Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS PERAN PEMERINTAH DAN MODAL VENTURA

TERHADAP PERKEMBANGAN STARTUP DI INDONESIA

(Proposal Tesis)

Oleh

WAGISTA YULIANTO

1621031012

MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...….i

BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………….…...1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………….…….1

1.2 Batasan Masalah……………………………………………………….………..5

1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………….……………...4

1.4 Tujuan ……………………………………………………………………………4

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….….…..4

BAB II Landasan Teori ……………………………………………………………….......6

2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ……………………………...6

2.2 Pajak …………………………………………………………….……………......7

2.2.1 Fungsi Pajak ……………………………………………………….…..8

2.2.2 Macam-macam Tarif Pajak ……………………………..……….......9

2.2.3 Klasifikasi Pajak ………………………………………………….…..10

2.2.4 Pajak Kendaraan Bermotor ………………………………..………..12

2.2.5 Nilai Jual Kendaraan Bermotor …………………………….………14

2.3 Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) dengan Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor …………………………………………………………….…..15

2.4 Konsep Produk Domestik Regional Bruto ...…………………………………..15

2.5 Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita dengan

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor ..............................................................16

2.6 Penelitian terdahulu ……………………………………………………….…….17

2.7 Hipotesis ……………………………………………………………………….…17

2.8 Kerangka Analisis ……………………………………………………….…...…18

i
BAB III Metode Penelitian …................................................................................19

3.1 Lokasi Penelitian ………………………………………………………………..19

3.2 Objek Penelitian ……………………………………………….…………..……19

3.3 Identifikasi Variabel …………………………………………………..………..19

3.4 Jenis dan Sumber Data ……………………………………………….………..19

3.5 Metode Pengumpulan Data ……………………………………………………20

3.6 Analisis Data …………………………………………………………………….20

3.7 Sistematika Pembahasan ………………………………………………….……20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...….i

BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………….…...1

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………………….…….1

1.2 Batasan Masalah……………………………………………………….………..5

1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………….……………...5

1.4 Tujuan ……………………………………………………………………………6

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………….….….6

BAB II Landasan Teori ………………………………………………………………..........8

2.1 Landasan Teori …..................................................…………………………...6

2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) ....................………………….…..8

2.1.2 Teori Stakeholder ....................………………….….........................9

2.1.3 Teori Legitimasi ....................………………….…............................11

2.2 Konsep Peran Pemerintah ……….......……………………….……………......12

2.2.1 Amerika ……………………………………………………….….......13

ii
2.2.2 Inggris ….................................…………………………..……….....13

2.2.3 Jerman …..............……………………………………………….…..13

2.2.4 Korea ………………………………....................................………..14

2.2.5 Singapura …..................................………………………….………14

2.2.3 Malaysia ….............……………………………………………….…..15

2.2.4 Vietnam ……………………………....................................………..16

2.2.5 Thailand ..…..................................………………………….………16

2.3 Konsep Venture Capital…...........................……………………………….…..17

2.3.1 Sumber Dana Modal Ventura …....................................………....18

2.3.2 Hakikat Perusahaan Rintisan (Startup) …................…….………19

2.3.3 Penggalangan Dana …...............................................…….………22

2.3.4 Exit ….........................................................................…….………25

2.4 Penelitian Terdahulu….................................……………………………….…..26

2.5 Hipotesis ….................................……………………………….…...................28

2.4 Kerangka Analisis….................................……………………………….…..... 28

BAB III Metode Penelitian ….......................................................................................29

3.1 Jenis Penelitian …………………………………………………………....……..29

3.2 Objek Penelitian ……………………………………………….…………..……29

3.3 Operasional Variabel Penelitian………..……………………………..………..30

3.4 Metode Pengumpulan Data …………………………………………………… 31

3.5 Teknik Analisis Data ……………………………………………......…………. 31

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………........... 32

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Jumlah pengguna internet di Indonesia bertumbuh signifikan dalam

beberapa tahun terakhir, lebih dari separuh penduduk Indonesia merupakan

pengguna internet. Menurut data APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia), pengguna internet mencapai 143 juta orang di tahun 2017 lalu.

Tren tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya arus cepat digitalisasi di

berbagai sektor di Indonesia, komunikasi, transportasi, perdagangan, pendidikan,

keuangan, dan berbagai sektor lainnya. Yang selanjutnya membawa arus lain,

yaitu pertumbuhan industri digital secara pesat di beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data startupranking.com jumlah perusahaan rintisan (startup)

di Indonesia mencapai 2.079 perusahaan rintisan. Jumlah ini membuat Indonesia

menduduki peringkat Negara kelima yang memiliki perusahaan rintisan terbanyak

di Dunia. Peringkat pertama diduduki oleh Amerika Serikat sejumlah 46.625,

India 6.198 perusahaan rintisan, Inggris Raya sejumlah 4.904 perusahaan, dan

kanada sejumlah 2.494 perusahaan.

Sejumlah 2.079 perusahaan rintisan di Indonesia bukanlah data tetap yang

telah di validasi oleh Pemerintah Indonesia, karena Pemerintah dalam hal ini

diwakili oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendata terdapat 992 perusahaan

rintisan yang telah tervalidasi dengan rincian sebagai berikut :

Domisili Jumlah Persentase


Perusahaan
Rintisan
Jabodetabek 552 52,62%
Jawa Tengah 30 3,02%

1
Daerah Istimewa Yogyakarta 54 5,44%
Jawa Barat 44 4,44%
Jawa Timur 113 11,39%
Bali & NTB 32 3,23%
Kalimantan 24 2,42%
Sulawesi 34 3,43%
Sumatera 115 11,53%
Domisili Tidak Diketahui 24 2,42%
Total 992 100%

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Startup di Indonesia berdasarkan data Bekraf di


Tahun 2018. (Sumber : Mapping & Database Startup Indonesia 2018)

Pertumbuhan perusahaan rintisan di Indonesia yang secara pesat selain

ditandai banyaknya pelaku di Industri digital ini, juga ditandai dengan keberadaan

empat perusahaan berstatus unicorn di tanah air, terbanyak di Asia Tenggara.

