UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan yang maha esa,karena atas berkat dan rahmatnya
tulisan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulisan laporan praktikum yang berjudul
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu,semua kritikan dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan
naskah berikut.
Akhir kata kami sampaikan semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat dan
memberi inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar laporan ini
penulis
DAFTAR ISI
A. Tema Praktikum....................................................................................................
B. Tujuan Praktikum..................................................................................................
c. Tinjauan Pustaka....................................................................................................
F. Prosedur Kerja.......................................................................................................
H. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Tujuan praktikum
1. untuk mengetahui kualitas semen kambing kacang secar mikro dan makro
C. Tinjaun Pustak
Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokol Indonesia dengan populasi yang cukup
tinggi dan tersebar luas disemua wilayah. Kambing kacang memiliki keunggulan
baik sehingga pad umur 15-18 bulan bisa menghasilkan keturunan (Boer Indonesia 2008).
Kambing kacaang bisa digunakan sebagai ternak penghasil daging. Ciri-ciri kambing
kacang yaitu, badan kecil, telingga pendek, leher pendek, punggung meninggi, jantan dan
betina bertanduk, bobot dewasa untuk jantan rata-rata 25-30 kg dan kambing betina 20 kg
Kingdom: Animalia
Filium: chordata
Sub-filium: vertebrata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Sub-ordo: Ruminantia
Familia: Bovidae
Sub-familia: Caprinae
Genus: Capra
Aspek reproduksi ternak merupakan salah satu kunci dalam suatu sistem usaha
dengan bibit-bibit baru atau anak yang dihasilkan. Kinerja reproduksi berkaitan dengan
peningkatan kebuntingan dan kelahiran yang sebagian ditentukan oleh faktor pejantan,
dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan saluran reproduksi untuk menghasilkan
spermatozoa dalam membuahi sel telur. Selai itu, ternak kambing kacang juga memiliki
keunggulan yakni umur dewasa kelamin dan dewasa tubuh tergolong cepat dan umur
berperan dalam perkembangan seksual pada individu jantan, yaitu berfungsi dalam
perkembangan alat reproduksi luar serta tanda-tanda reproduksi sekunder pada ternak
jantan. Produksi dan kualitas hormon tergantung pada kualitas nutrisi yang dikonsumsi
oleh ternak dan juga oleh faktor lingkungan.(Hasbi et al., 2018). Menyatakan bahwa
Kapasitas reproduksi hewan jantan ditentukan oleh fungsi poros hipotalamus hipofisis-
stimulating hormone (FSH) dari hipofisis anterior.(Azawi, 2012). Hormon FSH diketahui
peningkatan volume testis (Kuiri-ha et al., 2011). Hormon LH tidak bekerja langsung
fungsi kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap untuk menghasilkan plasma semen pada saat
domba dipengaruhi oleh daerah asal domba dan keturunannya. Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi motilitas spermatozoa yaitu bangsa, individu, umur ternak, jumlah ejakulat
dan perubahan suhu (Johnson et al., 2000; Tamoes et al., 2014). Perbedaan persentase
Salah satu faktor lingkungan yaitu suhu. Suhu berpengaruh terhadap produksi ternak
jantan. (Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat mengganggu termoregulasi pada
spermatogenesis.
3. Semen Kambing
Hafez and Hafez (2008), volume semen Kambing berkisar antara 0,5-1,2 ml/
ejakulat. Volume semen berbeda menurut bangsa, umur, ukuran badan, frekuensi
penampungan, lingkungan, kondisi dari ternak itu sendiri, waktu penampungan dan
pakan.
Bau semen yang dihasilkan pada ternak adalah bau khas sperma yaitu berbau amis
umumnya memiliki bau amis khas disertai bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk bisa
terjadi apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ
atau saluran reproduksi hewan jantan. (Sekosi et al., 2016) yang menyatakan bahwa
warna semen segar kambing yang normal adalah putih hingga krem. (“Effect of α-
spermatozoa saling berkaitan satu dengan yang lain, artinya jika semen semakin encer
maka konsentrasi spermatozoa semakin rendah dan warnanya semakin pucat. Warna
coklat yang menandakan semen terkontaminasi darah, ataupun warna kehijauan yang
4. Plasma Semen
Plasma semen merupakan campuran sekresi yang dihasilkan yang dihasilkan oleh
vasikularis, prostat, dan cowper.Testis plasma semen mempunyai 3 fungsi dasar yaitu (1)
reproduksi jantan ke saluran reproduksi betina pada saat ejakulasi, (2) sebagai medium
dalam saluran kelamin betina setelah deposisi. Plasma semen juga mengandung zat
20% kuning telur menyebabkan terjadinya koagulasi semen pada hari keempat
penyimpanan pada suhu 3–5 0C, sehingga persentase spermatozoa motil menurun sangat
drastis dibandingkan dengan semen yang diganti plasma semennya dengan plasma semen
domba priangan. Dalam proses penyimpanan semen pada suhu rendah (umumnya pada
suhu 3–5 0C dan -196 0C) kerusakan spermatozoa terjadi akibat kejutan dingin (cold
shock) yang dapat merusak membran plasma sel dan berakibat kematian spermatozoa.
