Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Bioteknologi Ternak Dosen : Dr.Ir. Hendri MS Dt. TNH


Praktikum :1 Dr.Ir. Jaswandi MS.
Hari/Tangaal : Jumat/15 mei 2015 Asisten : 1. Ermanto Putra
Tempat : Lab. FISREP 2. Heru
Kelompok :3 3. Nurleni

“PENAMPUNGAN SEMEN”

Yudha Endra Pratama


1210611036

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SAW,karna atas berkat dan rahmat-
Nyalah penulis bisa melaksanakan praktikum “BIOTEKNOLOGI TERNAK” dan tak lupa
juga kita bershalawat atas nabi kepada Rasulullah Muhammad SAW karena beliu juga yang telah
mmbawa kita dari alam kejahiliyan menuju ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan saat ini.
Penulis juga tak lupa menucapkan banyak terimah kasih kepada dosen dan asisten yang
telah bersedia membimbing penulis dalam praktikum maupun dalam perkulihan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan sesuai dengan waku yang telah ditentukan .
Penulis juga menyadari laporan inisangat jauh dari kata sempurna makadari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan laporan ini baikuntuk
penulis sendirimaupun untuk pembaca, dan untuk itupula penulis mengucapkan banyak terimah
kasih.

Padang, Mei 2015

Yudha Endra Pratama

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar. Manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan daya
cipta yang dimiliki. Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat dewasa ini adalah teknologi
reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan
yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk
(keturunan). Salah satu teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi
buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination yang berarti
memasukkan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa)
yang diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen.
Teknologi modern pada zaman sekarang telah mampu mengatasi masalah kemandulan
(bagi manusia) dan menghasilkan bibit-bibit unggul (bagi hewan yang dapat menguntungkan
manusia), khususnya dalam bidang bioteknologi. Hal tersebut dapat dilakukan diantaranya
dengan melalui inseminasi buatan.
Dari hasil kemajuan bioteknologi tersbut, sekarang telah tersedia inseminasi buatan,
fertilisasi atau pembuatan in vitro dan rahim kontrak. Kemajuan bioteknologi tersebut apabila
diterapkan pada dunia hewan, maka akan mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi manusia.
Namun, jika kemajuan bioteknologi diaplikasikan pada manusia, maka akan menghasilkan
dampak yang positif dan dampak yang negatif. Dampak posotof dapat diambil dari orang-orang
yang telah menikah, tetapi tidak bisa mempunyai anak, maka agar keinginan untuk mempunyai
anak dapat terwujud, maka dapat dilakukan dengan melalui bayi tabung atau rahim kontrak.
Sedangkan dampak negatifnya yaitu dapat menimbulkan kekacauan dalam sistem keturunan
manusia.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalan inseminasi buatan adalah kegiatan
penampungan semen.Penampungan semen merupakan salah satu mata rantai kegiatan Inseminasi
Buatan (IB) untuk mendapatkan semen dengan kualitas yang optimal, sehingga seluruh mata
rantai harus berjalan dengan baik untuk menghasilkan kualitas semen terbaik. .
1. 2 Rumusan Masalah
Seiring dengan berkembangnya teknologi maka dalam manajemen reproduksi ternak,
peternak mulai meninggalkan kawin alam dan lebih mengutamakan inseminasi buatan pada
ternak yang dimilikinya.Sehingga balai inseminasi buatan (BIB) harus menghasilkan semen beku
yang berkualitas.Semen beku yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu teknik penampungan semen.yang menjadi permasalahan adalah metode mana yang paling
baik diterapkan untuk mengasilkan semen yang berkualitas dan bebas dari kontaminasi. Untuk
itu perlu dibahas lebih lanjut mengenai penampungan semen dengan metode vagina buatan.
1. 3 Tujuan dan Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui teknik penampungan semen pada ternak.