Yang bahkan secara total hanya memiliki tujuh unicorn, termasuk empat dari

Indonesia, yaitu Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Oleh karena itu,

wajar jika Golden Gate Ventures, sebuah perusahaan venture capital, merilis

sebuah laporan riset terkait pembandingan tren investasi di Asia

Tenggara dengan investasi di China dan India. Dikatakan bahwa pertumbuhan

investasi di Asia Pasifik akan terbagi dalam empat wilayah prospektif, dengan

urutan (1) Singapura, (2) Indonesia, Malaysia dan Thailand, (3) Filipina dan

Vietnam, (4) Myanmar. Singapura menjadi wilayah paling bertumbuh lantaran

Singapura merupakan penghubung dan destinasi pusat bagi para investor di

Asia Tenggara.

Jumlah perusahaan rintisan yang telah mencapai status unicorn di

Indonesia memang terbanyak di Asia, akan tetapi jika dibandingkan dengan

jumlah perusahaan rintisan yang tervalidasi, tentu ini jumlah yang sangatlah kecil

yakni hanya 0,403%.

2
Berdasarkan hasil kajian Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), sebuah Badan

bentukan Pemerintah yang bertugas untuk membentuk ekosystem digital dan

kreatif di Indonesia, ada beberapa kendala yang harus dihadapi para Pelaku

industri kreatif digital ini. Beberapa di antaranya adalah pendanaan, manajemen,

Sumber Daya Manusia, Promosi dan Pemasaran, ekosistem startup yang mapan.

Pendanaan atau permodalan sebagai kendala dan bantuan yang diharapkan

dari pemerintah atau dari lembaga keuangan lainnya. Sama halnya dengan badan

usaha lain, setiap startup pasti butuh dana untuk menunjang aktivitas

operasionalnya. Namun, opsi bagi Startup menjadi lebih terbatas karena resiko

yang dihadapi relatif lebih tinggi dibandingkan usaha konvensional. Khusus untuk

digital Startup, masalah yang lebih pelik ialah seringkali Startup tidak memiliki

aset tangible yang dapat dijadikan jaminan untuk mengajukan pendanaan

konvensional, baik kepada bank maupun lembaga kredit lainnya. Aspek utama

yang bernilai tinggi pada digital Startup bersifat intangible, yaitu pada konsep dan

ide bisnis mereka. Hal ini membuat opsi pendanaan dari lembaga konvensional

seperti perbankan juga sangat sulit diperoleh.

Pentingnya sebuah ekosistem sangat dirasakan oleh para pelaku industri

kreatif digital. Bukan hanya persoalan modal, banyak hal yang juga menjadi

bagian dari ekosistem yang dibutuhkan oleh para Startup. Adapun yang dimaksud

faktor kunci ekosistem startup Indonesia ialah bagian dalam ekosistem startup

digital Indonesia yang memiliki relevansi dan hubungan langsung terhadap proses

pembentukan startup digital di Indonesia secara berkesinambungan. Hubungan

subsektor tersebut dimulai dari rangkaian :

a. Pool of talent

3
b. Mentor network

c. Co-working space

d. Inkubator dan akselerator

e. Angel group

f. Venture capital

Bukan hanya faktor kunci yang mempengaruhi perkembangan Startup

melainkan juga, terdapat aspek yang berpengaruh pada Ekosistem startup

Indonesia. Adapun yang dimaksud dengan Aspek yang Berpengaruh pada

Ekosistem Startup Indonesia ialah bagian dalam ekosistem yang memiliki

hubungan tidak langsung terhadap satu rangkaian ekosistem startup digital, namun

dapat mempengaruhi proses pembentukan startup di sebuah ekosistem, antara lain

yang terdiri atas:

a. Media

b. Komunitas

c. Event

d. Pemerintah

Dengan demikian, penelitian ini akan menjadi sebuah studi eksplorasi.

Investasi Modal Ventura di berbagai sektor seperti Real Estat, Telekomunikasi,

InfoTech, Media, Bioteknologi dan Farmasi juga akan dibandingkan.

Pertumbuhan Modal Ventura di sektor atas juga akan dibicarakan. Berbagai

Perusahaan yang berinvestasi di Indonseia juga akan dikontraskan pada berbagai

faktor seperti ukuran investasi, lokasi, dan jumlah transaksi

4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul : “Analisis peran Pemerintah dan Venture Capital

terhadap perkembangan perusahaan rintisan di Indonesia”

1.2 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian ini agar mempunyai ruang lingkkup dan

arah penelitian yang jelas, pembatasan masalah yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

1. Penelitian ini menggunakan daftar perusahaan rintisan yang terdaftar

dan tervalidasi di Bekraf periode 2011 – 2018. Empat tahun sebelum

adanya Bekraf dan empat tahun setelah adanya Bekraf, sebagai analisa

adanya peran Pemerintah terhadap perusahaan rintisan di Indonesia.

2. Penelitian ini hanya meneliti kualitas peranan Pemerintah dan Modal

Venture terhadap Perusahaan rintisan di Indonesia yang terdaftar di

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalahnya:

1. Bagaimanakah peran Pemerintah terhadap perkembangan perusahaan rintisan

di Indonesia?

2. Bagaimanakah peran Venture Capital terhadap perkembangan perusahaan

rintisan di Indonesia?

5
3. Sektor apaasajakah yang memiliki potensi terbesar untuk mendapatkan

dukungan pemerintah dan Venture Capital di Indonesia?

4. Faktor – Faktor apasajakah yang mempengaruhi Pemerintah dan Venture

Capital untuk memberikan berbagai dukungan kepada perusahaan di

Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah dan pokok

permasalahannya ialah :

1. Untuk mengetahui tingkatan peran Pemerintah terhadap perkembangan

perusahaan rintisan di Indonesia

2. Untuk mengetahui peran Venture Capital terhadap perkembangan perusahaan

rintisan di Indonesia

3. Untuk mengetahui sektor yang memiliki potensi terbesar untuk mendapatkan

dukungan pemerintah dan Venture Capital di Indonesia

4. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi Pemerintah dan

Venture Capital untuk memberikan berbagai dukungan kepada perusahaan di

Indonesia?

1.5 Manfaat Penilitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, pemahaman dan

wawasan yang lebih luas tentang peran pemerintah dan venture capital,

6
sektor yang dibiayai, hingga faktor yang mempengaruhi dukungan

pemerintah dan Venture Capital terhadap perusahaan rintisan di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan masukan kepada perusahaan rintisan yang ada di Indonesia, sehingga

memudahkan untuk dikemudian hari mendapatkan akses bantuan dari

Pemerintah maupun Venture Capital. Selain itu, hasil penelitian juga

diharapkan dapat menjadi data pendukung bagi Pemerintah maupun Venture

Capital dalam membuat kebijakan terkait dukungan terhadap pelaku

perusahaan rintisan di Indonesia.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Sinyal (Signalling Theory

Teori Sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah

perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini

berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan

keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang

menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.

