Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA 1
BIOLOGI LAKTASI

Oleh :
Nama : Nanda Odhi Baskoro
NIM : D1A019058
Kelompok : 3B
Asisten : Mia Rahmawati

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Sapi Perah telah menjadi salah satu jenis ternak yang menghasilkan produk
pangan yang memiliki Nutrisi yang paling baik bagi manusia yaitu Susu. Produk Pangan
ini telah menjadi Komoditi pokok yang sangat diminati diseluruh dunia. Manusia
tercatat telah mengosumsi susu tidak lama setelah manusia sudah bisa
mendomestikasikan Sapi sapi liar di alam. secara Umum, Susu adalah Cairan berwarna
Putih yang berasal dari Kelenjar susu Hewan Mamalia. Susu pada Hewan mamalia
biasanya dikonsumsi oleh bayi mamalia yang baru lahir untuk mencukupi gizinya
sebelum memakan makanan yang sebenarnya. Manusia memanfaatkan produksi susu
yang lebih dari induk sapi untuk dikonsumsi oleh manusia itu sendiri yag kemudian
dilakukan secara terus menerus hingga menjadi kebiasaan.
Susu secara alamiah sangat bermanfaat dalam perkembangan dan
pertumbuhan makhluk hidup, oleh karena itu susu menjadi produk pangan asal ternak
yang mempunyai peminatan yang banyak. Peminatan susu dari seluruh dunia selalu
harus terpenuhi oleh tiap negara untuk membantu kecukupa nutrisi warga negaranya.
Mengosumsi susu telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat. Produk susu yang
beredar dimasyarakat bisa dibagi menjadi Susu murni (whole milk), susu kurang lemak
(reduced fat milk), susu rendah lemak (low fat milk), dan susu bebas lemak (free-fat
Milk) atau Susu Skim. Selain dikonsumsi langsung, Susu juga diolah menjadi produk
seperti Yogurt, Keju, Kefir, Mentega, Es krim, dan juga dimasukkan kedalam olahan kue
atau masakan. Kualitas susu bisa dilihat lewat beberapa faktor seperti rasa, bau, berat
jenis, kekentalan, titik beku, titik didih, dan tingkat keasaman.
Susu dihasilkan oleh kelenjar susu yang hanya dimiliki oleh hewan mamalia
betina pada periode tertentu setelah melahirkan anak. Sapi menjadi hewan mamalia
atau ternak yang sangat popular untuk menghasilakan susu dikarenakan karena
jumlahnya yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis mamalia atau ternak lainnya.
Walaupun demikian sebenarnya masih ada ternak lain yang bisa diambil susunya yaitu
Kambing, Domba, atau Kuda. Secara spesisfik susu dihasilkan oleh Ambing yang
berfungsi setelah melahirkan. Pada umumnya Ambing pada mamalia memiliki Anatomi
dan Fisiologi yang sama dalam menghasilkan Susu. Ilmu dalam memahami bagaimana
susu diproduksi dinamakan Biologi Laktasi. Ilmu ini mempelajari Semua mekanisme
bagaimana Susu diproduksi oleh Sapi atau mamalia beranak lainnya. Biologi Laktasi
mencangkup Anatomi Organ Penghasil susu, Fisiologi Organ dalam menghasilkan Susu,
Pengamatan tingkat Sel bagaimana sel sel organ tersebut meghasilkan susu, dan
Secara Molekul bagaimana Molekul dari darah dirombak menjadi Molekul Nutrisi
Penyusun Susu. Pemahaman dalam Organ penghasil susu atau Kelenjar susu ini dapat
mengantarkan dalam Pemahaman untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan
melimpah Melalui manajemen yang didasarkan pada Pengetahuan ini

