Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MATAKULIAH MANAJEMEN REPRODUKSI TERNAK

(EVALUASI SECARA MIKROSKOPIS DAN SECARA MAKROSKOPIS PADA SEMEN

TERNAK KAMBING KACANG)

OLEH KELOMPOK 1 KELAS B


1. STEFANI SARA SANDRA MEOL (13220002)

2. FIKTORIUS RENGGI SEA SOKA (13220107)

3. MARIA MAGDALENA BE (13220006)

4. MARIA WILFRIDA KOLO (13220007)

5. MARIA MIRA DIMAS (13220009)

6. ELAM MELKI ASYUR TUALAKA (13220072)

7. BRUNO OKTAFIANUS BRIA (13220023)

8. AGUSTINA HOAR BERE (13220030)

9. GABRIEL KABNANI (13220035)

10. MARSELINDA HOAR (13220013)

11. FRANSISKA HOAR (13220021)

12. VIRGILIUS SERAN (13220036)

13. YOVITA AEK (13220052)

14. ANDREAS NAHAK (13220050)

15. DELFAN AMELIA BRIA (13220014)

16. MARIANUS BONE (13220094)

17. KRISTINA SELY HALE (13220019)

18. MARTINUS FRIDOLIN METBOKI (13220103)

19. FREDERIKUS YOAGI SERAN (13220001)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN, SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan yang maha esa,karena atas berkat dan rahmatnya

tulisan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Penulisan laporan praktikum yang berjudul

“evaluasi secara makroskopis dan mikroskopis pada semen kambing kacang”

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini

disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena

itu,semua kritikan dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan

naskah berikut.

Akhir kata kami sampaikan semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat dan

memberi inspirasi bagi seluruh orang yang membaca. Kami juga berharap, agar laporan ini

menjadi sumber informasi bagi pembaca. Sekian

Kefamenanu, oktober 2023

penulis
DAFTAR ISI

A. Tema Praktikum....................................................................................................

B. Tujuan Praktikum..................................................................................................

c. Tinjauan Pustaka....................................................................................................

D. Waktu dan Tempat................................................................................................

E. Alat Dan Bahan .....................................................................................................

F. Prosedur Kerja.......................................................................................................

G. Hasil dan Pembahasan Praktikum.........................................................................

H. Kesimpulan ...........................................................................................................

I. Daftar Pustaka ......................................................................................................


A. Tema Praktikum

Laporan Praktikum Matakuliah Manajemen Reproduksi Ternak (Evaluasi Secara

Mikroskopis Dan Secara Makroskopis Pada Semen Ternak Kambing Kacang)

B. Tujuan praktikum

1. untuk mengetahui kualitas semen kambing kacang secar mikro dan makro

2. untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah manajemen reproduksi

C. Tinjaun Pustak

1. Deskripsi kambing kacang

Ternak kambing merupakan jenis binatang mamabiak yang berukuran sedang.

Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokol Indonesia dengan populasi yang cukup

tinggi dan tersebar luas disemua wilayah. Kambing kacang memiliki keunggulan

diantaranya mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat dan reproduksinya cukup

baik sehingga pad umur 15-18 bulan bisa menghasilkan keturunan (Boer Indonesia 2008).

Kambing kacaang bisa digunakan sebagai ternak penghasil daging. Ciri-ciri kambing

kacang yaitu, badan kecil, telingga pendek, leher pendek, punggung meninggi, jantan dan

betina bertanduk, bobot dewasa untuk jantan rata-rata 25-30 kg dan kambing betina 20 kg

(Agung, P 2010) Klasifikasi kambing secara umum.

Kingdom: Animalia

Filium: chordata

Sub-filium: vertebrata

Kelas: Mammalia

Ordo: Artiodactyla

Sub-ordo: Ruminantia

Familia: Bovidae

Sub-familia: Caprinae
Genus: Capra

Spesies: Capra hircus

2. Reproduksi Kambing Kacang

Aspek reproduksi ternak merupakan salah satu kunci dalam suatu sistem usaha

peternakan. Reproduksi tidak hanya sebagai kunci dalam perkembangbiakan ternak

dengan bibit-bibit baru atau anak yang dihasilkan. Kinerja reproduksi berkaitan dengan