2. Mahasiswa dapat mempraktekkan tata cara penampungan semen pada ternak.
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan masing – masing metode.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Penampungan Semen
Berbagai cara penampungan semen untuk keperluan inseminasi buatan telah banyak
dilakukan dan dikembangkan. Diantaranya dengan cara menyedot sperma dari vagina sesudah
kawin alam. Ada pengumpulan semen pada sapi dengan cara masase atau pengurutan yaitu
memasukkan tangan ke dalam rectum dan mengurut bagian saluran reproduksi hewan jantan
yang mengandung semen, hingga semen itu mengalir ke luar melalui penis. Ada juga dengan
cara elektro ejakulasi yaitu dengan menggunakan rangsangan listrik (Toelihere, 1985).
Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya
banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan.
Secara umum penampungan semen adalah ejakulasi yang dipengaruhi oleh factor internal dan
ekternal. Faktor internal yaitu hormon, metabolism, keturunan, makanan, umur, dan kesehatan
secara umum dari pejantan tersebut. Sedangkan faktor eksternal adalah suasana lingkungan,
tempat penampungan, manajemen, para penampung, cuaca, saranan penampungan termasuk
teaster dll. Maka untuk mendapatkan semen yang memenuhi syarat adalah mengamati dan
memperhatikan perilaku setiap pejantan yang akan ditampung semennya. (Sufyanhadi, 2012)
2. 1. 1 Metode Masase
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar
(sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak besar metode
pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi
genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena nafsu
seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau pincang/cedera).
Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya
metode penampungan yang paling baik hasilnya (Sufyanhadi, 2012).
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Case pada tahun 1925, dan kemudian diikuti
oleh Miller dan Evans pada tahun 1934. Teknik yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan
tangan sepanjang 18 – 25 cm ke dalam rektum dan kemudian dilakukan pengurutan pada bagian
kelenjar vesicularis dan ampulae dari bagian depan ke belakang. Pengurutan ini dilakukan
selama dua menit dan biasanya akan dihasilkan semen.
Metode ini jarang dilakukan karena diperlukannya ketrampilan khusus serta pengalaman
dalam hal pengurutan bagian ampulae melalui rektum. Dari hasil penelitian sedikit sekali sapi-
sapi jantan yang merespons metode ini. Kendala lain dari metode ini adalah semen yang
dihasilkan tidak bersih dan mengandung lebih banyak kuman dibandingkan dengan
penampungan semen cara lain. Daerah preputium dan sekitarnya harus dibersihkan dan disepul
dengan larutan NaCl. Penampungan semen dengan metode pengurutan ini lebih mudah pada
pejantan Angus muda dibandingkan dengan pejantan tua, sapi Hereford dan Santa Gertrudis.
2. 1. 2 Metode Elektroejakulator
Apabila penampungan semen tidak bisa dilakukan dengan metode vagina buatan
dikarenakan ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan
dengan menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina buatan adalah
volume yang didapatkan dengan elektro ejakulator adalah dua kali lapit lebih besar dari vagina
buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya. Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat
dilakukan dengan membuang bagian yang tidak mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar
dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan
semen dengan densitas yang baik. Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya
untuk memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi tidak mampu
melakukan perkawinan secara alam akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih
banyak diterapkan pada ternak kecil seperti domba dan kambing karena pada ternak besar lebih
mudah dilakukan melalui metode pengurutan ampula vas deferens (Rinaldi, 2012).

