I. PENDAHULUAN
pada ternak baik itu yang berupa organik maupun yang berupa anorganik yang
ternak ruminansia maupun unggas.karena bahan pakan sangan penting bagi suatu
ternak tersebut.
itu,analisis bahan pakan harus dilakukan sebelum kita membeli bahan pakan
biologis.
secara fisik hanya digunakan melihat kualitas dan kemurnian bahan pakan
tersebut dengan demikian ,jika pembelian tingkat jumblah yang sangat banyak
Analisis proksimat berasal dari bahasa latin yaitu “aproximus” yang berarti
zat gizi dari suatu bahan pakan. Analisis proksimat dapat juga diartikan sebagai
pengujian laboratorium bahan pakan yang akan diformulasi dan diolah menjadi
2
ransum pellet, crumble, mash, dan parameter pengujian. Parameter pengujian ini
meliputi parameter kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, ca
dan p. Hasil analisis proksimat sangat penting dan akurasi sangat berguna dalam
laboratorium menggunakan system ini, alat mahal dan canggih kurang dibutuhkan.
Menghasilkan hasil analisis secara garis besar dari pakan yang bersangkutan,
dapat menghitung table digestible nutrient dan memberi penilaian secara umum
Energi tersebut diperoleh dari pakan yang dimakannya. Energi yang dihasilkan
dari suatu bahan pakan berasal dari tiga nutrient pakan yaitu protein, lemak, dan
tinggi dalam menyumbang sumber energi. Pada hewan non ruminansia ternak
Energi total atau gross energy adalah jumlah panas dalam kalori yang
menghasilkan CO2, H2O dan gas-gas lainnya didalam bomb kalorimeter. Energi
ini ditentukan dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur
pakan dengan mengukur panas yang terjadi. Panas ini diketahui sebagai energi
3
total atau panas pembakaran dari makanan. Penentuan energi bruto menentukan
terkandung paling banyak dalam minyak tertentu. Lipida terdiri dari asam – asam
lemak alkohol. FFA sesuai dengan namanya Free Fatty Acid atau asam lemak
bebas yaitu nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terdapat
lemak tersebut setelah diekstrasi. Semakin tinggi FFA (Free Fatty Acid) bau
bercabang. Asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak bebas
termasuk asam lemak tidak jenuh, karena memiliki rantai rangkap. Mengetahui
besarnya FFA pada suatu bahan pakan sangat penting untuk diketahui. Dengan
mengetahui kadar asam lemak bebas bahan pakan, maka dapat diketahui waktu
lama penyimpanan yang efektif. Karena kadar asam lemak bebas (FFA) yang
tinggi untuk bahan pakan maka kualitasnya jelek yakni mudah tengik. Mudah
tengik disebabkan rantai rangkap dari asam lemak bebas mudah untuk berikatan
dengan oksigen.
pada hari Senin, 11 September 2017 pukul 16.30 s.d selesai, “Pengenalan Alat
dan Uji Fisik” pada hari Selasa, 18 September 2017 pukul 14.30 s.d selesai, dan
“Analisis Proksimat, Gross Energy, dan FFA” tanggal 5-7 Otober 2017 pada
4
pukul 14.30 WIB s.d selesai dan bertempat di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan
2.1 Tujuan
macam tanaman, sifat fisik dari limbah pertanian dan kandungan nutrisinya.
5. Praktikan dapat mengetahui nilai kadar abu, kadar air, serat kasar, protein
2.2 Manfaat
5. Mengetahui luas permukaan spesifik pada setiap bahan pakan yang sebanding
Pakan hijauan untuk ternak ruminansia dapat berupa hijauan segar yang
terdiri dari rumput dan daun-daunan atau dapat berupa limbah pertanian baik yang
meningkatkan produktivitas sapi Bali. Beberapa sumber pakan untuk sapi Bali
areal pematang sawah, pinggir jalan desa dan berada diantara tanaman perkebunan
atau tanaman pangan. Demikian halnya rumput unggul seperti rumput gajah dan
leguminosa pohon (lamtoro, glirisida, turi, dan kaliandra) juga telah banyak
Bahan pakan adalah setiap bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi ternak.