peningkatan kebuntingan dan kelahiran yang sebagian ditentukan oleh faktor pejantan,

dalam hal ini berkaitan dengan perkembangan saluran reproduksi untuk menghasilkan

spermatozoa dalam membuahi sel telur. Selai itu, ternak kambing kacang juga memiliki

keunggulan yakni umur dewasa kelamin dan dewasa tubuh tergolong cepat dan umur

kebuntingan relative pendek.(Mastika et al., 2012).Testosteron merupakan hormon yang

berperan dalam perkembangan seksual pada individu jantan, yaitu berfungsi dalam

proses spermatogenesis, memperpanjang daya hidup spermatozoa dalam epididymis, dan

perkembangan alat reproduksi luar serta tanda-tanda reproduksi sekunder pada ternak

jantan. Produksi dan kualitas hormon tergantung pada kualitas nutrisi yang dikonsumsi

oleh ternak dan juga oleh faktor lingkungan.(Hasbi et al., 2018). Menyatakan bahwa

Kapasitas reproduksi hewan jantan ditentukan oleh fungsi poros hipotalamus hipofisis-

testis. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) merupakan hormon kunci, disebabkan

peranannya dalam mengontrol produksi luteinizing hormhhhone (LH) dan follicle

stimulating hormone (FSH) dari hipofisis anterior.(Azawi, 2012). Hormon FSH diketahui

berperan dalam mengontrol proliferasi sel Sertoli yang mengakibatkan terjadinya

peningkatan volume testis (Kuiri-ha et al., 2011). Hormon LH tidak bekerja langsung

pada proses spermatogenesis, namun merangsang sintesis dan pelepasan hormon

testosteron dari sel Leydig.


Testosteron berperan dalam memacu pertumbuhan dan menjaga kelangsungan

fungsi kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap untuk menghasilkan plasma semen pada saat

ejakulasi, meningkatkan libido dan berperan dalam proses spermatogenesis di dalam

tubulus seminiferous.(Sajjaad M, Ali, S, 2007).(Azawi, 2012). Aktivitas reproduksi pada

domba dipengaruhi oleh daerah asal domba dan keturunannya. Faktor-faktor yang dapat

memengaruhi motilitas spermatozoa yaitu bangsa, individu, umur ternak, jumlah ejakulat

dan perubahan suhu (Johnson et al., 2000; Tamoes et al., 2014). Perbedaan persentase

motilitas disebabkan oleh perbedaan bangsa ternak dan perubahan temperature.

Perbedaan bangsa akan mengakibatkan perbedaan adaptasi terhadap lingkungannya.

Salah satu faktor lingkungan yaitu suhu. Suhu berpengaruh terhadap produksi ternak

jantan. (Suhu yang terlalu tinggi atau rendah dapat mengganggu termoregulasi pada

scrotum sehingga fungsi scrotum terganggu dan mengakibatkan terganggunya proses

spermatogenesis.

3. Semen Kambing

Hafez and Hafez (2008), volume semen Kambing berkisar antara 0,5-1,2 ml/

ejakulat. Volume semen berbeda menurut bangsa, umur, ukuran badan, frekuensi

penampungan, lingkungan, kondisi dari ternak itu sendiri, waktu penampungan dan

pakan.

Bau semen yang dihasilkan pada ternak adalah bau khas sperma yaitu berbau amis

khas sperma. Hal ini sesuai dengan (Kusumawati, E. D., H. Leondra, A. T. N.

Krisnaningsih, T. Susilawati, 2016)yang mengemukakan bahwa semen yang normal

umumnya memiliki bau amis khas disertai bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk bisa

terjadi apabila semen mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi organ

atau saluran reproduksi hewan jantan. (Sekosi et al., 2016) yang menyatakan bahwa
warna semen segar kambing yang normal adalah putih hingga krem. (“Effect of α-

