Oleh:
NAMA : M. SIDIK
NIM : L1A119158
KELAS :D
KElOMPOK 5
ASISTEN : IKBAL
Kesehatan ternak adalah suatu keadaan dimana tubuh hewan dengan seluruh
sel yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya secara fisiologis berfungsi
normal. Salah satu bagian yang paling penting dalam penanganan kesehatan
pemeriksaan ternak yang diduga sakit. Pemeriksaan ternak yang diduga sakit
adalas salah satu proses untuk menentukan dan mengamati perubahan yang
terjadi akibat penyakit malalui tanda-tanda atau gejala yang terlihat (Pratama,
2020).
Penyakit yang disebabkan parasit cacing pada hewan dipeternakan merupakan salah
lingkuangan (suhu, kelembapan, dan curah hujan), serta sanitasi kandang yang
dalam saluran pencernaan pada hewan ternak. Kehadiran cacing dalam saluran
Feses merupakan hasil buangan dari usaha peternakan yang selama ini
adanya telur cacing dengan identifikasi telur cacing dalam feses. Hal ini
dilakukan untuk deteksi dini adanya infeksi cacing parasit terutama parasit
pencernaan dengan cara yang cepat, mudah dan efektif (Nugraheni, 2015).
Pemeriksaan telur cacing berdasarkan hasil yang akan didapat secara umum
dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah metode natif (direct
(Cellotape methode), teknik sediaan tebal (Teknik Kato) dan metode konsentrasi.
Metode yang umum dipakai untuk pemeriksaan telur cacing pada feses hewan
menggunakan alat dan bahan yang mudah digunakan serta langkah pemeriksaan
yang cukup sederhana. Metode natif termasuk metode pemeriksaan yang cepat
dan baik untuk infeksi berat. Metode apung digunakan untuk pemeriksaan feses yang
mengandung sedikit telur cacing berdasarkan berat jenis larutan dan berat jenis
telur. Sedangkan metode sedimentasi baik untuk sampel feses yang harus
disimpan dahulu karena tidak bisa diperiksa secara langsung (Nezar, 2014).
praktikum mengenai pemeriksaa telur cacing pada feses ternak karena telur
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses ternak
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan
metode natif.
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan
metode sedimen
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan
metode apung
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses ternak
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan
metode natif.
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan
metode sedimen
3. Untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada feses ternak dengan
metode apung
II. METODEOLOGI
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan telur cacing pada
Prosedur kerja pada praktikum pemeriksaan telur cacing pada feses sapi bali
1. Meletakkan sedikit feses ternak pada objeck glass yang bersih dengan
2. Dengan pipet tetes tadi, kita ratakan atau larutkan, kemudian ditutup dengan
cover glass.
2. Menambahkan air hingga ¾ tabung atau ± 13 ml, lalu ditutup dan diaduk
sampai homogen
4. Membuang bagian yang jernih dengan menuangkan tabung reaksi secara cepat
5. mengambil 1 tetes di simpan diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass
kelihatan cembung. Lalu ditutup dengan cover glass dan dibiarkan selama 5
menit
2. Setelah 5 menit cover glass diambil dan menyimpannya pada objek glass
3.1.2. Kambing
3.1.3. Ayam
3.2. Pembahasan
Peternakan tentang “Pemeriksaan Investasi Telur Cacing pada Feses Kambing, Sapi
dan Ayam”, dimana pratikum ini dilakukan dengan 3 metode kerja diantaraya
metode natif, metode sedimen dan metode apung. Ketiga metode ini dilakukan oleh
setiap kelompok dan feses yang digunakan pun juga berbeda disetiap kelompok.
Dalam pratikum ini kelompok kami menggunakan sample feses ayam yang masih
segar untuk melakukan pemeriksaan telur cacing dengan ke tiga metode tersebut.
Jenis-jenis telur cacing pada ternak sangat beragam, salah satunya yaitu telur
genus Fasciola. Cacing ini bermigrasi dalam parenkim hati, berkembang dan
memiliki siklus hidup yang cukup panjang. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi infeksi Fasciola sp, antara lain faktor jenis kelamin, usia, makanan,
Dalam metode natif pemeriksaan telur cacing pada feses sapi bali ditemukan
telur cacing dengan jenis cacing Carmyerius Spatiousus Dan Ascaris vituloruna.
Ini menjunkana bahwa saluran pencernaan sapi mengalami infeksi berat karena
ditemukannya telur cacing pada fesesnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nezar
(2014) bahwa cacing yang menyerang organ pencernaan khususnya diusus halus
sp. dan P. cervi yang berasal dari filum Nematoda dan berordo Ascaridida.
Metode natif, dalam pemeriksaan feses pada kambing yang kami periksa
menemukan telur cacing ditemukan jenis cacing Thysaniezia giardi dan Trichuris
globalosa yang menunjukan bahwa kambing ini memiliki kondisi usus yang kurang
sehat karena dalam fesesnya terdapat dua jenis telur cacing. Hal ini sesuai dengan
pada feses kambing karena kambing tersebut dalam kondisi yang kurang
ditemukan telur cacing dengan jenis cacing Raillietina erhinobolhrida.. Hal ini
merupakan parasit yang hidup di dalam tubuh host. Pada umumnya parasit terdiri
dari beberepa jenis diantaranya cacing, artropoda, bakteri, protozoa, dan virus.