I.2. Waktu dan Tempat


Praktikum Acara Biologi Laktasi akan dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Maret
2021 pukul 14.00 WIB di Platform WhatsApp Group (WAG) dan Praktikum Mandiri
dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Maret 2021 Pukul 09.40 WIB yang bertempat di
Experimental Farm (Exfarm) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto
II. TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi atau ilmu urai mempelajari susunan tubuh dan hubungan bagian
bagiannya satu sama lainnya. Anatomi regional memepelajari letak geografis bagian
tubuh. Setiap region atau daerah, misalnya lengan, tungksi, kepala, dada, dan seterusnya
terdiri atas sejumlah struktur atau susunan yang umum didapati pada semua region.
Struktur meliputi tulang, otot, saraf, pembuluh darah, dan seterusnya. Dengan dasar
penelaahan seperti itu dijumpai sejumlah system jaringan yang berbeda beda.
Memepelajari letak dan hubungan satu bagian tubuh tidak dapat dipisahkan dari
pengamatan terhadap fungsi setiap struktur dan sistem jaringannya. Fisiologi
memepelajari fungsi atau cara kerja tubuh dalam keadaan normal. Ilmu ini sangat erat
kaitannya dengan penegtahuan tentang semua makhluk hidup yang tercangkup dalam
ilmu biologi. Selain itu, ilmu ini juga berhubungan erat dengan tugas ahli sitology yang
memepelajari detail struktur dan ahli biokimia yang berurusan dengan perubahan kimiawi
dan kegiatan sel serta menyelidiki proses kimia jasad hidup dan serbakompleks. Juga
berhubungan erat dengan ilmu alam, yang memepelajari reaksi fisik dan gerakan gerakan
yang tejadi di tubuh. Tubuh Terbentuk atas banyak jarngan dan Organ yang masing
masing memiliki tugas dan fungsi khusus. Sel adalah unit atau unsur terkecil tubuh yang
dimiliki semua bagian. Sel disesuaikan dengan Tugas dan fungsinya, atau dengan jaringan
tepat sel itu berada. (Pearce, 2016).
Sel yang selama ini dikenal sebagai unit terkecil dari organisasi tubuh makhluk
hidup, merupakan bagian penting dalam perkembangan pembelajaran biologi khususnya
terkait dengan organisme. Sebagai unit terkecil, maka sel mewakili sistem kehidupan
dengan adanya DNA dan organel-organel di dalamnya sehingga mampu melaksanakan
program kehidupan itu sendiri. Karena sel mampu melaksanakan sistem kehidupan maka
sel memiliki sifat otonom dan mampu berkembang apabila dikulturkan dengan media
yang sesuai untuk menunjang kehidupannya. Dari organisme multiseluler, apabila diambil
beberapa sel dan diletakkan dalam media cair yang tidak terhubung satu sama lain, maka
sel-sel tersebut tidak akan mampu berkembang secara mitosis. Tetapi apabila sel-sel
tersebut dikuturkan pada tempat yang sempit dan terbatas (petridish) dengan
dipenuhinya materi untuk hidup, maka sel-sel tersebut akan mampu berkembang biak
secara mitosis. Hal tersebut menunjukkan bahwa sel-sel yang dikulturkan dan
berkembangbiak dengan mitosis membutuhkan koordinasi dan saling terhubung sehingga
mewakili konsep interaksi sosial antar sesamanya. Dengan demikian sel dapat tersusun
berkelompok dan berdiferensiasi menjadi banyak jenis jaringan yang akan berkoordinasi
membentuk organ. Organ-organ tertentu akan membentuk sistem organ dan akhirnya
beberapa sistem organ secara bersama membentuk organismemultiseluler. (Lukitasari,
2015).
Susu harus memasok enegi, asam amino, Mineral, Vitamin, dan beberapa
komponen antibodi untuk metabolisme, pertumbuhan yang baik bagi anak mamalia.
Sintesis Protein memerlukan bahan utama untuk menjalankan sintesis Seperti
ketersediaan Asam amino dan pasokan energi yang besar. Sintesis Protein dan
pergantiannya memiliki kebutuhan akan energy yang tinggi, Transpor ion merupakan
salah satu dari proses yang paing tinggi dalam kebutuhan energi didalam sel. Kebutuhan
yang besar ini dibuktikan dari pengurangan sintesis protein dan transport ion selama
interval anoksia, selain itu juga pengurangan dari protein secara keseluruhan sebagai
akibat dari pembatasan kalori. Pada mamalia, penggunaan energi dasar untuk transpor
ion diperkirakan mejadi 30-40 % dan untuk sintesis protein ulang adalah 9-12 %.
Terdapat 3 fungsi utama dalam sintesis susu, Pertama, Perombakan substrat untuk
dijadikan energi oleh mitokondria. Kedua, Sintesis Komponen penyusun susu seperti
Lipid, Kasein, Laktosa yang memerlukan substrat, enzim dan pengaruh lingkungan.
Ketiga, pengaturan bahan non Sintesis Susu seperti Air, Vitamin, dan Mineral. (Faraz,
2019).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1. Hasil
III.1.1. Anatomi dan Fisiologi Ambing
Tabel 1. Hasil Pengukuran Ambing dan Data Sapi perah
Panjang Ambing 40,5 cm
Lebar Ambing 33,7 cm
Kedalaman Ambing 27,3 cm
Panjang Putting 9,1 cm