Oleh karena itu agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi
semua persyaratan tersebut, sedang yang dimaksud pakan adalah bahan yang
dapat dimakan, dicerna, dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan
Pengenalan alat dan bahan pakan merupakan hal yang paling mendasar
harus dipahami agar diperoleh hasil yang tepat. Cara pokok dalam perlakuan
umum yang sering dijumpai dalam laboratorium agar memperoleh hasil analisis
praktikum dapat langsung diatasi dengan cepat dan sebaik mungkin. Alat-alat
pembakaran gas. Ada juga alat-alat yang mempunyai jenis dan macam kompleks
ukur, dan lain sebagainya. Alat tersebut mudah terbakar apabila tidak berhati-hati
Secara umum sifat fisik bahan pakan tergantung dari jenis dan ukuran
partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada enam sifat fisik pakan yang penting yaitu
berat jenis, kerapatan tumpukan, luas permukaan spesifik, sudut tumpukan, daya
ambang, dan faktor higroskopis (Jaelani, 2007). Penyediaan bahan pakan pada
Pemilihan bahan tidak akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu sendiri.
Untuk mengetahui berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak serta
Ini merupakan suatu keuntungan bahwa zat makanan, selain mineral dan vitamin
Sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang sangat penting untuk
kimia dan nilai nutrisi saja, tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga ketinggian
Salah satu uji fisik menurut Mujnisa (2008), adalah sudut tumpukan, yaitu
sudut yang terbentuk jika suatu bahan dicurahkan pada bidang datar melalui
sebuah corong. Sudut ini merupakan kriteriaan kebebasan bahan bergerak partikel
dari suatu tumpukan bahan. Besarnya sudut tumpukan dipengaruhi oleh ukuran
partikel bahan, tekstur, berat jenis, kerapatan tumpukan, dan kadar bahan air.
Ukuran partikel kecil maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar.
Pakan bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20° sampai 50°.
9
Air merupakan zat makanan yang paling banyak dan mudah didapat di
alam. Bahan pakan mempunyai kandungan air lebih banyak dibandingkan dengan
kandungan nutrient lainnya. Air yang dimaksud dalam analisis proksimat adalah
semua cairan yang menguap pada pemanasan. Selama beberapa waktu pada suhu
105°C-110°C dengan tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak menguap
golongan dalam pakan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat
organic dan kemudian menimbang disebut kadar abu. Abu hasil pembakaran
dapat digunakan sebagai titik tolak untuk determinasi presentasi zat tertentu yang
terdapat dalam bahan pakan. Kadar abu bahan pakan menunjukkan kualitas dari
Analisis kadar lemak kasar dapat dilakukan dengan metode langsung yang
berprinsip bahwa lemak dapat diekstrak dengan ether atau pelarut lemak lainnya.
Sedangkan metode tidak langsung berprinsip lemak dapat diekstraksi oleh ether
atau pelarut lainnya (Tillman, 1993). Thomson (1993) menyatakan bahwa serat
kasar merupakan salah satu nutrient yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa,
lignin, dan gliserida. Metode pengukuran kandungan serat kasar pada dasarnya
kandungan serat kasar adalah menghilangkan semua bahan yang larut dalam alkali
dihilangkan dengan pendidikan dalam larutan sodium alkali. Residu yang tidak
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
nitrogen bahan pakan. Melalui metode kjedhal yang kemudian dikali dengan
factor protein : 6,25. Angka 6,25 diperoleh dengan asumsi bahwa protein
mengandung 16% nitrogen. Kelemahan analisis proksimat untuk protein kasar itu
sendiri terletak pada asumsi dasar yang digunakan. Pertama diasumsikan bahwa
semua nitrogen bahan pakan merupakan protein padahal kenyataan tidak semua
nitrogen berasal dari protein, dan kedua bahwa kadar nitrogen protein 16% tetapi
kenyataannya tidak semua nitrogen protein tidak selalu 16% (Soejono, 2004).
lainnya seperti abu, protein kasar, serat kasar, dan lemak kasar. Jika jumlah abu,
protein kasar, lemak kasar, dan ekstrak eter dikurangi 100 pembedaan itu disebut
bahan ekstrak tanpa nitrogen. BETN merupakan karbohidrat yang dapat larut
dalam larutan asam dan basa serta memilih daya cerna yang tinggi (Anggorodi,
1994).
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat) dihasilkan oleh alam
yang bersumber dari nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak
tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energy. Komposisi atau jenis asam
lemak dan sifat fisik kimia tiap jenis minyak berbeda-beda. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan sumber, iklim keadaan tempat tumbuh dan pengolahan (Damanik,
2008).
