ANALISIS PROKSIMAT
Rasfeed (Biji Kangkung)
Disusun Oleh:
Kelompok : 1
Kelas : Fapet E
M. Syaiful Rahman
20011013005
200110130034
200110130104
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR
Upaya untuk menghasilkan performa produksi yang tertinggi, ternak
memerlukan nutrien. Nutrien ini dibutuhkan untuk hidup pokok dan berbagai
produksi. Faktor yang harus diperhatikan adalah jumlah makanan yang diberikan,
semakin banyak jumlah makanan yang dikonsumsi setiap hari, akan semakin
memberikan kesempatan untuk menghasilkan produksi tinggi. Peningkatan
produksi yang diperoleh dari konsumsi makanan yang lebih tinggi biasanya
berkaitan dengan peningkatan efesiensi proses-proses produksi, sehingga proporsi
untuk kebutuhan pokok menurun sedangkan produksi meningkat.
Proses makan (feeding) adalah aktivitas yang komplek, yang meliputi
mencari makanan, mengamati, pergerakan, aktifitas sensorik, memakan dan
mencerna. Dalam saluran pencernaan makanan dan zat-zat makanan diserap dan
dimetabolismekan. Semua proses ini dapat mempengaruhi konsumsi makanan
dalam jangka pendek (short term basis). Namun demikian perlu diperhatikan
bahwa, pada ternak dewasa kebutuhan pokoknya (berat tubuhnya) relatif konstan,
walaupun makanan tersedia dalam libitum. Dengan demikian konsep jangka
pendek - jangka panjang dalam mengontrol konsumsi harus diperhatikan.
Walaupun sistem kontrol ini sama pada setiap jenis ternak, namun ada perbedaan
antar spesies yang tergantung pada pada struktur dan fungsi saluran
pencernaannya.
Penyediaan bahan pakan pada dasarnya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan zat makanan yang diperlukan oleh ternak. Pemilihan bahan pakan tidak
akan terlepas dari ketersediaan zat makanan itu sendiri yang dibutuhkan oleh
ternak. Untuk mengetahui berapa jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak
serta cara menyusun ransum, diperlukan pengetahuan mengenai kualitas dan
kuantitas zat makanan.
Secara garis besar jumlah zat makanan dapat dideterminasi dengan analisis
kimia, seperti analisis proksimat dan analisis serat. Zat makanan dapat ditentukan
dengan analisis proksimat, dan terhadap pakan berserat analisis proksimat lebih
dikembangkan lagi menjadi analisis serat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR ISI .
ii
DAFTAR TABEL.
iii
DAFTAR
iv
LAMPIRAN
.............................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................
1.2 Identifikasi Masalah ..............................................
1.3 Tuiuan Praktikum ..................................................
1.4 Waktu dan Tempat Praktikum ......
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Proksimat ................................................
2.2 Analisis Kadar Air ...............................................
2.3 Analisis Kadar Abu ..............................................
2.4 Analisis Kadar Protein Kasar ...............................
2.5 Analisis Kadar Lemak Kasar ................................
2.6 Analisis Kadar Serat Kasar ...................................
2.7 Analisis Kadar Energi Bruto .................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis
Proksimat
merupakan
suatu
metode
analisis
kimia
untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau
1.4.3
: 16 Oktober 2014.
Pukul
: 23 Oktober 2014.
Pukul
: 23 Oktober 2014.
Pukul
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis proksimat
Analisis proksimat merupakan metode yang tidak menguraikan kandungan
nutrien secara rinci, namun berupa nilai perkiraan (Soejono, 1990). Metode ini
dikembangkan oleh Henneberg dan Stockman dari Weende Experiment Station di
Jerman pada tahun 1865 (Tillman et al., 1991).
