ABSTRAK
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang dapat memengaruhi
pengembangan ternak sapi potong dan mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam
pengembangan ternak sapi potong. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Mojolaban Kabupaten
Sukoharjo pada bulan MeiJuni 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei
untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari instansi yang terkait, yaitu
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian
Kecamatan Mojolaban. Pengambilan sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling
sebanyak 50 peternak. Analisis data menggunakan analisis lingkungan internal, analisis lingkungan
eksternal, dan analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat
diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong yaitu mengoptimalkan dan
mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia
untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju, pengenalan mengenai
teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan
dengan kondisi wilayah setempat, menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga
dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan
kegotongroyongan, memperkuat kelembagaan peternak.
ABSTRACT
The purposes of the research are to find out the strategic factors that influencing the beef
cattle development and to find out the alternative strategy that can be implemented in developing the
beef cattle. The research was done on Mei-June 2012, at Mojolaban Subdistrict of Sukoharjo Regency.
The research method used in the research is survey method to collect the primary data from
respondent and the secondary data from the instance included, those are Statistic Bureau Centre of
Sukoharjo Regency, Agriculture Department, Agriculture Sub Department at Mojolaban Subdistrict.
The research sample was taken using purposive sampling about 50 breeders. The data analysis was
using internal environment analysis, external environment analysis, and SWOT analysis. The analysis
result indicates that the prominent alternative strategy can be applied in developing beef cattle
business as follows: Optimalizing and developing the internal ability of breeders resources and
utilizing the available nature resources to increase the beef cattle business scale progessively, the
recognition about livestock feed processing use compost heap and the superior cattle seed
appropriately with the local condition, taking a cooperation business partnership with the goverment
and the third partnerships in utilizing rural communities interaction relatively and mutual
cooperatively, strenghtening the breeder organization.
24
PENDAHULUAN operation). Program CCO (cow calf
operation) merupakan usaha untuk
Indonesia merupakan negara agraris menghasilkan pedet atau sapi bakalan, 99%
dimana mata pencaharian penduduknya dilakukan oleh peternakan rakyat yang
sebagian besar di sektor pertanian. Sektor berskala kecil dan umumnya belum
pertanian menyediakan pangan bagi menerapkan sistem usaha yang intensif
sebagian besar penduduknya dan (Dikman et al., 2010). Manajemen
memberikan lapangan pekerjaan bagi pemeliharaan dan penyediaan pakan yang
sebagian masyarakat terutama di pedesaan. seadanya serta waktu budidaya yang relatif
Menyempitnya lahan pertanian yang ada lama, menyebabkan usaha ini ditinjau secara
mendorong para petani untuk berusaha ekonomi kurang menguntungkan
meningkatkan pendapatan dengan kegiatan dibandingkan dengan usaha penggemukan
lain yang bersifat komplementer. Salah satu sapi potong, oleh karena itu penelitian ini
kegiatan tersebut adalah usaha pembibitan dimaksudkan untuk mengulas dan
dan penggemukan sapi (Arbi, 2009). merumuskan alternatif strategi
Salah satu sektor pertanian yang pengembangan usaha sapi potong yang
memiliki potensi besar untuk dapat cocok untuk diterapkan di Kecamatan
dikembangkan adalah peternakan sapi Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, yang
potong yang merupakan bagian dari sub diharapkan dapat berimplikasi pada
sektor peternakan. Menurut Priyanto (2011), peningkatan produktivitas sapi potong dan
kebutuhan akan daging sapi di Indonesia kesejahteraan peternak.
menunjukkan trend yang meningkat setiap
tahunnya, demikian pula importasi terus METODE PENELITIAN
bertambah dengan laju yang semakin tinggi,
baik impor daging maupun impor sapi Penelitian telah dilaksanakan pada bulan
bakalan. Kondisi yang demikian menuntut Mei 2012 Juni 2012 di lima desa di
para pemangku kepentingan (stakeholder) Kecamatan Mojolaban yaitu: Desa Plumbon,
untuk segera menerapkan suatu strategi Desa Bekonang, Desa Demakan, Desa Joho,
pengembangan peternakan sapi potong dan Desa Palur, dengan pertimbangan bahwa
nasional untuk mengurangi ketergantungan di lokasi tersebut memiliki populasi peternak
pada impor, dan secara bertahap serta sapi potong yang rendah (37, 38 peternak),
berkelanjutan mampu berswasembada dalam sedang (72 peternak), dan tinggi (161, 164