Teori sinyal juga meruapakan salah satu cara perusahaan untuk

mengurangi informasi asimetri. Menurut Wolk et al, 2000 dalam Sari et al, (2006),

Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan

sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat

dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan

yang akan datang. Dengan teori sinyal, perusahaan memberikan sinyal pada pihak

luar yakni berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi

ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al, 2000

dalam Sari et al, 2006).

Dalam penelitian ini, teori sinyal akan menjadi landasan dalam

pengungkapan perkembangan startup.

8
2.1.2. Teori Stakeholder

Stakeholder theory menjelaskan hubungan antara stakeholders dengan

informasi yang mereka terima. Manajer dipekerjakan tidak hanya sebagai agen

pemilik, tetapi juga sebagai agen dari stakeholders lain (Hill dan Jones, 1992

dalam Sun et al, 2010). Manajer dapat melakukan tindakan manajemen laba dalam

upayanya untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan mengorbankan

stakeholders. Meskipun demikian, stakeholders akan menanggapi tindakan

manajemen yang merugikannya akibat praktik manajemen laba. Dengan

demikian, manajer memiliki dorongan untuk mengendalikan tindakan mereka

dengan membuat laporan keuangan yang lebih informatif dan luas, sehingga dapat

meminimalkan ancaman untuk dipecat (sun et al, 2000).

Menurut Gray et al., (1995), kelangsungan hidup perusahaan tergantung

pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas

perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Semakin powerfull

stakeholder, semakin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan

berkelanjutan dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan

stakeholder.

Dalam Ghozali dan Chariri (2007) mengatakan bahwa dalam teori

stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk

kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya

(pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis

dan pihak lain)

Mengacu pada pengertian teori stakeholder di atas, maka dapat ditarik

suatu penjelasan bahwa dalam suatu aktivitas perusahaan dipengaruhi oleh faktor

9
– faktor dari luar dan dari dalam, yang kesemuanya dapat disebut sebagai

stakeholder. Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan

stakeholder, makin kuat dukungan stakeholder, makin besar usaha perusahaan

untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog

antara perusahaan dengan stakeholder-nya.

Teori stakeholder berhubungan dengan konsep tanggung jawab sosial

perusahaan dimana tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas untuk

memaksimalkan laba dan kepentingan pemegang saham, namun juga harus

memperhatikan masyarakat, pelanggan, dan pemasok sebagai bagian dari operasi

perusahaan itu sendiri. Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan

bahwa perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan

masyarakat menjadi sangat tekait dan memperhatikan perusahaan, sehingga

perusahaan perlu menunjukkan akuntabilitas maupun responsibilitas secara lebih

luas dan tidak terbatas hanya kepada pemegang saham.

Pengungkapan informasi yang bersifat wajib adalah laporan keuangan,

informasi ini dibutuhkan oleh stakeholder yang mempengaruhi maupun yang

dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi perusahaan. Sedangkan pengungkapan yang

bersifat sukarela dibutuhkan oleh stakeholder yang berpengaruh maupun tidak

terhadap kegiatan ekonomi perusahaan.

Pengungkapan informasi oleh perusahaan rintisan atau startup dapat

memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan

dan pertumbungannya. Disisi lain, dengan adanya pengungkapan informasi dapat

diketahui kualitas peran Pemerintah dan Modal Ventura yang didapatkan oleh

perusahaan rintisan.

10
2.1.3. Teori Legitimasi

Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi

bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan

yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan

dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995 dalam Wiranata et

al., 2014). Legitimasi dianggap penting bagi perusahaan dikarenakan legitimasi

masyarakat kepada perusahaan menjadi faktor yang strategis bagi perkembangan

perusahaan ke depan.

Teori legitimasi menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk

memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam

masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada, dimana mereka berusaha

untuk memastikan bahwa aktifitas mereka (perusahaan) diterima oleh pihak luar

sebagai suatu yang sah (Deegan, 2004 dalam Natalia dan Tarigan, 2014)

Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus

berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi

untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori

legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan

kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat.

Namun tidak bisa dihindari bahwa akan selalu munculnya perbedaan

antara nilai nilai yang dipegang oleh perusahaan dengan masyarakat, maka akan

muncul legitimacy gap yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk melanjutkan

kegiatan usahanya. Ketika terdapat perbedaan, perusahaan perlu mengevaluasi

nilai sosialnya dan menyesuaikan dengan nilai – nilai sosial yang ada dan

melakukan penyesuaian dengan nilai sosial di masyarakat atau persepsi terhadap

11
perusahaan sebagai taktik legitimasi (O’Donovan dalam Chariri, 2007). Oleh

karena itu, pengungkapan informasi yang menyangkut dengan organisasi sosial,

komunitas masyarakat dan lingkungan yang sangat diperlukan. Tujuannya untuk

mendapatkan legitimasi masyarakat dan menjelaskan bagaimana dampak sosial

dan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan. Hal ini karena perusahaan rintisan

dibentuk untuk tujuan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.

Tentu, hal ini menjadi salah satu indikator dari pertumbuhan dan kesuksesan

sebuah startup.

2.2 Konsep Peran Pemerintah

Walaupun dalam dunia startup ada kesan tidak ingin bergantung pada

pemerintah, namun keberadaan Pemerintah mutlak berpengaruh terhadap

perkembangan ekosistem. Bagi negara dengan ekosistem yang telah mapan,

peran pemerintah tidak terlalu banyak kecuali sebagai regulator dan eksekutor

kebijakan. Namun bagi negara yang ekosistemnya baru mulai berkembang

peranan pemerintah sangat penting. Pemerintah diharapkan menjadi fasilitator dan

pendorong ekosistem lewat kebijakan-kebijakan yang mendukung. Karena tanpa

peranan pemerintah. terjadi ketimpangan dalam proses bisnis pada ekosistem. Dan

ini bisa berdampak buruk bagi kelanjutan ekosistem.

Berdasarkan dari pembandingan dengan 8 negara objek kajian, maka jika

digambarkan ada beberapa faktor kunci yang harus dipenuhi untuk munculnya

ekosistem yang lengkap dan mapan. Karena faktor kunci ini ada di seluruh negara

dengan ekosistem yang telah mapan dan negara dalam kondisi yang hampir sama

dengan Indonesia. Jika digambarkan maka akan seperti ini :

12
2.2.1 Amerika

Peran pemerintah sangat besar di Silicon Valley, terutama di fase awal.

