Anda di halaman 1dari 44

1

STUDI LAPANGAN MATA KULIAH


KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
Desa Cilayung, Kampung Bojong RW 06

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas F

Mochammad Feissal P

200110110112

Abdul Azis

200110110154

Yanuar Adiprasetyo

200110110156

Raden Mega Indah O.Z

200110130160

Sanitya Apriyani
Hana Nurlela
Bella Nurul Istiqomah

200110130168
200110130169
200110130175

Rizalut Taufiq
Desty Nur Septiani
Theodorik Agustian

200110130177
200110130178
200110130277

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Studi Lapangan
Mata Kuliah Komunikasi Pembangunan ini. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada dosen yang telah membimbing serta pihak-pihak yang ikut
andil dalam pelaksaan praktikum.
Laporan ini dibuat untuk melengkapi tugas akhir praktikum komunikasi
pembangunan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Laporan akhir
Praktikum yang berjudul Studi Lapangan Mata Kuliah Komunikasi Pembangunan
Desa Cilayung Kampung Bojong Rw 6 ini membahas mengenai keadaan suatu
daerah yakni di desa cilayung dengan membahas suatu kajian terhadap fenomena
tersebut sekaligus memberikan rekomendasi untuk berhasilnya suatu kegiatan
komunikasi pembangunan.
Penulis semaksimal mungkin untuk menyempurnakan penulisan laporan ini.
Namun tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan atau kekurangan pada
penulisan laporan akhir praktikum ini. Untuk itu, penulis dengan senang hati
menerima segala kritikan atau pun saran yang membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.

Sumedang, 26 November 2014

Penulis
DAFTAR ISI

BAB

II

Halaman
KATA PENGANTAR ...........................................................

DAFTAR ISI ........................................................................

ii

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................

1.2 Tujuan..............................................................................

1.3 Waktu dan Tempat kegiatan.............................................

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka...............................................................

III

KAJIAN UMUM
3.1 Kajian Umum..................................................................

IV

31

KAJIAN KHUSUS
4.1 Kajian Khusus ..................................................................

33

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1 Kesimpulan ......................................................................

38

5.2 Rekomendasi.....................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................

40

LAMPIRAN..........................................................................

41

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan

Komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang mem
prakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat
memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan. Dalam konteks ini
komunikasi pembangunan dilihat sebagai rangkaian usaha mengomunikasikan
pembangunan kepada masyarakat, agar mereka ikut serta dalam memperoleh
manfaat dari kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu bangsa. Usaha
tersebut mencakup studi, analisis, promosi, evaluasi, dan teknologi komunikasi
untuk seluruh sektor pembangunan. Pengertian ini tercermin dalam sejumlah
kegiatan sistematis yang dilakukan oleh berbagai badan, dan lembaga yang
bersifat lokal, nasional maupun internasional dalam menyebarkan gagasan
pembangunan kepada khalayak ramai.
Komunikasi pembangunan merupakan disiplin ilmu dan praktikum komunikasi dalam konteks negara-negara yang sedang berkembang, terutama komunikasi
untuk perubahan sosial yang terencana. Komunikasi pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan pembangunan manusia yang berarti menghapuskan kemiskinan, pengangguran, dan ketidak adilan.
Hal utama yang dilakukan komunikasi pembangunan:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Membuka pemahaman
Wawasan berpikir
Pengayaan pengetahuan dan keterampilan
Pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh
Pembangunan pada dasarnya minimal melibatkan tiga komponen :
Komunikator : aparat pemerintah atau masyarakat
Pesan pembangunan: Program-program pembangunan
Komunikan : masyarakat luas yang menjadi sasaran (desa/kota)

Dalam penyelenggaraan pembangunan, diperlukan suatu sistem komunikasi


agar terjalin komunikasi efektif dan memiliki makna yang mampu mengarahkan
pencapaian tujuan pembangunan. Hal itu perlu sekali dilakukan karena proses
pembangunan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Komunikasi pembangu-

nan ini harus mengedepankan sikap aspiratif, konsultatif dan relationship. Karena
pembangunan tidak akan berjalan dengan optimal tanpa adanya hubungan sinergis
antara pelaku dan obyek pembangunan. Apalagi proses pembangunan ke depan
cenderung akan semakin mengurangi peran pemerintah, seiring semakin besarnya
peran masyarakat.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui keadaan suatu daerah yang dijadikan sebagai tempat
tujuan dalam kegiatan studi lapangan komunikasi pembangunan.
Agar mahasiswa yang mengikuti mata kuliah komunikasi pembangunan
dapat lebih mengapresiasi teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan berlangsung.
Agar mahasiswa dapat mengenal secara langsung fenomena dimasyarakat
perihal kegiatan komunikasi pembangunan.
Agar mahasiswa dapat melakukan kajian terhadap fenomena tersebut
sekaligus memberikan rekomendasi untuk berhasilnya suatu kegiatan
komunikasi pembangunan.
1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kegiatan studi lapangan komunikasi pembangunan ini telah di laksanakan
pada hari Rabu tanggal 12 November 2014, Pukul 10.00 sd 15.00 Wib,
Bertempat

di

wilayah

Desa

Cilayung,

Kecamatan

Jatinangor,

Kabupaten /Kota Sumedang.

II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Desa
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma mengemukakan, Desa adalah suatu
kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
sendiri. Menurut Bintarto desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi,
sosial, ekonomi, politik dan kultural yang terdapat di situ (suatu daerah) dalam

hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.


Sedangkan menurut Paul H. Landis Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500
jiwa. Dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
1) Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan
jiwa.
2) Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
3) Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat
dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang
kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang
amat kuat yang hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat di mana is hidup dicintainya serta
mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya
atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan samasama sebagai
anggota masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak
tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagian bersama di
dalam masyarakat.
1) Adapun yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara lain sebagai
berikut : Di dalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai
hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan lainnya di luar batas-batas wilayahnya;
2) Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan
(Gemeinschaft atau paguyuban).
3) Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
Pekerjaan-pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan
(part time) yang biasanya sebagai pengisi waktu luang.
4) Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencarian, agama,
adat-istiadat dan sebagainya.
Oleh karena itu, anggota masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang
hampir sama, maka mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan-

kepentingan mereka. Seperti pada waktu mendirikan rumah, upacara pesta


perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air dan sebagainya, dalam
hal-hal tersebut mereka akan selalu bekerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama dalam
masyarakat sering diistilahkan dengan gotong royong dan tolong-menolong.
Pekerjaan gotong-royong pada waktu sekarang lebih populer dengan istilah
kerja bakti misalnya memperbaiki jalan, saluran air, menjaga keamanan desa
(ronda malam) dan sebagainya. Sedang mengenai macamnya pekerjaan gotongroyong (kerja bakti) itu ada dua macam, yaitu :
a) Kerja bersama untuk pekerjaan-pekerjaan yang timbulnya dari inisiatif
warga masyarakat itu sendiri (biasanya diistilahkan dari bawah).
b) Kerjasama untuk pekerjaan-pekerjaan yang inisiatifnya tidak timbul dari
masyarakat itu sendiri berasal dari luar (biasanya berasal dari atas).
Kerjasama jenis pertama biasanya, sungguh-sungguh dirasakan kegunaan
nya bagi mereka, sedang jenis kedua biasanya sering kurang dipahami kegunaan
nya. Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi
Talcot Parsonsmenggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional
(Gemeinschaft) yang mengenal ciri-ciri sebagai berikut :
a. Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta, kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong
menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain
dan menolongnya tanpa pamrih.
b. Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan, tidak suka menonjolkan diri, tidak
suka akan orang yang berbeda pendapat,intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya
dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu.
Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya
berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)

d. Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak
diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan
suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).
e. Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
Masyarakat

desa

menggunakan

bahasa

tidak

langsung,

untuk

menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat


terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh
dari luar.
2.2 Karakteristik Umum Masyarakat Desa
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat,
yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu,sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat
desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan
perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik
tersebut sudah tidak berlaku. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik
masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat
umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu
wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.
1) Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:
a) Secara ekonomi memang tidak mampu
b) Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2) Mudah curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
a) Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
b) Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap asing
3) Menjunjung tinggi unggah-ungguh

Sebagai orang Timur, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan


atau unggah-ungguh apabila:
a) Bertemu dengan tetangga
b) Berhadapan dengan pejabat
c) Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan
d) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
e) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
4) Guyub/kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana
kekeluargaan dan persaudaraan telah mendarah-daging dalam hati sanubari
mereka.
5) Lugas
Berbicara apa adanya, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa.
Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang
lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain.
Kejujuran, itulah yang mereka miliki.