Analisis makronutrien analisis proksimat meliputi kadar abu total, air total,
lemak total, protein total dan karbohidrat total, sedangkan untuk kandungan
mikronutrien difokuskan pada provitamin A (-karoten) (Sudarmadji et al., 1996).
mempunyai nilai yang mendekati. Hal ini ini disebabkan karena komponen dari
fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat
sedikit, yang seharusnya tidak masuk dalam fraksi yang dimaksud. Namun
demikian analisis kimia ini adalah analisis yang relatif paling ekonomis dan
datanya dapat dipercaya untuk di pertanggungjawabkan terutama keperluan
praktis.
Analisis proksimat memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan
kekurangannya adalah sebagai berikut :
Kelebihan :
1. Sensitivitas yang ekstrim. Banyak senyawa yang dapat dihitung
pada bagian nagiannya per miliar (mcgKg sampel).
2. Murah.
3. Cepat.
4. Mudah disesuaikan.
Kekurangan :
1. Kompleksitas kerja. Banyak dari teknik-teknik yang lebih baru
melibatkan peralatan yang rumit.
2. Preparsi sample. Kebanyakan sample membutuhkan preparsi yang
baik sebelum sample-sampel dievaluasi kimia.
3. Ukuran sampel. Sampel harus kecil, oleh karana itu prosedur
sampling harus hati-hatimdirencanakan untuk mempramosikan
sampel yang bener-benar mewakili.
4. Tidak bisa mengidentifikasi vitamin.
Selain empat kekurangan di atas, ada pula kekurangan spesifik
pengujian dengan analisis proksimat, yaitu :
a. Pada saat pengujian Protein Kasar , kandungan yang di hasilkan
bukan hanya protein murni,karena analisis ini ikut terkandung
NPN ( Non Protein Nitrogen ). Sebenarnya uji protein kasar ini
kadar
air
selama
pengeringan
bahan-bahan
yang
Perubahan
adalah
fenomena
lain
yang
dapat
terjadi
selama
proses
struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan pengecilan ukuran.
Penyusutan bahan yang dikeringkan mempunyai akibat negatif pada kualitas
produk keringnya.
1999). Kadar air yang terdapat dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air
bebas, air terikat lemah, dan air terikat kuat. Kandungan air dalam bahan makanan
ikut menentukan acceptabillity kesegaran, dan daya tahan bahan itu (Winarno,
2004). Komponen fraksi dari air diantaranya air, asan dan basa organik yang
mudah menguap.
x 100 %
C A
B A
x 100%
x 100 %
trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipid. Secara umum, lemak
diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam
keadaan padat. Terdapat dua jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam
lemak tidak jenuh. Lemak jenuh terdapat pada pangan hewani (Soejono, M.
1990). Kmponen fraksi lemak kasar terdiri dari lemak, minyak, malam, pigmen,
klorofil, sterol, vitamin A, D, E, K, curcumin, dan karoten.
Kadar lemak kasar (%)
CD
B A
x 100 %
asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam
larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono, 1990).
Komponen fraksinya adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
x 100 %
T 2T 1
berat sampel
x 2417
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Air
3.1.1
Prinsip
Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven suhu 105 0C dalam
jangka tertentu
menguap.
3.1.2 Alat dan Bahan
1. Oven listrik berfungsi untuk mengeringkan alat dan bahan yang dalam
keadaan basah.
2. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang zat yang butuh ketelitian
tinggi dalam skala kecil.
3. Cawan alumunium berfungsi untuk wadah sampel.
4. Eksikator berfungsi untuk mendinginkan bahan / wadah sebelum
dilakukan penimbangan.
5. Tang penjepit berfungsi untuk menjepit cawan aluminium agar tangan
tidak panas.
3.1.3 Prosedur Kerja
1. Keringkan Cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100 1050 C.
2. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang
beratnya (Catat sebagai A gram).
