepang Phanerochaete chrysospiorum
sebagai pengganti hijauan dalam ransum ternak kambing.
Agrinak. 02: 01.
Musnandar, E. 2011. Efisiensi Energi Pada Sapi Perah Holstein yang diberi
Berbagai Imbangan Rumput dan Konsentrat. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains. Fakultas Peternakan Universitas
Jambi. Jambi. 13: 2 pp 53-58.
Nanda, E. D., A. Anang, dan H. Indrijani. 2017. Model Kurva Produksi Susu
Sapi Perah Friesian Holstein Periode Laktasi 1 dan 2 di PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan. Fakultas Peternakan. Universitas
Padjajaran.
NRC. 1988 Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6th Edition. Revised.
National Academic Press. Washington, DC. pp. 72.
44
Ozeleam, H., F. Kirkpinar, and K. Tan. 2015 Chemical composition, in vivo
digestibility and metabolizable energy values of caramba (Lolium
multiform cv. caramba) fresh, silage and hay. Asian Australas.
Journal Animal Science. 28:1427-1432.
Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Gramedia. Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia.
University Indonesia Press. Bogor.
Peyraud, J. L., B. P. Widyobroto, P. Faverdin. 1993. Effect of Addition of
Water-Filled Bladders or Volatile Fatty Acids into the Rumen on
Digesta Passage in the Dairy Cow Eating Ad Libitum. Annales de
zootecnie. 42 (2). 187.
Petri, R.M., R.J Foster, W. Yang, J.J. McKinnon, and T.A McAllister. 2012.
Characterization of rumen bacterial diversity and fermentation
parameters in concentrate fed cattle with and without forage.
Journal of Applied Microbiology. 112: 1152 – 1162.
Powell, J.M., M. J. Aguerre, and M.A. Wattiaux. 2011. Feeding tannins to
dairy cows abetes ammonia emissions from brans and soil.
Terdapat pada http://www.agrodiv.org/ documents/ denver11/
Agriculture%20
and%20Air%20Quality/Ag%20Air%20Qual%20Matias%20Aguerr
e%20and%20Powell_2011.pdf. Diakses: 2 April 2018 pukul 21.20.
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. Edisi kedua.
BPFE. Yogyakarta.
Robinson, P.H. 2003. Estimating the energy values of diary feeds:
Evaluating UC Davis and NRC equation. Tersedia pada:
http//animalsciene.ucdavis.edu/faculty/robinson/articles/fullteks/p
df/web200303.pdf. Diakses: 20 Maret 2018 pukul 09.30.
Ranjhan, S.K. 1981. Animal nutrition in tropics. 2nd Rvised Edition. Vikas
Publishing House PVT LTD. New Delhi.
Rochijan. 2014. Pengaruh pemberian rumen undegraded protein terhadap
produksi dan reproduksi sapi perah. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Santoso, K.A., D. Kusuma, dan T. Harmat. 2009. Profil Usaha Peternakan
Sapi Perah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Bogor. pp. 19.
Schmidt, G. H. 1971. Biology of Lactation. Freeman and Company. San
Francisco.
Setiawan, H. 2017. Hubungan Antara Konsumsi Protein Pakan Dengan
Produksi dan Protein Susu Sapi Perah Rakyat di Kabupaten
Klaten. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro.
Semarang.
45
Siregar, S. 1990. Sapi Perah Jenis, Teknik Pemeliharaan, dan Analisis
Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soebarinoto, S. Chuzaemi, dan Mashudi. 1991. Ilmu Gizi Ruminansia.
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Malang. pp. 32-35.
Soeparno. 1992. Faktor komposisi dan karakteristik fisik susu. Laporan
Penelitian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Universitas Gadjah Mada
Press. Yogyakarta.
Soewardi, B., 1974. Ilmu makanan ternak ruminansia. Departemen
Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Sudono, A., R. F. Rosdiana dan B.S Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah
Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Depok.
Sukardi. 2005. Metabolisme protein pakan dan laju penurunan produksi
susu akibat pemberian Sauropus androgynus Merr (Katu) pada
ransum sapi perah Friesian Holstein. Program Pasca Sarjana.
Universitas Diponegoro. Semarang. (Tesis).
Sukarni. 2006. Produksi dan kualitas air susu kembing Peranakan Ettawa
yang diberi tambahan urea molases blok dan dedak padi pada
awal laktasi. Jurnal Animal Production. 1: 427-441.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Departemen
Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Sutton, J.D. and S. V. Morrant. 1989. A Review of the Potential of nutrition
to Modify Milk Fat and Protein. Livest. Prod. Sci., 23: 219-237.