Untuk meminimalkan kerusakan sel akibat pengaruh buruk suhu rendah, maka upaya
yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan zat tertentu ke dalam pengencer
semen.
a. Pakan
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempegaruhi kinerja reproduksi ternak
jantan maupun betina. Pemberian pakan dengan kuantitas dan kualitas rendah dapat
Kurangnya makanan pada ternak jantan dapat terjadi pengaruh berat testes,
b.Lingkungan
c. Penyakit
Penyakit-penyakit umum maupun lokal, khronik atau akut, menular atau tidak
menular dapat mempengaruhi produksi kualitas dan kuantitas semen secara langsung
dan tidak langsung. Pada abscess acuta dapat terjadi degenerasi sperma, peninggian
suhu badan (demam) yang menyusul dapat menyebabkan hilangnya kepala sperma
(Toelihere, 1985).
d. Frekuensi Ejakulasi
Frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satuan waktu yang relatif
pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per
a. pemeriksaan Mikroskopis
persentase spermatozoa hidup dan aktif dalam semen. Motilitas massa spermatozoa
diamati sesuai kutipan (Dethan et al., 2010)yaitu dengan cara meletakkan semen
sebanyak satu tetes di atas objek glass tanpa ditutup cover glass kemudian diamati di
bawah mikroskop perbesaran 100 kali(10 x 10). Kualitas semen dapat ditentukan
gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif serta bergerak cepat berpindah-
pindah tempat.
4. Buruk (Necrospermia, 0) jika hanya sedikit atau tidak terlihat gerakan individual
Persentase sperma hidup dapat diamati dengan cara semen diletakkan pada
gelas objek hangat dan ditambahkan satu tetes sodium clorida, kemudian dicampur
dan ditutup dengan gelas penutup, diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran
10 x 10, persentase hidup dan mati di hitung hingga 200 sel spermatozoa Menurut
(Elia et al., 2010)Spermatozoa motil apabila memiliki ciri ciri spermatozoa tersebut
3. Nilai 2, jika gerakan spermatozoa melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif
massa.
5. Nilai 4, jika spermatozoa bergerak secara progresif dan membentuk gelombang
yang sangat cepat dan menunjukkan 100% sperma motil.Motilitas individu dapat
Viabilitas
meneteskan satu tetes semen ke atas gelas objek lalu tambahkan satu tetes larutan
eosin dan dicampur secara merata lalu dikeringkan di atas api Bunsen hingga kering
eosin sehingga kepalanya bening sedangkan permatozoa yang mati akan menyerap
Abnormalitas spermatozoa
Abnormalitas merupakan salah satu indikator dalam menentukan
gangguan dan hambatan pada saat fertilisasi, lebih jauh menyebabkan rendah nya
400 kali (10 x 40). Pengamatan abnormalitas dapat dilihat dari spermatozoa yang
mempunyai bentuk abnormal seperti tidak ada kepala spermatozoa, bentuk kepala
yang besar, ekor putus dan ekor melingkar. Perhitungannya yaitu dengan
normal pada luas pandang yang sama. Adapun cara perhitungan abnormalitas
spermatozoa adalah jumlah dari spermatozoa yang abnormal dibagi dengan 200
Universitas Timor. Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari selasa, 17 oktober 2023.
Materi penelitian
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak kambing kacang jantan
yang berbeda, berumur 1-2 tahun dan satu ekor kambing betina berumur 2 tahun sebagai
pemancing
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah vagina buatan, gelas ukur,
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semen segar kambing kacang,
F. Prosedur Kerja
- Menyediakan ternak kambing jantan dan kambing betina sebagai pemancing (teaser)
semen menggunakan vagina buatan ini adalah bersifat fisiologis sehingga semen
menggunakan pembersih yang dapat mematikan bakteri seperti (daia dan pemutih)
- vagina buatan yang sudah berisi air panas (±45°C) dan telah diolesi vaselin.
ke dalam kandang jepit. Kurang lebih satu jam sebelum melakukan penampungan
maksimal.