Invasi parasit dapat menurunkan jumlah produk dan kualitas produk yang
dihasilkan. Parasit yang berada pada tubuh suatu ternak dapat menyebabkan
ditemukan telur cacing dengan jenis cacing Fasciolo gigantica. Metode sedimen
Metode sedimentasi menggunakan larutan dengan berat jenis yang lebih rendah dari
organisme parasit, sehingga parasit dapat mengendap di bawah. Metode ini terdiri
dari metode sedimentasi biasa yang hanya memanfaatkan gaya gravitasi, dan
Metode Apung yang kami gunakan untuk pemeriksaan telur cacing pada
feses kambing ditemukan telur cacing dengan jenis cacing Fasciolo gigantica.
Hal ini menujukkan bahwa feses kambing yang kami periksa terinfeksi cacing.
Metode Apung ini menggunakan garam jenuh yang didasarkan atas berat jenis
telur sehingga telur akan mengapung dan mudah diamati. Hal ini sesuai dengan
untuk jenis telur cacing parasit yang dapat mengapung dengan mengunakan larutan
garam jenuh. Lebih lanjut Vivi, (2015) Mengambil sampel feses sebanyak 2
gram, meletakkan dalam botol pot plastik dan menambahkan garam jenuh
Menambahkan lagi sedikit garam jenuh sampai permukaan cairan tepat di atas
menit. Setelah itu, mengambil kaca penutup letakkan ke dalam kaca preparat (object
glass) dan periksa di bawah mikroskop untuk melihat morfologi telur lebih jelas.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cara pemeriksaan telur cacing menggunakan metode natif pada feses ternak
yaitu dengan cara mengambil sejeumlah kecil dari feses ternak menggunakan
lidi kemudian diletakkan di atas objek glass dan di teteskan dengan air, setelah
dengan kecepatan 15x100 rpm selama 5 menit, buang supernatant dan sisakan
sedimen dalam tabung kemudian aduk sedimen hingga homogen setelah itu
ambil sedimen dengan pipet pasteur dan letakkan di object glass dan tutup
dengan cover glass lalu amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100
X.
homogen setelah itu buang supernatant dan sisakan sedimen yang jernih,
apabila telah jernih buang supernatant dan tambahkan larutan garam jenuh
hingga hamper penuh, aduk dengan cara bolak balik tabung, letakkan
tabung
sentrifus pada rak tabung dan tambahkan larutan garam jenuh sampai
selama 5 menit, ambil caver glass lalu letakkan di object glass dan periksa
4.2. Saran
alat dan bahan-bahan lebih awal dan selalu mematatuhi peraturan-peraturan yang
Larasati, H., Madi, H., dan Siswanto. 2017. Prevalensi Cacing Saluran
Pencernaan Sapi Perah Periode Juni Juli 2016 pada Peternakan Rakyat di
Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia. Vol 1 (1): 8-
15.
Majawati, E.S., dan Matatula, A.E. 2018. Identifikasi Telur Cacing Fasciola
Hepatice pada Sapi di Peternakan Sapi Daerah Tanggerang. Jurnal Kedokt
Meditek. 24 (68): 60-66.
Mukaratirwa, S., dan Pfukenyi, D.M. 2013. A Review of The Epidemiology and
Control of Gastrointestinal Nematode Infections In Cattle In Zimbabwe.
Joernal Onderstepoort Veterin Res. Vol 80 (1): 1-12.
Nezar, M.R. 2014. Jenis Cacing pada Feses Sapi di TPA Jatibarang dan KTT
Sidomulyo Desa Nongkosawit Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Nezar, M.R. 2014. Jenis Cacing pada Feses Sapi di TPA Jatibarang dan KTT
Sidomulyo Desa Nongkosawit Semarang. Jurnal Of Life Science. Vol
3(2):93-102.
Nugraheni, N., Marlina, E.T., dan Hidayati, Y.A. 2015. Identifikasi Cacing
Endoparasit pada Feses Sapi Potong Sebelum dan Sesudah Proses
Pembentukan Biogas Digester Fixed Dome. Universitas Padjadjaran.
Bandung.
Tantri N., Setyawati, T.R., dan Khotimah, S. 2015. Prevalensi dan Intensitas
Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi Bos Sp. Rumah Potong Hewan RPH
Kota Pontianak Kalimantan Barat. Jurnal Protobiont. Vol 2 (2013): 102-
106.
Pratama, M.G.G., Pramudya, D., dan Endrawati, Y.C. 2020. Sosialisasi Penyakit
Hewan Ternak dan Penanggulangannya di Desa Ciseureuh Kecamatan
Ketanggungan Kabupaten Brebes. Jurnal Pusat Enovasi Masyarakati. Vol
2 (4).
Wijdaja, J. 2014, Prevelensi dan jenis cacing soil Transmintted Helminth (STH)
pada sayuran kemangi pedagang ikan bakar di kota palu, Jurnal
epidemiologi dan penyakit sumber Binatang, Vol 5 (2).
LAMPIRAN
3. Hasil Pengamatan