Sodiqin, M. 2012. Produksi susu dan pemberian pakan sapi perah di
Kawasan usaha peternakan sapi perahKecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Talib, C., A. Anggraeni dan K, Diwyanto. 2000. Evaluasi Genetik Sapi Perah
FH Sebagai Ternak Penghasil Bibit. Jurnal Ilmiah Pertanian. VI
(2). 149-155.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. pp. 88.
Umiyasih, U. dan Y.N. Anggraeni. 2007. Petunjuk teknis ransum seimbang,
strategi pakan pada sapi potong. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Loka Penelitian Sapi Potong Grati,
Pasuruan.
46
Van den Band, H., M.J.W. Heetkamp, N. Saede, J.W. Mschrama, and B.
Kemp. 2000. Energy balance of lactating principarous sours as
effected by seeding level and dietary energy source. J. Anim. Sci
78: 1520-1528.
Van Straalen, W.M., C. Salaun, W.A.G. Veen, Y.S. Rijpkema, G. Hof, and
T. Boxem. 1994. Validation of protein evaluation system by means
of milk production experiments with dairy cows. Wag. J. Life scie.
42 (2): 89-104.
Wardani, S. 2004. Tampilan Konsumsi Serat, TDN Ransum, Air Minum,
Produksi dan Kandungan Lemak Susu Sapi Perah Friesian
Holstein pada Ketinggian Tempat yang berbeda. Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
Wenninger, A. and O. Distl. 1994. Urea and acetone in milk as indicators for
nutritional fertility disorder of dairy cattle. Dtsch. Tieraeztl. Wschr.
101: 152-157.
Wickes, R.B. 1983. Feeding experiment with dairy cattle. Dairy Cattle
Reaserch Techniques. Edited by Termount-Queensland of
Primary Industries. Australia.
Widodo, F. Wahyono dan Sutrisno. 2012. Kecernaan Bahan Kering,
Kecernaan Bahan Organik, Produksi VFA dan NH3 Pakan
Komplit Dengan Level Jerami Padi Berbeda Secara In Vitro.
Animal Agricultural Journal. 1 (1). 215 - 230.
Widyobroto, B.P. 2013. Implementasi Sistem Penyusunan Ransum Sapi
Perah di Indonesia Berdasarkan Protein Tercerna di Intestinum.
Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Widyobroto, B. P., S.P.S. Budhi dan A. Agus. 2007. Pengaruh Aras
Undegraded Protein dan Energi Terhadap Kinetik Fermentasi
Rumen dan Sintesis Protein Mikroba Pada Sapi. Journal of the
Indonesian Tropical Animal Agriculture. 32 (3). 194-200.
Widyobroto, B. P., S. P. S. Budhi and A. Agus. 2010. Effect of Protein
Undegraded Supplementation on Production and Composition of
Milk in Dairy Cows. Journal of the Indonesian Tropical Animal
Agriculture. 35 (1). 27-33.
Widyobroto, B. P., S. P. S. Budhi, dan A. Agus. 1999. Effect of Undegraded
Protein Level on Nutrient Digestibility and Microbial Protein
Synthesis of Dairy Cows. Protein Metabolism and Nutrition. Book
of Abstracts of the VIIIth.
Wilson JR and Kennedy PM. 1998. Plant and animal constraints to voluntary
feed intake associated with fibre characteristic and particle
breakdown and passage in ruminants. Aust. J Agriculture. 47:
199-225.
47
Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gramedia
Pustaka. Jakarta.
48
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan restu orang tua serta
peran dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat dan
1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., selaku Dekan Fakultas
2. Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., selaku wakil dekan
Gadjah Mada.
3. Prof. Dr. Ir. Budi Prasetyo Widyobroto, DESS., DEA., IPU. Selaku
skripsi ini.
skripsi.
49
6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Mada.
10. Bapak Sholeh, Bapak Iskandar, dan Bapak Agus selaku peternak di
11. Segenap keluarga saya Drs. Moch Nursodiq, Laila Indawati., S. pd,
Naufal Nurfadila Amin, Sonny Effendi, dan Zulfa Sofiati atas kasih
50
16. Teman-teman Simmental 2013 yang telah menemani dari awal hingga
akhir.
penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
manfaat.
51
LAMPIRAN
Keterangan :
X = bobot silica disk
Y = bobot sampel sebelum ditanur
Z = bobot silica disk + sampel ditanur
52
Lampiran 2. Penentuan kadar bahan organik (BO) (AOAC,2015)
Prinsip : Suatu bahan bila dipanaskan pada suhu 550 sampai 600 OC
selama beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan teroksidasi
menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap sedang yang tertinggal
disebut abu.
