Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU PEMULIAAN TERNAK

PENGUKURAN DIMENSI TUBUH TERNAK AYAM

NAMA : HASBURAHMAN WINACHIR


NIM : I011 18 1354
KELOMPOK : XX (DUA PULUH)
GELOMBANG : II (DUA)
ASISTEN : MUH. ALFIAN H.

LABORATORIUM ILMU PEMULIAAN TERNAK


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hewan ternak merupakan hewan yang sengaja dikembangbiakkan untuk

sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan

manusia. Jenis hewan ternak berdasarkan hidupnya digolongkan menjadi tiga yakni

hewan di darat (kambing, sapi, kerbau, kelinci,kuda, dan unggas, yakni ayam dan

bebek), di udara (burung puyuh dan lebah), di air (ikan). Ayam, burung puyuh, dan

bebek dimanfaatkan daging dan telurnya.

Ayam merupakan salah satu ternak unggas yang sudah tidak asing lagi

dikalangan masyarakat. Daging ayam merupakan bahan makanan bergizi tinggi yang

mudah untuk didapat, rasanya enak, teksturnya empuk, baunya tidak terlalu amis

serta harga yang terjangkau oleh semua kalangan masyarakat sehingga disukai

banyak orang dan sering digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan.

Daging ayam yang biasa di konsumsi di Indonesia adalah ayam pedaging (broiler)

dan ayam kampung.

Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak

ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul

dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut. Ayam

kampung merupakan ayam asli Indonesia yang telah lama dipelihara dan ayam

kampung merupakan salah satu anggota dari ayam buras yang sangat potensial di

Indonesia. Ayam kampung dijumpai di semua propinsi dan di berbagai macam iklim

atau daerah. Umumnya ayam kampung banyak dipelihara masyarakat di daerah


pedesaan yang dekat dengan sawah atau hutan. Ayam kampung telah beradaptasi

dengan kondisi lingkungan pemeliharaan yang sederhana (Wibawa dan Rahman,

2015). Hal ini lah yang melatar belakangi pengukuran dimensi tubuh ternak ayam.

Tujuan dan Maksud

Tujuan

Tujuan dari praktikum pemuliaan ternak yaitu agar mahasiswa dapat

mengetahui pengukuran dimensi tubuh ternak, menyebutkan nama dan menjelaskan

fungsi beberapa alat ukur dimensi tubuh ternak, menggunakan alat ukur dimensi

tubuh, menghitung dan menganalisis secara statistik berbagai dimensi tubuh.

Maksud

Maksud dari praktikum pemuliaan ternak yaitu untuk menyebutkan dan

menunjukkan bagian-bagian tubuh ternak yang harus diukur saat mengukur dimensi

tubuh ternak, menyebutkan nama dan menjelaskan fungsi beberapa alat ukur dimensi

tubuh, menghitung dan menganalisis secara statistik berbagai dimensi tubuh ternak

untuk keperluan estimasi sifat karkas dan menduga berat badan ternak berdasarkan

berbagai dimensi tubuh.


TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Ternak Ayam

Populasi ternak meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Ayam

merupakan ternak unggas yang banyak dipelihara dan dibudidayakan baik dalam

skala besar, menengah maupun kecil. Ayam merupakan ternak penghasil daging dan

telur. Produk ternak ini dibutuhkan sebagai sumber protein hewani. Masyarakat

menggemari daging ayam karena selain memiliki rasa yang enak, juga harganya lebih

terjangkau. pada peternakan ayam di Indonesia dapat dibedakan menjadi ayam ras

dan ayam bukan ras (buras) (Erlita, dkk., 2016).

Ayam lokal Indonesia atau dikenal sebagai ayam bukan ras (buras)

merupakan komoditas yang paling banyak dipelihara oleh masyarakat di pedesaan.

Ayam lokal mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia,

karena dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dan sumber protein hewani. Ayam asli

Indonesia mempunyai keragaman sangat besar dan bervariasi dalam warna bulu,

kulit, paruh, bentuk tubuh, penampilan produksi, pertumbuhan, dan reproduksi.

Keragaman tersebut karena sistem pemeliharaan dan perkawinan yang tidak

terkontrol dari generasi ke generasi serta faktor adaptasi lingkungan. Ayam kampung

memiliki variasi terutama pada pola warna bulu (Mariandayani, dkk., 2013).