Diameter Putting 4,20 cm

Tabel 2. Fisiologi Sapi Perah


Nama Ternak Saras 008
Laktasi Ke- Ke-3
Produksi Susu 5 Liter/hari

III.1.2. Sitologi Ambing


Gambar 1. Sel Ambing Sapi
III.1.3. Biosintesa Susu
Gambar 2. Proses Biosintesis Susu

III.2. Pembahasan
III.2.1. Anatomi dan Fisiologi Ambing
Sapi Sebagai Ternak Penghasil Susu memiliki Organ atau Bagian khusus
untuk memproduksinya, Bagian tersebut Dinamakan sebagai Kelenjar susu atau
umumnya Disebut sebagai Ambing. Menurut Pribadiningtyas et al., (2012) Kelenjar
ambing merupakan ciri khusus pada tipe perah yang dapat mempengaruhi
produktivitas sapi dalam menghasilkan susu. Selain Ternak Sapi, Organ Ambing
dijumpai pada Hewan Ruminansia lainnya Seperti Kerbau, Kambing, Domba, Kuda,
Rusa dan lainnya. Secara umum Ambing mamalia Ruminansia memiliki Anatomi
dan Fisiologi yang sama. Bagian Internal Ambing Kelenjar Ambing dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu Lobus sebagai tempat sekresi susu, Milk Ductus Sebagai
saluran, Gland Cistern sebagai kapasitas susu sementara (400 ml) yang terhubung
dengan Teat Cistern sebagai lanjutannya (30-40 ml), Teat Canal dan Teat Sphincer
sebagai Klep susu, Furstenberg’ Rosette sebagai Anti bakteriostatik yang
mengandung Lemak dan Keratin, dan yang terakhir adalah Teat Meatus sebagai
Lubang Keluar susu. Bentuk dan Ukuran Ambing mencerminkan kemampuan
Ternak sapi dalam Produksi susu. Menurut Menurut Weng et al. (2017) anatomi
serta bentuk dan ukuran ambing berkaitan dengan sel sekretori yang ada
didalamnya sehingga dapat mempengaruhi produksi susu sapi, susu disekresikan
oleh unit-unit sekretoris individual yang bentuknya menyerupai buah anggur dan
disebut alveolus, sel-sel epitel menyerap zat-zat dari dalam darah dan
mensintesisnya menjadi susu.
Berdasarkan Praktikum Pengukuran Ambing sapi, didapatkan data sebagai
berikut yaitu Panjang Ambing sebesar 40,5 cm, Lebar Ambing sebesar 33,7 cm,
dan Kedalaman Ambing sebesar 27,3 cm, sedangkan Pegukuran Puting Ambing
mendapatkan data sebagai berikut yaitu, Panjang Puting sebesar 9,1 cm dan
Diameter Puting sebesar 4,20 cm. Selain Ukuran, data tambahan yang didapatkan
