Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas F
Mochammad Feissal P
200110110112
Abdul Azis
200110110154
Yanuar Adiprasetyo
200110110156
200110130160
Sanitya Apriyani
Hana Nurlela
Bella Nurul Istiqomah
200110130168
200110130169
200110130175
Rizalut Taufiq
Desty Nur Septiani
Theodorik Agustian
200110130177
200110130178
200110130277
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Studi Lapangan
Mata Kuliah Komunikasi Pembangunan ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada dosen yang telah membimbing serta pihak-pihak yang ikut
andil dalam pelaksaan praktikum.
Laporan ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir praktikum komunikasi
pembangunan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Laporan akhir
Praktikum yang berjudul Studi Lapangan Mata Kuliah Komunikasi Pembangunan
Desa Cilayung Kampung Bojong Rw 6 ini membahas mengenai keadaan suatu
daerah yakni di desa cilayung dengan membahas suatu kajian terhadap fenomena
tersebut sekaligus memberikan rekomendasi untuk berhasilnya suatu kegiatan
komunikasi pembangunan.
Penulis semaksimal mungkin untuk menyempurnakan penulisan laporan ini.
Namun tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan atau kekurangan pada
penulisan laporan akhir praktikum ini. Untuk itu, penulis dengan senang hati
menerima segala kritikan atau pun saran yang membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB
II
Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................
ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................
1.2 Tujuan..............................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................
III
KAJIAN UMUM
3.1 Kajian Umum..................................................................
IV
31
KAJIAN KHUSUS
4.1 Kajian Khusus ..................................................................
33
38
5.2 Rekomendasi.....................................................................
39
40
LAMPIRAN..........................................................................
41
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan
Komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang mem
prakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat
memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam konteks ini
komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha mengomunikasikan
pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh
manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha
tersebut mencakup studi, analisis, promosi, evaluasi, dan teknologi komunikasi
untuk seluruh sektor pembangunan. Pengertian ini tercermin dalam sejumlah
kegiatan sistematis yang dilakukan oleh berbagai badan, dan lembaga yang
bersifat lokal, nasional maupun internasional dalam menyebarkan gagasan
pembangunan kepada khalayak ramai.
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang, terutama komunikasi
untuk perubahan sosial yang terencana. Komunikasi pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan pembangunan manusia yang berarti menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan ketidak adilan.
Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Membuka pemahaman
Wawasan berpikir
Pengayaan pengetahuan dan keterampilan
Pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh
Pembangunan pada dasarnya minimal melibatkan tiga komponen :
Komunikator : aparat pemerintah atau masyarakat
Pesan pembangunan: Program-program pembangunan
Komunikan : masyarakat luas yang menjadi sasaran (desa/kota)
nan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena
pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis
antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses pembangunan ke depan
cenderung akan semakin mengurangi peran pemerintah, seiring semakin besarnya
peran masyarakat.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui keadaan suatu daerah yang dijadikan sebagai tempat
tujuan dalam kegiatan studi lapangan komunikasi pembangunan.
Agar mahasiswa yang mengikuti mata kuliah komunikasi pembangunan
dapat lebih mengapresiasi teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan berlangsung.
Agar mahasiswa dapat mengenal secara langsung fenomena dimasyarakat
perihal kegiatan komunikasi pembangunan.
Agar mahasiswa dapat melakukan kajian terhadap fenomena tersebut
sekaligus memberikan rekomendasi untuk berhasilnya suatu kegiatan
komunikasi pembangunan.
1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan studi lapangan komunikasi pembangunan ini telah di laksanakan
pada hari Rabu tanggal 12 November 2014, Pukul 10.00 sd 15.00 Wib,
Bertempat
di
wilayah
Desa
Cilayung,
Kecamatan
Jatinangor,
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Desa
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan, Desa adalah suatu
kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi,
sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam
d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat
desa
menggunakan
bahasa
tidak
langsung,
untuk
10
11
12
13
14
15
yangoptimal.
