ACARA 1
BIOLOGI LAKTASI
Oleh :
Nama : Nanda Odhi Baskoro
NIM : D1A019058
Kelompok : 3B
Asisten : Mia Rahmawati
Anatomi atau ilmu urai mempelajari susunan tubuh dan hubungan bagian
bagiannya satu sama lainnya. Anatomi regional memepelajari letak geografis bagian
tubuh. Setiap region atau daerah, misalnya lengan, tungksi, kepala, dada, dan seterusnya
terdiri atas sejumlah struktur atau susunan yang umum didapati pada semua region.
Struktur meliputi tulang, otot, saraf, pembuluh darah, dan seterusnya. Dengan dasar
penelaahan seperti itu dijumpai sejumlah system jaringan yang berbeda beda.
Memepelajari letak dan hubungan satu bagian tubuh tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan terhadap fungsi setiap struktur dan sistem jaringannya. Fisiologi
memepelajari fungsi atau cara kerja tubuh dalam keadaan normal. Ilmu ini sangat erat
kaitannya dengan penegtahuan tentang semua makhluk hidup yang tercangkup dalam
ilmu biologi. Selain itu, ilmu ini juga berhubungan erat dengan tugas ahli sitology yang
memepelajari detail struktur dan ahli biokimia yang berurusan dengan perubahan kimiawi
dan kegiatan sel serta menyelidiki proses kimia jasad hidup dan serbakompleks. Juga
berhubungan erat dengan ilmu alam, yang memepelajari reaksi fisik dan gerakan gerakan
yang tejadi di tubuh. Tubuh Terbentuk atas banyak jarngan dan Organ yang masing
masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Sel adalah unit atau unsur terkecil tubuh yang
dimiliki semua bagian. Sel disesuaikan dengan Tugas dan fungsinya, atau dengan jaringan
tepat sel itu berada. (Pearce, 2016).
Sel yang selama ini dikenal sebagai unit terkecil dari organisasi tubuh makhluk
hidup, merupakan bagian penting dalam perkembangan pembelajaran biologi khususnya
terkait dengan organisme. Sebagai unit terkecil, maka sel mewakili sistem kehidupan
dengan adanya DNA dan organel-organel di dalamnya sehingga mampu melaksanakan
program kehidupan itu sendiri. Karena sel mampu melaksanakan sistem kehidupan maka
sel memiliki sifat otonom dan mampu berkembang apabila dikulturkan dengan media
yang sesuai untuk menunjang kehidupannya. Dari organisme multiseluler, apabila diambil
beberapa sel dan diletakkan dalam media cair yang tidak terhubung satu sama lain, maka
sel-sel tersebut tidak akan mampu berkembang secara mitosis. Tetapi apabila sel-sel
tersebut dikuturkan pada tempat yang sempit dan terbatas (petridish) dengan
dipenuhinya materi untuk hidup, maka sel-sel tersebut akan mampu berkembang biak
secara mitosis. Hal tersebut menunjukkan bahwa sel-sel yang dikulturkan dan
berkembangbiak dengan mitosis membutuhkan koordinasi dan saling terhubung sehingga
mewakili konsep interaksi sosial antar sesamanya. Dengan demikian sel dapat tersusun
berkelompok dan berdiferensiasi menjadi banyak jenis jaringan yang akan berkoordinasi
membentuk organ. Organ-organ tertentu akan membentuk sistem organ dan akhirnya
beberapa sistem organ secara bersama membentuk organismemultiseluler. (Lukitasari,
2015).
Susu harus memasok enegi, asam amino, Mineral, Vitamin, dan beberapa
komponen antibodi untuk metabolisme, pertumbuhan yang baik bagi anak mamalia.
Sintesis Protein memerlukan bahan utama untuk menjalankan sintesis Seperti
ketersediaan Asam amino dan pasokan energi yang besar. Sintesis Protein dan
pergantiannya memiliki kebutuhan akan energy yang tinggi, Transpor ion merupakan
salah satu dari proses yang paing tinggi dalam kebutuhan energi didalam sel. Kebutuhan
yang besar ini dibuktikan dari pengurangan sintesis protein dan transport ion selama
interval anoksia, selain itu juga pengurangan dari protein secara keseluruhan sebagai
akibat dari pembatasan kalori. Pada mamalia, penggunaan energi dasar untuk transpor
ion diperkirakan mejadi 30-40 % dan untuk sintesis protein ulang adalah 9-12 %.