Materi : silicca disk, desikator, tang penjepit, oven dan timbangan
analitik.
Metode : silicca disk dikeringkan dengan oven pengering pada suhu
105OC selama satu jam, kemudian didinginkan dengan desikator selama
satu jam bila sudah satu jam ditimbang (X gram). Sampel ditimbang (Y
gram), dimasukkan dalam silicca disk kemudian ditanur pada suhu 550
sampai 600OC hingga cuplikan berwarna putih. Setelah suhu diturunkan
sampai suhu 105OC kemudian dimasukkan ke dalam desikator. Sampel
dimasukkan dalam desikator dan setelah dingin diti,bang (Z gram). Kadar
abu diperoleh dengan rumus :
Kadar bahan organik = (X+Y-Z) x 100%
Y
Keterangan :
X = bobot silica disk
Y = bobot sampel sebelum ditanur
Z = bobot silica disk + sampel ditanur
53
Lampiran 3. Penentuan kadar serat kasar (SK) (AOAC,2015)
Prinsip : Semua senyawa orgnik kecuali serat kasar akan larut bila
direbus dalam H2SO4 1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N)
yang berutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang
tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya bobot setelah
dibakar 550 sampai 600OC adalah serat kasar.
Materi : Alat yang digunakan yaitu beaker glass 600 ml, pemanas,
saringan linen, serat gelas, penyaring Buchner atau gooch crucible, gelas
arloji, tang penjepit, desikator, tanur 550OC dan timbangan analitik. Reagen
yang digunakan yaitu H2SO4 1,25% (0,255N), NaOH 1,25% (0,313 N) dan
ethyl alcohol.
Metode : Sampel ditimbang kurang lebih 1 gram (X gram) dan
dimasukkan dalam beaker glass, ditambah 200 ml H2SO4 1,25% kemudian
dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit, lalu disaring dengan
saringan linen dengan bantuan pompa vaccum. Residu yang dihasilkan
dimasukkan dalam beaker glass kemudian ditambah 200 ml NaOH 1,25%
dan didihkan selama 30 menit. Hasil yang didapat disaring dengan crucible
yang telah dilapisi dengan glass wool dengan bantuan pompa vaccum
dicuci dengan beberpa ml air panas setelah itu dengan 15 ml ethyl alcohol
95%. hasil saringan termasuk glass wool dimasukkan dalam oven
pengering suhu 105OC semalaman dan didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang (Y gram). sampel dibakar bersama isinya di dalam
tanur pada suhu 550 sampai 600OC sampai berwarna putih seluruhnya.
Sampel dikeluarkan dari tanur dan didinginkan dalam desikator kemudian
setelah dingin ditimbang (Z gram). Kadar serat kasar ditentukan dengan
rumus :
Kadar serat kasar = Y-Z x100%
X
Keterangan :
X = bobot sampel awal (gram)
54
Y = bobot sampel setelah oven
Z = bobot sisa pembakaran 550 sampai 600OC
55
Keterangan :
X = jumlah titrasi sampel (ml)
Y = jumlah titrasi blanko (ml)
N = normalitas HCl
Z = bobot sampel (g)
Lampiran 5. Penentuan kadar lemak kasar (LK) (AOAC,2015)
Prinsip : Lemak dapat diekstraksi menggunakan ether atau pelarut
lemak lain menurut soxhlet kemudian ether diuapkan dan lemak dapat
diketahui bobotnya.
Materi : Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat ekstraksi dan
kertas saring lalu penampung, alat pendingin, oven pengering 105 OC,
desikator, tang penjepit, timbangan analitik dan kertas saring bebas lemak.
Metode : Sampel ditimbang 0,5 gram (X gram) dan dibungkus dengan
kertas saring bebas lemak. Masing-masing bungkus dimasukkan dalam
oven 105OC selama semalam kemudian ditimbang dalam keadaan panas
(Y gram) kemudian dimasukkan dalam extractor soxhleth. Labu
penampung dan alat ekstraksi diisi dengan petroleum benzene sekitar 1/2
dari volume labu penampung. Labu penampung dan tabung soxhleht
dipasang pendingin dan pemanas dihidupkan. Ekstraksi dilakukan selama
16 jam (sampai petroleum benzene dalam alat ekstraksi berwarna jernih).
pemanas dimatikan kemudian sampel diambil dan dipanaskan dalam oven
105OC selama semalam. Sampel diambil dan dimasukkan dalam desikator
kemudian ditimbang (Z gram).