3. Tambahkan ke dalam cawan alumunium tersebut sejumlah sampel/bahan
lebih kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat
sampel/bahan dapat diketahui dengan tepat (Catat sebagai B gram). Bila
menggunakan timbangan analitik digital maka dapat langsung diketahui
berat sampelnya dengan menset zero balans, yaitu setelah berat
alumunium diketahui beratnya dan telah dicatat, kemudian dizerokan
sehingga penunjukan angka menjadi nol, lalu sampel langsung dimasukan
ke dalam cawan dan kemudian timbang beratnya dan catat sebagai C
gram.
4. Masukan cawan + sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 100 1050 C sehingga seluruh air menguap. (Atau dapat pula dimasukan dalam
oven dengan suhu 60oC selama 48 jam).
Prinsip
Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 6000 C selama
beberapa jam (6-8) jam sehingga seluruh unsur utama pembentuk senyawa
organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak
terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan mineral.
3.2.2
4. Panaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen l sampai tidak berasap
lagi.
5. Masukkan kedalam tanur listrik dengan temperatur 600 - 7000 C, biarkan
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama
pembakaran sekitar 3 6 jam.
6. Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan
teliti, catat sebagai C gram)
7. Hitung kadar abunya.
3.3
Protein Kasar
3.3.1 Prinsip
Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena
analisis ini didasarkan pada penentuan kandungan nitrogen yang terdapat dalam
bahan. Kandungan nitrogen dikalikan angka konversi 6,25 sebagai angka konversi
menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung
16% nitrogen (perbandingan protein : nitrogen = 100 : 16 = 6,25 : 1 ).
3.3.2 Alat
1. Labu Kjeldahl 300 ml digunakan pada proses destruksi protein atau analisa
protein dengan menggunakan metode Kjeldahl.
2. Satu set alat destilasi berfungsi untuk memisahkan larutan kedalam
masing-masing komponennya.
3. Erlenmeyer 250 cc berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan dan
memanaskan larutan.
4. Buret 50 cc skala 0,1 ml berfungsi untuk mengukur pada proses titrasi
5. Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang zat yang butuh ketelitian
tinggi dalam skala kecil.
3.3.3
Zat Kimia
Prosedur kerja
Destruksi
1. Timbang contoh sampel kering oven sebanyak 1 gram (Catat sebabai A
gram)
2. Masukkan ke dalam labu Kjeldhal dengan hati hati, dan tambahkan 6
gram katalis campuran.
3.
sebanyak 2 tetes.
4. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40 - 60 ml NaOH
40 % melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutam
tersebut masuk ke labu didih.
5.
lemak) .
Buatlah selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang
dan catat beratnya sebagai A gram. Masukkan sampel sekitar 2 5 gram
dalam selongsong kemudian timbang dan catat beratnya sebagai B gram.
Tutup dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya
3.
4.
5.
Prinsip
Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan
dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu.
Untuk mendapatkan nilai serat kasar maka bagian yang tidak larut tersebut
(residu) dibakar sesuai prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu
adalah serat kasar.
3.5.2
1. Gelas piala khusus 600 ml, berfungsi untuk wadah dari sisa ekstraksi
lemak.
2. Cawan porselen 30 ml, berfungsi untuk tempat sampel.
3. Corong Buchner 4.5 cm, berfungsi untuk menyimpan dan dengan di
panaskan pada labu penyaringan dan pipa penghisap.
4. Satu set alat pompa vakum, berfungsi sebagai alat penyaring.
5. Eksikator
berfungsi
untuk
mendinginkan
bahan/wadah
sebelum
penimbangan.
6. Kertas Saring bebas abu (Merek Whatman No 41), berfungsi untuk
menyaring larutan.
7. Tanur listrik, berfungsi untuk penanuran bahan pakan/sampel.
8. Hot plate, berfungsi untuk memasak/memanaskan sampel.
9. Tang penjepit, berfungsi untuk menjepit/menggambil tabung reaksi / alat
lainnya..