Terdapat 3 fungsi utama dalam sintesis susu, Pertama, Perombakan substrat untuk
dijadikan energi oleh mitokondria. Kedua, Sintesis Komponen penyusun susu seperti
Lipid, Kasein, Laktosa yang memerlukan substrat, enzim dan pengaruh lingkungan.
Ketiga, pengaturan bahan non Sintesis Susu seperti Air, Vitamin, dan Mineral. (Faraz,
2019).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil
III.1.1. Anatomi dan Fisiologi Ambing
Tabel 1. Hasil Pengukuran Ambing dan Data Sapi perah
Panjang Ambing 40,5 cm
Lebar Ambing 33,7 cm
Kedalaman Ambing 27,3 cm
Panjang Putting 9,1 cm
III.2. Pembahasan
III.2.1. Anatomi dan Fisiologi Ambing
Sapi Sebagai Ternak Penghasil Susu memiliki Organ atau Bagian khusus
untuk memproduksinya, Bagian tersebut Dinamakan sebagai Kelenjar susu atau
umumnya Disebut sebagai Ambing. Menurut Pribadiningtyas et al., (2012) Kelenjar
ambing merupakan ciri khusus pada tipe perah yang dapat mempengaruhi
produktivitas sapi dalam menghasilkan susu. Selain Ternak Sapi, Organ Ambing
dijumpai pada Hewan Ruminansia lainnya Seperti Kerbau, Kambing, Domba, Kuda,
Rusa dan lainnya. Secara umum Ambing mamalia Ruminansia memiliki Anatomi
dan Fisiologi yang sama. Bagian Internal Ambing Kelenjar Ambing dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu Lobus sebagai tempat sekresi susu, Milk Ductus Sebagai
saluran, Gland Cistern sebagai kapasitas susu sementara (400 ml) yang terhubung
dengan Teat Cistern sebagai lanjutannya (30-40 ml), Teat Canal dan Teat Sphincer
sebagai Klep susu, Furstenberg’ Rosette sebagai Anti bakteriostatik yang
mengandung Lemak dan Keratin, dan yang terakhir adalah Teat Meatus sebagai
Lubang Keluar susu. Bentuk dan Ukuran Ambing mencerminkan kemampuan
Ternak sapi dalam Produksi susu. Menurut Menurut Weng et al. (2017) anatomi
serta bentuk dan ukuran ambing berkaitan dengan sel sekretori yang ada
didalamnya sehingga dapat mempengaruhi produksi susu sapi, susu disekresikan
oleh unit-unit sekretoris individual yang bentuknya menyerupai buah anggur dan
disebut alveolus, sel-sel epitel menyerap zat-zat dari dalam darah dan
mensintesisnya menjadi susu.
Berdasarkan Praktikum Pengukuran Ambing sapi, didapatkan data sebagai
berikut yaitu Panjang Ambing sebesar 40,5 cm, Lebar Ambing sebesar 33,7 cm,
dan Kedalaman Ambing sebesar 27,3 cm, sedangkan Pegukuran Puting Ambing
mendapatkan data sebagai berikut yaitu, Panjang Puting sebesar 9,1 cm dan
Diameter Puting sebesar 4,20 cm. Selain Ukuran, data tambahan yang didapatkan
adalah Sapi perah yang diukur sedang dalam periode laktasi ke-3 dan kemampuan
Produksi susu/hari nya adalah 5 liter/hari. Hasil ini jika dibandingkan Penelitian
Solechah et al (2019) yang mendapatkan data sapi perah dengan ukuran
kedalaman ambing sebesar 29,15 cm, dengan panjang ambing 44,75 cm, dan lebar
ambing sebesar 36,72 cm. Kedalaman ambing depan, lebar ambing belakang, jarak
antar puting belakang, jarak antar puting depan belakang (kanan) serta jarak antar
puting depan belakang (kiri) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
produksi susu. Tidak semua ukuran-ukuran ambing atau morfologi ambing
berpengaruh terhadap produksi susu. (Solechah et al, 2019). Sapi perah dengan
ukuran tersebut memproduksi susu Sebesar 11,50 liter/hari. Menurut Novianti et
al. (2013) sapi Friesian Holstein yang dipelihara di daerah tropis dapat berproduksi
9 - 12 liter per hari. Perbedaan produaksi susu sapi dapat disebabkan oleh faktor
genetik, kondisi kesehatan ternak, ukuran tubuh dan kapasitas ambing yang
berbeda-beda dan pakan serta manajemen pemeliharaannya.