Menjembatani cultural gap akibat kemudahan diperolehnya dan
kemudahandioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang
jika dibiarkan akanmerusak nilai-nilai budaya.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.Dengan demikian strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut
16
17
merupakan titik tolak bagi timbulny ahasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komuni
kator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan,
yakni keputusan untuk melakukan tindakan.
Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus
mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan
tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.
(Rogers,1983) Mengatakan kredibilitas adalah tingkat di mana komunikator
dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima.(Hovland
dalam Krech, 1982) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang
disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih
benyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan dari
pada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah.
Rakhmat,1989 mengatakan dalam berkomunikasi yang berpengaruh terha
dap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga keadaan komuni
kator secara keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak
hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang
mengatakan. Selanjutnya Tan (1981) mengatakan kredibilitas sumber terdiri dari
dua unsur, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian diukur dengan sejauh mana
komunikan menganggap komunikator mengetahui jawaban yang benar, sedangkan
kepercayaan dioperasionalisasikan sebagai persepsi komunikan tentang sejauh
mana komunikator bersikap tidak memihak dalam penyampaian pesan. Dari
variabel kredibilitas dapat ditentukan dimensi-dimensinya yaitu : keahlian
komunikator (kemampuan, kecerdasan, pengalaman, pengetahuan, dsb) dan
keper- cayaan komunikator(kejujuran, keikhlasan, keadilan, dsb).
Demikan juga mengenai daya tarik adalah berkenaan dengan tingkat mana
penerima melihat sumber sebagai seorang yang disenangi dalam bentuk peranan
hubungannya yang memuaskan. (Effendy, 1983) mengatakan daya tarik adalah
18
dimengerti.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan
19
Dengan demikian, perlu adanya partisipasi secara aktif, penuh inisiatif dan
inovatif dari masyarakat itu sendiri.Sehingga partisipasi masyarakat dalam
konteks ini mengandung makna untuk meneggakan demokrasi local yang
selama ini terpendam yang sebenarnya telah dimiliki oleh masyarakat.
Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat harus mengandung makna yang
dinamis untuk mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan.
Pemerintah dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 telah memulai
adanya pengembangan otonomi pemerintah desa dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Secara tegas hal ini tersurat dalam Pasal 95 mengenai
Pemerintahan Desa. Dari sini pemerintah telah membuka peluang tumbuhnya
partisipasi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pasal 102,
terlihat bahwa penduduk desa telah diletakkan pada porsi yang sebebarnya
sebagai titik sentral pemerintahan desa, sebagai wujud pemerintahan yang
berpusat pada masyarakat, serta menghargai prakarsa masyarakat beserta
adapt istiadatnya. Orientasi pembangunan seperti ini tentu akan lebih berhasil
guna dan berdaya guna, karena masyarakat diberi kesempatan yang sama
untuk berperan serta dalam proses pembangunan dan menikmati hasil
pembangunan tersebut sesuai dengan kemampuannya.