10. Timbangan analitik, berfungsi untuk menimbang massa suatu zat .
3.5.3 Zat Kimia
1. H2SO4 1.25 %
2. NaOH 1.25 %
3. Aseton
4. Aquades panas
3.5.4
Prosedur kerja
1. Siapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm , catat sebagai
A gram.
2. Siapkan cawan porselen kering oven.
menggunakan
pompa
Vacum
(pompa
isap)
dan
Aceton 50 ml.
13. Kertas saring dan isisnya (residu) dimasukkan ke dalam cawan porselen
gunakan pincet.
14. Keringkan dalam oven 100 - 1050 C selama 1 jam.
15. Dinginkan dalam exsikator selama 15 menit lalu timban, catat sebagai C
gram).
16. Panaskan dalam hot plate sampai tidak berasap lagi, kemudian masulam
dalam tanur listrik 600oC 700oC selama 3 jam sampai abunya berwarna
putih . Di sini serat kasar di bakar sampai habis.
17. Dinginkan dalam exsikator selama 30 menit lalu timbang dan catat
sebagai D gram.
3.6 Energi Bruto
3.6.1
Prinsip
Menghitung energi dengan menggunakan bomb kalorimeter
3.6.2
Alat
Seperangkat alat bomb kalori meter, berfungsi untuk mengukur sejumlah
kebejana bomb
Katup inlet, berfungsi untuk memasukan gas oksigen
Katup outlet, berfungsi untuk mengeluarkan uap/gas
Cawan/mangkuk pembakaran, berfungsi untuk tempat sampel
Sumbu pembakar, berfungsi untuk pembakaran/ mengalirnya aliran
api
Drat pengunci, berfungsi untuk mengunci bejana agar pembakaran
berlangsung sempurna
Bejana air
Jacket, yang terdiri dari
a. Wadah
b. Tutup yang dilengkapi
Batang pengaduk air, berfungsi untuk membuat gelombang /
gerakan air
Electromotor, befungsi untuk menggerakan pengaduk air
Termometer skala kecil yang dilengkapi teropong pembacaan,
berfungsi untuk membaca dan mengetahui suhu perubahan yang
terjadi.
Tabung gas oksigen yang dilengkapi regulator dan selang inlet.
Statif /standar untuk tutup jaket dan atau tutup bejana bomb.
Catu daya 23 volt.
3.6.3 Bahan
Oksigen dan kawat sumbu pembakar berfungsi oksigen untuk pembakaran
secara oksidasi dan kawat sumbu pembakar agar sampel langsung terbakar.
3.6.4 Prosedur kerja.
1. Menghubungkan ujung elektroda dengan kawat sumbu pembakar
2. Menimbang 1 gram sampel dan masukkan kedalam mangkuk pembakaran
kemudian simpan tepat
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi bahan
Kerajaan: Plantae
Divisio: Monocots
Classis: Commelinids
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama: binomial
Raffeseed
Corn Gluten Feed (CGF)
CGF (Corn Gluten Feed) adalah hasil ikutan proses penggilingan jagung
secara basah dari jagung yang digunakan dalam industri sirup kaya fruktosa.
Karena bagian pati dan lembaga yang menghasilkan energi dipisahkan, maka hasil
ikutan yang tersisa adalah bagian yang banyak mengandung protein. CGM (Corn
Gluten Meal) sangat kaya protein (60%), sedangkan CGF (Corn Gluten Feed)
jauh lebih rendah proteinnya (20%) karena bercampur dengan bahan berserat.
Bahan ini memiliki kadar lysin yang rendah tetapi kaya kandungan pigmen hingga
mencapai 300 mg/kg. CGF (Corn Gluten Feed) serat kasarnya cukup tinggi
sehingga umumnya digunakan untuk pakan sapi. Kandungan ME : 1800 kkal,
Protein : 20 % , Xanthopyhl : 20 ppm
Protein dalam pakan CGF (Corn Gluten Feed) tercerna relatif cepat dalam
rumen. Pakan CGF (Corn Gluten Feed) memiliki kecernaan menengah dan dapat
dimasukkan dalam campuran gandum sampai sekitar 50 persen atau diberikan ke
sapi dengan takaran hingga 12 pound ( 5,4 kg ) per ekor per hari .