menyediakan kebutuhan daging sapi secara peternak). Penelitian dilaksanakan dengan
nasional. metode survei, observasi, dan wawancara
Kecamatan Mojolaban merupakan langsung dengan menggunakan daftar
salah satu sentra pengembangan usaha kuesioner yang telah dipersiapkan terhadap
budidaya ternak sapi potong di Kabupaten 50 responden peternak sapi potong yang
Sukoharjo. Peningkatan populasi sapi dipilih secara purposive sampling (sengaja),
potong di Kecamatan Mojolaban dalam lima yaitu peternak yang mengusahakan
tahun terakhir mengalami pertumbuhan, pembibitan sapi potong. Data primer
pada tahun 2006 populasi sapi potong meliputi: karakteristik peternak, kondisi
sebesar 2.115 ekor, kemudian pada tahun keuangan, manajemen reproduksi,
2010 mengalami peningkatan menjadi 3.230 pemeliharaan, perkandangan, kesehatan
ekor sehingga rata-rata peningkatan setiap ternak, faktor internal dan eksternal
tahunnya sebesar 11% (Badan Pusat Statistik budidaya ternak sapi potong. Data sekunder
Kabupaten Sukoharjo, 2010). yang berkaitan dengan rencana strategis
Usaha sapi potong di Kecamatan pembangunan sektor pertanian dan
Mojolaban masih didominasi oleh sistem kebijakan pengembangan ternak sapi
pemeliharaan induk-anak (pembibitan) potong, diperoleh melalui instansi yang
sebagai penyedia bakalan (cow calf terkait dengan bidang peternakan, yaitu
berada pada kisaran umur yang produktif, adalah 48% bekerja sebagai petani dan
yaitu 51-60 tahun atau 38% dari persentase buruh tani dan sisanya bekerja di berbagai
total sampel responden. Umur produktif bidang. Menurut pernyataan Soeharsono et
berkisar antara umur 15 sampai 64 tahun, al. (2010), hal ini merupakan gambaran
sedangkan umur dibawah 15 tahun dan umum penduduk yang tinggal di kawasan
diatas 64 tahun termasuk dalam umur non pedesaan, dimana sebagian besar
produktif (Tarmidi, 1992). Pada umur mengandalkan mata pencaharian mereka
produktif tenaga yang digunakan masih pada bidang pertanian dan didukung oleh
prima sehingga mampu mengembangkan sub sektor peternakan.
usahanya dan ada kemungkinan menambah Pengalaman peternak dalam
pengetahuan serta metode budidaya di melaksanakan usaha budidaya ternak sapi
bidang usaha ternak sapi potong. potong adalah rata-rata sekitar 12 tahun.
Mayoritas responden peternak Soeharsono et al. (2010) mengemukakan
berpendidikan SD dan tidak sekolah, yaitu bahwa semakin lama pengalaman peternak
68%. Peternak yang berpendidikan rendah membudidayakan ternak sapi potong,
biasanya lebih sulit menerima inovasi memungkinkan mereka untuk lebih banyak
teknologi baru yang berkaitan dengan usaha belajar dari pengalaman, sehingga dapat
ternak, dan cenderung menekuni apa yang dengan mudah menerima inovasi teknologi
biasa dilakukan oleh nenek moyangnya yang berkaitan dengan usaha ternak sapi
secara turun temurun (Wirdahayati, 2010). potong menuju perubahan baik secara
Pekerjaan pokok responden peternak individu maupun kelompok.
sapi potong di Kecamatan Mojolaban,
Analisis Faktor Internal dan dengan dua puluh enam faktor yang
Eksternal berpengaruh dan homogen di Kecamatan
Mengacu kepada analisis faktor Mojolaban. Hasil identifikasi tertera pada
internal dan eksternal pada usaha ternak sapi Tabel 3.
potong, maka dapat dilakukan identifikasi Dari identifikasi analisis lingkungan internal
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dan analisis lingkungan eksternal
Strategi SO Strategi WO
1. Mengoptimalkan dan 1. Memberikan program
mengembangkan kemampuan pendampingan dan penyuluhan
internal peternak serta disertai dengan demonstrasi
memanfaatkan sumber daya alam sehingga dapat meningkatkan
yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan peternak
skala usaha ternak sapi potong 2. Pengenalan mengenai teknologi
menjadi lebih maju. pengolahan pakan berbasis limbah
2. Bekerja sama dengan pemerintah pertanian dan bibit ternak sapi
daerah setempat untuk unggul yang disesuaikan dengan
mengefektifkan jaringan pemasaran kondisi wilayah setempat
guna memanfaatkan peluang 3. Optimalisasi program swasembada
permintaan pasar yang relatif daging sapi yang dicanangkan oleh
belum terpenuhi pemerintah guna menambah skala
3. Memanfaatkan secara optimal kepemilikan sapi potong dan
pakan limbah pertanian yang meningkatkan pengetahuan
jumlahnya melimpah peternak sapi potong mengenai
harga jual dan informasi pasar
Strategi ST Strategi WT
1. Mengembangkan keterampilan 1. Memperkuat kelembagaan peternak
sumber daya manusia dan sehingga peternak memiliki daya
meningkatkan pola efisiensi agar tawar yang kuat
dapat menguasai dan meningkatkan 2. Mempermudah proses penyediaan
produktivitas di bidang usaha bibit melalui subsidi bunga (Kredit
ternak Usaha Pembibitan Sapi)
2. Menjalin usaha kemitraan bersama 3. Pengembangan usaha pembibitan
pemerintah dan pihak ketiga sapi potong melalui VBC (Village
dengan memanfaatkan interaksi Breeding Centre)
masyarakat pedesaan yang bersifat
kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Sumber: Analisis data primer, terolah 2012.