Joseph Stiglitz 2002 (dalam Efendy, 1993) menyatakan bahwa partisipasi
warga negara tidak saja dalam hal ikut serta dalam pemilu, namun juga
berperan serta dalam pengambilan keputusan kepada masalah-masalah yang
menjadi hajat hidup orang banyak. Gavenda dan Valderrama, 1999 (dalam
Efendy, 1993) mencatat adanya pergeseran perkembangan dan makna partisipasi. Secara tradisional, pada periode 60-an dan 70-an, partisipasi dalam
pembangunan dipahami sebagai partisipasi di tingkat proyek dan mikro,
ditujukan kepada penerima manfaat (beneficiaries) lebih kepada modus
konsultasi dan berlangsung pada tataran penaksiran (appraisal). Sementara,
makna partisipasi yang sedang berkembang adalah partisipasi pada tingkat
kebijakan dan makro, ditujukan kepada warga Negara (citizen) dan melalui
20
21
perhatian kritis adalah: Komunikasi dilakukan untuk tujuan apa? Seperti di mass
media, saluran komunikasi tradisional mungkin juga digunakan untuk mendikte
preskripsi dan pandangan dari kelas dominan, mengesahkan suatu sistem sosialekonomi yang tidak adil, dan memelihara suatu keadaan tetap (status quo) pada
suatu saat tertentu di dalam suatu masyarakat sama. Atau, media rakyat bisa
dipekerjakan ke conscientize rakyat jelata; orang banyak pada struktur yang tak
adil di dalam masyarakat mereka dan mendorong mereka untuk mencari
perubahan bentuk sosial. Begitu, dengan mengabaikan media mempekerjakan,
keseluruhan disain dari strategi komunikasi akan mempunyai suatu dampak pada
tujuannya. Ross Kidd ( 1984) dan Van Hoosen (1984), Mereka membandingkan
analisa organisasi menggunakan media rakyat untuk mempromosikan pembangu
nan di Asia dan Afrika, menyoroti isu rumit yang menyertakan perancangan
strategi komunikasi. Mereka mengusulkan sebagai fakta saluran media rakyat itu
bisa satu arah, top-down, dan digunakan untuk menguasai preskripsi masyarakat
dari atas.
22
23
yang tepat terhadap diri dan lingkungannya, serta meletakkan hak dan
kewajibannya secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
b) Memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi secara lebiuh
luas untuk membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan
pendayagunaan informasi dalam volume yang luas secara cepat dan
akurat;
c) Menciptakan kemudahan yang lebih besar bagi pengembangan lembaga
penyiaran, jika mengacu kepada UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran,
maka dapat dikembangkan mengenai lembaga penyiaran komunitas yang
dapat secara langsung menyentuh lapisan-lapisan tertentu dari masyarakat,
terutama lapisan yang selama ini terpinggirkan dan sulit terterpa informasi.
Peningkatan Kualitas pelayanan informasi publik, bertujuan meningkatkan
mutu pelayanan arus informasi kepada dan dari masyarakat untuk mendukung
proses sosialisasi dan partisipasi rakyat. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
a) Mewujudkan pelayanan informasi multi media yang lebih berkualitas,
dalam proses pelayanan public pemerintah (melalui fasilitas e-Govern
ment) baik dari segi peningkatan efisiensi, objektivitas, transparansi
maupun akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, menuju pemenuhan
standar good governance yang tinggi.
b) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang melek media (media literacy),
melalui pelayanan informasi yang menyeluruh kepada seluruh lapisan
masyarakat.
2) Model Pembagian-Pengetahuan
Nair dan White, 1987 (dikutif dalam Hettne, Bjorn, 1982) mengusulkan suatu
model komunikasi transaksional yang akan melengkapi gagasan mengenai
Pembagian-Pengetahuan yang seimbang. Dalam typology matrik: komunikasi
transaksional adalah suatu dialog, dimana penerima dan pengirim pesan saling
berhubungan setelah jangka waktu tertentu, untuk untuk sampai pada kesaam
makna. Proses Transaksional adalah proses persuasi dua arah dimana komunikator
24
25
mengusulkan
26
Selain itu, media massa hanya dapat dinikmati oleh kaum elit tertentu, juga
pengelolaannya pun berdasarkan pada bisnis sehingga acara yang menguntungkan
bagi pengelolalah yang banyak di sampaikan dalam media tersebut. Hal ini
menyebabkan perlunya sebuah media yang dapat menyentuh komunitas yang
terpinggirkan tersebut. Karena media massa saat ini tidak dapat memberdayakan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Gagasan mengenai media komunitas sesuangguhnya berakar dari kritik-kritik
terhadap pendekatan media komunikasi model liberal/mekanistik/vertikal/linear
yang banyak dipakai dalam model pembangunan.Asumsi dasarnya adalah bahwa
akar permasalahan bagi dunia ketiga dan penduduknya (perilaku, nilai-nilai yang
tidak inovatif, rendahnya produktivitas, dll) adalah berakat pada kurangnya
pendidikan dan informasi. Konsekuensinya akan permasalahan yang dihadapi
dunia ketiga akan selesai jika informasi ditingkatkan. Atas dasar itu, sistem media
massa yang ada lantas dirancang pesannya secara baku dan ditempatkan sebagai
objek.