Secara Fisiologis, kelenjar Ambing sapi yang menghasilkan susu merupakan
hasil Perombakan Nutrien Nutrien Darah menjadi komponen penyusun susu yanag
terdapat pada Susu. Perombakan ini dilakukan oleh jaringan Jaringan Ambing atau
Sel sel Ambing. Susu diproduksi oleh Kelenjar Ambing memerlukan Komponen
Penyusun Susu yang Berasal dari Pakan yang dimakan oleh Sapi Perah. Menurut
Solechah et al (2019) Produksi susu dipengaruhi oleh kualitas pakan yang
diberikan, pemberian konsentrat pada sapi perah dapat meningkatkan kadar
protein susu. Dalam pembentukan komponen susu, Nutrien diserap oleh
komponen ambing atau jaringan ikat yang disebut oleh Alveolus. Kumpulan dari
beberapa Alveolus disebut sebagai Alveoli yang kemudian kumpulan kumpulan
Alveoli disebut dengan Lobulus dan pada tingkat selajutnya disebut dengan Lobus.
Alveolus memiliki 3 bagian Lumen sebagai Penyimpan, sel epitel sebagai unit dasar
sekresi susu, dan sel mioepitel yang berperan dalam Milk Let Down. Anatomi dan
Fisiologi Ambing memiliki kaita erat terhadap penampilan dan komponen dalam
memproduksi susu.
IV.2. Saran
1. Perhatikan dan cermati lagi Ketika Memahami Materi Praktikum
2. Perbanyak lagi Bahan Literatur untuk dimasukkan kedalam Laporan
3. Perbaiki lagi dalam Pembuatan Format Laporan Praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Adriani dan Suparjo. 2012. Volume ambing dan bobot badan anak kambing Peranakan
Etawah sebagai respon pemberian FSH dan PMSG. J. Penelitian Universitas Jambi
Seri Sains. 14 (2): 35-42
Faraz, A. (2019). Milk Biosynthesis. Society of Crop an Animal Production. Vol. 4 no. 3
Kuczaj, M. 2003. Analysis of changes in udder size of high-yielding cows in subsequent
lactations with regard to mastitis. Polish agricultural universities Journal. 6(1): 1-
9.
Lukitasari, Marheny (2015). Biologi Sel. Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-
495-760-8.
Novianti, J., Purwanto, B.P., Atabani, A., 2013. Respon fisiologis dan produksi susu sapi
perah FH pada pemberian rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan
ukuran pemotongan yang berbeda. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
1(3): 138-146.
Paul, A. A., & Southgate, D. A. T. (1978). McCance and Widdowson's the composition of
foods. HM Stationery Office, London..
Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Pribadiningtyas, P. A., Suprayogi, T.H., Sambodho, P., 2012. Hubungan antara bobot
badan, volume ambing terhadap produksi susu kambing perah laktasi Peranakan
Etawa. J. Anim. Agric. 1(1): 99-105.
Solechah, D. W., Harjanti, D. W., & Hartanto, R. (2019). Hubungan antara Morfologi
Ambing, Produksi Susu dan Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein. Jurnal
Agripet, 19(2), 91-98.
Utari, F. D., Prasetiyono, B. W. H. E., & Muktiani, A. (2012). Kualitas susu kambing perah
peranakan ettawa yang diberi suplementasi protein terproteksi dalam wafer
pakan komplit berbasis limbah agroindustri. Animal Agriculture Journal, 1(1),
427-441.
Vorbach, C., Scriven, A., & Capecchi, M. R. (2002). The housekeeping gene xanthine
oxidoreductase is necessary for milk fat droplet enveloping and secretion: gene
sharing in the lactating mammary gland. Genes & development, 16(24), 3223-
3235.
Wangdi, J., T. Zangmo, K. Karma, M. Mindu & P. Bhujel. 2016. Compositional qualty of
cow’s milk and its seasonal variations in Bhutan. LRRD 28(1): #2
Weng, X., Monteiro, A.P.A., Guo, J., Ahmed, B.M.S., Bernard, J.K., Tomlinson, D.J., Defrain,
J.M., 2017. Repeated mammary tissue collections during lactation do not alter
subsequent milk yield or composition. J. Dairy. Sci. 100: 8422- 8425