adalah Sapi perah yang diukur sedang dalam periode laktasi ke-3 dan kemampuan
Produksi susu/hari nya adalah 5 liter/hari. Hasil ini jika dibandingkan Penelitian
Solechah et al (2019) yang mendapatkan data sapi perah dengan ukuran
kedalaman ambing sebesar 29,15 cm, dengan panjang ambing 44,75 cm, dan lebar
ambing sebesar 36,72 cm. Kedalaman ambing depan, lebar ambing belakang, jarak
antar puting belakang, jarak antar puting depan belakang (kanan) serta jarak antar
puting depan belakang (kiri) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
produksi susu. Tidak semua ukuran-ukuran ambing atau morfologi ambing
berpengaruh terhadap produksi susu. (Solechah et al, 2019). Sapi perah dengan
ukuran tersebut memproduksi susu Sebesar 11,50 liter/hari. Menurut Novianti et
al. (2013) sapi Friesian Holstein yang dipelihara di daerah tropis dapat berproduksi
9 - 12 liter per hari. Perbedaan produaksi susu sapi dapat disebabkan oleh faktor
genetik, kondisi kesehatan ternak, ukuran tubuh dan kapasitas ambing yang
berbeda-beda dan pakan serta manajemen pemeliharaannya.
Secara Fisiologis, kelenjar Ambing sapi yang menghasilkan susu merupakan
hasil Perombakan Nutrien Nutrien Darah menjadi komponen penyusun susu yanag
terdapat pada Susu. Perombakan ini dilakukan oleh jaringan Jaringan Ambing atau
Sel sel Ambing. Susu diproduksi oleh Kelenjar Ambing memerlukan Komponen
Penyusun Susu yang Berasal dari Pakan yang dimakan oleh Sapi Perah. Menurut
Solechah et al (2019) Produksi susu dipengaruhi oleh kualitas pakan yang
diberikan, pemberian konsentrat pada sapi perah dapat meningkatkan kadar
protein susu. Dalam pembentukan komponen susu, Nutrien diserap oleh
komponen ambing atau jaringan ikat yang disebut oleh Alveolus. Kumpulan dari
beberapa Alveolus disebut sebagai Alveoli yang kemudian kumpulan kumpulan
Alveoli disebut dengan Lobulus dan pada tingkat selajutnya disebut dengan Lobus.
Alveolus memiliki 3 bagian Lumen sebagai Penyimpan, sel epitel sebagai unit dasar
sekresi susu, dan sel mioepitel yang berperan dalam Milk Let Down. Anatomi dan
Fisiologi Ambing memiliki kaita erat terhadap penampilan dan komponen dalam
memproduksi susu.