11
Penetapan asam lemak bebas berprinsip bahwa lemak bebas yang terdapat
banyaknya zat yang larut dalam basa atau asam didalam kondisi tertentu. Asam
lemak bebas tidak mengurangi fungsi antioksidan dan melindungi ternak. Apabila
penambahan terlalu banyak kadar lemak bebas, akan merusak mesin karena asam
lemak mudah bereaksi dengan bagian metan yang akhirnya menyebabkan karat
(Sudarmadji, 1997).
Asam lemak digolongkan sebagai asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. Asam lemak tidak jenuh mempunyai dua atau lebih molekul yang hilang.
Molekul-molekul hidrogen tersebut dapat diisi melalui suatu proses yang disebut
hidrogenisa. Asam lemak tidak jenuh mempunyai titik didih yang rendah dan
Nilai gross energy dari bahan makanan dapat dinyatakan dengan cara yang
bahan sehingga diperoleh hasil oksidasi berupa CO2, air dan gas-gas lainnya.
Energi bruto adalah banyaknya panas (diukur dalam sel) yang dilepas apabila
suatu zat dioksidasi secara sempurna dalam bomb kalorimeter (25-30 atm O2).
Bomb kalorimeter berfungsi untuk menentukan energi total dan sampel makanan
(Raharjo, 2002).
12
bila suatu zat dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja O2 dan
air masih mengandung energi akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena
hewan sudah tidak bisa memecah zat – zat melebihi CO2 dan air. Gross energy
diukur dengan alat bomb kalorimeter. Besarnya energi bruto bahan pakan tidak
sama tergantung dari macam nutrient dan bahan pakan (Sutardi, 2004).
Analisis kadar energi adalah usaha untuk mengetahui kadar energi bahan
pakan. Analisis biasanya ditentukan energi bruto terlebih dahulu dengan cara
yang berupa karbondioksida, air dan gas-gas lainnya. Standar energi bahan baku
pakan unggas, digunakan energi metabolisme dan diperhitungkan sekitar 60% dari
proses-proses produksi lainnya. Semua untuk energi diubah kedalam panas. Jadi
energi yang ada hubungannya dengan proses-proses tubuh dinyatakan dalam unit
panas (kalori). Kilokalori (kkal) adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu satu kilogram air derajat celcius dan sama dengan 100 kalori
IV. METODE
4.1 Materi
19.Indigofera Indigofera.sp
14
1. EM4 -
3. Portevit -
8. CuSO4 -
19. Urea -
15
1. Tanur 7. Kondensor
- Corong
- Besi Penyangga
- Timbangan Analitik
- Timbangan Analitik
1. Alat : - Stopwatch
- Nampan
- Timbangan Analitik
- Spidol / Bolpoin
- Timbangan Analitik
- Desikator
- Oven
- Timbangan Analitik
- Tang Penjepit
- Desikator
- Tanur
- Timbangan Analitik
- Tang Penjepit
- Labu Penampung
- Kondensor
- Oven
- Timbangan Analitik
- Waterbath
- Desikator
18
- Cawan Porselin
- Corong
- Kondensor
- Desikator
- Oven
- Tanur
- Tang Penjepit
- Pompa Vacum
- Timbangan Analitik
- Kompor Listrik
- H2SO4 0,7 N
- NaOH 1,5 N
- Aceton
- Aquadest
- Destruktor
- Destilator
19
- Erlenmeyer 125 ml
- Buret
- Pipet Tetes
- Kompor Listrik
- Timbangan Analitik
- Statif
- H2SO4 pekat
- NaOH 40%
- HCl 0,1 N
- Asam Borat
1. Alat : - Kalkulator
- Waterbath
- Erlenmeyer
- Buret
- Pipet Tetes
- Kawat Kalorimeter
- Penggaris
Amati
Siapkan sampel, masukkan kedalam gelas ukur sampai vol : 100 ml jangan
Timbang ± 1 gr bahan
↓
22
pada nampan
Timbang ± 1 gr bahan
minimal 8 jam
Dioven 105° kurang lebih 14 jam, lalu didesikator selama 15 menit, lalu
ditimbang