Tocopherol in Tris-Aminomethane-Egg Yolk on the Semen Quality during Cold Storage

in Boer Goats,” 2012) Menjelaskan bahwa warna, konsistensi dan konsentrasi

spermatozoa saling berkaitan satu dengan yang lain, artinya jika semen semakin encer

maka konsentrasi spermatozoa semakin rendah dan warnanya semakin pucat. Warna

coklat yang menandakan semen terkontaminasi darah, ataupun warna kehijauan yang

merupakan tanda adanya bakteri pembusuk dalam semen

4. Plasma Semen

Plasma semen merupakan campuran sekresi yang dihasilkan yang dihasilkan oleh

epididymis vas deferens dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap, yaitu kelenjar

vasikularis, prostat, dan cowper.Testis plasma semen mempunyai 3 fungsi dasar yaitu (1)

sebagai medium pembawa spermatozoa dan mentranspor spermatozoa dari saluran

reproduksi jantan ke saluran reproduksi betina pada saat ejakulasi, (2) sebagai medium

pengaktivasi terutama pada spermatozoa nonmotil, (3) menyediakan sumber makanan

dan larutan penyangga bagi spermatozoa untuk meningkatkan ketahanan spermatozoa

dalam saluran kelamin betina setelah deposisi. Plasma semen juga mengandung zat

penyangga yang berfungsi mempertahankan pH medium dan berbagai senyawa lainnya

yang dapat menjalankan fungsi sebagai senyawa krioprotektan. (Rizal, M.,

2005)melaporkan bahwa semen kambing PE yang diencerkan dengan pengencer Tris-

20% kuning telur menyebabkan terjadinya koagulasi semen pada hari keempat

penyimpanan pada suhu 3–5 0C, sehingga persentase spermatozoa motil menurun sangat

drastis dibandingkan dengan semen yang diganti plasma semennya dengan plasma semen

domba priangan. Dalam proses penyimpanan semen pada suhu rendah (umumnya pada

suhu 3–5 0C dan -196 0C) kerusakan spermatozoa terjadi akibat kejutan dingin (cold
shock) yang dapat merusak membran plasma sel dan berakibat kematian spermatozoa.

Untuk meminimalkan kerusakan sel akibat pengaruh buruk suhu rendah, maka upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan zat tertentu ke dalam pengencer

semen.

5. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Semen

a. Pakan

Pakan merupakan salah satu faktor yang mempegaruhi kinerja reproduksi ternak

jantan maupun betina. Pemberian pakan dengan kuantitas dan kualitas rendah dapat

menghambat fungsi reproduksi melalui pengaruhnya terhadap sekresi hormon

gonadotropin kelenjar adenohipofisa, dalam hal tersebut tubuli seminiferi kurang

dipengaruhi dibandingkan dengan sel-sel interstitial yang memproduksi testosteron.

Kurangnya makanan pada ternak jantan dapat terjadi pengaruh berat testes,

konsentrasi dan jumlah spermatozoa yang diejakulasikan

b.Lingkungan

Suhu lingkungan yang terlampau rendah atau terlampau tinggi dapat

mempengaruhi reproduksi hewan jantan. Fungsi thermoregulatoris scrotum dapat

terganggu dengan akibat-akibat buruk terhadap spermatogenesis. Peninggian 10 suhu

udara karena kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan kegagalan pembentukan

dan penurunan produksi spermatozoa (Toelihere, 1981).

c. Penyakit

Penyakit-penyakit umum maupun lokal, khronik atau akut, menular atau tidak

menular dapat mempengaruhi produksi kualitas dan kuantitas semen secara langsung

dan tidak langsung. Pada abscess acuta dapat terjadi degenerasi sperma, peninggian
suhu badan (demam) yang menyusul dapat menyebabkan hilangnya kepala sperma

(Toelihere, 1985).

d. Frekuensi Ejakulasi

Frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satuan waktu yang relatif

pendek cenderung menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per

ejakulasi. Pemakaian pejantan terlampau sering dan kontinyu menurunkan jumlah

semen dan konsentrasi spermatozoa (Toelihere, 1981).

6. Tahap pengambilan data

a. pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopis yang meliputi motilitas massa, individu, viabilitas,

konsentrasi spermatozoa dan abnormalitas spermatozoa.