III.2.2. Sitologi Ambing


Kelenjar Ambing terdiri atas jaringan jaringan Epitel dan Sel yang berperan
dalam Perombakan Nutrien yang dibawa oleh darah untuk diubah menjadi
Komponen komponen Susu. Penapilan Ambing atau Ukuran ambing
mempresentasikan jaringan epitel yang besar atau jumlah Sel yang banyak.
Menurut Pribadiningtyas et al. (2012) ambing yang panjang dan dalam memiliki
jumlah selsel sekretorik di dalamnya juga akan semakin banyak untuk mensintesis
susu yang dibentuk oleh sel epitel dalam lumen alveoli. Jarinangan Epitel atau Sel
tersebut tumbuh pada bagian ambing yang berperan dalam menghasilkan atau
menampung Susu yang diproduksi. Sehingga, Ukuran ambing bisa
mempresentasikan kapasitas dan produksi susu. Solechah et al (2019)
Menambahkan susu dibentuk oleh sel epitel dalam lumen alveoli. Perbedaan
ukuran ambing pada sapi tipe perah dapat terjadi karena perbedaan tingkat
pertumbuhan pada bagian-bagian tubuhnya. Sel Sel didalam kelenjar ambing
memiliki Kerja yang sama dengan Sel sel didalam Organ lainnya yang merombak
nutrien menjadi energi atau Komponen lainnya.
Pengamatan Sel Ambing menggunakan Mikroskop menampilkan
Penampang Sel Ambing yang memeperlihatkan bulatan bulatan Sel. Sebelumnya
untuk melakukan pengamatan, Sampel Kelenjar Ambing diambil dari Marmut yang
dianggap memiliki Anatomi Ambing yang hampir sama seperti pada mamalia pada
umumnya. Pada Pengamatan Sel Ambing trlihat Bulatan Bulatan yang saling
menempel seperti membentuk jaringan. Sel Sel tersebut yang Melakukan
Pertumbuhan dan Metabolisme dalam menghasilkan susu. Sel Sel didalam Ambing
tersebut Tumbuh dan Berkembang ketika sebelum terjadinya partus.
Penggandaan Sel di jaringan Epitel memperlihatkan Pertumbuhan pada ukuran
Ambing. Hal ini dipengaruhi Oleh Hormon yang diproduksi Hipotalamus. Menurut
Adriani dan Suparjo (2012) hormon mammogenik seperti progesteron dan
esterogen mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ambing, dengan
banyaknya sel kelenjar ambing yang tumbuh dan berkembang maka jumlah sel
yang siap memproduksi susu juga banyak.
Sel Sel mengandung beberapa komponen yang dinamakan Organel. Seperti
pada Sel dibagian Organ yang lainnya, Sel yang terdaapat di Ambing dibagi
menjadi Beberapa bagian yaitu, Membran Plasma yang merupakan Lapisan
Semipermiabel, Komponen seperti Lemak dan Protein yang akan dirombak akan
melewati Membran Plasma, Pembagian Membran Plasma dibagi menjadi
membran Apikal atau Bagian dalam dan Membran Basal atau bagian Luar. Inti sel,
Sebagai Pusat Kontrol Aktivitas Sel yang terdiri Atas Selaput, Sitonukleus, dan
Nukleolus. Sitoplasma yang merupakan Cairan sel yang terdiri Dari Sitosol dan
Sitoskeleton. Ribosom, Sebagai tempat Sintesis Protein untuk komponen Susu,
tidak bermembran dan padat kecil dan menempel pada Retikulum Endoplasma
Kasar. Retikulum Endoplasma yang dibagi menjadi Retikulum Endoplasma Kasar
sebagai tempat Ribosom menempel dan Retikulum Endoplasma Halus yang
sebagai Tempat Sintesis Lemak untuk komponen Susu. Pembentukan Lemak
dibantu oleh sebuah enzim xanthine oksida yang diproduksi oleh reticulum
endoplasma halus. Seperti yang dijelaskan Utari et al (2012) bahwa Kadar lemak
bergantung pada konsesntrasi enzim xanthine oxidase yang dihasilkan oleh
organel sel retikulum endoplasma. Badan Golgi sebagai Tempat Sintesis laktosa
dan Penyimpanan Protein sementara yang berasal dari Ribosom, memiliki bentuk
Bertumpuk tumpuk seperti kantung pipih. Paul dan Southgate (1978) menjelaskan
Sintesis laktosa terjadi di apparatus golgi pada sel sekretoris kelenjar ambing.
Sebanyak 80% glukosa plasma digunakan untuk sintesis laktosa, yang mana 50 -
60% diubah menjadi galaktosa terlebih dahulu. Mitokondria yang sebagai
Penghasil Energi Berupa ATP untuk menjalankan proses Sekresi susu. Dan Organel
yang terakhir adalah Lisosom yang merupakan Membran tersusun Penghasil Enzim
Hidrolitik dengan Fungsi menghidrolisis Makromolekul menjadi Unit Penyusunnya.