Dioven pada suhu 105°C selama kurang 14 jam, lalu didesikator 15 menit,
lalu ditimbang
24
dididihkan 30 menit
Kemudian cuci dengan 50 ml air panas, lalu 50 ml H2SO4 0,3 N, lalu dengan 50
Sampel yang sudah dicuci dioven 105°C selama 4 jam lalu didesikator 15
Hitung BETN dengan 100% - kadar (air + abu + protein kasar + lemak
Ditambahkan indicator PP
Sampel dibungkus dengan kertas whatman dan diikat dengan kawat, lalu
Bomb diisi dengan oksigen sampai tekanan 25 – 35 atm, bomb ditutup, lalu
↓
27
5.1. Hasil
5.1.1 Nomenklatur Bahan Pakan Dan Pengenalan Alat
Tabel 1. Nomenklatur Hijauan
No Asal Mula Bagian Proses Tingkat Defoliasi Grade Sumber Gambar
Kedewas
aan
1. Rumput Raja Aerial Segar Dewasa 40-60 PK Energi
(Pennisteum hari 11,3%
purpuroides) SK
17-
22%
Diketahui :
Jarak = 1 meter
Waktu = 1,8 s
Jarak
Jawab : Rumus DA = m/detik
Waktu
40
1
=
1,8
= 0,55 m/detik
Diketahui :
Berat Sampel = 1 gr
Luas = 20 cm2
Luas
Jawab : Rumus LPS = cm2/gr
Berat
20
= cm2/gr
1
= 20 cm2/gr
Diketahui :
D (diameter) = 17 cm
T (tinggi) = 5 cm
2t
Jawab : Rumus ST = Tg α =
d
2.5
Tg α =
17
Tg α = 0,588
α = 30,46
Diketahui :
Berat (B−A)
Jawab : Rumus BJ = gr/ml
Volume
(192,6−130,1)
=
100
62,5
= = 0,625 gr/ml
100
0,1567
: × 100%
2,0017
= 7,87 %
0,056
K.Abu : 2,0017 × 100% = 25,3 %
N HCl = 0,1
ml titran = 5,4
: 47,25%
Berat sampel = gr
0,0539
SK : ×100%
1,0030
: 5,374 %
1,2957-1,1517
: ×100%
1,0039
: 14,344%
ml NaOH = 1,94
N = 0.1
: 0,09%
44
5.1.5.1 BETN
Lemak kasar = 4%
: 35,933%
T = (tc-ta) - r1 x(Ta-Tb)
= 0.272
= 1481,786364
GE total = Hg x 0,985
= 1481,7863 x 0,985
= 1459,55921
45
= 306,0901
5.2 Pembahasan
konsentrat memiliki sember energi perotein dan pada kosentrat terdapat pula
yang ditulis dengan angka Romawi. Setiap kelas kode mempunyai ciri dan
karakter yang khas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartadi (1990) yang
pertama hijauan kering, kelas kedua hijauan segar, kelas ketiga silase, kelas
keempat sumber energi, kelas kelima sumber protein, kelas keenam sumber
mineral, kelas ketujuh sumber vitamin, dan kelas kedelapan feed additives. Bahan
pakan dapat dikatakan sebagai sumber energy jika mengandung protein kasar
mengandung protein kasar (PK) < 20% dan serat kasar (SK) < 18%. Bahan pakan
dapat dikatakan sebagai sumber protein jika mengandung protein kasar (PK) ≥
20%.
46
konsentrat memiliki semper energi dan perotein.dan pada kosentrat terdapat pula
ruminansial,selain itu hijawan bisa dibilang makanan poko (makanan utama) bagi
bagian yang dimakan, peroses, tingkat kedewasaan, defoliasi dan grade atau
kandungan gizi, hal ini sesuai dengan pendapat Hanafi (2013).pemberian nama
defoliasi, dan gerade.nomenkelatur hijawan juga terdiri dari 8 kelas kode bahan
pertumbuhan atau produksi bagi ternak. Sementara itu bagi ternak monogastrik,
konsentrat merupakan pakan utama. Bahan pakan sumber energi dari jenis
konsentrat sebagian besar terdapat dalam bahan pakan asal tumbuhan nabati
ataupun gandum. Bahan pakan sumber energi asal nabati ini umumnya
konsentrat sebagai sumber energi dan sebagai sumber protein. Konsentrat sebagai
sumber protein apabila kandungan protein lebih dari 18%, TDN 60%. Konsentrat
sebagai sumber energi apabila kandungan protein kurang dari 18%, TDN 60% dan
serat kasarnya lebih dari 10%, contohnya : dedak, jagung, pollard (Budi, 2009).