6) Tertutup dalam hal keuangan


Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang
bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang
tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang
melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi
tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.
7) Perasaan minder terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara
langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota
adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung
untuk diam/tidak banyak omong.
8) Menghargai ngajeni orang lain

10

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang


pernah diterimanya sebagai patokan untuk membalas budi sebesar-besarnya.
Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk
penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan ngajeni.
9) Jika diberi janji, akan selalu diingat
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas
tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan
mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering
mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program
pembangunan di daerahnya. Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi
mereka akan menjadi luka dalam yang begitu membekas di hati dan sulit
menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai
Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun
mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu
mengingat pengalaman itu.
10) Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh
kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa
lebih dikenal dengan istilah sambatan. Uniknya, tanpa harus dimintai
pertolongan, serta merta mereka akan nyengkuyung atau bahu-membahu
meringankan beban tetangganya yang sedang punya gawe atau hajatan.
Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk
membantu orang lain. Prinsip mereka: rugi sathak, bathi sanak. Yang
kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
11) Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan
keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui
mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan

11

Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari


warga.
12) Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian
mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga
mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.
2.3 Alternatif Sistem Pendekatan Kepada Masyarakat Desa Dalam Rangka
Pengembangan Masyarakat
Untuk mempercepat ketertinggalan pembangunan sumber daya manusia,
diperlukan cara-cara pendekatan yang dapatmewadahi seluruh komponen sumber
daya manusia dengan kualitas yang ada yang mampu ikut serta/berpartisipasi.
Selain itu, dalam proses menuju desa yang otonom, pengelolaan sumber daya
alam harus berbasis kemasyarakatan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran. Dengan kata lain, kemitraan dengan masyarakat dalam
mengelola sumber daya alam merupakan syarat utama.
1) Kekeliruan pendekatan selama ini dan beberapa akibatnya:
a) Pendekatan kebijakan pemerintah
b) Pendekatan ekonomis
c) Pendekatan intimidatif
2) Pengembangan masyarakat secara partisipatif sebagai alternatif:
a) Pendekatan Partisipatif
b) Pendekatan Persuasif
c) Pendekatan Akomodatif
2.4 Tiga Garis Besar Indikator Keberhasilan Community Development
Perbaikan dan peningkatan kondisi dan taraf hidup masyarakat desa telah
berhasil.
a) Termotivasinya masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan
desanya sendiri.

12

b) Tumbuhnya kemampuan masyarakat desa untuk berkembang secara


mandiri.
Ada beberapa hal yang memungkin masyarakat untuk dapat berpartisipasi, 8
jenis partisipasi:
1 Pemikiran
2 Uang
3 Tenaga kerja
4 Konsumsi
5 Peralatan kerja
6 Perlindungan
7 Tempat tinggal
8 Suasana kekeluargaan
2.5 Pembagian Desa Pedesaan Berdasarkan Potensi Fisik dan Non Fisik
(Desa Terbelakang, Sedang Berkembang dan desa Maju)
1. Desa Terbelakang atau Desa Swadaya
Desa terbelakang adalah desa yang kekurangan sumber daya manusia atau
tenaga kerja dan juga kekurangan dana sehingga tidak mampu memanfaatkan
potensi yang ada di desanya. Biasanya desa terbelakang berada di wilayah yang
terpencil jauh dari kota, taraf berkehidupan miskin dan tradisional serta tidak
memiliki sarana dan prasaranan penunjang yang mencukupi.
2. Desa Sedang Berkembang atau Desa Swakarsa
Desa sedang berkembang adalah desa yang mulai menggunakan dan
memanfaatkan potensi fisik dan nonfisik yang dimilikinya tetapi masih
kekurangan sumber keuangan atau dana. Desa swakarsa belum banyak memiliki
sarana dan prasarana desa yang biasanya terletak di daerah peralihan desa
terpencil dan kota. Masyarakat pedesaan swakarsa masih sedikit yang

13

berpendidikan tinggi dan tidak bermata pencaharian utama sebagai petani di


pertanian saja serta banyak mengerjakan sesuatu secara gotong royong.
3. Desa Maju atau Desa Swasembada
Desa maju adalah desa yang berkecukupan dalam hal sdm / sumber daya
manusia dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan
menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Kehidupan
desa swasembada sudah mirip kota yang modern dengan pekerjaan mata
pencarian yang beraneka ragam serta sarana dan prasarana yang cukup lengkap
untuk menunjang kehidupan masyarakat pedesaan maju.
2.6 Komunikasi Pembangunan Pedesaan
Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan
sangat erat.Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah as
anintegral part of development, and communication as a set of variables
instrumentalin bringing about development ( Roy dalam Jayaweera dan Anuma
gama, 1987). Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam
mempelajarisistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaandan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul
manusia,masyarakat dan negara.
Strategi pembangunan menentukan strategi komunikasi,maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan
yang dipilih oleh suatu negara.Peranan komunikasi pembangunan telah banyak
dibicarakan oleh para ahli, pada umumnya mereka sepakat bahwa komunikasi
mempunyai andil penting dalam pembangunan. Everett M. Rogers (1985)
menyatakan bahwa, secara sederhanapembangunan adalah perubahan yang
berguna menuju suatu sistem sosial danekonomi yang diputuskan sebagai ke
hendak dari suatu bangsa. Pada bagian lainRogers menyatakan bahwa komunikasi
merupakan dasar dari perubahan sosial.

14

Perubahan yang dikehendaki dalam pembangunan tentunya perubahan kearah


yang lebih baik atau lebih maju keadaan sebelumnya.Oleh karena itu peranan
komunikasi dalam pembangunan harus dikaitkan dengan arah perubahan tersebut.
Artinya kegiatan komunikasi harus mampu mengantisipasi gerak pembangunan.
Dikatakan bahwa pembangunan adalah merupakan proses, yang penekanannya
pada keselarasan antara aspek kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Jika
dilihat dari segi ilmu komunikasi yang juga mempelajari masalah proses, yaitu
proses penyampaian pesan seseorang kepada orang lain untuk merubah sikap,
pendapat dan perilakunya. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya melibat
kan minimal tiga komponen, yakni komunikator pembangunan, bias aparat
pemerintah ataupun masyarakat, pesan pembangunan yang berisi ide-ide atau pun
program-program pembangunan, dan komunikan pembangunan, yaitu masyarakat
luas, baik penduduk desa atau kota yang menjadi sasaran pembangunan. Dengan
demikian pembangunan di Indonesia adalah rangka pembangunanmanusia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia, harus bersifat pragmatik
yaitu suatu pola yang membangkitkan inovasi bagi masa kini dan yangakan
datang. Dalam hal ini tentunya fungsi komunikasi harus berada di garis depan
untuk merubah sikap dan perilaku manusia Indonesia sebagai pemeran utama
pembangunan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek pembangunan.
Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan konsep komunikasi
pembangunan, maka dapat dilihat dalam arti luas dan terbatas. Dalam arti luas,
komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatu
aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dengan
pemerintah, dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pemba
ngunan. Sedangkan dalam arti terbatas, komunikasi pembangunan merupakan
segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan dan keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan dan
diwujudkan pada masyarakat yang menjadi sasaran dapat memahami, menerima
dan berpartisipasi dalam pembangunan.