Pemerintah menganggarkan US$75 miliar atau lebih untuk membiayai penelitian

yang dilakukan oleh para founder pada tahun 1970, keadaan pun berubah,

dengan diberikannya insentif ekonomi yang kuat untuk mengkomersilkan produk

penelitian.Setelah Bayh-Dole diberlakukan, hampir semua penelitian yang

didirikan kantor transfer teknologi ditujukan untuk menjadi pusat paten bagi

inovasi dari universitas dan startup.

2.2.2 Inggris

Pemerintah Inggris membuktikan dukungan mereka terhadap

perkembangan startup. Banyak kebijakan yang mendukung ekosistem terus

digulirkan. Berbagai program insentif bagi startup telah digulirkan sejak lama.

Saat ini pemerintah Inggris kerap bekerjasama dengan negara- negara sahabat

untuk mempromosikan kesuksesan mereka menumbuh kembangkan

perusahaan rintisan dan menyediakan mentor tamu bagi program-program

inkubasi.

2.2.3 Jerman

Campur tangan pemerintah Jerman dengan keterlibatan dalam insentif

modal usaha untuk menciptakan ekosistem yang mandiri, berbarengan dengan

melibatkan talent serta mentor dari luar negeri dan menularkannya melalui

inkubator-inkubator yang ada di Jerman. Rekayasa ekosistem ini telah

menciptakan pilihan yang unik bagi modal ventura asal jerman yang bekerjasama

13
dengan dana modal ventura internasional, dan mengambil manfaat dari

momentum bertambahnya startup digital dalam ekosistem di Jerman.

2.2.4 Korea

Pemerintah Korea Selatan sangat berkomitmen dalam urusan startup,

mereka telah menyuntikkan sekitar US$2 milyar per tahun ke ekosistem

startup untuk meningkatkan kewirausahaan, usaha industri teknologi digital dan

mendorong kerjasama internasional, Korea Selatan sekarang telah menjadi sebuah

kelompok besar startup di Asia.

Tujuan utama dari peningkatan pertumbuhan bisnis startup adalah untuk

mempromosikan perluasan ekosistem kewirausahaan terbuka di Asia dan untuk

membantu evolusi Korea Selatan menjadi pusat bisnis startup terkemuka di

wilayah tersebut. Pemerintah Korea Selatan berinvestasi di dalam negeri untuk

ekosistem startup.Presiden Park Geun-hye meluncurkan Ekonomi Kreatif

Initiative pada 2013 untuk memanfaatkan potensi dalam industri

teknologi.Dengan inisiatif dibuat departemen baru, Sains dan Perencanaan Masa

Depan serta mengalokasikan sejumlah besar sumber daya ke pembinaan

ekosistem startup dan menegasikan hambatan dan pembatasan disekitar usaha

industri usaha ini.

2.2.5 Singapura

Dalam artikel Harvard Business Review 2015 dijelaskan bahwa dalam

pengembangan entrepreneur di Singapura terdapat tiga faktor yaitu lingkungan

yang ramah terhadap startup, perhatian yang serius dari pemerintah dalam

14
pengembangannya dan intervensi lunak pemerintah untuk menghadapi tantangan

entrepreneurship.

Program – program seperti Pembiayaan Inovasi Universitas (UIF),

Pendampingan Proof of Concept (POC), Early Stage Venture capital (ESVF)

dan Skema Teknologi Inkubasi (TIS) telah membantu untuk membuat siklus

virtual dari kegiatan entrepreneurship selama beberapa tahun, didukung oleh

berbagai inisiatif lain dari Media Development Authority (MDA), Infocomm

Development Authority (IDA) dan SPRING Singapore.

2.2.6 Malaysia

Ditopang oleh Lembaga Ekonomi Digital Malaysia (MDEC) yang

merupakan sebuah organisasi khusus yang dibentuk untuk menentukan arah

tujuan dan mengawal komunitas startup Malaysia, lembaga ini memberikan

masukan kepada Kerajaan Malaysia mengenai landasan dan perundangan,

membentuk kinerja khusus industry dan menetapkan perencanaan untuk operasi

multimedia dan digital. MDEC juga bertanggungjawab untuk

mempromosikan ekosistem Malaysia di dalam negeri dan luar negeri di

samping memberi sokongan strategis kepada organisasi – organisasi di Malaysia.

Selain itu pemerintah juga mendirikan MaGIC, atau Malaysia Global

Innovation and Creativity Center, sebuah akselerator teknologi startup yang

terafiliasi dengan Pemerintah Malaysia. MaGIC menganalisis apa yang

dibutuhkan startup dan mengidentifikasi gap yang ada dalam ekosistem startup di

Malaysia. Lalu MaGIC menentukan peran mereka agar tidak tumpang tindih

dengan lembaga Pemerintah lainnya.

15
2.2.7 Vietnam

Pemerintah Vietnam meluncurkan Silicon Valley Vietnam, dan

menggelontorkan dana tak kurang dari USD110 juta dari Bank Dunia melalui

kementerian Ilmu dan Teknologi Vietnam, serta dibentuknya Badan Pembinaan

Inovasi Penelitian Ilmu dan Teknologi (FIRST) dan Badan Nasional. Untuk

Kewirausahaan Teknologi dan Komersialisasi (NATEC), diharapkan bahwa

program pembangunan ekosistem startup semakin terkolaborasi secara matang.

2.2.8 Thailand

Komitmen untuk menyambut industri digital di Thailand tercermin dari

inisiatif pemerintahnya yang mendirikan Kementerian Digital Ekonomi dan

Masyarakat serta Komite Ekonomi dan Masyarakat Digital Nasional yang

dipimpin langsung oleh perdana menteri Thailand. Dalam rangka mempersiapkan

diri untuk ekonomi digital baru tersebut, pemerintah Thailand telah

mengembangkan program skala besar yang mencakup reshufle program pada

instansi pemerintahannya dalam menghasilkan kerangka ekonomi digital yang

bergulir pada 4 aspek pembangunan dan 5 strategi.