Kecernaan serat kasar pakan non silase lebih tinggi 42,61% dari kecernaan
pakan silase. Kecernaan lemak kasar pakan silase lebih tinggi 14,07% daripada
kecernaan lemak kasar pakan non silase. Kecernaan lemak kasar pakan non silase
dengan sumber protein hewani lebih tinggi 12,06% daripada kecernaan lemak
dasarnya kita dapat melakukan ,sebelum alat digunakan lebih baik dibersihkan
terlebih dahulu dan jangan samapi di simpan dalam keadaan kotor (Budimarwati
2007)
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini juga harus berahati-hati
agar tidak menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan,seperti alat yang terbuat
dari gelas .ada juga alat yang perlu ketelitian yang tinggi dalam penggunaanya
agar hasil seseuai yang ingin dicapai berdasarkan hasil praktikum oleh data
gerapitasi dengan daya ambang berbeda akan terjadi pemisahan partikel dengan
daya yang lebih besar akan jauh lebih dahulu.Daya ambang adalah jarak yang
ditempuh oleh suatu partikel yang dijatuhkan dari atas kebwahselama jangka
waktu tertentu.
49
Daya amabang adalah jarak yang ditempuh oleh suatu partikel bahan yang
dijatuhkan dari atas kebawah dalam jangka waktu tertentu daya amabang
diperoleh darai bahan pakan yang dijatuhkan setinggi 1 meter dan dihitung
Menurut Putri (2010), menyatakan bahwa daya ambang adalah jarak yang
ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah pada bidang
datar selama jangka waktu tertentu dengan satuan m/s. Semakin tinggi nilai daya
ambang berarti waktu yang digunakan untuk pencurahan dan pencampuran dedak
semakin cepat. Hal ini dipengaruhi oleh berat jenis, homogenitas, dan kandungan
Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk dari curahan bahan pakan
pada bidang datar. Sudut tumpukan ini dicari diameter dan tinggi tumpukan bahan
pakan yang dicurahkan. Menurut Khalil (1999) besarnya sudut tumpukan dapat
2𝑡
diukur dengan menggunakan persamaaan tg 𝛼 = dimana (d) diartikan sebagai
𝑑
diameter dan t sebagai tinggi tumpukan. Hasil yang didapat pada saat praktikum
yaitu 30,46°C. Menurut Nugroho (2007) dalam Retnani (2011) bahwa pengukuran
(2010) bahwa sudur tumpukan adalah derajat sudut maksimum tumpukan bahan
50
Luas permukaan spesifik adalah luas yang dimiliki bahan pakan ketika
yaitu 20 cm2. Semakin kecil luas penampang permukaan bahan pakan maka luas
pada bidang bisa dibuat lebih besar. Hal ini diaplikasikan pada penyimpanan
dengan penimbangan zat uji (sampel) dengan berat tertentu sesuai dengan bobot
jenis benda lalu dimasukkan ke dalam tabung sampel, diputar sehingga menekan
serbuk yang ada dalam tabung sampel dan diperoleh porositas dari serbuk didalam
tabung sampel aliran udara akan melewati serbuk yang ada didalam tabung
sampel. Aliran udara yang telah melewati serbuk diukur tekanannya dengan
6.104
LPS =
ρ dm
Pengukuran berat jenis dilakukan dengan menimbang gelas ukur kosong dan gelas
ukur yang telah diisi dengan bahan pakan yaitu bahan pakan tepung jagung
kemudian diselisihkan dan dibagi 100 (volume gelas ukur). Hasil perhitungan
gr
pada saat praktikum yaitu 0,625 /ml. Hal ini sesuai dengan pembahasan Ali
(2008) bahwa berat jenis adalah perbandingan antara massa bahan dengan
ambang dari bahan pakan itu sendiri. Kholil (2006) juga menyatakan hal yang
sama yaitu berat jenis adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume
bahan itu sendiri. Setiap bahan pakan mempunyai berat jenis yang berbeda-beda.