Sifat Kualitatif dan Kuantitatif

Tahapan karakterisasi ternak yang pertama kali dilakukan adalah dengan

menggunakan karakteristik genetik eksternal. Tahapan ini meliputi sifat kualitatif dan

kuantitatif ternak. Sifat kualitatif adalah sifat yang dapat dideskripsikan dimana
individu-individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau lebih dan

pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain. Sifat kuantitatif adalah sifat yang

dapat diukur, sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak pasangan gen dan sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karakterisasi sumber daya genetik sangat

penting dilakukan. Karakterisasi dapat dilakukan dengan mengamati sifat-sifat

fenotipe pada metabolisme protein darah, karakterisasi molekuler dan karyotipe.

Identifikasi dari karakterisasi merupakan persyaratan awal untuk melakukan

karakterisasi dan pemanfaatan sumber daya genetik (Subekti dan Arlina, 2011).

Sifat kuantitatif adalah ciri dari makhluk hidup yang dapat diukur dan

dihitung. Karakter ini ditentukan oleh banyak pasang gen dan sangat dipengaruhi oleh

lingkungan, sedangkan sifat kualitatif seperti warna, pola warna, sifat bertanduk atau

tidak bertanduk dapat dibedakan tanpa harus mengukurnya. Sifat kualitatif biasanya

hanya dikontrol oleh sepasang gen. Penggunaan ukuran tubuh sebagai ciri sifat

kuantitatif selain untuk menaksir bobot badan dan karkas, dapat juga digunakan untuk

memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa ternak

(Sari, dkk., 2016).

Sifat kuantitatif adalah sifat yang merupakan hasil pengukuran secara

kuantitatif, seperti tinggi tanaman, panjang daun, umur panen, dan diameter bunga

Sifat kuantitatif juga dapat diartikan sifat-sifat produksi dan reproduksi atau sifat

yang dapat diukur, seperti bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh. Ekspresi sifat ini

ditentukan oleh banyak pasangan gen (poligen), baik dalam keadaan homozigot

maupun heterozigot, dan dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu melalui pakan, penyakit

dan pengelolaan, tetapi tidak dapat mempengaruhi genotipe hewan. Sifat kualitatif
merupakan suatu sifat yang dapat diamati atau dideskripsikan secara langsung, dan

individu-individu dapat diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau lebih,

seperti warna bulu, bentuk tanduk, dan bentuk telinga, sedangkan sifat kuantitatif

merupakan sifat yang tidak dapat dikelompokan secara langsung melainkan harus

dilakukan dengan cara penimbangan dan pengukuran pada tubuh ternak, seperti bobot

badan (Wahuni, dkk., 2016).

Analisis Statistik

Mean

Mean diperoleh dari menjumlahkan seluruh nilai dan membaginya dengan

jumlah individu”. Dalam istilah sehari-hari mean disebut nilai rata-rata. Dalam

statistik kerap disebut mean aritmetik dan diberi simbol M. Mean dirumuskan :

X 1+ X +…+ X
X́ = 2 n

Keterangan :

X́ = Nilai rata-rata (Mean)

n = Jumlah data x = Nilai ke-n

Standar Deviasi

Standar deviasi dan varians salah satu teknik yang digunakan untuk

menjelaskan homogenesis kelompok. Varians merupakan jumlah kuadrat semua

deviasi nilainilai individu terhadap rata-rata kelompok. Sedangkan akar dari varians

disebut dengan standar deviasi atau simpangan baku. Standar deviasi dan varians

merupakan variasi data. Semakin kecil nilainya berarti variasi nilai data makin
sama,Jika bernilai 0 maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin besar nilainya

berarti data semakin bervariasi (Miko. W. R., 2017).

Koefisien

Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dengan nilai

rata-rata hitungan suatu distribusi. Koefisien variasi dapat dihitung dengan

persamaan:

S
Kv =
X

Keterangan :

Kv = Koefisien variasi

S = simpangan baku

X = rata-rata

Korelasi

Analisis korelasi adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui ada atau

tidaknya hubungan linear antar variabel. Apabila terdapat hubungan maka perubahan-

perubahan yang terjadi pada salah satu variabel X akan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada variabel lainnya (Y). koefisien korelasi yang dilambangkan (r).