Pada 2015 lalu pemerintah Thailand membuat skema ‘Dana Abadi’

sebanyak 500 juta baht untuk ekosistem startup, juga membentuk perusahaan

manajemen aset untuk mengelola dana tersebut. Dan kini, sedang dibuat

rancangan undang-undang (RUU) agar Startup disana memiliki akses dana

Research & Development ke Kementerian riset setempat. Selain itu, telah

diberlakukan insentif pajak selama 10 tahun bagi venture capital yang berinvestasi

ke startup lokal

16
2.3 Konsep Venture Capital

"Kami mendefinisikan modal ventura sebagai kegiatan di mana investor

mendukung bakat kewirausahaan dengan keterampilan keuangan dan bisnis untuk

mengeksploitasi peluang pasar dan dengan demikian memperoleh keuntungan

modal jangka panjang" (Shilson, 1984).

Modal Ventura, didefinisikan sebagai kumpulan modal khusus yang

dikelola secara independen, yang berfokus pada ekuitas, atau investasi terkait-

ekuitas di perusahaan-perusahaan dengan pertumbuhan tinggi yang dimiliki secara

pribadi (Lerner, 2009), memainkan peran dalam menerjemahkan kegiatan Litbang

menjadi hasil komersial dan karenanya dikreditkan dengan peran katalitik dalam

inovasi (Christofidis dan Debande, 2001).

Seorang kapitalis ventura Inggris yang berpengaruh dan editor pendiri The

Venture Capital Report (Reid, 1998) lebih lanjut menambahkan: "modal ventura

diinvestasikan dalam usaha berisiko tinggi (biasanya perusahaan baru dan

teknologi baru)".

Karakteristik berikut muncul sebagai basis modal ventura:

1. Pembiayaan Ekuitas;

2. Bantuan manajerial;

3. Hadiah melalui capital gain;

4. Investasi jangka panjang; dan

5. Investasi di perusahaan pemula yang baru.

17
Perusahaan Modal Ventura menginvestasikan dana pada bisnis apa pun

dengan pandangan profesional. Karena sifat pembiayaan ekuitas, investor modal

ventura terpapar pada risiko kegagalan perusahaan. Akibatnya, pemodal ventura

harus mencari untuk berinvestasi di perusahaan yang memiliki kemampuan untuk

tumbuh dengan sangat sukses dan memberikan pengembalian yang lebih tinggi

daripada rata-rata untuk mengkompensasi risiko. Pendekatan manajemen kapitalis

ventura berbeda dengan pendekatan pemberi pinjaman atau bank. Bank tidak

berpartisipasi dengan manajemen dan menjauhkan ikatannya dari manajemen

usaha, operasi dan pengambilan keputusan lainnya. Ketika pemodal ventura

berinvestasi dalam bisnis, mereka biasanya mengarahkan dan membimbing usaha

sehingga mengarah pada keuntungan modal. Mereka adalah bagian penting dari

pengambilan keputusan perusahaan dan menempati tempat di dewan direksi.

berbagai masalah manajemen, penjualan, dan teknis untuk membantu perusahaan

mengembangkan potensi penuhnya.

2.3.1 Sumber Dana Modal Ventura

Investor pihak ketiga memberikan dana kepada pemodal ventura. Investor

pihak ketiga ini dapat berupa individu, atau organisasi (biasanya dana pensiun,

dana abadi universitas dan investor serupa lainnya yang dapat melakukan investasi

jangka panjang). Pengelolaan dana dilakukan oleh manajer dana modal ventura,

yang dikenal sebagai mitra umum. Investor pihak ketiga dikenal sebagai mitra

terbatas dan tidak terlibat dalam pengelolaan dana harian. Pengaturan kemitraan

terbatas adalah model dana dominan dalam industri modal ventura.

18
Gambar 1: Siklus investasi antara investor dan dana modal ventura.

Sumber: Asosiasi Modal Ventura Eropa

2.3.1 Hakikat Perusahaan Rintisan (Startup)

Startup atau perusahaan rintisan sendiri adalah kata serapan dari

bahasa Inggris yang menunjukan sebuah bisnis yang baru dirintis. Startup juga

dapat kita artikan secara umum seperti membangun perusahaan yang masih baru

dimana pada tahap ini mengalami banyak kendala seperti biaya, pembentukan

produk, dan kondisi pasar yang belum diketahui. Mengenai pengertian startup kita

pasti lebih ke condong kepada perusahaan yang berjalan pada bidang teknologi.

Kenyataannya startup bukanlah harus perusahaan rintisan yang bergerak dibidang

teknologi. Berikut merupakan pengertian startup menurut para ahli, yaitu :

a) Menurut Paul Graham

19
Menurut Paul Graham,startup merupakan sebuah perusahaan yang

didesain untuk berkembang dengan cepat. Baru dirintis tidak serta merta membuat

sebuah perusahaan menjadi startup. Karena perusahaan dapat disebut startup bila

dilihat dari perkembangan bisnisnya bergerak secara cepat. Perlu diingat bila

startup tidak harus bergerak di bidang teknologi, memperoleh dana dari investor,

dan melakukan exit. Hal yang paling penting adalah berkembang dengan cepat.

Semua hal yang berkaitan dengan startup akan mengikuti perkembangan

perusahaan tersebut.1

b) Menurut Eric Ries

Menurut Eric Ries, peneliti buku buku best seller Lean Startup

mendefinisikan startup sebagai “a human institution designed to deliver a new

product or service under conditions of extreme uncertainty”.

Jika kita penggal definisi diatas, bisa kita bagi menjadi tiga

penggalan. Pertama, a human institution. Sebuah startup adalah institusi manusia,

bisa berupa individu/perseorang atau perusahaan. Penggalan kedua, to deliver a

new product or service. Startup didirikan oleh perorangan atau perusahaan dalam

rangka untuk menjual produk atau jasa baru. Penggalan ketiga, under condition of

extreme uncertainty. Maksud definisi tersebut adalah startup sebagai bisnis baru

yang didirikan untuk menghadapi ketidakpastian yang sangat tinggi, apakah

startup tersebut akan berhasil atau gagal. Inilah yang membedakan startup dengan

perusahaan yang sudah established. Perusahaan yang sudah lama berdiri

umumnya sudah mempunyai jam terbang dalam menghadapi kondisi-kondisi yang

tidak menguntungkan baginya atau ketidakpastian. Ketidakpastian inilah yang

1
Ketut Wijaya,”Kumpulan Istilah Startup Teknologi yang Perl Kamu Ketahui” dalam
https://id.techinasia.com/istilah-startup-yang-perlu-anda-ketahui diundur pada 24 Maret 2019

20
dihadapi oleh para pendiri startup sehari-hari. Mereka akan mencoba-coba model

bisnis dan metode yang sesuai dengan kondisi pasar hingga akhirnya pasar

menerima produk atau jasa dari startup tersebut.