Nurcahya (1999) dalam Latief (2006) menyatakan bahwa nilai berat jenis
Prinsip kadar air, air yang terkandung didalam suatu bahan pakan akan
menguap seluruhnya apabila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105°C. Kadar
air adalah tidak semua air yang menguap tetapi terdapat senyawa asam dan basa
organik yang ikut menguap. Contohnya : asetat (C2), propionat (C3), dan butirat
(C4).
suatu bahan pakan. Bahan pakan yang diuji adalah bungkil kelapa. Menurut
Wijayanti (2009) kadar air ditentukan berdasarkan perbedaan berat sampel dan
52
sesudah dikeringkan. Hal ini sesuai dengan praktikum yang telah dilakukan yaitu
dengan menimbang berat sampel dan cawan sebelum dioven kemudian dikurang
105°C selama 1 jam. Tujuannya untuk menghilangkan kadar air dalam cawan agar
tidak mempengaruhi kadar air dalam bahan pakan. Hal ini sedikit berbeda dengan
corong dikeringkan dalam oven selama 20 menit dan didinginkan dalam desikator.
Hasil perhitungan yaitu 10%. Data diatas menunjukkan sebagian ada yang
dibawah 15% dan ada juga yang diatas 15%. Bahan pakan memiliki kadar air
Sedangkan pada bahan pakan yang mengandung kadar air 15% memiliki peluang
kerusakan relative besar. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Haryanto (2005)
yang menyatakan bahwa kadar air merupakan banyak air yang terkandung
didalam bahan pakan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga merupakan
karakteristik yang sangat penting dalam bahan pakan karena air dapat
bahan pakan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya bahan tersebut.
Kandungan air di dalam bahan pakan mempengaruhi daya tahan bahan makanan
ternak terhadap serangan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air bebas
Kadar abu suatu bahan pakan bila dipanaskan pada suhu 600°C maka
semua zat organiknya akan teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan gas-gas lainnya.
Akhirnya yang tertinggal adalah zat-zat anorganik (abu). Pengertian kadar abu
yaitu tidak semua unsur utama membentuk senyawa organik terbakar dan
teroksidasi tetapi ada oksigen yang tertinggal diabu sebagai oksida dan karbon
sebagai karbonat.
Kadar abu juga disebut kadar mineral yang terkandung pada suatu bahan
pakan. Komponen abu dalam analisis proksimat kurang memberi nilai penting
2002). Menurut Musfiroh (2009), pengukuran kadar abu total dilakukan dengan
arbing ash. Sampel ditimbang dan dimasukkan pada cawan yang sudah diketahui
Perhitungan kadar abu dilakukan dengan membandingkan berat abu dan berat
tubuh esensial bagi tubuh (Pipit, 2009). Tahap penentuan kadar protein melalui 3
tahap yaitu destruksi, destilasi dan titrasi. Hal ini sesuai dengan Haryanto (2010)
bahwa kadar protein dikerjakan melalui 3 tahap yaitu destruksi, destilasi dan
54
titrasi. Menurut Fanny (2006) juga menyatakan hal yang sama penentuan kadar
Dari hasil perhitungan didapat kadar protein dalam bungkil kelapa yaitu
Hal ini berbeda dengan pernyataan Ngadiyono (2014) yang menyatakan bahwa
kadar protein dalam bungkil kelapa yaitu 15%. Menurut Soejono (2004)
protein oleh mikroba, sehingga kandungan protein pakan dapat meningkat dari
kadar awalnya. Jika konsumsi N makanan rendah maka N yang dihasilkan rumen
juga rendah.
Serat kasar yaitu bahan pakan yang bebas air dan lemak akan larut bila
direbus dalam asam basa kuat. Kehilangan bahan organik setelah pemijaran
disebut serat kasar. Serat kasar terbentuk karena terdapat senyawa organik yang
tergolong fraksi serat yang larut didalam asam basa encer, sehingga akan
hemiselulosa.
55
Tahapan penetapan kadar serat kasar meliputi dua kali pendidihan, empat
kali pencucian dan dua kali pemanasan. Sama halnya seperti yang diungkapkan
aceton 25 ml. Sampel dioven selama 1 jam dan ditanur sampai warnanya putih
dan ditimbang.
berbeda dengan pengovenan yang dilakukan selama 4 jam dan ditanur selama 3
jam. Sehingga hasil perhitungan serat kasar yaitu 17%. Kadar serat yang cukup
tinggi karena jika menurut Mujnisa (2008) bahan pakan sumber energi
mengandung protein kurang dari 20% dan serat kasarnya kurang dari 18% atau
lebih. Sesuai dengan pendapat diatas bungkil kelapa mengandung serat kasar yang
cukup tinggi.