- Jika pejantan pertama kali naik, jangan langsung ditampung semennnya, tetapi penis
dibelokkan sehingga penis tidak masuk ke vagina betina pemancing dan akhirnya
- Setelah menaiki untuk ketiga atau keempat kalinya maka penampungan semen
dilakukan dengan cara mengarahkan vagina buatan ke penis pejantan sehingga penis
pejantan masuk ke dalam vagina buatan dan mengeluarkan semen ke dalam vagina
buatan tersebut.
G. Hasil Praktikum
Timor. Semen kambing yang digunakan berasal dari ternak kambing kacang pejantan
yang berumur 2 tahun. Penampungan semen dilakukan pada pagi hari. Setelah
Evaluasi semen secara makroskopis dan mikroskopis tujuan agar mengetahui kualitas
semen. Hasil evaluasi menunjukkan kualitas kualitas semen baik dan layak untuk
digunakan. Hasil evaluasi semen segar setelah penampugan dapat dilihat pada tabel 1.
1 Volume 0,1 ml
4 Kekentalan/konsistensi Sedang
5 Ph 6,4
1. Volume
Volume semen dapat diamati melalui skala yang terdapat pada dinding tabung
penampung semen. Pada pengamatan yang kami lakukan jumlah semen yang ditampung
sangat sedikit
2. Warna
Warna ini adalah hasil dari komponen utama sperma, yaitu sperma itu sendiri dan cairan
3. Bau semen
Bau semen normal yaitu khas semen (Arifiantini dan Tuty, 2012)
4. Konsistensi/ kekentalan
maka semakin tinggi konsentrasi spermanya. Pada penampungan yang dilakukan semen yang
5. pH (keasaman)
2015). pH yang diperoleh adalah 6,4 diuji dengan menggunakan kertas lakmus.
yakni:
1. Motilitas massa
- Siapkan gelas objek yang telah dihangatkan dan ditutup dengan cover glas
membentuk gelombang
2. Motilitas individu
- Siapkan gelas objek yang telah dihangatkan dan ditutup dengan cover glas
3. Konsentrasi spermatozoa
400 200
konsentrasi spermatozoa = y x x
800 0 ,1 mm 3
=643 x 10.000.000 ml
4. Menghitung viabilitas
179
%SPH¿ X 100 %
200
= 89,5 %
5. Menghitung abnormalitas
Menurut Toelihere (1985), mengklasifikasikan abnormalitas dalam
sebagai berikut:
9
AB ¿ X 100 %
200
AB = 4,5 %
Timor. Semen kambing yang digunakan berasal dari ternak kambing kacang pejantan
yang berumur 2 tahun. Penampungan semen dilakukan pada pagi hari. Setelah ditampung
secara makroskopis dan mikroskopis tujuan agar mengetahui kualitas semen. Hasil
evaluasi menunjukkan kualitas kualitas semen baik dan layak untuk digunakan. Hasil
1 Volume 0,1 ml
4 Kekentalan/konsistensi Kental
5 Ph 6,4
ditampung harus segera di evaluasi karena daya tahan spermatozoa yang sangat rentan
Ditjennak, 2014.
Aru Provinsi Maluku. Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 19(1), 10.
https://doi.org/10.24198/jit.v19i1.20070
Riyadhi, M., Rizal, M., & Wahdi, A. (2017). Diseminasi teknologi inseminasi buatan
menggunakan semen kambing peranakan etawa (PE) dengan pengencer air kelapa
muda dan kuning telur di Kecamatan Bati Bati Kabupaten Tanah Laut Kalimantan
Bintara, S. (2011). Rasio Spermatozoa X: Y dan Kualitas Sperma pada Kambing Kacang dan
Boer Indonesia.2008. Tujuh Plasma Nutfa Kambing (Hasbi et al., 2018) Lokal In-donesia
Chang C, lee So, Wang RS, Yes S, Chang TM. 2013. Andogen Receptor (AR)
From (AR) -Knockout Mice Lacking AR In Selective Cells. Biol Reprod. 89:1-16
Mastika, I. M., Budiasa, I. K. M., & Nuriyasa, M. (2012). Peran Pepohonan Dalam