15

2.7 Strategi Komunikasi


Rogers (1983) mengatakan komunikasi tetap dianggap sebagai perpanjangan
tangan para perencana pemerintah, dan fungsi utamanya adalah untuk mendapatkan dukungan masyarakat dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan rencanarencana pembangunan. Dari pendapat Rogers ini jelas bahwa setiap pembangunan
dalam suatu bangsa memegang peranan penting. Dan karenanya pemerintah
dalam melancarkan komunikasinya perlu memperhatikan strategi apa yang dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga efek yang diharapkan itu sesuai
dengan harapan.
Para ahli komunikasi terutama di negara-negara berkembang mempunyai per
hatian yang sangat besar terhadap strategi komunikasi dalam hubungannya denga
penggiatan pembangunan nasional di negara-negara masing-masing. Fokus
perhatian ahli komunikasi ini memang penting karena efektivitas komunikasi
bergantung pada strategi komunikasi yang digunakan.(Effendy,1993) mengatakan
strategi baik secara makro (planned multimediastrategy) mempunyai fungsi ganda
yaitu :
1

Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif,


daninstruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil

yangoptimal.
Menjembatani cultural gap akibat kemudahan diperolehnya dan
kemudahandioperasionalkannya media massa yang begitu ampuh, yang
jika dibiarkan akanmerusak nilai-nilai budaya.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.Dengan demikian strategi
komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication
management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut

16

strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara


praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
tergantung pada situasi dan kondisi.
Setiap strategi dalam bidang apa pun harus didukung oleh teori, demikian
juga dalam strategi komunikasi. Teori merupakan pengetahuan yang didasarkan
pada pengalaman yang telah diuji kebenarannya. Untuk strategi komunikasi, teori
yang barangkali tepat untuk dijadikan sebagai pisau analisis adalah paradigma
yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell. Untuk mantapnya strategi komuni
kasi, maka segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen
yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang dirumuskan, yaitu who says
what in which channel to whom withwhat effect. Rumus di atas tampaknya
sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan efek apa yang diharapkan
secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama,
yaitu :
a) When ( Kapan dilaksanakannya).
b) How ( Bagaimana melaksanakannya).
c) Why ( Mengapa dilaksanakan demikian).
Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting,
karena pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan
komunikasi. Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting.
Dalam hal ini ada beberapa aspek yang harus diperhatikan. Para ahli komunikasi
cenderung sependapat bahwa dalam melancarkan komunikasi lebih baik
mempergunakan pendekatan yang disebut A-A Procedure atau from Attention to
Action Procedure. AAProcedure adalah penyederhanaan dari suatu proses yang
disingkat AIDDA(Attention, Interest, Desire, Decision, Action). Jadi proses
perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang dimulai dengan
membangkitkan perhatian.Apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan,
hendaknya disusul dengan upaya menumbuhkan minat, yang merupakan derajat
yang lebih tinggi dari perhatian. Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang

17

merupakan titik tolak bagi timbulny ahasrat untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator. Hanya ada hasrat saja pada diri komunikan, bagi komuni
kator belum berarti apa-apa sebab harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan,
yakni keputusan untuk melakukan tindakan.
Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus
mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan
tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.
(Rogers,1983) Mengatakan kredibilitas adalah tingkat di mana komunikator
dipersepsi sebagai suatu kepercayaan dan kemampuan oleh penerima.(Hovland
dalam Krech, 1982) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang
disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih
benyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan dari
pada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah.
Rakhmat,1989 mengatakan dalam berkomunikasi yang berpengaruh terha
dap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga keadaan komuni
kator secara keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak
hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang
mengatakan. Selanjutnya Tan (1981) mengatakan kredibilitas sumber terdiri dari
dua unsur, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian diukur dengan sejauh mana
komunikan menganggap komunikator mengetahui jawaban yang benar, sedangkan
kepercayaan dioperasionalisasikan sebagai persepsi komunikan tentang sejauh
mana komunikator bersikap tidak memihak dalam penyampaian pesan. Dari
variabel kredibilitas dapat ditentukan dimensi-dimensinya yaitu : keahlian
komunikator (kemampuan, kecerdasan, pengalaman, pengetahuan, dsb) dan
keper- cayaan komunikator(kejujuran, keikhlasan, keadilan, dsb).
Demikan juga mengenai daya tarik adalah berkenaan dengan tingkat mana
penerima melihat sumber sebagai seorang yang disenangi dalam bentuk peranan
hubungannya yang memuaskan. (Effendy, 1983) mengatakan daya tarik adalah

18

komunikator yang dapat menyamakan dirinya denganorang lain, apakah idiologi,


perasaan, dsb. Demikian juga Tan (1981) mengatakan daya tarik adalah diukur
dengan kesamaan, familiaritas, dan kesukaan. Kesamaan meliputi pandangan,
wawasan, ide, atau gagasan. Familiaritas meliputi empati, simpati, dan kedewa
saan. Kesukaan meliputi frekuensi, ketepatan, keteladanan, dan kesopanan.
Demikian mengenai faktor-faktor yang penting dimiliki oleh komunikator agar
komunikasi yang dilancarkan dapat merubah sikap, pendapat, dan tingkah laku
komunikan.
Dalam strategi komunikasi mengenai isi pesan tentu sangat menentukan
efektivitas komunikasi. ( Wilbur Schramm dalam Effendy, 1983) mengatakan
bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan yang
disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a

Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga

dapatmenarik perhatian sasaran dimaksud.


Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman
yangsama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat

dimengerti.
Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan

menyarankanbeberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.


Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi,
yanglayak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia
gerakkan untukmemberikan tanggapan yang dikehendaki.

2.8 Partisipasi Dan Komunikasi


1) Partisipasi Masyarakat
Proses pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroots),
memelihara keberagaman budaya, serta menjunjung tinggi martabat serta
kebebasan bagi manusia dan masyarakat. Dengan kata lain pembangunan
harus menganut paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat.