III.2.3. Biosintesa Susu


Proses Pembentukan Susu dilakukan oleh sel sel didalam jaringan Epitel
didalam Ambing Sapi. Pembentukan Komponen susu dilakukan melewati
Beberapa Jalur pembentukan, yaitu Eksositosis, Pembentukan Lemak, Transpor
Membran apical, Transitosit, dan Paraseluler. Semua jalur akan menggunakan
darah sebagai pengangkut Nutrien yang akan digunakan untuk menyusun
komponen Susu. Pribadiningtyas et al. (2012) menjelaskan bahwa Produksi susu
dipengaruhi oleh jumlah sel skretori di dalam jaringan ambing, aktivitas sel
skretori dalam melakukan sintesis susu dan ketersediaan subtrat untuk disintesa
menjadi susu. Nutrient nutrient tersebut Kemudian masuk kedalam jaringan Epitel
dan disalurkan lagi ke beberapa Organel Organel berdasarkan Komponen susu
yang akan dibentuknya. Pembentukan Komponen susu Pertama dan yang utama
adalah Pembentukan Protein dan Laktosa Lewat jalur eksositosis. Protein pada
jalur eksositosis memerlukan Prekursor Asam Amino, Plasma Protein dan Peptida
yang kemudian akan dirombak dan dibentuk Di Ribosom dan disimpan sementara
di Badan Golgi. Sedangakan pembentukan Laktosa memerlukan Prekursor Glukosa
yang dirombak di Badan Golgi menjadi Galaktosa dan diubah lagi ke Laktosa,
dibungkus oleh Vesikel Secretari dan dibawa ke membran Apikal dan kemudian
Pecah.
Pembentukan Komponen susu Tambahan seperti lemak dan Mineral
dibentuk lewat jalur Pembentukan Lemak dan Transpor Membran Apikal.
Pembentukan lemak memerlukan Prekursor berupa asam asetat, Trigliserida, dan
β Hidroksibutirat yang dirombak di Retikulum Endoplasma Halus menjadi
Fosfolipid dan dibawa ke Membran Apikal yang kemudian akan menjadi Milkfat
Globulin. Pembentukan Lemak dibantu oleh enzim xanthine oxidase. Sehingga
Kadar enzim xanthine oxidase bisa mempengaruhi jumlah komponen lemak pada
susu Ketidakcukupan enzim ini dapat menghambat pelepasan lemak dari apikal
membran epitel sel mamari ke lumen alveolar sehingga kadar lemak susu
berkurang (Vorbach et al., 2002). Pada Transpor Membran Apikal terjadi
Penambahan Komponen komponen seperti Air dan Mikromineral secara
Bersamaan dari membrane Epitel.
Proses Terakhir Biosintesis Susu adalah Pengeluaran komponen komponen
Nutrien yang tidak disintesis oleh Organel seperti Mineral, Imunoglobulin,
Laktalbumin, dan Selulalbumin yang berasal dari Membran Epitel dan Dikeluarkan
Lewat membrane Apikal secara Berurutan. Selanjutnya pada jalur Paraseluler yang
terjadi pada masa Kritis sebelum Partus. Pada Jalur ini, Teat akan terbuka dan
terjadi Penyerapan Besar besaran Nutrienn tang dibawa Oleh darah yang
Kemudian akan Dibentuk menjadi Susu Colostrum. Pada jalur Paraseluler Mineral
seperti Kalsium dan Fosfor juga Diserap lewat alur ini secara Difusi. Mineral di
dalam susu tidak disintesis oleh sel kelenjar ambing, namun berdifusi melalui alur
paraseluler langsung dari darah atau terintegrasi di dalam misel kasein sebagai
chelats (Wangdi et al., 2016).
IV. PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
1. Bentuk dan Ukuran Ambing mencerminkan kemampuan Ternak sapi dalam
Produksi susu.
2. Perbedaan produaksi susu sapi dapat disebabkan oleh faktor genetik,
kondisi kesehatan ternak, ukuran tubuh dan kapasitas ambing yang
berbeda-beda dan pakan serta manajemen pemeliharaannya.
3. Sel Sel didalam kelenjar ambing memiliki Kerja yang sama dengan Sel sel
didalam Organ lainnya yang merombak nutrien menjadi energi atau
Komponen lainnya.
4. Sel Sel di ambing Melakukan Pertumbuhan Metabolisme dalam
menghasilkan susu.
5. Pembentukan Komponen susu dilakukan melewati Beberapa Jalur
pembentukan, yaitu Eksositosis, Pembentukan Lemak, Transpor Membran
apical, Transitosit, dan Paraseluler.
6. Komponen yang tidak disintesis oleh organel menjadi Komponen susu akan
dikeluarkan membrane Apikal secara Berurutan