 Penilaian Motilitas masa spermatozoa

Motilitas massa adalah parameter keaktifan spermatozoa sebagai indikator tingkat

persentase spermatozoa hidup dan aktif dalam semen. Motilitas massa spermatozoa

diamati sesuai kutipan (Dethan et al., 2010)yaitu dengan cara meletakkan semen

sebanyak satu tetes di atas objek glass tanpa ditutup cover glass kemudian diamati di

bawah mikroskop perbesaran 100 kali(10 x 10). Kualitas semen dapat ditentukan

berdasarkan penilaian gerakan massa adalah sebagai berikut:

1. Sangat baik (+++) jika gerakan spermartozoa terlihat membentuk gelombang-

gelombang besar, banyak, gelap, tebal dan aktif serta bergerak cepat berpindah-

pindah tempat.

2. Baik (++) bila gerakan spermatozoa terlihat seperti gelombang-gelombang kecil,

tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lambat


3. Cukup (+) bila tidak terlihat gerakan spermatozoa seperti gelombang tapi hanya

terlihat gerakan individual aktif progresif

4. Buruk (Necrospermia, 0) jika hanya sedikit atau tidak terlihat gerakan individual

spermatozoa sama sekali.

b. Penilaian Motilitas individu spermatozoa

Persentase sperma hidup dapat diamati dengan cara semen diletakkan pada

gelas objek hangat dan ditambahkan satu tetes sodium clorida, kemudian dicampur

dan ditutup dengan gelas penutup, diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran

10 x 10, persentase hidup dan mati di hitung hingga 200 sel spermatozoa Menurut

(Elia et al., 2010)Spermatozoa motil apabila memiliki ciri ciri spermatozoa tersebut

bergerak maju ke depan (progressive motility), sedangkan spermatozoa yang

bergerak dengan gerakan melingkar disebut sebagai non progressive motility

Motilitas spermatozoa yang progresif dan Tingkat kecepatan motilitasnya

mempunyai peranan penting dalam pembuahan atau fertilisasi sehingga motilitas

spermatozoa bisa digunakan sebagai indikator untuk fertilitas

Motilitas individual yang normal adalah minimal motilitasnya 70%. Berdasarkan

motilitas individual, maka penilaian terhadap kualitas spermatozoa adalah dengan

menggunakan skor 0-5 sebagai berikut:

1. Nilai 0, jika spermatozoa imotil atau tidak bergerak.

2. Nilai 1, jika gerakan spermatozoa berputar di tempat.

3. Nilai 2, jika gerakan spermatozoa melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif

dan tidak ada gelombangd.

4. Nilai 3, jika 50%-80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan

massa.
5. Nilai 4, jika spermatozoa bergerak secara progresif dan membentuk gelombang

dengan 90% spermatozoa motil

6. Nilai 5, jika gerakan spermatozoa yang sangat progresif, membentuk gelombang

yang sangat cepat dan menunjukkan 100% sperma motil.Motilitas individu dapat

diukur dengan cara mengamati motilitas progresif spermatozoa.

 Viabilitas

Viabilitas spermatozoa merupakan kemampuan hidup spermatozoa setiap kali

mengalami ejakulasi. Viabilitas spermatozoa dapat dihitung menggunakan cara

meneteskan satu tetes semen ke atas gelas objek lalu tambahkan satu tetes larutan

eosin dan dicampur secara merata lalu dikeringkan di atas api Bunsen hingga kering

dan membentuk preparat apus kemudian diamati menggunakan mikroskop

pembesaran 10 x 40 kali. Spermatozoa yang hidup tidak akan menyerap larutan

eosin sehingga kepalanya bening sedangkan permatozoa yang mati akan menyerap

larutan eosin sehingga kepalanya berwarna merah. Persentase viabilitas

berhubungan erat dengan fertilitas spermatozoa, jika persentase viabilitas tinggi

maka fertilitas spermatozoa juga tinggi. (Ducha, N. T. Susilawati, 2013). persentase

spermatozoa hidup dapat dihitung menggunakan rumus:

Persentase spermatozoa hidup = Jumlah Spermatoza Hidup × 100%

Spermatozoa Yang Diamati

 Abnormalitas spermatozoa
Abnormalitas merupakan salah satu indikator dalam menentukan

kualitas spermatozoa, karena struktur sel yang abnormal dapat menyebabkan

gangguan dan hambatan pada saat fertilisasi, lebih jauh menyebabkan rendah nya

angka implantasi maupun kebuntingan. Abnormalitas spermatozoa dievaluasi

menggunakan pewarnaan eosin dan diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran

400 kali (10 x 40). Pengamatan abnormalitas dapat dilihat dari spermatozoa yang

mempunyai bentuk abnormal seperti tidak ada kepala spermatozoa, bentuk kepala

yang besar, ekor putus dan ekor melingkar. Perhitungannya yaitu dengan

membandingkan antara spermatozoa yang abnormal dengan spermatozoa yang

normal pada luas pandang yang sama. Adapun cara perhitungan abnormalitas

spermatozoa adalah jumlah dari spermatozoa yang abnormal dibagi dengan 200

spermatozoa yang terlihat dikali seratus persen. Persentase Abnormalitas

spermatozoa di peroleh dengan rumus sebagai berikut:

Abnormalitas = Spermatozoa Abnormal ×100


Total Spermatozoa Yang Diamati

D. Waktu dan Tempat Praktikum

Tempat penampungan semen kambing di rumah bapak Mikael usfinit. Evaluasi

mikroskopis dan makroskopis ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian,

Universitas Timor. Penelitian ini akan dilaksanakan pada hari selasa, 17 oktober 2023.

 Materi penelitian
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak kambing kacang jantan

yang berbeda, berumur 1-2 tahun dan satu ekor kambing betina berumur 2 tahun sebagai

pemancing

E. Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah vagina buatan, gelas ukur,

thermometer, gelas objek, mikroskop, covergelas, handcounter, dulang pipet,

hemacytometer, tisu, alat tulis dan kamera.

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah semen segar kambing kacang,

larutan eosin, larutan hayem, alkohol, vaselin dan air.

F. Prosedur Kerja

a. Tahap persiapan yang akan dilakukan dalam praktikum

- Menyediakan ternak kambing jantan dan kambing betina sebagai pemancing (teaser)

- Menyediakan peralatan yang sudah di sterilisai dan bahan penelitian. penampungan

semen menggunakan vagina buatan ini adalah bersifat fisiologis sehingga semen

yang dihasilkan akan maksimal (Toelihere, 1985; Arifiantini, 2012).

- Sterilisasi dilakukan dengan mencuci peralatan di air yang mengalir serta

menggunakan pembersih yang dapat mematikan bakteri seperti (daia dan pemutih)

b. Tahap pelaksanaan penampungan semen

- Tahap penampungan semen diawali dengan mempersiapkan betina pemancing

(teaser), pejantan yang akan ditampung semennya

- vagina buatan yang sudah berisi air panas (±45°C) dan telah diolesi vaselin.

- Penampungan semen dilakukan dengan cara ternak betina pemancing dimasukkan

ke dalam kandang jepit. Kurang lebih satu jam sebelum melakukan penampungan

semennya, pejantan didekatkan ke betina pemancing untuk mempertinggi libido


ternak jantan, sehingga kualitas dan kuantitas semen segar yang dihasilkan

maksimal.

- Jika pejantan pertama kali naik, jangan langsung ditampung semennnya, tetapi penis

dibelokkan sehingga penis tidak masuk ke vagina betina pemancing dan akhirnya

pejantan akan turun dengan sendirinya.

- Setelah menaiki untuk ketiga atau keempat kalinya maka penampungan semen

dilakukan dengan cara mengarahkan vagina buatan ke penis pejantan sehingga penis

pejantan masuk ke dalam vagina buatan dan mengeluarkan semen ke dalam vagina

buatan tersebut.

- Setelah ditampung maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi semen secara

mikro dan makro untuk mengetahui kualitasnya.

G. Hasil Praktikum

 Gambaran Umum Praktikum

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas

Timor. Semen kambing yang digunakan berasal dari ternak kambing kacang pejantan

yang berumur 2 tahun. Penampungan semen dilakukan pada pagi hari. Setelah

ditampung semen langsung dibawah ke laboratorium untuk dievaluasi kualitasnya.