19

Dengan demikian, perlu adanya partisipasi secara aktif, penuh inisiatif dan
inovatif dari masyarakat itu sendiri.Sehingga partisipasi masyarakat dalam
konteks ini mengandung makna untuk meneggakan demokrasi local yang
selama ini terpendam yang sebenarnya telah dimiliki oleh masyarakat.
Sedangkan proses pemberdayaan masyarakat harus mengandung makna yang
dinamis untuk mengembangkan diri dalam mencapai kemajuan.
Pemerintah dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 telah memulai
adanya pengembangan otonomi pemerintah desa dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Secara tegas hal ini tersurat dalam Pasal 95 mengenai
Pemerintahan Desa. Dari sini pemerintah telah membuka peluang tumbuhnya
partisipasi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat. Sedangkan pasal 102,
terlihat bahwa penduduk desa telah diletakkan pada porsi yang sebebarnya
sebagai titik sentral pemerintahan desa, sebagai wujud pemerintahan yang
berpusat pada masyarakat, serta menghargai prakarsa masyarakat beserta
adapt istiadatnya. Orientasi pembangunan seperti ini tentu akan lebih berhasil
guna dan berdaya guna, karena masyarakat diberi kesempatan yang sama
untuk berperan serta dalam proses pembangunan dan menikmati hasil
pembangunan tersebut sesuai dengan kemampuannya.
Joseph Stiglitz 2002 (dalam Efendy, 1993) menyatakan bahwa partisipasi
warga negara tidak saja dalam hal ikut serta dalam pemilu, namun juga
berperan serta dalam pengambilan keputusan kepada masalah-masalah yang
menjadi hajat hidup orang banyak. Gavenda dan Valderrama, 1999 (dalam
Efendy, 1993) mencatat adanya pergeseran perkembangan dan makna partisipasi. Secara tradisional, pada periode 60-an dan 70-an, partisipasi dalam
pembangunan dipahami sebagai partisipasi di tingkat proyek dan mikro,
ditujukan kepada penerima manfaat (beneficiaries) lebih kepada modus
konsultasi dan berlangsung pada tataran penaksiran (appraisal). Sementara,
makna partisipasi yang sedang berkembang adalah partisipasi pada tingkat
kebijakan dan makro, ditujukan kepada warga Negara (citizen) dan melalui

20

modus pengambilan keputusan (bukan konsultasi) dan bergerak pada tataran


implementasi.
Pergeseran makna partisipasi menurut Gaventa dan Valderrama (1999),
dalam Cornwall dan Gaventa (2001) (dikutif dalam Efendy,1993) Di
Indonesia,partisipasi seringkali dipahami sebagai mobilisasi atau sosiali
sasi. Mobilisasi merupakan praktek yang lazim pada era orde baru.Sementara
istilah sosialisasi lebih merupakan penyebaran informasi atau semacam
penyuluhan telah dianggap partisipasi.
Partisipasi dapat berupa :
1. Pengawasan dan pematauan dari luar oleh kelompok-kelompok warga
Negara (citizen based initiatives) terhadap kinerja dari kebijakan social
dan layananlayanan dasar pemerintah dan badan-badan swasta.
2. Peningkatan kinerja dan ketanggapan lembaga pemerintah dengan
berbagai langkah (public sector initiatives)
3. sinergi antara pemerintah yang terbuka dan responsives dengan warga
Negara dan kelompok warga Negara yang aktif (active citizenship) dan
well-informed.
Fungsi Komunikasi Baru - Partisipasi Media
Pembangunan yang lain mempertimbangakan peran sertanya sendiri sebagai
pusat dari proses pembangunan. Partisipasi yang meningkat dari masyarakat
terbuka melalui hubungan antar pribadi dan komunikasi kelompok, Saluran
Komunikasi atau mass media dilihat bersinonim dengan pembangunan sosial dan
individu ( Jacobson, 1989). Semua ini menandai adanya fungsi baru untuk
komunikasi di dalam pembangunan. Menudtip Diaz-Bordenave, sebagian dari
fungsi yang baru untuk media komunikasi yang lebih signifikan pada suatu
partisipasi masyarakat adalah
1. Membantu dalam pembangunan suatu identitas budaya masyarakat
2. Tindakan sebagai suatu sarana ekspresi diri warga negara

21

3. Memfasilitasi penyelasaian masalah


4. Sebagai alat untuk mendiagnosa permasalahan-permasalahan masyarakat.
Hingga sekarang, mass media sebagian besar sebagai sarana untuk melayani
persuasi dari atas ke bawah (top-down) atau sebagai saluran untuk menyampaikan
informasi dari pemilik otoritas kepada masyarakat. Untuk memperbaiki situasi ini,
banyak pemerintah di Asia, Afrika, dan Amerika Latin sudah menyatukan media
komunikasi berasal dari pribumi (yaitu. media rakyat) untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi dan untuk menyempurnakan ke ikutsertaan yang lebih
besar dari kaum miskin pedesaan di dalam proses pengembangan ( Wang dan
Dissanayake, 1984). Bagaimanapun, penggunaan media alternatif seperti saluran
komunikasi yang berasal dari pribumi belum menghasilkan suatu perbedaan
penting di dalam peranan dasar komunikasi. Ketika penggunaan mass media
maupun

media rakyat untuk pembangunan, suatu isu yang harus mendapat

perhatian kritis adalah: Komunikasi dilakukan untuk tujuan apa? Seperti di mass
media, saluran komunikasi tradisional mungkin juga digunakan untuk mendikte
preskripsi dan pandangan dari kelas dominan, mengesahkan suatu sistem sosialekonomi yang tidak adil, dan memelihara suatu keadaan tetap (status quo) pada
suatu saat tertentu di dalam suatu masyarakat sama. Atau, media rakyat bisa
dipekerjakan ke conscientize rakyat jelata; orang banyak pada struktur yang tak
adil di dalam masyarakat mereka dan mendorong mereka untuk mencari
perubahan bentuk sosial. Begitu, dengan mengabaikan media mempekerjakan,
keseluruhan disain dari strategi komunikasi akan mempunyai suatu dampak pada
tujuannya. Ross Kidd ( 1984) dan Van Hoosen (1984), Mereka membandingkan
analisa organisasi menggunakan media rakyat untuk mempromosikan pembangu
nan di Asia dan Afrika, menyoroti isu rumit yang menyertakan perancangan
strategi komunikasi. Mereka mengusulkan sebagai fakta saluran media rakyat itu
bisa satu arah, top-down, dan digunakan untuk menguasai preskripsi masyarakat
dari atas.

22

Pembangunan komunikasi dan

informasi bertujuan meningkatkan peran

komunikasi dan informasi dalam proses pencerdasan warga Negara, sehingga


mampu meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat. Program pembangunan
komunikasi dan informasi diwujudkan melalui program-program pengembangan
pers dan media massa, peningkatan prasarana penyiaran dan jaringan informasi;
serta peningkatan kualitas pelayanan informasi publik.
Pengembangan Pers dan Media Massa, bertujuan meningkatkan peran pers
dan media massa dalam memenuhi hak masyarakat untuk memeproleh arus
informasi secara bebas dan transparan. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
a) Memfasilitasi review atas aspek-aspek politik terhadap peraturan
perundangan yang berkaitan dengan pers dan media massa, terutama yang
berkenaan dengan rumusan-rumusan yang dianggap controversial bagi
kebebasan pers dan proses demokrasi; Pers adalah lembaga yang sangat
penting dalam menjada transparansi politik dan menjaga hak masyarakat
memperoleh informasi yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
Oleh karena itu kebebasan dan independensinya perlu dipelihara secara
bersama-sama.
b) Melakukan pengkajian dan penelitian yang relevan dalam rangka
pengembangan informasi dan komunikasi; Pers yang baik bercirikan
antara lain kemampuan menciptakan tradisi pers yang menganut prinsip
precision journalism (berdasarkan investigative reporting).
Peningkatan prasarana penyiaran dan jaringan komunikasi, bertujuan
meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana komunikasi dan informasi bagi
terselenggaranya proses sosialisasi, artikulasi, komunikasi social politik secara
lebih baik. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah
a) Memperluas jaringan informasi dan penyiaran public, khususnya di
daerahdaerah yang masih terpencil; Informasi adalah modal yang sangat
penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat, membangun persepsi