2. 1. 3 Metode Vagina Buatan


Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat
tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Struktur dari alat ini
adalah sebagai berikut :
a. Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastik atau karet.
b. Lapisan dalam terbuat dari bahan seperti balon yang lembut, karena lapisan ini adalah tempat
masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis.
c. Saluran tempat masuknya air dan udara.
d. Selongsong penampungan.
e. Tabung digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan diujung selongsong.
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang paling efektif
diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan
babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan
menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua metode
sebelumnya, semen yang diha silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode
penampungan ini merupakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki
pemancing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang
didesain sedemikianrupa sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap
sebagai ternak betina).
Cara yang paling populer untuk penampungan semen yaitu dengan menggunakan suatu
alat yang disebut vagina buatan. Model vagina buatan yang berkembang sampai sekarang
awalnya merupakan model pertama yang dikembangkan oleh sarjana Rusia, kemudian
dikembangkan oleh negara-negara lain. Model Denmark yang paling banyak dipakai di
Indonesia mempunyai ukuran 40,7 cm dan diameter bagian dalamnya 5,7 cm. Dimensi alat ini
dapat berubah sesuai dengan ukuran besar, umur, dan bangsa sapi. Vagina buatan secara umum
clan meluas telah banyak dipakai untuk penampungan semen pejantan sapi perah atau sapi
potong pada pusat-pusat 113 . Pemakaian alat vagina buatan merupakan simulasi yang sempurna
terhadap perkawinan secara alami, dan semen tertampung dengan kualitas yang jauh lebih baik
daripada metoda lainnya . Alat ini dapat mengatasi kerugian yang diperoleh dengan pengurutan
atau dengan elektro ejakulator. Dengan menggunakan vagina buatan dapat diperoleh semen yang
bersih, maksimal dan spontan keluar (Toelihere, 1985).

BAB III
MATERI DAN METODE
3. 1 Materi
Praktikum mata kuliah bioteknologi ternak ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi
Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas pada hari Jumat 15 mei 2015 mulia
pukul 10.30 sampai 12.00 wib.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah seperangkat vagina buatan yang
terdiri dari tabung ebonite, selongsong karet, corong karet, tabung penampung semen yang
berskala, kain hitam atau kapas penutup, tutup pentine, gelas piala, Kompor pemanas, wajan
untuk metode masase tabung penampung, metode elektroejakulator tentu alat elektroejakulator
tabung penampung, serta phantom. Bahan yang digunakan dalam praktikum penampungan
semen ini adalah vaselin, air hangat, alcohol.
3. 2 Metode
3. 2. 1 Metode Masase
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar
(sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ternak besar metode
pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi
genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena nafsu
seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau pincang/cedera).
Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya
metode penampungan yang paling baik hasilnya (Sufyanhadi, 2012).
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Case pada tahun 1925, dan kemudian diikuti
oleh Miller dan Evans pada tahun 1934. Teknik yang dilakukan adalah dengan cara memasukkan
tangan sepanjang 18 – 25 cm ke dalam rektum dan kemudian dilakukan pengurutan pada bagian
kelenjar vesicularis dan ampulae dari bagian depan ke belakang. Pengurutan ini dilakukan
selama dua menit dan biasanya akan dihasilkan semen.

Teknis penampungan semen dengan metode ini adalah sebagai berikut :


1. Selama pengurutan atau penampungan semen, pejantan tidak boleh diperlakukan kasar dan
harus dibiarkan relaks.
2. Saat memasukkan tangan ke dalam rektum harus diberi pelicin terlebih dahulu.
3. Rektum dibersihkan dari feses
4. Lakukan pengurutan pada kelenjar Vesikularis secara perlahan-lahan selama beberapa menit
dengan cara menekan jari ke bawah dan ke belakang ke arah urethra hingga keluarnya cairan
semen, yakni berupa cairan keruh yang mengandung sperma
5. Asisten siap menampung semen yang keluar dari penis dengan bantuan corong gelas dan
tabung gelas dari preputium atau dari penis
6. Selanjutnya lakukan pengurutan pada ampulae vas deferens dengan cara yang sama
3. 2. 2 Metode Elektraejakulator
Tahapan untuk mempersiapkan penampungan semen dengan menggunakan elektro ejakulator :
1) Pejantan diikat di kandang jepit untuk meminimalkan pergerakannya. Di belakang kedua kaki
belakang kita letakkan sebuah palang yang tebal dan kuat diatas tanah. Palang tersebut adalah untuk
menjaga agar selama ejakulasi, pejantan tidak terpeleset.
2) Probe yang sudah diberi pelicin dimasukkan dalam rectum secara perlahan-lahan.
3) Preputium dicuci dan dikeringkan. Rambut disekitar preputium bisa dicukur apabila sudah panjang.
4) Rangsangan dilakukan secara bertingkat. Ada beberapa tipe elektro ejakulator dan pola
rangsangannya tergantung pada tipe yang digunakan sebaiknya kita ikuti cara pemakaiannya.
5) Hasil ejakulasi umumnya dikumpulkan dalam tabung penampungan yang diikat pada sebuah corong
dan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari cairan seminal yang jernih dan dibuang. Bagian
kedua banyak mengandung spermatozoa.