Lemak adalah senyawa yang tidak dapat larut dalam air namun dapat larut
dalam pelarut organik (ekstrak ether). Menurut Lukito (2008) menyatakan bahwa
lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik melalui ekstrak ether. Lipid, minyak atau lemak kasar merupakan
pengovenan I dikurangi dengan berat sampel II dibagi berat sampel dikali 100%.
56
Sampel dimasukkan kertas saring kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
80℃ selama kurang lebih 1 jam. Dan dimasukkan dalam alat soxhlet. Setelah itu
diekstraksi dengan petrolium benzen selama 6 jam. Kemudian ekstrak oven lagi
pada suhu 105℃ lalu didinginkan dan ditimbang. Saat praktikum dilakukan
pengovenan selama 4 jam dan dilakukan pengulangan. Hal ini bisa dikarenakan
sampel yang digunakan berbeda karena pada sampel bahan pakan yang berbeda
dengan kandungan yang berbeda maka proses yang dilakukan juga berbeda.
diperoleh bahwa rata-rata 0-8%. Berdasarkan literatur hasil dari lemak kasar
diatas dapat dikatakan tidak normal karena kadar lemak kasar pada bahan pakan
yang terdapat didalam bahan pakan terkadang memiliki kadar lemak yang tinggi
dan rendah. Faktor yang mempengaruhi lemak kasar adalah pengembangan atau
pemelaran bahan tanaman, difusi, pH, ukuran partikel, temperatur dan pilihan
Kadar BETN diketahui dengan mengurangi angka 100% dengan kadar air,
kadar protein, kadar lemak kasar, kadar serat kasar dan kadar abu. Menurut
Anggrodi (1994) kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada
komponen lainnya seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika
jumlah abu, protein kasar, ekstrak eter dan serat kasar dikurangi 100 perbedaan itu
yang dapat larut meliputi monosakarida, disakarida dan polisakarida yang mudah
larut dalam larutan asam dan basa serta memiliki daya cerna yang tinggi.
meningkatnya tinggi protein dalam ransum. Zat makanan relatif sama (kecuali
Penentuan kadar lemak bebas atau Free Fatty Acid (FFA) bertujuan untuk
mengetahui kadar lemak bebas pada pakan ternak. Sampel yaitu bungkil kelapa.
Asam lemak yang digunakan sebagai indikasi dalam tingkat kerusakan bahan
pakan. Seperti yang dinyatakan Apendi (2013) bahwa kadar lemak bebas
karena gugusan aldehid dan keton bereaksi dengan lemak ini yang menunjukkan
kerusakan.
Supernatan adalah cairan yang mengandung asam lemak bebas sedangkan residu
yaitu sisa endapan, sehingga yang digunakan yaitu supernatannya. Caranya yaitu
dengan titrasi menggunakan NaOH 0,1 N yang sebelumnya sudah diberi indikator
58
PP. Sehingga hasil yang didapat 0,8%. Hasil ini sudah ideal karena sudah kurang
dari 1,75%. Karena menurut Indriani (2007) bahwa bahan baku mutu kandungan
Tolak ukur untuk kualitas bahan termasuk asam lemak bebas (Free Fatty
Acid) bilangan peroksida, tingkat ketengikan dan kadar air. Sama halnya yang
dinyatakan Apendi (2013) bahwa kadar asam lemak bebas, dipengaruhi oleh air
yang masuk dalam lemak sehingga terjadi reaksi hidrolisis yang menyebabkan
kerusakan lemak. Winarno (1987) menyatakan bahwa enzim lipase tidak aktif
sama sekali pada temperatur yang tinggi. Disamping itu dengan adanya perbedaan
kadar air dalam bahan juga akan berpengaruh pada proses hidrolisis yang terjadi
dan semakin tinggi kadar air dalam bahan maka akan semakin cepat proses
hidrolisis berlangsung, dengan demikian semakin besar pula asam lemak yang
terbentuk.
kandungan asam lemak bebas yaitu 1,75%. Sedangkan menurut Fauziyah (2008)
batasan presentase asam lemak bebas yang diterapkan SNI 01-3741-2002 yang
berisi syarat kandungan asam lemak maksimal 0,30%. Kenaikan kadar asam
membentuk gliserol dan asam lemak bebas. Berbeda lagi dengan Yudhaningtyas
(2008), lemak pakan tidak boleh mengandung lebih dari 50% asam lemak bebas.
organik lainnya.