23

yang tepat terhadap diri dan lingkungannya, serta meletakkan hak dan
kewajibannya secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
b) Memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi secara lebiuh
luas untuk membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan
pendayagunaan informasi dalam volume yang luas secara cepat dan
akurat;
c) Menciptakan kemudahan yang lebih besar bagi pengembangan lembaga
penyiaran, jika mengacu kepada UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran,
maka dapat dikembangkan mengenai lembaga penyiaran komunitas yang
dapat secara langsung menyentuh lapisan-lapisan tertentu dari masyarakat,
terutama lapisan yang selama ini terpinggirkan dan sulit terterpa informasi.
Peningkatan Kualitas pelayanan informasi publik, bertujuan meningkatkan
mutu pelayanan arus informasi kepada dan dari masyarakat untuk mendukung
proses sosialisasi dan partisipasi rakyat. Kegiatan pokok yang dilakukan adalah :
a) Mewujudkan pelayanan informasi multi media yang lebih berkualitas,
dalam proses pelayanan public pemerintah (melalui fasilitas e-Govern
ment) baik dari segi peningkatan efisiensi, objektivitas, transparansi
maupun akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan, menuju pemenuhan
standar good governance yang tinggi.
b) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang melek media (media literacy),
melalui pelayanan informasi yang menyeluruh kepada seluruh lapisan
masyarakat.
2) Model Pembagian-Pengetahuan
Nair dan White, 1987 (dikutif dalam Hettne, Bjorn, 1982) mengusulkan suatu
model komunikasi transaksional yang akan melengkapi gagasan mengenai
Pembagian-Pengetahuan yang seimbang. Dalam typology matrik: komunikasi
transaksional adalah suatu dialog, dimana penerima dan pengirim pesan saling
berhubungan setelah jangka waktu tertentu, untuk untuk sampai pada kesaam
makna. Proses Transaksional adalah proses persuasi dua arah dimana komunikator

24

pembangunan dan kelompok sasaran diharapkan untuk membicarakan bersama


perbedaan mereka, memberi dan menerima, dan akhirnya sampai pada suatu suatu
kesepakatan ( White dan Patel. 1998: 7).
Nair dan White ( 1987) mengembangkan suatu bentuk pastisipasi ( tinggi,
sedang, rendah) antara penerima dan sumber komunikasi pembangunan yang
selanjutnya dibagi ke dalam sembilan bentuk peran ditandai oleh sembilan sel:
1. Keikutsertaan tinggi (High Participation) adalah dilibatkan, aktip, kreatif
dengan interaksi berlanjut dan dialog. Kekuasaan dibagi antara sumber dan
penerima.
2. Keikutsertaan sedang (Quasi Participation) adalah lebih sedikit intens,
lebih sedikit kreatif dan menggunakan lebih sedikit dialog.
3. Keikutsertaan rendah (Low Participation) menyarankan sedikit dialog,
tidak ada keterlibatan penuh dan tidak ada consciusness menyangkut
kebutuhan akan perubahan.
Sifat alami ke ikutsertaan diuraikan oleh sel individu di dalam matriks.
( Nair dan Putih, 1987: 37):
1. Ideal : penerima dan Sumber aktip dan kontak secasra berkelanjutan
dengan seimbang sebagai mitra yang seimbang dalam pembangunan,
membuat keputusan mengenai implementasi, bersama-sama menaksir
hasil, dan lain-lain. Bagaimanapun, ini adalah suatu situasi ideal dan
kenyataannya jarang terjadi dalam suatu struktur kekuasaan yang tidak
sama serta sumber daya yang tidak seimbang di banyak dunia ketiga.
2. Aktip : Di sini penerima adalah sedikit lebih aktip dibanding komunikator.
3. Bottom-Up: Keterlibatan sangat rendah dari komunikator, penerima
mungkin kekurangan akses ke sumber informasi dari luar. Juga, aktivitas
yang tinggi bisa kacau dalam kaitan dengan suatu ketiadaan koordinasi
dengan sumber.
4. Pasif: Di sini sumber menjadi mitra yang dominant dalam interaksi. Peran
penerima pasif.

25

5. Transaksional: Ini merupakan sel yang sangat penting. Interaksi akan


melibatkan proses penerimaan da pemberian secara seimbang antara
penerima dan sumber.
6. Elective: Di dalam Sel ini, para pemakai akan menggunakan pengetahua
dalam dirinya sendiri dan memilih isu yang kritis untuk kemajuan mereka.
Keterlibatan komunikator sangat kecil.
7. Top-Down: Semua keputusan, informasi, dan tindakan akan mengalir dari
tenaga ahli, pengurus, dan lain lain. Suatu perasaan tidak berdaya dan
kelesuan akan berlaku di antara penerima. Usaha pembangunan akan
berlanjut asalkan ada pengarahan yang disampaikan oleh pihak eksternal.
8. Selektip: Seperti di sel yang sebelumnya, komunikator menjadi mitra yang
dominan di sini, memilih isu, meletakkan agenda pembangunan, dan lain
lain
9. Haphazard: pengembangan Usaha di sini adalah kebetulan atau acak,
barangkali bahkan kacau.
Nair dan White, 1987 (dikutif dalam Hettne, Bjorn, 1982)

mengusulkan

bahwa bentuk transaksional menyediakan suatu kondisi yang paling cocok


pembagian-pengetahuan (knowledge-sharing) dasar yang seimbang antara sumber
dan penerima. .Tidak seperti bentuk Ideal (sel 1), ini realistis dan memungkinkan
sejak ada suatu bentuk dengan tingkat yang sedikit lebih rendah dari transaksi.
Mereka menunjuk di lingkungan ini akan ada suatu jumlah maksimum dialog
yang sinergi. Pengambilan keputusan dan keikutsertaan dihubungkan dalam
semua proses komunikasi ( Nair dan White, 1987: 37)
3) Media Komunitas
Media umum yang biasa dipergunakan dalam komunikasi pembangunan di
anggap tidak dapat menyentuh seluruh aspek kehidupan masyarakat, hal ini di
karenakan banyaknya kelompok masyarakat tertentu yang tidak dapat mengakses
media massa tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah serta wilayah yang jauh
dari pusat kota menyebabkan sulitnya informasi sampai ke komunitas tertentu.

26

Selain itu, media massa hanya dapat dinikmati oleh kaum elit tertentu, juga
pengelolaannya pun berdasarkan pada bisnis sehingga acara yang menguntungkan
bagi pengelolalah yang banyak di sampaikan dalam media tersebut. Hal ini
menyebabkan perlunya sebuah media yang dapat menyentuh komunitas yang
terpinggirkan tersebut. Karena media massa saat ini tidak dapat memberdayakan
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.
Gagasan mengenai media komunitas sesuangguhnya berakar dari kritik-kritik
terhadap pendekatan media komunikasi model liberal/mekanistik/vertikal/linear
yang banyak dipakai dalam model pembangunan.Asumsi dasarnya adalah bahwa
akar permasalahan bagi dunia ketiga dan penduduknya (perilaku, nilai-nilai yang
tidak inovatif, rendahnya produktivitas, dll) adalah berakat pada kurangnya
pendidikan dan informasi. Konsekuensinya akan permasalahan yang dihadapi
dunia ketiga akan selesai jika informasi ditingkatkan. Atas dasar itu, sistem media
massa yang ada lantas dirancang pesannya secara baku dan ditempatkan sebagai
objek.
Inilah yang diistilahkan Paulo Freire sebagai model komunikasi gaya bank.
Artinya, komunikasi di mana segelintir orang pintar memberi pesan, menga
lihkan tabungan pengetahuan, nilai dan norma-norma mereka kelak membelanjakan segenap tabungan tersebut untuk kehidupan dan gaya hidup modern.
Akibatnya masyarakat atau komunitas teralienasi dari konteks struktural dan
kulturalnya. Masyarakat juga kehilangan kontrol atas media dan isinya (Rakhmat,
1989).
Dalam prakteknya, model komunikasi yang pada massa orde baru diterapkan
dalam, misalnya, program koran masuk desa, itu ternyata menimbulkan sejumlah
dampat. Pertama, sifatnya yang top down, elitis, searah telah menciptakan jurang
informasi antara elit dan masyarakat kebanyakan. Elit yang jumlahnya sedikit
menjadi kaya media/informasi karena memiliki akses besar terhadap media;
mampu membaca dan membeli.Sementara masyarakat kebanyakan tetap miskin