Ketentuan nilai r mempunyai rentang nilai -1 sampai dengan 1, di mana nilai r = -1

adalah korelasi negative sempurna atau korelasi terbalik, nilai r = 0 adalah tidak ada

korelasi dan nilai r = 1 adalah korelasi sempurna (sangat kuat) (Pradnyani, dkk.,

2018).
METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak tentang analisis sifat kualitatif dan

kuantitatif ternak ayam dilaksanakan pada hari Rabu, 11 September 2019, pukul

15.20 WITA sampai selesai yang bertempat di Kandang Ternak Potong, Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Pratikum

Alat yang digunakan pada praktikum analisis sifat kualitatif dan kuantitatif

ternak sapi, kambing, dan ayam yaitu kandang jepit, tali kekang, tongkat ukur, jangka

ukur, pita meteran, jangka sorong, alat tulis dan catatan.

Bahan yang digunakan pada praktikum analisis sifat kualitatif dan kuantitatif

ternak ayam kampung.

Nama Alat Deskripsi Gambar Alat


Meter Pita Ukur Alat ini digunakan untuk

mengukur ayam dan sapi yang

berfungsi untuk

mempermudah dalam

mengukur panjang, lingkaran,

dan lebar dengan

memperhatikan lekukan-
lekukan tubuh karna bersifat

tidak kaku
Jangka Sorong Alat ini digunakan untuk

mengukur ayam.

Keankuratannya dapat

mencapai 0,01 mm yang

berfungsi untuk mengukur

benda yang berukuran kecil

secara akurat.

Tahapan dan Prosedur Kerja

Adapun tahapan prosedur kerja ayam

Alat Ukur Dimensi Tubuh


Jangka Sorong - Panjang Jari Ke-3: panjang jari yang terpanjang dari

pangkal shank/tulang tarsometatarsus.

- Panjang Taji: Sepanjang taji

- Panjang Paruh: jarak dari pangkal paruh sampai ujung

paruh bagian atas.

- Jarak antara Tulang Pubis: jarak antara dua tulang pubis.

- Tinggi jengger: jarak dari pangkal jengger yang melekat

di kepala sampai ujung jengger yang tertinggi.


Pita Ukur - Panjang Shank: sepanjang tulang tarsometatarsus.

- Lingkar Shank: melingkar pada shank kaki kanan di

bagian bawah namun di atas taji.

- Panjang Paha Bawah: jarak dari patella sampai ujung


tulang tibia di perbatasan tulang

tarsometatarsus/perbatasan tulang femur.

- Panjang Paha Atas: jarak dari perbatasan tulang illium

sampai perbatasan tulang tibia/di tengah coxae sampai

lutut.

- Panjang Dada: jarak dari lekukan tulang dada hingga

ujung tulang dada.

- Lingkar Dada: melingkar pada dada terluar di daerah

dada, di belakang sayap, dan dada bagian depan.

- Lebar Dada: jarak terlebar pada bagian dada kanan dan

kiri.

- Panjang Punggung: jarak perbatasan tulang leher dengan

tulang punggung sampai ujung tulang ekor.

- Panjang Sayap: Panjang tulang humerus + tulang radius-

ulna+ tulang metacarpus sampai phalanges.

- Lingkar Leher: melingkari leher pada sekitar posisi letak

pita suara tidak termasuk bulu.

- Panjang Leher: jarak ruas tulang leher pertama sampai

tulang dari perbatasan tulang leher dengan tulang

punggung.

Tabel. 1 hasil perhitungan mean, standar deviasi, dan koefisien varians


No Ternak Dimensi                        
    PS LS PJK PT PPB PPA PD LID LD PP PS LL PL PPH

1 Ayam 1 10 5 7 0 15 13 18 36 19 18 20 13 16 3
2 Ayam 2 8 4 5 0 15 12 16 30 24 21 26 14 14 2
3 Ayam 3 7 4 4 0 12 11 14 27 22 14 20 10 13 3
Mean 8,125 4,5 5,125 0 12,25 10,25 14,13 27,6 18,63 18,38 20,5 9 13,3 3,38
Standar 1,5526 0,756 1,2464 0 2,435 1,832 2,85 5,97 4,779 3,623 3,505 3,207 2,96 1,92
Deviasi
Koef 19,11 16,8 24,32 0 19,88 17,88 20,18 21,6 25,66 19,72 17,1 35,63 22,4 57
Varians

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil nilai pengukuran dimensi tubuh pada

ayam rata– rata yang di dapatkan yaitu pada panjang shank 8,125 cm, lingkar shank

4,5 cm, panjang jari ke-3 5,125 cm, panjang taji 0, panjang paha bawah 12,25 cm,

panjang paha atas 10,25 cm, panjang dada14,13 cm, lingkar dada 27,6 cm, lebar dada

18,63 cm, panjang punggung 18,38 cm, panjang sayap 20,5 cm, lingkar leher 9 cm,

panjang leher 13,3 cm, panjang paruh 3,38 cm, jarak antara tulang pubis 2,5 cm,

tinggi jengger 3,125 cm, jumlah gerigi jengger 5,875 cm. Dengan nilai tertinggi yaitu

lingkar dada dengan nilai 27,6 cm yang dijadikan sebagai indikator dalam mentukan

bobot ternak Ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat (Nisa. K, 2017) bahwa

Pertambahan bobot badan perlu diketahui untuk menentukan laju pertumbuhan

ternak, yang mana pertambahan bobot badan ini dapat dilihat untuk mempermudah

pendugaan pertambahan bobot badan, maka dari itu untuk menentukan pertambahan

bobot badan ternak dapat dilakukan dengan cara pengukuran tubuh ternak.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil nilai standar deviasi yang di dapatkan

yaitu panjang shank 1,5526 cm, lingkar shank 0,756 cm, panjang jari ke-3 1,2464 cm,

panjang taji 0, panjang paha bawah 2,435 cm, panjang paha atas 1,832 cm, panjang

dada 2,85 cm, lingkar dada 5,97 cm, lebar dada 4,779 cm, panjang punggung 3,623

cm, panjang sayap 3,505 cm, lingkar leher 3,207 cm, panjang leher 2,96 cm, panjang
paruh 1,92 cm, jarak antara tulang pubis 1,69 cm, tinggi jengger 1,246 cm, jumlah

gerigi jengger 1,885 cm. Dengan nilai tertinggi yaitu lingkar dada dengan nilai 5,97

cm yang dijadikan sebagai indikator dalam mentukan bobot ternak Ayam. Hal ini

sesuai dengan pendapat (Monica. T, 2017) bahwa Pertambahan bobot badan ternak

dapat diketahui dengan cara menimbang, namun untuk penimbangan akan

memerlukan waktu yang lama dan terdapat kesulitan apabila ternak yang dipelihara

liar.

Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil nilai Koefisien Varian yang didapatkan

yaitu panjang shank 19,11 cm , lingkar shank 16,8 cm, panjang jari ke-3 24,32 cm,

panjang taji 0, panjang paha bawah 19,88 cm, panjang paha atas 17,88 cm, panjang

dada 20,18 cm, lingkar dada 21,6 cm, lebar dada 25,66 cm, panjang punggung 19,72

cm, panjang sayap 17,1 cm, lingkar leher 35,63 cm, panjang leher 22,4 cm, panjang

paruh 57 cm, jarak antara tulang pubis 67,6 cm, tinggi jengger 39,89 cm, jumlah

gerigi jengger 32,09 cm. Dengan nilai tertinggi yaitu panjang paruh 57 cm yang

dijadikan sebagai indikator dalam menentukan bobot ternak sapi. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Kestaria, 2016) bahwa pertambahan bobot badan merupakan tolak

ukur yang lebih mudah untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pertumbuhan.

Tabel. 2 hasil perhitungan korelasi

Dimensi

Tubuh PS LS PJK PPB PPA


0,48960832

PS 0 0,426006434 0,212227337 0,708525252 5


LS 0,42600643 0 - 0,31046021 0,20628424
4 0,075809804 9
0,21222733 - -

PJK 7 0,075809804 0 0,011767964 -0,01563837


0,70852525 - 0,91261348

PPB 2 0,31046021 0,011767964 0 2


0,48960832 -

PPA 5 0,206284249 0,015638369 0,912613482 0

Sumber : Data Kuantitatif Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi, 2019

Keterangan :