3. 2. 3 Metode Vagina Buatan


Cara memasang karet pada Vagina Buatan
1. Sebelum pemasangan harus diperhatikan benar bahwa semua bagian - bagian vagina buatan,
karet dan gelas sebelum diratakan harus dalam keadaan kering dan bersih untuk mencegah
kontaminasi pada semen.
2. Selongsong karet dimasukkan ke dalam tabung karet, lalu kedua ujung selongsong karet
dibuka, dikuakkan dan ditempelkan pada bibir tabung kemudian diikat dengan karet.
3. Corong karet dipasang pada salah satu ujung tabung tersebut dan ikat dengan karet kemudian
tabung penampung dipasang pada ekor corong karet dan dikuatkan dengan karet gelang.
4. Tabung penampung dibungkus dengan selongsong kain atau bisa dengan kertas tissu dan
dilapisi bagian luamya dengan alumunium foil. Gunanya untuk menghindari sinar matahari .
5. Air panas antara 48-60°C dimasukkan melalui lubang pada tabung vagina buatan . Tutup
lubangnya agar air tidak dapat ke luar. Jumlah air yang dimasukkan harus sedemikian rupa
sehingga isi dapat menyebar sewaktu pejantan mendorong penisnya ke depan untuk berejakulasi,
biasanya setengah sampai dua pertiganya.
6. Cipratan air dikeringkan dengan serbet atau kertas tissu. Perlakuan ini diperlukan supaya
suhu vagina buatan antara 42-45°C dan keberhasilan ejakulasi bisa dicapai. Setelah lubang air
ditutup, lubang ventilasi udaranya dibuka pelanpelan, udara ditiupkan ke dalamnya sampai karet
selongsong kelihatan agak menggembung. Tutup kembali lubang udaranya
7. Oleskan jelly pada permukaan selongsong karet yang menggembung, diratakan dengan
termometer pada permukaannya
8. Kemudian ujung termometer dimasukan ke dalam selongsong karet tadi untuk pengukuran
air panas. Suhunya antara 42-45°C. Apabila kurang dari 42°C, sebaiknya air diganti dengan yang
lebih panas.
9. Vagina buatan siap dipakai untuk penampungan semen Kondisi air ini bisa berubah-ubah
tergantung kepada suhu udara lingkungan, jenis pejantan dan jarak waktu antara pemasukan air
clan penampungan semen. Lebih dingin suhu di vagina atau suhu lingkungan (suhu udara luar)
harus lebih panas air yang dipakai. Apabila suhu vagina buatan terlalu rendah, pejantan tidak
mau berejakulasi. Kalau terlalu panas, akan membunuh spermatozoa atau menyakiti pejantan dan
menyebabkan takut atau enggan melayani vagina buatan .

BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1 Pembahasan
Menurut SNI semen beku sapi dan kerbau (2008), pejantan harus di seleksi
berdasarkan setandar bibit yang berlaku, yaitu garis keturunannya (pedigree/silsilah)
kemampuan prediksi dan reproduksi keturunannya (progeny) yaitu sebagai berikut.
1. Pejantan yang di pelihara adalah pejantan unggul yang telah lulus uji berasal dari hasil
a. penjaringan ternak. Penjaringan ternak oleh unit pelaksana teknis di daerah harus
mengukuti petunjuk teknis penjaringan yang telah di tetapkan.
b. Pengadaan dari luar.
2. Persaratan teknis. Pejantan yang di pelihara harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a. Memiliki catatan silsilah tetuanya.
b. Terseleksi secara benar dan terarah sebagai pejantan unggul berdasarkan catatan
kemampuan produksi dan reproduksi dari garis keturunan nya.
c. Memenuhi persyaratan kesehatan hewan.
3. Persyaratan reproduksi pejantan telah melalui uji peforma dengan hasil sebagain berikut.
a. Libido tinggi
b. Lingkar skrotim breed/ rumpun sesuai dengan setandar yang di tentukan.
4. Identifikasi pejantan mutlak di lakukan untuk pencatatan, pengamatan dan penandaan
produksi semen yang meliputi
a. Pemasangan identitas pejantan/
b. Data pejantan (nama, kode pejantan). Kode pejantan terdiri dari 5-6 digit,1-2 digit pertama
menandakan kode bangsa, 2 digit tengah menandakan tahun kelahiran pejantan, 2 digit terahir
menandakan no urut pejantan.
Sapi pejantan pemacek diperlukan hanya sebagai donor seperma (Murtidjo, 1990). Sapi
pejantan tersebut tidak di kawinkan secara alami. Manfaat ekonomi dari metode ini adalah
bahwa seekor sapi pejantan pemacek sebagai sumber seperma dapat di pergunakan untuk
mengawini sapi betina sampai 20000 ekor per tahun. Sedangkan sapi pejantan yang di kawinkan
secara alamiah dalam satu tahun sengan1-2 kali perkawinan/minggu hanya mampu melayani 120
ekor betina per tahun dengan menghasilkan pedet 75-100 ekor saja. Selanjudnya sudono (1984)
menyatakan bahwa sapi pejantan pemacekbila dapat di pakai sebagai pejantan pemacek
bila telah berumur 15-18 bulan dan sudah dewasa tubuh.
4. 1. 1 Vagina Buatan
Vagina buatan adalah Sebuah silinder keras dan kaku, terbuat dari karet. Mempunyai
panjang kira-kira 30 cm, diameter ± 6 cm clan tebalnya ± 0,5 cm. Pada 1/3 bagian dari salah satu
ujungnya terdapat lubang penutup yang bisa dibuka dan ditutup. Gunanya untuk jalan keluar
masuknya air dan ventilasi udara. Sebuah selongsong karet yang permukaannya agak halus
berdiameter ± 6 cm dan panjang ± 50 cm. Digunakan sebagai lapisan dalam dari tabung. Corong
yang terbuat dari karet, mulutnya berdiameter ± 7 cm, ekornya berdiameter ± 1,5 cm dan
panjangnya ± 26 cm. Pada badan corong dibuat turisan kecil untuk keluarnya udara. Tabung
untuk penampungan semen terbuat dari kaca yang ujungnya lancip, lebih baik yang berskala.
Dapat juga dipakai tabung sentrifuge yang berskala sampai 15 ml. Bahan pelicin dipakai untuk
melicinkan mulut Vagina Buatan . Pelicin yang biasa dipakai adalah Jelly. Kalau tidak ada bisa
menggunakan vaselin.
4. 1. 1. 1 Persiapan kandang, pejantan dan hewan pemancing
Lokasi penampungan harus bersih dan kering. Kotoran dan lumpur dibersihkan dulu.
Suasana di sekitar lokasi penampungan harus tenang dan tidak banyak orang yang menonton.
Kandang penampung mempunyai lantai atau tempat berpijak yang tidak licin. Atau bisa juga
tempat berpijak sapi jantan dialasi dengan keset yang terbuat dari sabut kelapa berukuran 2x2 m.
Sebelum penampungan semen dimulai, praeputium dan daerah sekitarnya harus dicuci dengan
air hangat, kemudian dikeringkan. Rambut di ujung praeputium tidak boleh terlalu panjang tetapi