27

media/informasi karena tidak memiliki akses yang cukup, baik dari sisi ekonomi
maupun budaya (Rogers, 1983;Jayawera & Amunugama, Eds. 1987). Kedua,
struktur komunikasi yang feodalistik pada model tersebut juga cenderung
manipulatif/eksploitatif karena adanya monopoli sumber-sumber media dan
dominasi pemberi pesan terhadap masyarakat sebagai penerima.
Kritik atas kegagalan model komunikasi di atas mendorong munculnya model
komunikasi yang partisipatif.Jadi mengembangkan model komunikasi partisipatif
pada dasarnya mengembangkan model alternatif dan model komunikasi
paradigma dominan. Karena itu bertolak belakang dengan model komunikasi
paradigma dominan kaum elitis, model ini menekankan partisipasi grassroots
dalam proses komunikasi. Dalam penekanan model komunikasi partisipatif,
komunitas diharapkan mampu merancang standar dan prioritas sendiri yang
mungkin unik untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Peran komunikasi dalam model ini memang lebih kompleks dan bervariasi.
Tidak seperti model komunikasi paradigma dominan di mana peran kaun
komunikasi bersifat exact, dalam model komunikasi partisipatif peran komunikasi
akan sangat tergantung pada standar dan tujuan normatif komunitas. Akan tetapi,
menurut model ini, komunikasi partisipatif setidaknya dapat membantu
pengembangan identitas kultural; bertindak sebagai wahana ekspresi diri
masyarakat

dalam

komunitas;

menyediakan

sarana

sebagai

alat

untuk

mendiagnosis masalah-masalah komunitas; serta memfasilitasi artikulasi problemproblem komunitas (Srinivas, 1991).
Prinsip dasar model ini adalah partisipasi anggota. Dalam konteks komuni
kasi pembangunan, partisipasi tersebut terkait beberapa hal, yaitu akses, partisi
pasi, serta swakelola dan swadaya.
a) Pertama, soal akses. Secara singkat akses dapat diartikan sebagai kesem
patan untuk menikmati sistem komunikasi yang ada.Dalam prakteknya hal

28

ini dua tingkata yaitu kesempatan untuk ikut memilih dan memperoleh
umpan balik dari sistem komunikasi yang ada.
b) Kedua, soal partisipasi. Partisipasi mengandung pengertian pelibatan
anggota komunitas dalam proses pembuatan dan pengelolaan sistem
komunikasi pembangunan yang ada. Dalam penerapannya pelibatan ini
dilaksanakan pada semua tingkatan mulai dari perencanaan, tingkat
pengambilan keputusan, serta tingkat produksi.
c) Ketiga, soal swakelola dan swadaya. Ini adalah partisipasi yang paling
maju.Dalam konteks ini, anggota komunitas mempunyai kekuasaan dalam
pengambilan keputusan yang menyangkut komunikasi.Kekuasaan ini tidak
hanya berkenaan dengan akses untuk memperoleh informasi dan untuk
berperan dalam mengelola sarana produksi, melainkan juga menyangkut
pengelolaan komunitas terhadap sistem komunikasi dan pengembangan
kebijakan komunikasi.

29

III
KAJIAN UMUM
Berdasarkan studi lapangan yang telah kami lakukan pada kesempatan kali
ini kelompok kami ditugaskan untuk melakukan pengkajian terhadap suatu
wilayah yakni Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor Kabupatan/Kota Sumedang.
Sehingga dengan kegiatan tersebut kami sebagai mahasiswa dapat mengenal
secara langsung fenomena dimasyarakat perihal kegiatan komunikasi pembangunan. Desa cilayung sendiri memiliki luas 348 Ha dengan jumlah penduduk 1900
penduduk, yang terbagi menjadi 10 perkampungan dengan menempatkan 10
Rukun Warga (RW), yakni kampung pangkalan, cipaku, bojong, pengkolan,
cikeuyeup, cipeundeuy, cikumbang, citeuereup , rengkor. Desa cilayung sendiri di
pimpin oleh kepala desa yang menjabat sebagai ketua kelompok di desa tersebut.
Karakteristik penduduk di desa cilayung dapat dilihat dari tingkat umur,
pendidikan, dan mata pencaharian. Penduduk di desa desa cilayung sendiri dilihat
dari segi umur merata, dari mulai balita, anak-anak, orang tua, pemuda dan
lansia/setengah baya. Pendidikan terakhir masyarakatnya rata-rata lulusan SD dan
SMP, tapi kebanyakan SMP. Mata pencaharian masyarakat di desa cilayung ratarata sebagai peternak, petani, dan pengrajin kerajinan tangan. Komoditas ternak
yang banyak dipelihara adalah domba, sapi angus, ayam,bebek ,angsa

dan

beberapa ada yang memelihara entok. Sedangkan komoditas pertanian yang


banyak ditanam adalah jagung dan singkong serta tani campuran.
Nail-nilai atau norma masyarakat di desa cilayung mencerminkan
masyarakat yang tradisional-semi modern, karena keterbukaaan masyarakat
terhadap inovasi-inovasi yang masuk untuk memajukan desa tersebut lumayan
baik dan cukup diterima. Dari segi teknologi baru dapat dilihat masyarakat di desa

30

cilayung sudah memiliki seperti telepon selular, kendaraan bermotor dan televisi
sudah banyak yang memilikinya serta perhiasan yang dimiliki.
Orang yang memilikiperan penting daalm memebangun desa cilayung dan
berperan sebagai agen pembangunan adalah para tokoh masyarakat, seperti kepala
desa, RW,RT,dan sesepuh desa,
Pengkomunikasian pesan-pesan pembangunan lebih banyak dari pemerintah
desa sendiri, sedangkan masyarakat lebih banyak menunggu/ kurang proaktif
dalam pengkomunikasian program pemerintah. Setelah adanya musyawarah
bersama kepala desa barulah masyarakat berperan aktif dalam pengkomunikasian
tersebut.Namun masih banyak seabagian masyarakat yang tidak begitu peduli
pada program pemerintah

yang disampaikan pejabat desa jika pesan yang

disampaikan tanpa adanya iming-iming bantuan. Masyarakat kurang aspiratif


dalam menanggapi program pembangunan yang dicanangkan pemerintah karena
masih ada sebagian masyarakat yang masih memiliki pola pikir yang sempit/
kolot.
Pesan-pesan pembangunan yang diberikan selama ini oleh pemerintah desa
cilayung kepada masyarakat desa belum sepenuhnya dapat dipahami dan kurang
di mengerti karena respon terhadap program-program yang diberikan untuk
meningkatkan perubahan tersebut banyak yang tidak dilaksanakan dikarenakan
masyarakat di desa cilayung sendiri memiliki pola pikir dan pendirian tersendiri.
Berbeda kejadiannya jika program pemerintah berkaitan dengan bantuan
modal/dana. Masyarakat desa akan lebih menanggapi/ turut serta dalam suatu
program pemerintah. Namun jika program yang diajukan menurut masyarakat
kurang menguntungkan dan takut akan kegagalan, mereka tidak akan mengikutinya. Contohnya saja penyuluhan dalam pertanian,masih banyak masyarakat yg
kurang percaya akan perintah/ ajakan yng diberikan dari penyuluhan pertanian
tersebut.