Evaluasi semen secara makroskopis dan mikroskopis tujuan agar mengetahui kualitas

semen. Hasil evaluasi menunjukkan kualitas kualitas semen baik dan layak untuk

digunakan. Hasil evaluasi semen segar setelah penampugan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 evaluasi secara makroskopis dan secara mikroskopis

No Kualitas semen Penilaian

1 Volume 0,1 ml

2 Warna Putih krem


3 Bau Amis, khas semen kambing

4 Kekentalan/konsistensi Sedang

5 Ph 6,4

6 Mitilitas massa (++)

7 Motilitas individu 85-90 %

8 Spermatozoa hidup 89,5%

9 Abnormalitas spermatozoa 4,5%

10 Konsentrasi spermatozoa 6,43 X 109

 Hasil dari evaluasi makroskopis semen kambing

1. Volume

Volume semen dapat diamati melalui skala yang terdapat pada dinding tabung

penampung semen. Pada pengamatan yang kami lakukan jumlah semen yang ditampung

sangat sedikit

2. Warna

sperma memiliki warna putih keabu-abuan atau abu-abu kekuningan.

Warna ini adalah hasil dari komponen utama sperma, yaitu sperma itu sendiri dan cairan

semen yang mendukungnya. Warna ini adalah warna normal sperma.

3. Bau semen

Bau semen normal yaitu khas semen (Arifiantini dan Tuty, 2012)

4. Konsistensi/ kekentalan

Kekentalan pada semen dapat diketahui bahwa semakin kental semen

maka semakin tinggi konsentrasi spermanya. Pada penampungan yang dilakukan semen yang

diperoleh memiliki kekentalan sedang

5. pH (keasaman)

pH semen perlu diukur agar dapat memastikan bahwa cairan semen


hasil penampungan tersebut memiliki karakteristik yang normal (Yendraliza et al.,

2015). pH yang diperoleh adalah 6,4 diuji dengan menggunakan kertas lakmus.

 Hasil evaluasi secara mikroskopis

Pada evaluasi secara mikroskopis ini meliputi motilitas massa, motilitas

individu, konsentrasi spermatozoa, viabilitas dan abnormalitas. Hasil yang diperoleh

yakni:

1. Motilitas massa

Beberapa langkah yang dilakukan untuk menganalisis motilitas massa yaitu:

- Siapkan gelas objek yang telah dihangatkan dan ditutup dengan cover glas

- Ambil semen yang ada pada tabung penampung menggunakan pipet

- Semen yang ada pada pipet disimpan pada praparat

- Kemudian simpan praparat dibawah mikroskop dengan zoom 10 x 10

- Setelah itu lihatlah pergerakan spermatozoa

Menentukan persentase motilitas spermatozoa sesuai dengan kriteria yang ada

dengan skala persentase pergerakan dari 0 sampai 100. Penilaian Menurut

Toelihere (1982), penilaian gerakan individu yang terlihat pada mikroskop

sebagai berikut: 80--90%: pergerakan progresif yang gesit dan segera

membentuk gelombang

2. Motilitas individu

Beberapa langkah yang dilakukan untuk menganalisis motilitas individu yaitu:

- Siapkan gelas objek yang telah dihangatkan dan ditutup dengan cover glas

- Ambil semen yang ada pada tabung penampung menggunakan pipet

- Semen yang ada pada pipet disimpan pada praparat

- Kemudian simpan praparat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10

- Setelah itu lihatlah pergerakan spermatozoa


Gerakan massa sperma dapat diketahui dengan mengamati di bawah

mikroskop dengan pembesaran lensa 10 x 10. Semen yang diperoleh memiliki

nilai (++) terlihat gelombang-gelombang kecil tipis, jarang, kurang

jelas, dan bergerak lamban.

3. Konsentrasi spermatozoa

Konsentrasi semen dihitung menggunakan pipet haemocytometer.

MenurutToelihere (1982), penilaian konsentrasi permilimeter semen sangat

penting, karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen yang

dipakai sebagai salah satu kriteria kualitas semen. Konsentrasi sperma

(juta/mm³) dihitung dengan cara sebagai berikut (Toelihere, 1982):

400 200
konsentrasi spermatozoa = y x x
800 0 ,1 mm 3

= 643 x 5 x 2.000 mm3

=643 x 5 x 10.000 mm3

=643 x 10.000.000 ml

643 107 / 6,43 x 108 / 6,43 x 109

4. Menghitung viabilitas

Cara mrnghitung viabilitas dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase spermatozoa hidup = Jumlah Spermatoza Hidup × 100%