Kadar lemak kasar = Y-Z x100%
X
Keterangan :
X = bobot sampel awal (gram)
Y : bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105OC
Z : bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105 OC (setelah
ekstraksi) gram
56
Lampiran 6. Perhitungan kebutuhan energi dan protein ternak (Wickes,
1983)
Perhitungan 4% FCM
4% FCM = (0,4) (Kg produksi susu) + 15 (kg lemak)
Kontrol (P0)
4% FCM = (0,4) (14,20 kg) + 15 (0,56)
= 14,00 Kg
Perlakuan (P1)
4% FCM = (0,4) (14,40) + 15 (0,57)
= 14,15 Kg
57
Kebutuhan protein total = 0,403 + 1,26 = 1,66 kg
P1 (perlakuan)
Kebutuhan untuk produksi 14,40 kg = 14,40 x 0,09 = 1,29 kg
Kebutuhan protein total = 0,403 + 1,29 = 1,69 kg
Lokasi kandang
penelitian
Sumber : http//google.map/
Gambar 1. Peta desa Bocek Karangploso Malang
Karangploso adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi
Jawa Timur. Karangploso merupakan sebuah kecamatan Desa
Tawangargo dan Desa Bocek merupakan desa yang kultur agrarisnya
masih terlihat kental Secara geografis Desa Bocek terletak pada posisi
7°21′-7°31′ Lintang Selatan dan 110°10′-111°40′ Bujur Timur. Topografi
ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 715 m di
atas permukaan air laut. Luas Wilayah Desa Bocek adalah 1.478.741 Ha.
58
Lampiran 8 Data rata-rata komposisi susu per minggu
59
Lampiran 9. Kebutuhan nutrisi harian untuk sapi perah ( Tillman et al,
1998).
60
Lampiran 10. kebutuhan nutrient sapi perah laktasi berdasarkan produksi
susu dan kadar lemak dengan bobo badan 450 kg (NRC,
2001)
Milk Fat True DMI LW NEL RDP RUP RDP RUP CP
(kg) (%) Protein (kg) change (Mcal (g) (g) (%) (%) (%)
(%) (kg) )
10 4,0 3,0 12,4 0,9 15,3 1240 230 10,0 1,9 11,9
10 4,0 3,5 12,4 0,8 15,6 1240 320 10,0 2,6 12,6
10 4,0 4,0 12,4 0,8 15,9 1240 420 10,0 3,4 13,4
10 4,5 3,0 12,7 0,9 15,7 1270 230 10,0 1,8 11,8
10 4,5 3,5 12,7 0,8 16,0 1270 320 10,0 2,5 12,5
10 4,5 4,0 12,7 0,8 16,3 1270 410 10,0 3,2 13,2
10 5,0 3,0 12,9 0,9 16,2 1290 220 10,0 1,7 11,7
10 5,0 3,5 12,9 0,8 16,5 1290 310 10,0 2,4 12,4
10 5,0 4,0 12,9 0,8 16,8 1290 400 10,0 3,1 13,1
20 4,0 3,0 16,0 0,4 22,7 1560 680 9,8 4,3 14,1
20 4,0 3,5 16,0 0,3 23,2 1560 860 9,8 5,4 15,2
20 4,0 4,0 16,0 0,2 23,8 1560 1040 9,8 6,5 16,3
20 4,5 3,0 16,5 0,4 23,6 1610 660 9,8 4,0 13,8
20 4,5 3,5 16,5 0,3 24,2 1610 840 9,8 5,1 14,9
20 4,5 4,0 16,5 0,2 24,8 1610 1030 9,8 6,2 16,0
20 5,0 3,0 17,0 0,4 24,5 1660 650 9,8 3,8 13,6
20 5,0 3,5 17,0 0,2 25,1 1660 830 9,8 4,9 14,7
20 5,0 4,0 17,0 0,1 25,7 1660 1010 9,8 5,9 15,7
30 4,0 3,0 19,5 -0,1 30,1 1870 1130 9,6 5,8 15,4
30 4,0 3,5 19,5 -0,3 30,9 1870 1400 9,6 7,2 16,8
30 4,0 4,0 19,5 -0,4 31,8 1870 1670 9,6 8,6 18,2
30 4,5 3,0 20,3 -0,2 31,5 1940 1110 9,6 5,5 15,1
30 4,5 3,5 20,3 -0,3 32,3 1940 1380 9,6 6,8 16,4
30 4,5 4,0 20,3 -0,5 33,2 1940 1650 9,6 8,1 17,7
30 5,0 3,0 21,1 -0,2 32,8 2000 1090 9,5 5,2 14,7
30 5,0 3,5 21,1 -0,4 33,7 2000 1360 9,5 6,4 15,9
30 5,0 4,0 21,1 -0,6 34,6 2000 1630 9,5 7,7 17,2
61
Lampiran 11. Analisis statistik konsumsi pakan
Group Statistics
Std. Error