31

Saluran-saluran komunikasi yang lebih banyak digunakan di dalam peng


komunikasian pesan-pesan pembangunan di desa cilayung ini adalah menggu
nakan saluran yang inter personal atau pribadi. Saluran interpersonal ini bersifat
local atau bersifat setempat.
Peran tokoh masyarakat dalam mempercepat pembangunan di desa cilayung
tersebut terbukti memiliki peranan yang sangat penting. Dimana kepala desa
mampu memberikan program yang dapat membantu kesejateraan kehidupan
masyarakat di desa cilayung dengan program-program baik dan dapat diterima
oleh masyarakat didesa tersebut. Tokoh masyarakat di desa cilayung sendiri bukan
hanya memberikan program-progranm yag dapat menunjang kehidupan
masyarakat di desa cilayung tapi tokoh masyarakat sendiri juga mengatur dan
mengerahkan warga masyarakatnya agar mau menjalankan program-program
pemerintah yang telah diberikan untuk pembangunan desa tersebut.

32

IV
KAJIAN KHUSUS
Desa Cilayung memiliki karakterisitik wilayah yang subur, sejuk, dan
penuh dengan potensi potensi alam yang belum diketahui. Sayangnya,
keberkahan ini belum seluruhnya dimanfaatkan oleh masyarakat Desa. Wilayah
Peternakan dan Pertanian hanya tersentralisasi di daerah tertentu sehingga
penghasilan masyarakatnya kurang merata.
RW 06 merupakan salah satu dari RW yang terbilang berhasil
memanfaatkan potensi alamnya untuk membentuk sentra peternakan atau
pertanian. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa peternakan rakyat seperti
peternakan sapi potong, peternakan domba dan kambing serta adanya beberapa
ekor kerbau.
Menurut bapak Mahmud kegiatan pembinaan kelompok tani ternak pernah
dilakukan di desa tersebut. Pembinaan ini dilakukan oleh tokoh masyarakat dan
orang orang yang ahli dalam bidang peternakan atau pertanian. Bantuan kredit
untuk penguatan modal usaha pernah terdengar beberapa tahun yang lalu, namun
beliau mengatakan pada saat itu yang menjadi kendala bagi warga adalah bunga
yang relatif tinggi dan urusan administratif yang berlarut larut.
Menurut baeliau tingkat keberhasilan pembangunan di bidang peternakan
atau bidang lainnya dapat dikatakan berhasil karena program yang dilakukan
berjalan dengan baik, banyak masyarakat yang menerima inovasi dari pihak dalam
Desa Cilayung maupun pihak luar Desa Cilayung serta bantuan dana yang
diterima oleh masyarakat Desa Cilayung dipergunakan sesuai dengan kebutuhan
untuk pembangunan di bidang peternakan atau bidang lainnya. Program yang
dilakukan yaitu program pembinaan kelompok tani dan ternak.

33

Kami pun mengidentifikasi dari segi komunikasi mengapa program


tersebut berhasil diterapkan kepada masyarakat. Dalam berkomunikasi, tentu ada
faktor faktor yang menjadi kunci utama dalam penyampaian sebuah program.
Pertama adalah komunikator atau orang yang menyampaikan program
pembangunan yaitu mahasiswa atau petugas dari dinas peternakan. Kedua adalah
pesan yang disampaikan yang dikemas dalam program pembangunan. Kemudian
yang terpenting adalah orang yang menerima program tersebut, yaitu warga Desa
Cilayung.
Hal yang menonjol adalah ketika program ini diperkenalkan kepada
masyarakat

Desa

Cilayung.

Masyarakat

begitu

antusias

karena

yang

menyampaikan adalah orang-orang yang ahli dalam bidang peternakan maupun


pertanian. Reliabilitas (hal dapat dipercaya) dari penyuluh sebagai sumber
informasi

yang

menunjukkan

tingkat

kepercayaan,

kemampuan

dapat

meramalkan, dan konsisten. Kemudian, keterbukaan penyuluh terhadap warga


yang memiliki pertanyaan atau keluhan mengenai program yang disampaikan.
Kedinamisan penyuluh ini dapat dilihat dari inisiatifnya, ketegasannya, dan
keinginannya yang kuat. Selain itu, kemampuan komunikasi verbal non-verbal
dengan ekspresi yang hangat dan ramah juga berpengaruh dalam keberhasilan
program.
Warga sebagai penerima program juga memiliki faktor faktor intern yang
mempengaruhi penerimaan program ini. Dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya, maupun politik yang berbeda, tentu akan bepengaruh dengan persepsi dan
cara mereka menanggapi program tersebut. Faktor umur dan pendidikan juga
cukup mempengaruhi cara mereka menerima program. Biasanya masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki tingkat perhatian dan
penyerapan informasi yang tinggi.

34

Namun dibalik semua keberhasilan itu, adapula program yang tidak


berhasil dilaksanakan di desa ini, yaitu ketika penyuluhan pertanian tentang
penanaman cabe
Setelah kami mengidentifikasi, ternyata kegagalan tersebut juga ditentukan
faktor kunci seperti yang telah dibahas pada beberapa paragraf sebelumnya. Unsur
komunikasi seperti peranan komunikator, pesan apa yang disampaikan, penerima
pesan, dan saluran komunikasi apa yang digunakan berperan dalam keberhasilan
suatu program.
Kegagalan program dapat terjadi karena kekurangcakapan pembuat
program dalam mempersiapkan programnya. Karena yang menjalankan program
adalah warga sebagai penerima pesan, makan kami mengidentifikasi kegagalan
progren tersebut dari segi penerima.
Kemungkinan besar, pemahaman warga terhadap pertanian dan pemikiran
warga yang masih berfikir seperti orang-orang dulu atau kolot. Warga trauma
dengan gagal panennya 16 hektar sehingga pola pikir warga menjadi tidak percaya
dengan adanya penerapan dari penyuluhan tersebut.
Masyarakat Cilayung terutama warga RW 06 senang berinteraksi dengan
orang orang di luar lingkungan sosialnya, sehingga tingkat keterbukaan mereka
terhadap inovasi cukup tinggi.
Mereka mengalami proses kesadaran yang cepat, namun motivasi mereka
untuk mengadopsi biasanya gugur pada tahap evaluasi jika mereka menganggap
inovasi yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Mari kita menghubungkannya dengan teori adopsi inovasi. Tentunya
proses

pengambilan

keputusan

tersebut

mereka

lalui

dengan

berbagai

pertimbangan. Keberhasilan pembangunan di Desa Cilayung tercermin dari


rencana program programnya.

35

Setiap keputusan untuk melaksanakan atau menolak program memiliki


konsekuensinya masing masing.