Eric Ries mengatakan bahwa startup harus melakukan crazy

experiment hingga akhirnya startup mengungkapkan jalan suksesnya masing-

masing. Ia menawarkan metode Lean Startup agar para pendiri startup dapat

memangkas percobaan yang tidak sejalan dan belajar dari hal itu hingga sukses.2

c) Menurut Steve Blank

Menurut Steve Blank definisi dari startup adalah “A startup is an

organization formed to search for a repeatable and scalable business model.”.3

Dari kalimat tersebut kita bisa mengetahui bahwa menurut Steve Blank startup

merupakan sebuah organisasi yang dibentuk untuk mencari model bisnis berulang

dan terukur.

Dalam penggalan “scalable business model” Steve Blank

menjelaskan bahwa scalable startup adalah yang melayani unknown customer

dengan unknown product. Pada dasarnya, produk dan konsumennya tidak

diketahui dari awal. Secara kontras, scalable startup dirancang berkembang untuk

menjadi besar. Mereka memerlukan risk capital. Selain itu, scalable startup juga

menfokuskan diri pada pencarian model bisnis yang scalable dan repetable.4

2
Hendry E. Ramadhan, Startupreneur Menjadi Entrepreneur Startup (Jakarta: Penebar Plus,
2016), hlm. 18-19
3
Steve Blank,”What’s A Startup? First Principles” dalam
https://steveblank.com/2010/01/25/whats-a-startup-first-principles/ diunduh pada 24 Maret
2019
4
Anonim,”Stanford University Journey – What I Learned About Startup Entrepreneurs (Part 2)”
dalam https://startupbisnis.com/stanford-university-journey-what-i-learned-about-
startupentrepreneurs-part-2/ diunduh pada 24 Maret 2019

21
Defenisi diatas mungkin lebih pada terminologinya, namun akan lebih

mudah jika istilah startup diartikan sebagai perusahaan baru yang sedang

dikembangkan. Mulai berkembang akhir tahun 90an hingga tahun 2000, nyatanya

istilah Startup banyak “dikawinkan” dengan segala yang berbau teknologi, web,

internet dan yang berhubungan dengan ranah tersebut. Kenapa itu bisa terjadi?

Kembali melihat ke belakang ternyata hal tersebut terjadi dikarenakan

istilah startup sendiri mulai popular secara internasional pada masa buble dot-com.

Fenomena buble dot-com adalah ketika pada periode tersebut (1998-2000) banyak

perusahaan dot-com didirikan secara bersamaan. Pada masa itu sedang gencar-

gencarnya perusahaan membuka website pribadinya. Makin banyak orang yang

mengenal internet sebagai ladang baru untuk memulai bisnisnya. Pada waktu itu

pula lah, startup lahir dan berkembang. Namun menurut Ronald Widha dari

TemanMacet.com, startup tidak hanya perusahaan baru yang bersentuhan dengan

teknologi, dunia maya, aplikasi atau produk tetapi bisa juga mengenai jasa dan

gerakan ekonomi rakyat akar rumput yang bisa mandiri tanpa bantuan korporasi-

korporasi yang lebih besar dan mapan.5

2.3.2 Penggalangan Dana

Penggalangan dana adalah sumber kehidupan sebuah startup. Pertumbuhan

startup dan pengembangan produknya bisa dipastikan jika ada aliran dana yang

stabil dari berbagai sumber. Strategi pendanaan bisa membangun atau justru

meruntuhkan sebuah startup. Banyak CEO yang hanya menyisihkan sedikit waktu

untuk penggalangan dana karena mereka lebih fokus pada pengembangan produk,
5
Marikxon,”Apa itu Startup? Bgmn Perkembangan Dunia Bisnis Startup di Indonesia?” dalam
https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup-bgmn-perkembangan-dunia-bisnis-startup-
diindonesia.html diunduh pada 24 Maret 2019

22
dan akhirnya gagal. Gagal menyusun rencana finansial mengarahkan pada

kesalahan yang tidak bisa ditebus dalam alokasi modal. Kemungkinan yang agak

lebih baik, kesalahan semacam ini menghilangkan bonus yang seharusnya

didapatkan founder. Lebih buruk lagi, founder bisa kehilangan kendali atas

perusahaan. Sebuah keharusan untuk mengembangkan strategi penggalangan dana

sejak awal.6

Dalam pencarian dana terdapat beberapa pelaku pendanaan yang biasanya

atau dapat diminta dalam melakukan penyuntikan dana ke sebuah startup, seperti

keluarga dan teman, crowdfunding, angel investor, incubator (akselerator), dan

venture capital.

Dalam pendanaan biasanya pihak pemberi dana akan memberikan dana

sesuai dengan round tiap startup. Startup mencari dana dari venture capital dalam

sesi putaran tunggal, tergantung pada tahap startup berada. Sesi putaran pertama

umumnya sesi seed atau sesi benih, yang diikuti Series A, B, dan C jika

diperlukan. Dalam beberapa peristiwa, sesi putaran pendanaan dapat dilanjutkan

hingga Series F.7 Berikut adalah penjelasan tentang Series pada round startup:

1. Round Seed

Round seed adalah tahapan startup saat prototype belum diselesaikan.

Secara umum, ini merupakan tingkat konsep startup. Tujuan pendanaan pada

round seed adalah mendapatkan uang operasional untuk mengerjakan

penyelesaian prototype atau versi Alfa produk.

Pada round seed, sebuah startup AS secara khusus mendapatkan dana

sebesar US$100.000 sampai 1 juta. Jumlah dana tergantung pada biaya startup,
6
Hendry E. Ramadhan, Startupreneur Menjadi Entrepreneur Startup (Jakarta: Penebar Plus,
2016), hlm. 56-63
7
Anis Uzzaman, StartupPedia (Yogyakarta: Bentang, 2015), hlm. 165

23
biaya penjualan atau pemasaran, dan gaji. Biaya-biaya startup merupakan

pengeluaran yang dikeluarkan untuk membangun perusahaan. Diantaranya dana

pengembangan, dana untuk akunatan, dan kebutuhan kantor.

