Anda di halaman 1dari 5

A.

Ayam Petelur
Ayam petelur adalah ayam yang sangat efisien untuk menghasilkan telur dan
mulai bertelur umur ± 5 bulan dengan jumlah telur sekitar 250 – 300 butir per ekor
per tahun. (Susilorini dkk., 2008). Pemeliharaan ayam petelur pada umumnya dibagi
tiga fase pemeliharaan berdasarkan umur, yaitu fase permulaan starter, kedua grower
dan ketiga laye. Fase permulaan berawal dari umur 0 – 8 minggu, dimana bentuk
ukuran dan keseragaman sebagai tujuan bagi peternakan ayam 7 petelur. Fase kedua
berawal dari umur 8 – 20 minggu, ayam perlu dipelihara di bawah manajemen pakan
yang terkontrol dengan sangat teliti, untuk menghindari peternakan ayam dari berat
badan yang tidak sesuai. Fase ketiga berawal setelah ayam berumur 20 minggu,
dalam fase ini ayam dituntut untuk mempercepat pertumbuhan untuk persediaan bagi
perkembanganseksual dan untuk mencapai keseragaman berat badan yang optimal
(Primasetra, 2010)
Fase pertumbuhan pada jenis ayam petelur yaitu antara umur 6 – 14 minggu
dan antara umur 14 – 20 minggu. Umur 14 – 20 minggu pertumbuhannya sudah
menurun dan sering disebut dengan fase perkembangan. Pemindahan dari kandang
starter ke kandang fase pertumbuhan yaitu antara umur 6 – 8 minggu. Setelah ayam
fase pertumbuhan mencapai umur 18 minggu, ayam ini mulai dipindahkan ke
kandang fase produksi, dan tidak memindahkan ayam yang sudah berproduksi
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Ayam bertelur pada umur 20 minggu maka berat telur akan terus meningkat
secara cepat pada 6 minggu pertama setelah bertelur, kemudian kenaikan terjadi
secara perlahan setelah 30 minggu dan akan mencapai berat maksimal setelah umur
50 minggu. Kenaikan berat telur ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah putih telur
sedangkan berat kuning telur relatif stabil (Yuwanta, 2010).
B. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur
Manajemen pemeliharaan ayam petelur meliputi pemilihan bibit,
pemeliharaan starter-grower, pemeliharaan pullet, pemeliharan ayam petelur
periode layer. Pemeliharaan juga ditekankan pada pemberian pakan dan minum.
Pemantauan produksi baik hen-day maupun egg mass, biosecurity dan vaksinasi juga
dilakukan (Rasyaf, 2004).
Tahap pemeliharaan lebih lanjut yang harus dilakukan untuk mempertahankan
populasi ayam ras petelur. Pemeliharan lebih lanjut yaitu dengan pemberian pakan
dan minum, bertambahnya umur akan semakin meningkatkan kuantitas (jumlah)
pakan yang dikonsumsi, pengendalian suhu kandang, ayam ras petelur memiliki
kebutuhan suhu kandang yang berbeda untuk setiap periode kehidupannya.
Pengendalian kepadatan kandang, penyinaran, pengontrolan pertumbuhan ayam dan
pemindahan ke kandang baterai (abidin,2003).
Ayam ras petelur berdasarkan manajemen pemeliharaannya dikelompokan
dalam 3 fase pertumbuhan, yakni fase starter, fase grower, dan fase layer. Ayam ras
petelur fase layer merupakan ayam yang berumur antara 20 hingga 80 minggu (afkir).
Ayam pada akhir masa produksi tergolong dalam fase layer, yakni pada umur 50
minggu ke atas. Ayam pada akhir masa produksi biasa disebut ayam tua.
Mengemukakan bahwa ayam tua adalah ayam yang berumur 70 – 76 minggu
(Rahmadi, 2009).
Ayam dapat bertelur dengan optimal apabila pakan diberikan secara ad
libitum, yaitu selalu tersedia sepanjang hari. Pakan bentuk pellet memiliki
palatabilitas yang paling baik. Bentuk pakan seperti
campuran crumble dan mash umum digunakan dalam ransum hasil formulasi sendiri
dan relatif lebih ekonomis. Ayam harus distimulasi untuk mengkonsumsi pakan, salah
satunya dengan memberikan biji – bijian setengah hancur, misalnya jagung. Pakan di
dalam tempat pakan diusahakan selalu kering dan diganti dengan yang baru setiap
hari untuk mencegah timbulnya jamur. Air bersih untuk minum harus selalu tersedia
atau ad libitum (Shirt, 2010).
Pemberian pakan saat tengah malam (midnight feeding) dapat dilakukan
apabila diberikan cahaya yang cukup, yaitu dari lampu. Tujuan night
feeding dan midnight feeding yaitu memberikan kesempatan bagi ayam untuk
meningkatkan suplai kalsium dari saluran pencernaan secara langsung untuk
pembentukan cangkang telur. Hal ini mencegah pengambilan kalsium dari tulang
yang meningkatkan risiko pengeroposan tulang saat ayam mulai tua. Waktu
pemberian pakan di pagi atau siang hari menyebabkan ayam mengabsorbsi zat-zat
pakan sebagian besar untuk hidup pokok dalam sehari, regenerasi sel, mengatasi
pengaruh lingkungan seperti cuaca sehingga tidak semuanya dimaksimalkan untuk