Perlakuan N Mean Std. Deviation Mean
62
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Std. Interval of the
(2- Mean Error Difference
tailed Differen Differe
F Sig. t df ) ce nce Lower Upper
Konsumsi Equal
BK variances 30.375 .001 -2.033 6 .088 -.13500 .06640 -.29746 .02746
assumed
Equal
variances -2.033 4.753 .101 -.13500 .06640 -.30838 .03838
not assumed
Konsumsi Equal
BO variances 5.400 .059 .279 6 .790 .01000 .03582 -.07766 .09766
assumed
Equal
variances .279 5.299 .791 .01000 .03582 -.08055 .10055
not assumed
Konsumsi Equal
PK variances 1369.000 .000 -6.126 6 .001 -.17750 .02898 -.24840 -.10660
assumed
Equal
variances -6.126 3.045 .008 -.17750 .02898 -.26895 -.08605
not assumed
Konsumsi Equal
SK variances 54.000 .000 -4.465 6 .004 -.14000 .03136 -.21673 -.06327
assumed
Equal
variances -4.465 4.046 .011 -.14000 .03136 -.22667 -.05333
not assumed
Konsumsi Equal
TDN variances 1536.000 .000 .360 6 .731 .04000 .11113 -.23193 .31193
assumed
Equal
variances .360 3.158 .742 .04000 .11113 -.30388 .38388
not assumed
63
Lampiran 12. Analisis statistik komposisi susu
Group Statistics
Perlakua
n N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Lemak Susu P0 4 4.3050 .75862 .37931
P1 4 4.1100 .57009 .28504
Protein susu P0 4 3.4525 .55919 .27959
P1 4 3.1825 .14175 .07087
Laktosa P0 4 5.4125 .13326 .06663
P1 4 5.4175 .21077 .10539
SNF P0 4 8.7725 .24005 .12003
P1 4 8.4525 .22618 .11309
Total solid P0 4 13.0750 .97463 .48731
P1 4 12.5625 .70391 .35196
64
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std. Interval of the
Mean Error Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
Lemak Equal
Susu variances .305 .601 .411 6 .695 .19500 .47447 -.96599 1.35599
assumed
Equal
variances not .411 5.569 .696 .19500 .47447 -.98812 1.37812
assumed
Protein Equal
susu variances 2.349 .176 .936 6 .385 .27000 .28844 -.43578 .97578
assumed
Equal
variances not .936 3.384 .411 .27000 .28844 -.59174 1.13174
assumed
Laktos Equal
a variances .704 .434 -.040 6 .969 -.00500 .12468 -.31009 .30009
assumed
Equal
variances not -.040 5.068 .970 -.00500 .12468 -.32422 .31422
assumed
SNF Equal
variances .081 .785 1.940 6 .100 .32000 .16491 -.08352 .72352
assumed
Equal
variances not 1.940 5.979 .101 .32000 .16491 -.08387 .72387
assumed
Total Equal
solid variances .270 .622 .853 6 .427 .51250 .60112 -.95839 1.98339
assumed
Equal
variances not .853 5.460 .430 .51250 .60112 -.99436 2.01936
assumed
65
Lampiran 13. Data milk urea nitrogen
Konsentrasi milk urea nitrogen (mg/dL)
Kelompok
1 2 3 4 Rata-rata
Kontrol (P0)
1 19,8 22,8 22,5 14,8 19,97
2 19,5 22 18,4 20,8 20,17
3 25 26,3 20,3 28,7 25,07
4 27,8 18,8 15,3 18,7 20,15
Perlakuan (P1)
1 13,8 19 19,1 17,5 17,35
2 27 30,8 26,8 18,7 25,83
3 32 29,3 16,7 20,8 24,7
4 29 33,5 17 15,1 23,65
Perlaku
an N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Kadar Equal
-
MUN variances 11.532 .002 -.789 30 .436 1.94913 -5.51815 2.44315
1.53750
susu assumed
Equal
-
variances -.789 24.764 .438 1.94913 -5.55375 2.47875
1.53750
not assumed
66
67