2. Seri A

Seri A adalah tahap saat versi Alfa atau Beta produk telah selesai dan startup

siap mendapatkan pengguna dalam jumlah tertentu. Startup dari Seri A harus

sudah siap menghasilkan keuntungan. Untuk seorang venture capitalist, akan lebih

mudah mendapatkan status tersebut jika startup sudah memiliki penjualan dan

pengguna.

Pada tahap Seri A, startup harus menggalang dana untuk membayar

pengembangan prototype final untuk menutup biaya pemasaran. Jumlah

pendanaan khas Seri A di AS adalah US$1 sampai 3 juta.

3. Seri B

Produk akhir kebanyakan dirilis selama Seri B, dan startup sudah memiliki

basis konsumen yang bisa menghasilkan keuntungan. Pada tahap ini, pendanaan

dibutuhkan untuk ekspansi pasar. Secara umum, pendanaan pada tahap ini di

Silicon Valley berkisar antara US$ 2 juta sampai US$ 6 juta.

4. Round Akhir

Di round akhir, startup umumnya harus mencari pendanaan untuk ekspansi

ke luar negeri, meluncurkan versi produk dalam beberapa bahasa, ekspansi pasar,

atau biaya exit melalui akuisisi oleh perusahaan lain. Biaya exit yang dimaksud di

sini bisa jadi melalui IPO atau M&A. Pengeluaran yang mungkin ada untuk M&A

24
adalah biaya penasihat M&A. Sedang untuk IPO, pengeluarannya berupa

pengeluaran korporasi untuk perusahaan sekuritas dan biaya auditor.8

2.3.3 Exit

Exit merupakan langkah terakhir dari siklus kehidupan sebuah startup. Exit

adalah sebuah metode saat investor dan atau entrepreneur bermaksud keluar dari

investasinya di sebuah perusahaan. Semua tindakan yang diambil oleh seorang

CEO dan timnya selama perjalanan membangun startup puncaknya ada di exit.

Memiliki strategi untuk bagian ini merupaka hal penting. Hal itu harus

dikembangkan secepat mungkin, bahkan lebih baik jika dilakukan sejak masa

awal startup. Exit memenuhi dan melengkapi siklus hidup startup.9 Umumnya

terdapat dua titik exit yang akan dicapai oleh sebuah startup, yaitu :

1. Acquisition/Akuisisi (M&A)

Acquisition/Akuisisi adalah sebuah exit dimana ketika satu perusahaan

membeli saham mayoritas diperusahaan.23 Sebagai contoh bahwa Whatsapp dan

Instagram adalah perusahaan yang diakuisisi oleh Facebook. Lalu Youtube sebuah

startup layanan sharing videos yang telah lama diakuisisi oleh Google. Dan yang

terbaru adalah LinkedIn sebuah media sosial untuk kalangan profesional yang

telah diakuisisi oleh Microsoft.

2. IPO (Initial Public Offering)

IPO adalah sebuah exit yang dilakukan dengan penawaran perdana saham.

Pada tahap ini perusahaan swasta berubah menjadi perusahaan publik dan tidak

lagi sebagai sebuah startup.10 Banyak perusahaan yang memiliki pengaruh global,

8
Anis Uzzaman, StartupPedia (Yogyakarta: Bentang, 2015), hlm. 167-170
9
Anis Uzzaman, StartupPedia (Yogyakarta: Bentang, 2015), hlm. 190-192
10
Hendry E. Ramadhan, Startupreneur Menjadi Entrepreneur Startup (Jakarta: Penebar Plus,
2016), hlm. 19

25
seperti Apple, Google, dan Sony, yang terdafatar di bursa saham. Sebagai contoh

pada tahun 2014 Alibaba sebuah perusahaan ecommerce asal Cina berhasil

melakukan IPO di bursa saham AS dan Cina. Contoh lain adalah Snapchat sebuah

media sosial yang sedang disenangi kaum mudah merubah namanya menjadi Snap

Inc dan berencana melakukan IPO di tahun 2017.

2.4 Penelitian terdahulu

Penelitian sebelumnya yang dilakukan

Pallvi Rani dan Dr. Hitesh Katyal (2013) dengan judul “Venture Capital in

India : Sector – Wise Analysis”. Pemerintah India dalam upaya untuk membawa

bangsanya sejajar dan di atas negara-negara maju telah mempromosikan

pembiayaan modal ventura ke konsep-konsep baru dan ide ide inovatif. Venture

Capitalists di India biasa terhadap pelaku startup dengan 68,0% dari investasi

dilakukan di sektor ini. Sektor lainnya termasuk akuntansi kesehatan dan

pendidikan untuk 9,0% dan 7,0% dari total investasi masing-masing. Dengan

terlalu banyak permodalan yang masuk ke Venture Capital sedangkan terlalu

sedikit terjadi kesepakatan dengan Perusahaan startup. Perusahaan Modal Ventura

menginvestasikan lebih dari 206 kesepakatan di India selama 2013, terjadi

penurunan sekitar 18 persen di atas periode yang sama setahun yang lalu. Dari 184

Industri, Sektor teknologi menyumbang sekitar 137 di antaranya. Studi ini akan

menjadi sebuah studi eksplorasi. Investasi Modal Ventura di berbagai sektor

seperti Real Estat, Telekomunikasi, InfoTech, Media, Bioteknologi dan Farmasi

juga akan dibandingkan. Pertumbuhan VC di sektor atas juga akan dibicarakan.

26
Berbagai Perusahaan yang berinvestasi di India juga akan dikontraskan pada

berbagai faktor seperti ukuran investasi, lokasi, dan jumlah transaksi

Penelitian lainnya adalah dari Poonam Sood (2015) dengan judul “Benefits

of Venture Capital in Modern Era”. Penelitian menyajikan tentang sejarah selektif

dari industri modal ventura. Terdapat sejumlah parameter yang berkontribusi

terhadap keberhasilan dan kejatuhan perusahaan startup yang didanai. Di situlah

modal ventura masuk ke perusahaan startup dengan pendanaannya, naluri bisnis

dan banyak lagi lainnya.