Ada yang disebut dengan pengambilan

keputusan individual secara kolektif. Meskipun laju adopsinya sedikit lebih


lambat daripada pengambilan keputusan yang lain, namun menurut kelompok
kami cara inilah yang menjadi faktor keberhasilan program di RW 06.
Pada tipe keputusan kolektif, setiap individu memiliki peranan dalam
membuat keputusan, hanya saja keputusan akhirnya diambil dari kesepakatan nilai
yang dibuat oleh individu dalam sistem sosial.
Apabila keputusan diambil dengan kesepakatan nilai yang dianggap sudah
mewakili suara dari setiap individu, tingkat kepuasan dan penerimaan anggota
sistem sosial akan .Jika keputusan tersebut membuat para pemegang suara
tersebut merasa terpuaskan atau diterima, maka tingkat partisipasi mereka akan
tinggi sehingga program tersebut berhasil.
Menurut kelompok kami, faktor utama kegagalan program di Desa
Cilayung RW 06 disebabkan karena program yang mereka terima tidak
memberikan keuntungan atau manfaat yang nyata terhadap kehidupan sehari
hari mereka. Kemudian yang membuat penyampaian program tidak efektif adalah
ketidaksesuaian tingkat kesulitan program dengan saluran komunikasi yang
digunakan. Misalnya untuk masalah penanaman cebe. Meskipun penyuluhan telah
dilakukan dengan baik, program ini tidak akan berjalan baik apabila warga
masyarakatnya tidak mendukung sepenuhnya
Kegagalan mungkin terjadi karena pemegang otoritas Desa Cilayung tidak
mengetahui secara terperinci program yang ada, sehingga dalam bahasa
komunikasi disebut dengan over adopsi. Over adopsi dapat terjadi apabila
pengambil keputusan kurang informasi mengenai ide baru dan tidak mampu
meramalkan akibat yang terjadi apabila mengadopsi inovasi tersebut.

36

Menurut kelompok kami, dengan diadakannya suatu kegiatan studi


lapangan ini mampu memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar mahasiswa
dapat mengenal secara langsung fenomena dimasyarakat perihal kegiatan
komunikasi pembangunan. Dan menurut kelompok kami, untuk menunjang
keberhasilan program pembangunan di wilayah Desa Cilayung kecamatan
Sumedang khususnya di bidang peternakan dan pertanian yang bertempat di
Kampung Bojong akan lebih berhasil jika adanya peran dari pemerintah provinsi
yang turut serta membantu dalam memberikan bantuan berupa pembiayaan
anggaran di desa cilayung. Namun tidak semata mata pembiayaan yang diberikan
akan tetapi, perlu dilakukan pengontrolan yang teratur kepada petani dan peternak
di desa cilayung tersebut untuk meningkatkan kualitas kinerjanya salah satunya
dengan memberikan suatu kegiatan penyuluhan. Dalam segi penyampaian pesanpesan komunikasi pembangunan, sebaiknya pengko- munikasian lebih baik
dilakukan secara intensif dari tokoh desa ke masyarakat dan dibicarakan kepada
masyarakat secara musyawarah. Pesan yang disampaikan juga harus mudah
dimengerti dan Masyarakat harus diberikan pandangan mengenai program yang
akan dikerjakan,bahwa program yang diberikan akan sangat menguntungkan bagi
keberlang- sungan hidup masyarakat di Desa Cilayung.

37

V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan diskusi dalam laporan ini dapat ditarik kesimpulan
antara lain:
Sebagian besar masyarakat di desa cilayung berkecimpung sebagai
peternak, petani dan pengrajin. Hasil tani yang dikembangkan berupa
jagung, singkong dan pusat tani campuran, peternakannya berupa penggemukan sapi angus/sapi jawa. Sedangkan hasil kerajinan nya berupa gabah/
bilik.
Pembangunan dalam bidang pertanian dan peternakan di desa cilayung tergolong
berhasil, dilihat dari hasil tani yang banyak dan berkualitas karena bantuan-

bantuan dana yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh warga dengan


sebaik-baiknya.
Program kegiatan penyuluhan pertanian dan peternakan yang diberikan di
desa cilayung terbilang kurang dan baru diberikan 1 kali dalam penyuluhan dibidang peternakan.
Sikap/respon masyarakat terhadap penyuluhan yang telah diberikan bisa
menerima secara positif maupun negatif karena masih ada sebagian warga
yang sulit dikerahkan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan tersebut
dimana pola pikir mereka yang masih sempit/kolot.
Banyak program pembangunan yang telah dkembangkan di desa cilayung
diantaranya; Pembangunan dalam bidang infrastruktur seperti jalan umum;
MCK

++

,(RPPO) rumah pembuat pupuk organik, saluran irigasi dan

posyandu yang berjalan dengan baik dan dapat dilakukan pembangunannya secara bergotong royong oleh masyarakat di desa cilayung. Serta
memiliki program disetiap RW nya yakni program bedah rumah bagi
setiap rumah yang tidak layak huni.
Salah satu faktor penunjang keberhasilan program pembangunan di desa
cilayung ini adalah adanya tokoh masyarakat yang berperan aktif sebagai

38

agen pembangunan dimana tokoh masyarakat tersebut memiliki programprogam yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan di desa
cilayung. Serta peran masyarakat yang dapat membantu terselenggaranya
program-progam pembangunan di desa tersebut. Namun masyarakat di
desa cilayung sendiri dapat menjadi salah satu faktor penghambat
keberhasilan program pembangunan, dimana masih banyak sebagian
masyarakat yang masih memiliki pola pikir yang sempit/ kolot.
5.2 Rekomendasi
Menurut kelompok kami, dengan diadakannya suatu kegiatan studi
lapangan ini mampu memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar
mahasiswa dapat mengenal secara langsung fenomena dimasyarakat
perihal kegiatan komunikasi pembangunan. Dan menurut kelompok kami,
untuk menunjang keberhasilan program pembangunan di wilayah desa
cilayung kecamatan sumedang khususnya di bidang peternakan dan
pertanian yang bertempat di Kampung bojong akan lebih berhasil jika
adanya peran dari pemerintah provinsi yang turut serta membantu dalam
memberikan bantuan berupa pembiayaan anggaran di desa cilayung.
Namun tidak semata mata pembiayaan yang diberikan akan tetapi, perlu
dilakukan pengontrolan yang teratur kepada petani dan peternak di desa
cilayung tersebut untuk meningkatkan kualitas kinerjanya salah satunya
dengan memberikan suatu kegiatan penyuluhan. Dalam segi penyampaian
pesan-pesan komunikasi pembangunan, sebaiknya pengko- munikasian
lebih baik dilakukan secara intensif dari tokoh desa ke masyarakat dan
dibicarakan kepada masyarakat secara musyawarah. Pesan yang
disampaikan juga harus mudah dimengerti dan Masyarakat harus diberikan
pandangan mengenai program yang akan dikerjakan,bahwa program yang
diberikan akan sangat menguntungkan bagi keberlang- sungan hidup
masyarakat di desa cilayung.
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana, 1987. Komunikasi dan Modernisasi, Alumni : Bandung.

39

Hettne, Bjorn, 1982. Ironi Pembangunan di Negara Berkembang, Sinar Harapan:


Jakarta.
Harmoko, 1985. Komunikasi Sambung Rasa, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta
Nasution, Zulkarimen. 2002. Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan
Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. .
Pratikno, Riyono. 1979. Komunikasi Pembangunan. Bandung: Alumni.
Pedoman Studi Lapangan Mata Kuliah Komunikasi Pembangunan Mahasiswa
Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Tahun Akademik 2014/2015
Rogers, Everett M dan Shoemaker, F Floyd, 1983. Memasyarakatkan Ide-Ide
Baru,Usaha Nasional : Surabaya.
Srinivas, R. Melkote. 1991. Communication for Development in Third World:
Theory and Practice. London: Sage.
Susanto, Astrid, 1977.Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bina Cipta : Jakarta.
Suranto, Hanif. Media untuk Pengambangan Komunitas Pembangunan, Gadjah
Mada University : Yogyakarta.

LAMPIRAN GAMBAR

40

41

42

43

44

Anda mungkin juga menyukai