Inilah yang diistilahkan Paulo Freire sebagai model komunikasi gaya bank.
Artinya, komunikasi di mana segelintir orang pintar memberi pesan, menga
lihkan tabungan pengetahuan, nilai dan norma-norma mereka kelak membelanjakan segenap tabungan tersebut untuk kehidupan dan gaya hidup modern.
Akibatnya masyarakat atau komunitas teralienasi dari konteks struktural dan
kulturalnya. Masyarakat juga kehilangan kontrol atas media dan isinya (Rakhmat,
1989).
Dalam prakteknya, model komunikasi yang pada massa orde baru diterapkan
dalam, misalnya, program koran masuk desa, itu ternyata menimbulkan sejumlah
dampat. Pertama, sifatnya yang top down, elitis, searah telah menciptakan jurang
informasi antara elit dan masyarakat kebanyakan. Elit yang jumlahnya sedikit
menjadi kaya media/informasi karena memiliki akses besar terhadap media;
mampu membaca dan membeli.Sementara masyarakat kebanyakan tetap miskin
27
media/informasi karena tidak memiliki akses yang cukup, baik dari sisi ekonomi
maupun budaya (Rogers, 1983;Jayawera & Amunugama, Eds. 1987). Kedua,
struktur komunikasi yang feodalistik pada model tersebut juga cenderung
manipulatif/eksploitatif karena adanya monopoli sumber-sumber media dan
dominasi pemberi pesan terhadap masyarakat sebagai penerima.
Kritik atas kegagalan model komunikasi di atas mendorong munculnya model
komunikasi yang partisipatif.Jadi mengembangkan model komunikasi partisipatif
pada dasarnya mengembangkan model alternatif dan model komunikasi
paradigma dominan. Karena itu bertolak belakang dengan model komunikasi
paradigma dominan kaum elitis, model ini menekankan partisipasi grassroots
dalam proses komunikasi. Dalam penekanan model komunikasi partisipatif,
komunitas diharapkan mampu merancang standar dan prioritas sendiri yang
mungkin unik untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Peran komunikasi dalam model ini memang lebih kompleks dan bervariasi.
Tidak seperti model komunikasi paradigma dominan di mana peran kaun
komunikasi bersifat exact, dalam model komunikasi partisipatif peran komunikasi
akan sangat tergantung pada standar dan tujuan normatif komunitas. Akan tetapi,
menurut model ini, komunikasi partisipatif setidaknya dapat membantu
pengembangan identitas kultural; bertindak sebagai wahana ekspresi diri
masyarakat
dalam
komunitas;
menyediakan
sarana
sebagai
alat
untuk
mendiagnosis masalah-masalah komunitas; serta memfasilitasi artikulasi problemproblem komunitas (Srinivas, 1991).
Prinsip dasar model ini adalah partisipasi anggota. Dalam konteks komuni
kasi pembangunan, partisipasi tersebut terkait beberapa hal, yaitu akses, partisi
pasi, serta swakelola dan swadaya.
a) Pertama, soal akses. Secara singkat akses dapat diartikan sebagai kesem
patan untuk menikmati sistem komunikasi yang ada.Dalam prakteknya hal
28
ini dua tingkata yaitu kesempatan untuk ikut memilih dan memperoleh
umpan balik dari sistem komunikasi yang ada.
b) Kedua, soal partisipasi. Partisipasi mengandung pengertian pelibatan
anggota komunitas dalam proses pembuatan dan pengelolaan sistem
komunikasi pembangunan yang ada. Dalam penerapannya pelibatan ini
dilaksanakan pada semua tingkatan mulai dari perencanaan, tingkat
pengambilan keputusan, serta tingkat produksi.
c) Ketiga, soal swakelola dan swadaya. Ini adalah partisipasi yang paling
maju.Dalam konteks ini, anggota komunitas mempunyai kekuasaan dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut komunikasi.Kekuasaan ini tidak
hanya berkenaan dengan akses untuk memperoleh informasi dan untuk
berperan dalam mengelola sarana produksi, melainkan juga menyangkut
pengelolaan komunitas terhadap sistem komunikasi dan pengembangan
kebijakan komunikasi.