4.2 Hasil
Setelah dilakukannya pengidentifikasian atau penganalisisan bahan pakan
raffeseed dengan memakai analisis proksimat yang terdiri lagi kedalam beberapa
analisis didapat kan hasil bahwa kandungan air, abu, lemak kasar, protein kasar,
serat kasar serta energi dalam suatu rafffeseed didapatkan nilai sebagai berikut :
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Analisis Proksimat
Aalisis Kadar Air
Analisis Kadar Abu
Analisis Kadar Lemak Kasar
Analisis Protein Kasar
Analisis Serat Kasar
Analisis Energi Bruto
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisis Air
Kandungan air dalam bahan makanan juga menentukan acceptability
(penerimaan), kesegaran dan daya tahan bahan itu . Karena air merupakan
komponen penting dalam bahan makanan karena dapat mempengaruhi
penampakan, tekstur serta cita rasa makanan. Faktor yang mempengaruhi kadar
air yaitu pengeringan dan kandungan air dari suatu bahan pakan. Analisis kadar
air adalah usaha untuk mengetahui persentase air yang ada dalam bahan baku
pakan.
Pada hasil praktikum ini diperoleh kadar air sebesar 5.55 % dari sebuah
sampel bahan pakan raffeseed.
Bahan baku yang akan diuji biasanya dikeringkan terlebih dahulu atau
kadar air yang ada di dalam bahan baku di keluarkan (diuapkan) dengan
menggunakan suhu 105oC selama 3-24 jam, selanjutnya ditimbang. Hasil timbang
akan menunjukkan perbedaan berapa persen dengan bahan baku sebelum
dikeringkan. Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan penganalisisan kadar
air dalam bahan pakan bahwa tidak hanya air yang menguap, namun banyak
senyawa asam dan basa organik yang akan ikut menguap. Cotohnya : asam asetat,
propionat, butirat. Serta air yang terikat dalam senyawa akan sukar menguap
sehingga mengurangi total air.
Kadar air menentukan dalam hal teknik dan lama penyimpanan suatu
bahan pakan. Bahan pakan yang mempunyai kadar air yang tinggi merupakan
tempat yang cocok untuk mikroorganisme berkembang biak. Penyimpanan bahan
baku pakan menghendaki kadar air yang rendah dengan kisaran 12-15%. Hal ini
bertujuan untuk menghindari mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan
pakan yang selanjutnya dapat merugikan industri peternakan yang memakai pakan
tersebut.
Kadar air dari suatu bahan pakan merupakan salah satu indikator kualitas
dari suatu bahan pakan dan akan sangat menentukan dalam hal teknis
penyimpanan, penanganan dan pengolahan menjadi pakan. Bahan pakan yang
mengandung kadar air yang lebih tinggi umumnya akan lebih rentan terkena
kontaminasi mikroorganisme seperti jamur yang dapat menurunkan daya guna
dari suatu bahan pakan tersebut.
Dari sampel yang diujikan memiliki kisaran kandungan kadar air sebesar
5.55 %.
Hal ini
menunjukkan keadaan sampel tersebut baik karena bahan pakan yang sedikit air
dan lebih besar berat keringnya lebih baik untuk ternak.
4.3.2
Analisis Abu
Dari praktikum analisis kadar abu yang telah dilakukan dari raffeseed
sampel, dihasilkan kadar abu 9.41%. Dalam literatur diketahui kadar abunya
sebanyak % sedangkan hasil kadar abu yang berdasarkan Bahan Kering (BK)
bebas air yaitu 9.41%. Perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan literatur
mungkin terdapat perbedaan, tetapi nilainya tidak berbeda jauh. Hal ini dapat
disebabkan karena :
- Hasil penimbangan berat sampel yang kurang tepat, karena berat
sampel dapat mempengaruhi jumlah komposisi kadar abu yang
nantinya dihitung.