jangan digunting terlalu pendek, cukup ditinggalkan 2-5 cm. Penampungan semen dilakukan di
tempat penampungan yang khusus. Kondisi pejantan harus dalam keadan sehat, jangan ditakut-
takuti clan disakiti, jangan dibuat marah, misalnya karena tidak mau ke luar dari kandang lalu
dipecut. Penampungan semen yang terlalu sering dalam satu minggu, jika terus menerus
dilakukan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen. Penampungan yang dilakukan satu
sampai dua kali seminggu akan menjaga kualitas dan kuantitas semen serta kondisi pejantan
tetap baik (partodihardjo,1980).
Ke dalam kandang penampungan diikatkan seekor sapi betina sebagai hewan pemancing.
Dapat juga dipakai sapi jantan kebiri atau jantan yang pendiam. Yang paling baik adalah sapi
betina yang sedang berahi . Bagian belakang dari hewan pemancing sekitar pangkal ekor harus
dibersihkan dari kotoran - kotoran yang menempel.
4. 1. 1. 2 Cara penampungan semen
Untuk mendapatkan semen yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik, perlu dibuat
rangsangan pada sapi jantan yang akan ditampung dengan melakukan pengekangan terhadap
pejantan, dengan jalan membawa pejantan itu mendekati hewan pemancing lalu membawanya
pergi lagi. Membiarkan pejantan itu menaiki hewan pemancing tetapi tidak ditampung
semennya. Pengekangan ini disebut false mount. Satu false mount meninggikan konsentrasi
sperma 50 % dan dua false mount menyebabkan peninggian konsentrasi dua kali lipat
konsentrasi sperma yang diperoleh tanpa pengekangan (Hale Dan Almquist, 1960 ) Rangsangan
ini dapat diulangi satu atau dua kali.
Pada penunggangan berikutnya baru ditampung semennya.Untuk mempertahankan libido
pemancing harus diganti-ganti (Toelihere,1985) . Pada saat penampungan, penampung berdiri di
samping kanan, memegang vagina buatan pada tangan kanan dan mengarahkannya kira-kira 45°
ke atas pada garis horizontal pemancing. Penampung harus sabar menunggu pejantan ereksi dan
menaiki pemancing. Waktu untuk menampung harus tepat. Hal ini dapat diperoleh karena
pengalaman atau kebiasaan. Sesudah pejantan berereksi secara sempurna dan menaiki
pemancing pada saat itulah dilakukan penampungan. Dengan telapak tangan kiri yang mengarah
ke atas, preputium digenggam dan penis yang ereksi ditarik kesamping ke arah vagina buatan.
Penis itu sendiri tidak boleh digenggam dan tersentuh karena dapat menyebabkan
pejantan menarik kembali penis ke dalam preputium dan turun kembali, tetapi kadang-kadang
dapat terjadi ejakulasi sebelum penis memasuki vagina buatan. Ujung penis dikenakan ke mulut
vagina buatan. Pejantan harus dibiarkan mendorong sendiri penisnya ke dalam vagina buatan,
karena gerakan ini yang berupa gesekan perlu untuk ejakulasi. Apabila penampung yang
mendorong vagina buatan menutupi penis yang ereksi, maka kebanyakan pejantan tidak mau
berejakulasi .
Ejakulasi ditandai dengan adanya suatu dorongan tiba-tiba ke depan dan kaki-kaki
belakang pejantan terangkat seolah-olah hendak melompati betina. Sesudah ejakulasi, pejantan
bergerak turun dan vagina buatan ditarik perlahan-lahan ke depan. Setelah penis terlepas ke luar,
vagina buatan segera dibalikkan vertical dengan tabung penampung berada di bawah, lalu lubang
ventilasi udara dibuka sedikit. Atau bisa juga vagina buatan diputar perlahan-lahan membentuk
angka 8 supaya semen yang tertampung dapat turun dan masuk ke dalam tabung penampung .
Setelah kira-kira semua semen turun ke dalam tabung penampung, maka tabung penampung
dilepas dari ekor corong karet dan ditutup . Lalu disimpan dalam termos berisi air hangat 37°C.
Semen ini siap dibawa ke laboratorium untuk dievaluasi .