PS : Panjang Shank

LS : Lebar Shank

PJK : Panjang Jari ke-3

PPB : Panjang Paha Bawah

PPA : Panjang Paha Atas

Berdasarkan Tabel 2 mengenai hasil perhitungan korelasi didapatkan hasil

korelasi tertinggi berada pada antara panjang paha bawah dengan panjang paha atas

yaitu bernilai 0,912613482 mendekati nilai 1 yang berarti bahwa ada hubungan

korelasi antara kedua dimensi tubuh tersebut tetapi untuk nilai korelasi yang tertinggi

berdasarkan literatur berada pada dimensi tubuh anatara korelasi panjang paha bawah

dengan panjang paha atas. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Nisa (2016) yang

menyatakan bahwa untuk ternak jantan yang memiliki nilai korelasi tertinggi diantara

beberapa dimensi tubuh yaitu lingkar dada dan tinggi pundak yaitu 0.99 yang berarti
bahwa nilai korelasi mendekati 1 menunjukkan adanya hubungan sangat kuat dan

positif antar variabel.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Ciri performans sifat kualitatif Ayam Kampung yang telah diamati secara

fisiknya yaitu bentuk tubuh besar, kokoh, mata bersinar terang, lincah dan gesit,

bulu-bulu di sekitar dubur kering dan bersih, kulit bersih, bulu mengkilap dan

cerah, serta muka, jengger dan pial berwarna merah segar serta tidak ada corak

khas pada bulu seperti ayam lokal lainnya


1. Standar deviasi pada panjang shank 1,5526 cm, lingkar shank 0,756 cm, panjang

jari ke-3 1,2464 cm, panjang taji 0, panjang paha bawah 2,435 cm, panjang paha

atas 1,832 cm, panjang dada 2,85 cm, lingkar dada 5,97 cm, lebar dada 4,779 cm,

panjang punggung 3,623 cm, panjang sayap 3,505 cm, lingkar leher 3,207 cm,

panjang leher 2,96 cm, panjang paruh 1,92 cm, jarak antara tulang pubis 1,69 cm,

tinggi jengger 1,246 cm, jumlah gerigi jengger 1,885 cm

2. Hasil niai Korelasi tertinggi berada pada dimensi tubuh antara panjang paha

bawah dengan panjang paha atas yaitu bernilai 0,912613482 atau mendekati nilai

1 yang berarti ada hubungan yang erat dan positif

Saran

Adapun saran pada pelaksanaan praktikum ini agar sebaiknya praktikan harus

benar-benar teliti dalam melakukan pengukuran, karena ketelitian pengukuran sangat

penting. Untuk laboratorium, sebaiknya alat pengukur bissa ditambah lagi mengingat

banyak peserta laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Candrawati. V. Y. 2007. Studi Ukuran Dan Bentuk Tubuh Ayam Kampung,

Ayam Sentul Dan Ayam Wareng Tangerang Melalui Analisis Komponen

Utama. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Daulay. M. A. C. 2015. Ukuran Tubuh Hasil Silangan Ayam Kampung Ras

Pedaging Dengan Ayam Pelung Sentul Umur 2-10 Minggu. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor . Bogor


Kurnia, A. 2015. Hubungan karakteristik pekerja dengan unsafe action pada tenaga

kerja bongkar muat di PT. Terminal petikemas Surabaya. Jurnal

safety and health. 4(1):63-73.

Monia. T. 2017. Hubungan antara pertambahan ukuran-ukuran tubuh dengan

pertambahan bobot badan sapi bali betina di ptpn vi provinsi jambi.

Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan. Universitas Jambi.

Nisa. K. 2017. Hubungan antara pertambahan ukuran-ukuran tubuh dengan

pertambahan bobot badan sapi peranakan ongole betina dan jantan di

PTPN VI Provinsi Jambi. Jurusan Peternakan, Fakultas peternakan

Universitas Jambi. Jambi.

Wakkhid, R, A., S, D, Fatmaryanti, Sriyono dan Kurniawan. 2011. Prosiding seminar

Nasional sains dan pendidikan sains 2. ISSN. 1(2) : 1-16.

LAMPIRAN
Gambar 1. Pengukuran Panjang Sayap

Gambar. 2 Pengukuran Jarak antar Gambar 3. Setelah Pengukuran


tulang pubis

Anda mungkin juga menyukai