- Hasil
pembakaran
sampel
yang
kurang
sempurna.
Dengan
sampel sebanyak 28.1 mL HCl 0,1232 N. Sehingga diperoleh kadar protein pada
raffeseed sebesar 35.10%. Hal ini dapat terjadi dikarenakan proses analisa
terutama titrasi yang tidak tepat, dapat terlalu berlebihan atau kekurangan yang
berpengaruh terhadap volume HCl yang digunakan untuk titrasi, sehingga
mempengaruhi hasil perhitungan kadar protein kasar.
Perlakuan untuk mengetahui kadar protein kasar pada suatu bahan
dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Penentuan kadar
protein kasar ditentukan dengan menentukan nilai nitrogen yang kemudian
dikalikan dengan 6.25 sebagai angka konversi dari nilai nitrogen ke nilai protein.
Perlakuan pada tahap destruksi merupakan tahap penghancuran bahan
menjadi komponen sederhanadengan menambahkan asam sulfat (H 2So4) sebanyak
20 ml. Sehingga nitrogen dalam bahan terpisah dari ikatan organiknya dan diikat
hingga menjadi (NH4)2SO4.
Katalisator
(NH4)2SO4
Asam Sulfat
Amonium Sulfat
+ NAOH
Na2SO4
Natrium Hidroksida
Natrium Sulfat
NH4OH
Amonium Hidroksida
Penguraian :
NH4OH
NH3 + H2O
Amonium Sulfat
NH3
Amonia
Amonia
H3BO3
Asam Boraks
(NH4)3 BO3
Amonium Boraks
Asam Klorida
+ H3BO3
Amonium klorida
Asam Boraks
Analisis serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam
bahan baku suatu pakan. Pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secra
kimiawi dengan metoda Weende, bahan baku yang diuji Raffeseed dimasak
dengan asam lemak sampai mendidih sehingga terjadi hidrolisis karbohidrat dan
protein yang terdapat dalam bahan baku pakan. Pemasakan
lebih lanjut
menggunakan alkali atau larutan basa, sehingga terjadi penyabunan dari zat- zat
yang tidak larut selama pemasakan tadi bisa diketahui karena terdiri serat kasar
dan zat zat mineral, kemudian disaring, dikeringkan, dirimbang, dan kemudian
dipijarkan dalam tanur lalu didinginkan dan ditimbang sekali lagi.
Pada praktikum uji serat kasar yang dilakukan di laboratorium diperoleh
kadar serat kasar pada sampel raffeseed 11 %. Namun dengan hasil yang diproleh
terdapat senyawa organik yang tergolong kedalam fraksi serat kasar yang masih
dapat
larut
dalam
asam
dan
basa
encer.
Misal
selulosa
dan
4.3.6
maka energi yang terdapat dalam satu gram raffeseed adalah 3421.21 cal/gr. Hasil
perhitungan energi didapatkan dengan memaksukkan sampel kedalam bejana
bomb yang kemudian dibakar sempurna dengan perantara sumbu pembakar.
Selisih antara suhu awal dan suhu akhir dikonversikan kedalam nilai kalorimeter.
Suhu awa didapat ketika termometer dimasukan kedalam bejana air setelah
menjalankan motor selama 5-10 menit. Sedangkan untuk suhu kedua diambil
setelah dilakukan bomb dan setelah suhu konstan.
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa dalam keadaan kering persentase
air, abu, PK, LK, SK dan BETN yaitu 5,55 %, 9,41 %, 8,68%, 35,10%, 11%,
3241,41 kal/gram.
5.2 Saran
Dalam melakukan penganalisisan proksimat ini, diperlukan ketelitian dalam
penentuan tiap-tiap kandungan yang terkandung dalam suatu sampel. Untuk itu
praktikan perlu memahami dari setiap prinsip analisis, prosedur pengerjaan, dan
perhitungan agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi
Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak Rangkuman, Laboratorium Makanan Ternak.