29
III
KAJIAN UMUM
Berdasarkan studi lapangan yang telah kami lakukan pada kesempatan kali
ini kelompok kami ditugaskan untuk melakukan pengkajian terhadap suatu
wilayah yakni Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor Kabupatan/Kota Sumedang.
Sehingga dengan kegiatan tersebut kami sebagai mahasiswa dapat mengenal
secara langsung fenomena dimasyarakat perihal kegiatan komunikasi pembangunan. Desa cilayung sendiri memiliki luas 348 Ha dengan jumlah penduduk 1900
penduduk, yang terbagi menjadi 10 perkampungan dengan menempatkan 10
Rukun Warga (RW), yakni kampung pangkalan, cipaku, bojong, pengkolan,
cikeuyeup, cipeundeuy, cikumbang, citeuereup , rengkor. Desa cilayung sendiri di
pimpin oleh kepala desa yang menjabat sebagai ketua kelompok di desa tersebut.
Karakteristik penduduk di desa cilayung dapat dilihat dari tingkat umur,
pendidikan, dan mata pencaharian. Penduduk di desa desa cilayung sendiri dilihat
dari segi umur merata, dari mulai balita, anak-anak, orang tua, pemuda dan
lansia/setengah baya. Pendidikan terakhir masyarakatnya rata-rata lulusan SD dan
SMP, tapi kebanyakan SMP. Mata pencaharian masyarakat di desa cilayung ratarata sebagai peternak, petani, dan pengrajin kerajinan tangan. Komoditas ternak
yang banyak dipelihara adalah domba, sapi angus, ayam,bebek ,angsa
dan
30
cilayung sudah memiliki seperti telepon selular, kendaraan bermotor dan televisi
sudah banyak yang memilikinya serta perhiasan yang dimiliki.
Orang yang memilikiperan penting daalm memebangun desa cilayung dan
berperan sebagai agen pembangunan adalah para tokoh masyarakat, seperti kepala
desa, RW,RT,dan sesepuh desa,
Pengkomunikasian pesan-pesan pembangunan lebih banyak dari pemerintah
desa sendiri, sedangkan masyarakat lebih banyak menunggu/ kurang proaktif
dalam pengkomunikasian program pemerintah. Setelah adanya musyawarah
bersama kepala desa barulah masyarakat berperan aktif dalam pengkomunikasian
tersebut.Namun masih banyak seabagian masyarakat yang tidak begitu peduli
pada program pemerintah
31
32
IV
KAJIAN KHUSUS
Desa Cilayung memiliki karakterisitik wilayah yang subur, sejuk, dan
penuh dengan potensi potensi alam yang belum diketahui. Sayangnya,
keberkahan ini belum seluruhnya dimanfaatkan oleh masyarakat Desa. Wilayah
Peternakan dan Pertanian hanya tersentralisasi di daerah tertentu sehingga
penghasilan masyarakatnya kurang merata.
RW 06 merupakan salah satu dari RW yang terbilang berhasil
memanfaatkan potensi alamnya untuk membentuk sentra peternakan atau
pertanian. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa peternakan rakyat seperti
peternakan sapi potong, peternakan domba dan kambing serta adanya beberapa
ekor kerbau.
Menurut bapak Mahmud kegiatan pembinaan kelompok tani ternak pernah
dilakukan di desa tersebut. Pembinaan ini dilakukan oleh tokoh masyarakat dan
orang orang yang ahli dalam bidang peternakan atau pertanian. Bantuan kredit
untuk penguatan modal usaha pernah terdengar beberapa tahun yang lalu, namun
beliau mengatakan pada saat itu yang menjadi kendala bagi warga adalah bunga
yang relatif tinggi dan urusan administratif yang berlarut larut.