Vladimir Vladimirovich Kolmakov, Aleksandra Grigorievna Polyakova dan

Vasily Sergeevich Shalaev juga pernah melakukan penelitian di tahun 2015

tentang Venture Capital dengan judul “An analysis of the Impact of Venture

Capital Investment on Economic Growth and Innovation : Evidence from the Usa

and Russia”. Penelitian mengangkat permasalahan bahwa terdapat banyak

deklarasi politik yang menyatakan pentingnya mengembangkan ekonomi inovasi

untuk mendorong arus masuk modal ventura. Tapi, ternyata pasar modal ventura

memberikan kontribusi yang sangat rendah dalam hal total pengeluaran Resource

and Development. Jadi, berdasarkan penelitian ini, jika teori mengatakan bahwa

usaha investasi permodalan dari Venture Capital penting karena berdampak pada

modernisasi, tetapi para praktisi mencatat bahwa tidak ada bukti dan Investasi

Venture Capital hanya sejumlah 1% dari total Investasi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada

objeknya yakni perusahaan startup di Indonesia waktu penelitian dan variabel

yang berbeda. Selain itu, akan adanya analisa perbandingan antara peran

pemerintah dan venture capital di Indonesia dengan negara lain.

27
2.5 Hipotesis

1. Terdapat peran Pemerintah yang signifikan terhadap perkembangan

perusahaan startup di Indonesia

2. Terdapat peran Modal Ventura yang signifikan terhadap perkembangan

startup di Indonesia

3. Terdapat sektor khusus yang memiliki potensi terbesar untuk

mendapatkan dukungan pemerintah dan Venture Capital di Indonesia

4. Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi Pemerintah dan Venture

Capital untuk memberikan berbagai dukungan kepada perusahaan di

Indonesia?

2.6 Kerangka Analisis


Peran Pemerintah
1. Fasilitas
2. Market
3. Modal
4. Regulasi
Perkembangan Startup di
5. SDM Indonesia

Modal Ventura
1. Pembiayaan
Ekuitas
2. Bantuan
Manajerial
3. Hadiah melalui
Capital Gain
4. Investasi Jangka
Panjang
5. Investasi di
perusahaan
pemula

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian desain kasual dengan desain

penelitian kuantitatif dan menggunakan metode survey serta instrumen kuisioner.

3.2 Objek Penelitian

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh startup di Indonesia yang

terdaftar dalam startupranking.com yakni berjumlah 2.079 startup.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah nonprobabiliy sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini perusahaan yang

menjadi sampel dipilih berdasarkan Purposive Sampling (kriteria yang

dikehendaki). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan rintisan (startup) yang tervalidasi oleh Badan Ekonomi

Kreatif (Bekraf).

2. Perusahaan rintisan (startup) yang terdapat di Jabodetabek.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder karena data

diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Sumber – Sumber

data dapat diperoleh dari buku yang diterbitkan oleh Badan Ekonomi Kreatif

(Bekraf) yakni Mapping & Database Startup Indonesia 2018. Tabel berikut

29
menyajikan prosedur pemilihan sampel dengan kriteria yang digunakan dalam

penelitian ini.

Tabel 3.1
Prosedur Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah

1. Perusahaan terdaftar di startupranking.com 2.079

2. Perusahaan terdaftar di Bekraf 992

3. Perusahaan terdaftar di Bekraf berdasarkan wilayah 552

Jabodetabek

Total Sampel Penelitian 552

Sumber : Startupranking.com dan Mapping & Database Startup Indonesia 2018

(diakses 24 Maret 2019)

Dengan demikian total sampel penelitian yang akan diteliti adalah 552

perusahaan startup di wilayah Jabodetabek.

3.3 Operasional Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Independen

Variabel Independen meruapakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen / terikat

(Sugiono, 2015). Adapun variabel independen pada penelitian ini adalah Peran

pemerintah dan Modal Ventura.

3.3.2 Variabel Dependen

30
Dalam hal ini variabel dependen adalah perusahaan startup di

Indonesia.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan desain penelitian kuantitatif

dengan metode survey dan menggunakan instrumen kuisioner. Kuisioner akan

disampaikan secara online melalui google form dan penyampaian kuisioner secara

manual.

Adapun lokasi penelitian adalah wilayah Jabodetabek, dengan waktu

penelitian dari tahun 2011 – 2018, dengan menggunakan skala pengukuran skala

likert dan skoring 1 sampai 5.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan Structural Equation Model (SEM) partial

least square (PLS) dengan software SmartPLS 3.2. Adapun statistik deskriptif

dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskriptif atau variabel –

variabel, sum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah dalam memahami

penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi umum

dari variabel penelitian mengenai nilai rata – rata (mean), standar deviasi,

maksimum, minimum variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian.

Adapun untuk uji kualitas data, uji validitas menggunakan uji

convergent validity dan discriminant validity. Sedangkan, untuk uji reliabilitas

menggunakan composite reliability. Adapun untuk uji hipotesis menggunakan uji

inner model dan uji t.

31
DAFTAR PUSTAKA

Ketut Wijaya,”Kumpulan Istilah Startup Teknologi yang Perl Kamu Ketahui”


dalam https://id.techinasia.com/istilah-startup-yang-perlu-anda-ketahui
diundur pada 24 Maret 2019

Hendry E. Ramadhan, Startupreneur Menjadi Entrepreneur Startup (Jakarta:


Penebar Plus, 2016)

Steve Blank,”What’s A Startup? First Principles” dalam


https://steveblank.com/2010/01/25/whats-a-startup-first-principles/
diunduh pada 24 Maret 2019

Anonim,”Stanford University Journey – What I Learned About Startup


Entrepreneurs (Part 2)” dalam https://startupbisnis.com/stanford-
university-journey-what-i-learned-about-startupentrepreneurs-part-2/
diunduh pada 24 Maret 2019

Marikxon,”Apa itu Startup? Bgmn Perkembangan Dunia Bisnis Startup di


Indonesia?” dalam https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup-bgmn-
perkembangan-dunia-bisnis-startup-diindonesia.html diunduh pada 24
Maret 2019

Hendry E. Ramadhan, Startupreneur Menjadi Entrepreneur Startup (Jakarta:


Penebar Plus, 2016\

Anis Uzzaman, StartupPedia (Yogyakarta: Bentang, 2015)

Ghozali, I dan Chariri, A, 2007, Teori Akuntansi, Edisi 3, Semarang : Badan


Penerbit. Universitas Diponegoro

Puspitaningtyas, Zarah, 2012. Relevansi Nilai Informasi Akuntansi dan


Manfaatnya Bagi Investor. Ekuitas : Jurnal Ekonomi dan Keuangan,

________, 2008. “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung”


Bandar Lampung : Universitas Lampung

Ghozali, I. 2006, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Cetakan


Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

32

Anda mungkin juga menyukai