IV.2. Saran
1. Perhatikan dan cermati lagi Ketika Memahami Materi Praktikum
2. Perbanyak lagi Bahan Literatur untuk dimasukkan kedalam Laporan
3. Perbaiki lagi dalam Pembuatan Format Laporan Praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Adriani dan Suparjo. 2012. Volume ambing dan bobot badan anak kambing Peranakan
Etawah sebagai respon pemberian FSH dan PMSG. J. Penelitian Universitas Jambi
Seri Sains. 14 (2): 35-42
Faraz, A. (2019). Milk Biosynthesis. Society of Crop an Animal Production. Vol. 4 no. 3
Kuczaj, M. 2003. Analysis of changes in udder size of high-yielding cows in subsequent
lactations with regard to mastitis. Polish agricultural universities Journal. 6(1): 1-
9.
Lukitasari, Marheny (2015). Biologi Sel. Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-
495-760-8.
Novianti, J., Purwanto, B.P., Atabani, A., 2013. Respon fisiologis dan produksi susu sapi
perah FH pada pemberian rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan
ukuran pemotongan yang berbeda. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.
1(3): 138-146.
Paul, A. A., & Southgate, D. A. T. (1978). McCance and Widdowson's the composition of
foods. HM Stationery Office, London..
Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Pribadiningtyas, P. A., Suprayogi, T.H., Sambodho, P., 2012. Hubungan antara bobot
badan, volume ambing terhadap produksi susu kambing perah laktasi Peranakan
Etawa. J. Anim. Agric. 1(1): 99-105.
Solechah, D. W., Harjanti, D. W., & Hartanto, R. (2019). Hubungan antara Morfologi
Ambing, Produksi Susu dan Komponen Susu pada Sapi Friesian Holstein. Jurnal
Agripet, 19(2), 91-98.
Utari, F. D., Prasetiyono, B. W. H. E., & Muktiani, A. (2012). Kualitas susu kambing perah
peranakan ettawa yang diberi suplementasi protein terproteksi dalam wafer
pakan komplit berbasis limbah agroindustri. Animal Agriculture Journal, 1(1),
427-441.
Vorbach, C., Scriven, A., & Capecchi, M. R. (2002). The housekeeping gene xanthine
oxidoreductase is necessary for milk fat droplet enveloping and secretion: gene
sharing in the lactating mammary gland. Genes & development, 16(24), 3223-
3235.
Wangdi, J., T. Zangmo, K. Karma, M. Mindu & P. Bhujel. 2016. Compositional qualty of
cow’s milk and its seasonal variations in Bhutan. LRRD 28(1): #2
Weng, X., Monteiro, A.P.A., Guo, J., Ahmed, B.M.S., Bernard, J.K., Tomlinson, D.J., Defrain,
J.M., 2017. Repeated mammary tissue collections during lactation do not alter
subsequent milk yield or composition. J. Dairy. Sci. 100: 8422- 8425

Anda mungkin juga menyukai