Menurut baeliau tingkat keberhasilan pembangunan di bidang peternakan
atau bidang lainnya dapat dikatakan berhasil karena program yang dilakukan
berjalan dengan baik, banyak masyarakat yang menerima inovasi dari pihak dalam
Desa Cilayung maupun pihak luar Desa Cilayung serta bantuan dana yang
diterima oleh masyarakat Desa Cilayung dipergunakan sesuai dengan kebutuhan
untuk pembangunan di bidang peternakan atau bidang lainnya. Program yang
dilakukan yaitu program pembinaan kelompok tani dan ternak.
33
Desa
Cilayung.
Masyarakat
begitu
antusias
karena
yang
yang
menunjukkan
tingkat
kepercayaan,
kemampuan
dapat
34
pengambilan
keputusan
tersebut
mereka
lalui
dengan
berbagai
35
36
37
V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan diskusi dalam laporan ini dapat ditarik kesimpulan
antara lain:
Sebagian besar masyarakat di desa cilayung berkecimpung sebagai
peternak, petani dan pengrajin. Hasil tani yang dikembangkan berupa
jagung, singkong dan pusat tani campuran, peternakannya berupa penggemukan sapi angus/sapi jawa. Sedangkan hasil kerajinan nya berupa gabah/
bilik.
Pembangunan dalam bidang pertanian dan peternakan di desa cilayung tergolong
berhasil, dilihat dari hasil tani yang banyak dan berkualitas karena bantuan-
++
posyandu yang berjalan dengan baik dan dapat dilakukan pembangunannya secara bergotong royong oleh masyarakat di desa cilayung. Serta
memiliki program disetiap RW nya yakni program bedah rumah bagi
setiap rumah yang tidak layak huni.
Salah satu faktor penunjang keberhasilan program pembangunan di desa
cilayung ini adalah adanya tokoh masyarakat yang berperan aktif sebagai
38
agen pembangunan dimana tokoh masyarakat tersebut memiliki programprogam yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan di desa
cilayung. Serta peran masyarakat yang dapat membantu terselenggaranya
program-progam pembangunan di desa tersebut. Namun masyarakat di
desa cilayung sendiri dapat menjadi salah satu faktor penghambat
keberhasilan program pembangunan, dimana masih banyak sebagian
masyarakat yang masih memiliki pola pikir yang sempit/ kolot.
5.2 Rekomendasi
Menurut kelompok kami, dengan diadakannya suatu kegiatan studi
lapangan ini mampu memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar
mahasiswa dapat mengenal secara langsung fenomena dimasyarakat
perihal kegiatan komunikasi pembangunan. Dan menurut kelompok kami,
untuk menunjang keberhasilan program pembangunan di wilayah desa
cilayung kecamatan sumedang khususnya di bidang peternakan dan
pertanian yang bertempat di Kampung bojong akan lebih berhasil jika
adanya peran dari pemerintah provinsi yang turut serta membantu dalam
memberikan bantuan berupa pembiayaan anggaran di desa cilayung.
Namun tidak semata mata pembiayaan yang diberikan akan tetapi, perlu
dilakukan pengontrolan yang teratur kepada petani dan peternak di desa
cilayung tersebut untuk meningkatkan kualitas kinerjanya salah satunya
dengan memberikan suatu kegiatan penyuluhan. Dalam segi penyampaian
pesan-pesan komunikasi pembangunan, sebaiknya pengko- munikasian
lebih baik dilakukan secara intensif dari tokoh desa ke masyarakat dan
dibicarakan kepada masyarakat secara musyawarah. Pesan yang
disampaikan juga harus mudah dimengerti dan Masyarakat harus diberikan
pandangan mengenai program yang akan dikerjakan,bahwa program yang
diberikan akan sangat menguntungkan bagi keberlang- sungan hidup
masyarakat di desa cilayung.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana, 1987. Komunikasi dan Modernisasi, Alumni : Bandung.
39
LAMPIRAN GAMBAR
40
41
42
43
44