Gross energy atau energi bruto adalah banyaknya panas yang dibebaskan
apabila suatu bahan pakan dipanaskan dalam bomb kalorimeter dengan tekanan
25-30 atm. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Makfoeld (2002) bahwa
Gross Energy atau energi total adalah energi potensial total dalam suatu makanan
tersebut mungkin dapat digunakan. Hasil praktikum gross energy (GE) adalah
1886,93.
mempengaruhi jumlah ransum yang masuk ke dalam tubuh. Nilai proporsi gross
energy dari yang terkandung di dalam bahan pakan. Nilai gross energy tidak
menunjukkan energi tersebut tersedia untuk ternak atau tidak tersedia, tergantung
bahan pakan. Menurut Mujnisa (2008) menyatakan bahwa diantara gizi lainnya,
lemak mempunyai kandungan energi yang paling tinggi yaitu 2,25 kali
karbohidrat dan protein. Penetapan gross energy pada bahan pakan dimaksudkan
untuk mengetahui berapa besar energi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup.
aktifitas dapat dikonversi menjadi panas dan dapat disimpan sebagai jaringan
tubuh. Energi yang disimpan dalam bahan makanan adalah karbohidrat, lemak
dan protein. Peningkatan energi bruto yang diserap oleh tubuh akan meningkatkan
karbohidrat, protein dan mineral dalam bahan pakan, namun air dan mineral tidak
termasuk didalamnya karena air yang terdapat di dalam bahan pakan akan tetap
ada pada sisa pembakaran yang ditemukan di dinding dan dasar bomb
kalorimeter. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyu (2004) dalam Sukemi
(2010) yang menyatakan bahwa energi di dalam pakan juga menentukan sejumlah
VI. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
limbah pertanian.
7. Semakin kecil kadar lemak bebas suatu bahan pakan maka bagus
6.2 Saran
1. Praktikan harus lebih teliti lagi dalam menjalani praktikum agar hasil
yang tepat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1991. Ilmu Bahan Pakan Ternak Utama. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Apendi. 2013. Evaluasi Kadar Asam Lemak Bebas dan Sifat Organoleptik Pada
Telur Asin Asap Dengan Lama Pengasapan Yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Peternakan. 1(1) : 142-150.
Budi dan Haryanto. 2009. “Inovasi Teknologi Pakan Ternak dalam Sistem
Integrasi Tanaman-Ternak Bebas Limbah Mendukung Upaya
Peningkatan Produksi Daging”. Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(3)
: 163-176.
Budiman. 2006.Uji Kecernaan Serat Kasar dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
(BETN) dalam Ransum Lengkap Berbasis Hijauan Daun Pucuk Tebu
(Saccharum Officinaman). Jurnal Ilmu Ternak. 2(6) : 132-135.
Damanik dan Azhari. 2008. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas dan Crude Palm
Oil (CPO) Pada Tangki Timbun di PT. Sarana Argo Nusantara. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Gunawan. 2010. Strategi Penyusutan Pakan Murah Sapi Potong Mendukung
Agribisnis. Jurnal.
Hariyanto dan Putu. 2010. Analisis Proksimat dan Penentuan Asam Amino dari
Gonad Bulu Babi Jenis Tripneustes Gratila dan Baedama Setosum Asal
Manokwari. Skripsi. Universitas Papua, Manokwari.
Hartati dan Sri. 2002. Buku Ajar Nutrisi Ternak Dasar. Purwokerto : Universitas
Jenderal Soedirman.
Haryanto. 2006. Bioprocessing of Fermented Coconut Oil by Application of
Ezimatic Tecnology. Berita Biologi 4(5) : 273-279.
Indriani, Efi. 2008. Efek Pemanasan Terhadap Randemen Lemak Pada Proses
Pengepressan Biol Kakao. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan.
6(2).
64
Jaelani, A. 2007. Kualitas Fisik dan Kandungan Nutrisi Bungkil Inti Sawit dari
Berbagai Proses Pengolahan Crude Palm Oil. A’ulum. 33(33) : 1-7.
Khalil. 1999. Pengaruh Kandungan Air dan Ukuran Partikel Terhadap Sifat Fisik
Pakan Lokal : Sudut Tumpukan, Kerapatan Tumpukan, Kerapatan
Pemadatan Tumpukan, Berat Jenis, Daya Ambang dan Faktor
Higroskopis. Media Peternakan. 22(1) : 1-11.