pembentukan telur. Midnight feeding berlangsung saat telur sedang dibentuk sehingga
materi pembentuknya dapat ditambahkan dari zat-zat pakan yang diabsorbsi oleh
saluran pencernaan (Riczu dan Korver, 2009).
Beberapa jenis penyakit menyebar dengan luas dan sulit diberantas sehingga
harus dilakukan vaksinasi rutin. Program vaksinasi yang wajib untuk ayam petelur
antara lain untuk mencegah NewcastleDisease (ND), Infectious Bronchitis (IB),
Infectious Bursal Disease (IBD), dan Avian Encephalomyelitis (AE) (Hy – Line
International, 2010). Teknik vaksinasi antara lain dengan metode tetes mata (ocular),
injeksi subcutan, air minum, maupun spray.
Vaksin dengan metode tetes mata misalnya vaksin ND – IB untuk anak ayam
berumur 3 hari. Metode injeksi intramuskuler misalnya vaksin ND untuk ayam usia
16-17, 30 dan 50 minggu. Metode wing web injection (tusuk sayap) misalnya
vaksin fowl pox dan AE untuk ayam usia 18 minggu. Metode pemberian vaksin
dengan air minum misalnya vaksin IBD (Gumboro) untuk ayam usia 32 dan 52
minggu serta vaksin ND La Sota. Metode pemberian vaksin melalui spray misalnya
vaksin coccidiosis live untuk DOC (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
C. Performa Ayam Petelur
Ayam ras petelur mempunyai sifat – sifat unggul yaitu, laju pertumbuhan
ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4,5 – 5,0 bulan telah mencapai kedewasaan
kelamin dan bobot badan antara 1,6 kg 1,7 kg pada waktu itu sebagian dari kelompok
ayam tersebut telah berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur yang sama,
bobot badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg kedewasaan kelamin ayam kampung
baru dicapai pada umur 7 – 8 bulan.
Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250 – 280
butir/tahun, dengan bobot telur antara 50 – 60 g/butir. Produksi ayam kampung
hanya berkisar antara 30 – 40g/butir. Kemampuan ayam ras petelur dalam
memanfaatkan ransum pakan sangat baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap
penggunaan ransum cukup bagus yaitu setiap 2,2 kg – 2,5 kg ransum dapat
menghasilkan 1 kg telur. Ayam kampung tidak memiliki korelasi positif dalam
memanfatkan ransum yang baik dan mahal. Ayam kampung lebih ekonomis bila
diberi pakan yang murah. Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa
berlangsung 13 – 14 bulan, atau hingga ayam berumur 19 – 29 bulan, walaupun ayam
ras hanya mengalami satu periode bertelur, akan tetapi periode bertelurnya tersebut
berlangsung sangat panjang dan produktif, hal ini disebabkan karena tidak adanya
periode mengeram pada ayam ras petelur tersebut. Ayam kampung mengalami
periode bertelur berkali kali, namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat
pendek, yaitu sekitar 15 hari .periode bertelur ayam kampung terputus – putus, karena
ayam kampung memiliki sfat atau periode mengeram (Sudarmono,2003).
Bobot telur dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu genetik, umur induk,
pakan, sistem pemeliharaan, dan lingkungan (Arthur dan O’Sullivan, 2010). Bobot
telur semakin meningkat apabila umur ayam meningkat. Persentase bobot cangkang
semakin menurun karena isi telur meningkat, akibatnya rasio cangkang dan isi telur
menurun. Kelembaban yang semakin rendah menyebabkan bobot telur semakin
menurun (Roberts dan Ball, 2003). Pakan yang mengandung EM terlalu tinggi, yaitu
lebih dari 2800 kkal pada fase layer menyebabkan penurunan bobot telur
(Harms et al., 2000).
Cara menghitung produksi telur dikenal istilah hen housed production dan hen
day production. Hen housed production merupakan ukuran produksi telur yang
didasarkan pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Hen day production (HDP) dihitung dari jumlah
produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam produktif hari itu dikalikan 100%
(Kabir dan Haque, 2010). Puncak produksi strain Hy – Line Brown yaitu 27 – 29
minggu dengan kisaran hen day 94 – 96% (Hy – Line International, 2010). Semakin
lama periode bertelur, semakin rendah HDP (Mussawar et al., 2004).
Feed Convertion Ratio (FCR) atau konversi pakan merupakan perbandingan
antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan
ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam petelur yang baik akan
makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak daripada sejumlah
ransum yang dimakannya (Bappenas, 2010). FCR ayam layer umumnya sebesar 2,33
± 0,04 (Mussawar et al., 2004). Standar FCR bagi ayam layer strain Hy-Line Brown
yaitu sebesar 2,05 pada umur 21 – 72 minggu (Hy-Line International, 2010).

Anda mungkin juga menyukai