Yogyakarta : UGM Press.
Piliang, W.G dan S. Djojosoebagjo, Al Haj. 2002. Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi
Ke-4. IPB Press, Bogor.
Soejono, M. 1990. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sudarmaji, Slamet, Haryono, dan B. Suhadi. 1996. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah
Mada. Liberty, Yogyakarta.
Tillman, A. D. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Utomo, R dan Soedjono , M. 1999. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum.
Fakultas Peternakan. UGM. Yogyakarta.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
LAMPIRAN
1. Perhitungan kadar air
A. Berat cawan
= 7,273 gr
= 19,053 gr
= 18,399 gr
BC
Berat Sampel(BA )
19,05318,399
19,0537,273
0,654
11,78
x 100 %
x 100 %
x 100 %
= 5,55 %
2. Perhitungan abu
A. Crussible poreselen
= 20,461 gr
= 23,425 gr
= 20,740 gr
C A
B A
x 100%
20,74020,461
23,42520,461
0,279
2,964
x 100%
x 100 %
= 9,41 %
3. Perhitungan lemak kasar
A. Berat selongsong
= 0,867 gr
B.Selongsong + sampel
= 2,998 gr
= 3,014 gr
= 2,829 gr
CD
B A
3,0142,829
2,9980,867
0,185
2,131
x 100 %
x 100 %
x 100 %
= 8,68 %
4. Perhitungan Protein kasar
B.Sampel
= 0,863 gr
N.HCl
= 0,12352 gr
V.HCl
= 28,1 ml
x 100 %
x 100%
0,302918
0,863
x 100 %
= 35,10 %
5. Perhitungan serat kasar
Berat sampel
= 0,590 gr
= 0,221 gr
= 21,081 gr
= 20,794 gr
x 100 %
21,08120,7940,221
0,590
x 100 %
0,066
0,590
x 100 %
= 11,186 %
6.
Perhitungan energi
Berat sampel = 0,982 gr
T2
= 30,08
T1
= 28,69
Energi bruto
T 2T 1
berat sampel
x 2417
30,0828,69
0,982
x 2417
= 1,415 x 2417
= 3.421,21 cal/gr
7. Perhitungan BETN
Bahan
Pakan
Bahan Kering
(BK) = 94,45
%
Air = 5,55 %
Bahan
Anorganik =
9,41 %
Bahan Organik
=85,04 %
Protein Kasar
= 35,10 %
Lemak Kasar =
8,68 %
Karbohidrat =
41,26%
Serat Kasar =
11 %
Kadar BETN = 100 ( air + bahan organik + protein kasar + lemak kasar + serat
kasar)
= 100 % - (5,55 + 9,41 + 35,10 + 8,68 + 11)%
= 100 % - 69,74 %
= 30,26 %
8. Konversi ke bahan asfeed
Bahan pakan asfeed
= 100 %
Kadar air
= 5,55 %
a.
Abu asfeed
kadar bahan anorganik (BK )
bahan pakan BK
9,41
94,45
x
100
= 9,96 %
x
100
3510
94,45
X = 37,16 %
c. Kadar lemak kasar asfeed
kadar lemak kasar (BK )
bahan pakan BK
8,68
94,45
x
100
868
94,45
X = 9,19%
x
100
94,45x =1100
X=
1100
94,45
X = 11,65 %
Tabel Lengkap Hasil Analisis
Fraksi
Asfeed
Bahan anorganik (abu)
9,96 %
Bahan organik
90,04 %
Protein kasar
37,16 %
Bahan organik tanpa
52,87 %
nitrogen (BOTN)
Lemak kasar
9,19 %
Karbohidrat
43,68 %
Serat kasar
11,65 %
Bahan ekstark tanpa
32,04 %
nitrogen (BETN)