Spermatozoa Yang Diamati

179
%SPH¿ X 100 %
200

= 89,5 %

5. Menghitung abnormalitas
Menurut Toelihere (1985), mengklasifikasikan abnormalitas dalam

abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer meliputi kepala yang

terlampau besar (macrocephalic), kepala terlampau kecil (microcephalic),

kepala pendek melebar,pipih memanjang, priformis, kepala rangkap, dan ekor

ganda. Menurut Toelihere

(1982), persentase abnormalitas sperma (%) dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut:

9
AB ¿ X 100 %
200

AB = 4,5 %

H. Kesimpulan Hasil Praktikum

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas

Timor. Semen kambing yang digunakan berasal dari ternak kambing kacang pejantan

yang berumur 2 tahun. Penampungan semen dilakukan pada pagi hari. Setelah ditampung

semen langsung dibawah ke laboratorium untuk dievaluasi kualitasnya. Evaluasi semen

secara makroskopis dan mikroskopis tujuan agar mengetahui kualitas semen. Hasil

evaluasi menunjukkan kualitas kualitas semen baik dan layak untuk digunakan. Hasil

evaluasi semen segar setelah penampugan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 evaluasi secara makroskopis dan secara mikroskopis

No Kualitas semen Penilaian

1 Volume 0,1 ml

2 Warna Putih krem


3 Bau Amis, khas semen kambing

4 Kekentalan/konsistensi Kental

5 Ph 6,4

6 Mitilitas massa (+++)

7 Motilitas individu 85-90 %

8 Spermatozoa hidup 89,5%

9 Abnormalitas spermatozoa 4,5%

10 Konsentrasi spermatozoa 6,43 X 109

I. Saran hasil Praktikum

Sesuai dengan praktikum yang dilakukan penanganan semen kambing setelah

ditampung harus segera di evaluasi karena daya tahan spermatozoa yang sangat rentan

dengan suhu panas bisa menimbulkan banyak mortalitas spermatozoa


LAMPIRAN

Gambar I semen kambing kacang Gambar 2 penjelasan tentang semen

Gambar 3 alat dan bahan Gambar 4 foto bersama


DAFTAR PUSTAKA

Ditjennak, 2014.

Statistik Peternakan 2014.Direktorat Jenderal Peternakan.

Tiven, N. C. (2019). Potensi Pengembangan Peternakan Kambing Di Kabupaten Kepulauan

Aru Provinsi Maluku. Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 19(1), 10.

https://doi.org/10.24198/jit.v19i1.20070

Riyadhi, M., Rizal, M., & Wahdi, A. (2017). Diseminasi teknologi inseminasi buatan

menggunakan semen kambing peranakan etawa (PE) dengan pengencer air kelapa

muda dan kuning telur di Kecamatan Bati Bati Kabupaten Tanah Laut Kalimantan

Selatan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 125–130.

Bintara, S. (2011). Rasio Spermatozoa X: Y dan Kualitas Sperma pada Kambing Kacang dan

Peranakan Ettawa. 9(September), 65–71

Boer Indonesia.2008. Tujuh Plasma Nutfa Kambing (Hasbi et al., 2018) Lokal In-donesia

Chang C, lee So, Wang RS, Yes S, Chang TM. 2013. Andogen Receptor (AR)

Physiological Roles In Male And Famale Reproductive Systems: Lessons Learned

From (AR) -Knockout Mice Lacking AR In Selective Cells. Biol Reprod. 89:1-16

Mastika, I. M., Budiasa, I. K. M., & Nuriyasa, M. (2012). Peran Pepohonan Dalam

Peningkatan Produksi Ternak Ruminansia: Pendekatan Ilmiah. Pastura: Journal of

Tropical Forage Science, 2(2), 88–92.

Sajjaad M, Ali, S, A. A. N. U. N. (2007). Effect Of Gonadotropin Releasing Hormone On

Semen. Pakistan, 27(3), 153–154

Azawi, O. I. (2012). Effect of Gonadotropin Releasing Hormone Treatment on Semen

Characteristics and Enzymatic Activities of Awassi Rams in Breeding and Non

Breeding Seasons. 2, 13–19.

Toelihere, M.R.,T.L. Yusuf, B. Purwantara, dan P. Situmorang. 2003.


Karakteristik penampilan reproduksi pejantan Domba Garut. Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner 8 (2):134--140.

Anda mungkin juga menyukai