4. 1. 1. 3 Kelebihan penampungan semen dengan menggunakan vagina buatan


Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang paling efektif
diterapkan pada ternak besar sapi yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan
metode penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit
dua metode lainnya, semen yang dihasilkannya lebih bersih, kualitas lebih baik, maksimal dan
spontan keluar. Hal ini terjadi karena metode penampungan ini meru-pakan modifikasi dari
perkawinan alam.
Sapi jantan dibiarkan menaiki peman-cing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain,
atau panthom (patung ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga oleh pejantan yang akan
ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika pejantan tersebut sudah me-aiki
pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut arahnya dibelokkan menuju mulut vagina
tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan
supaya menyerupai kondisi (terutama dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang
sebenarnya. Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi
badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan metode
penampungan semen menggunakan vagina tiruan pada sapi.
Vaginan tiruan lebih mudah dilakukan dan tidak perlu keahlian khusus sehingga mudah
diterapkan dibandingkan metode lain. Sehingga untuk mendapatkan semen segar
yang berkualitas maka metode vagina buatan hars diterapkan dan dikembangkan guna
meningkatkan bibit unggul dan populasi ternak sehinnga mampu memenuhi permintaan pasar.
4. 1. 2 Masase
Metode ini jarang dilakukan karena diperlukannya ketrampilan khusus serta pengalaman
dalam hal pengurutan bagian ampulae melalui rektum. Dari hasil penelitian sedikit sekali sapi-
sapi jantan yang merespons metode ini. Kendala lain dari metode ini adalah semen yang
dihasilkan tidak bersih dan mengandung lebih banyak kuman dibandingkan dengan
penampungan semen cara lain. Daerah preputium dan sekitarnya harus dibersihkan dan disepul
dengan larutan NaCl. Penampungan semen dengan metode pengurutan ini lebih mudah pada
pejantan Angus muda dibandingkan dengan pejantan tua, sapi Hereford dan Santa Gertrudis.

Kelemahan metode pengurutan :


a. Semen yang dihasilkan berkualitas rendah
b. Resiko kontaminasi urine dan jasad renik cukup tinggi

BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Urutan penggunaan metode penampungan semen dari yang paling sering dan mudah
untuk digunakan sampai ke tang jarang dan sulit serta membutuhkan operator yang ahli mulia
dari menguunakan Vagina buatan, masase, elektroejakulator dan yang terakhir menggunakan
metode koopulasi spermatozoa. Metode penampungan dengan menggunakan vagina buatan lebih
sering dan umum digunakan di lapangan karena kualitas semen yang didapatlebih baik dan tidak
tercampur dengan urin atau minimalisir human eror.
5. 2 Saran
Praktikan hanya memahami cara dan praktek dengan phantom akan berbeda ketika
dengan ternak asli, walaupun hanya simulasitetapi ilmu ini sangat bermanfaat dilapangan dan di
duniakereja. Praktikum dengan waktu yang terlalu singkat dan tergesa – gesa serta kegitaan
praktikum yang terkesan memaksakan.

DAFTAR PUSTAKA

Hammerstedt, R.H. (1993). Maintenance of bioenergic balance in sperm and prevention of lipid
peroxidation. A. review of the effect on design and storage preventation system Reprod. Fert.
Div. 5:675-690.
Partodihardjo, dan Soebadi. 1990. Ilmu Reproduksi Hewan, Mutiara, Jakarta.
Rinaldi.2012. Penampungan Semen Dan SNI Semen Beku.Sumatra Utara. Attribution Non-
commercial
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. dan M.B. Taurin. 1979. Semen Beku edisi ketiga. Departemen Reproduksi Institute
Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai