Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum Ke- Hari, tanggal : Kamis, 01 Maret 2018

Teknik Dasar Nekropsi Dosen : drh. Vetnizah Juniantito, Ph.D


drh. HeryudiantoVibowo

SISTEM UROGENITAL PADA UNGGAS (AYAM)

Kelompok 1

Nama NIM TTD


AwwalinNurBaity J3P116013 1.
Cut AldilaFebiana J3P116014 2.
IbnuMasud J3P116030 3.
MuhamadZaki Adam J3P116043 4.
SitraLionita A. J3P116060 5.
TrianGustiana N. J3P116067 6.
UtariSuryeni J3P116068 7.
Willy Widya Komara J3P116070 8.
Rigazl Al Shehan A P. J3P216100 9.

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair
ataupun zat gas. Zat-zat sisa tersebut dapat berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu
(hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh jika tidak
dikeluarkan dari dalam tubuh akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh bahkan
meracuni tubuh. Zat-zat sisa ini merupakan hasil proses metabolisme dalam tubuh yang
sudah tidak berguna lagi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh mahluk hidup berbeda-beda.
Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya. Setiap makhluk
hidup mengeluarkan zat sisa agar tidak membahayakan dan meracuni tubuhnya.

Sistem ekskresi pada unggas (ayam) terdiri dari ginjal (metanefros), paru-paru, dan
kulit. Ayam memiliki sepasang ginjal yang berwarna cokelat. Saluran ekskresi terdiri dari
ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Ayam
mengekskresikan zat berupa asam urat dan garam.

Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah. Traktus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis renalis dan ureter, sedangkan
traktus urinarius bagian bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra.

Untuk sistem genitalia pada jantan dan betina berbeda, pada jantan terdiri dari testis,
vas deferens dan kloaka; sedangkan betina berupa ovarium, oviduct, uterus dan vagina.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui organ sistem urogenital dan
mengetahui penyakit yang menyerang sistem urogenital pada ayam.

1.3. Metode

Metode yang digunakan adalah studi literatur dan pengumpulan data dari internet.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Urinary

Ginjal unggas berjumlah dua buah terletak pada dinding posterior abdomen, di luar
rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum
tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang
membawa urin akhir dari ginjal ke kandung kemih, tempat urin disimpan hingga dikeluarkan.
Ginjal dilingkupi oleh kapsul fibrosa yang keras untuk melindungi struktur dalamnya yang
rapuh (Guyton & John 2007). Ginjal ayam memiliki tiga lobus yaitu cranial, middle, dan
caudal

Salah satu penyakit yang dapat menyerang sistem urinary pada ayam adalah avian
urolithiasis. Avian urilithiasis adalah suatu penyakit yang mengakibatkan kerusakan pada
ginjal. Avian urolithiasis dapat disebabkan oleh penyakit infeksius, nutrisi, dan toxic atau
racun yang menyebabkan keracunan (Beckman B 2018)

1. Nutrisi

Beberapa faktor nutrisi yang dapat merusak ginjal adalah :

 Pemberian kalsium untuk ayam petelur yang belum dewasa dapat menyebabkan
kerusakan ginjal.
 Sodium bikarbonat kadang diberikan untuk meningkatkan kualitas kerabang telur dan
mengurangi heat stress. Namun dalam jumlah banyak, sodium bikarbonat dapat
menyebabkan avian urolithiasis dengan membuat urine ayam lebih banyak
mengandung alkaline. Kandungan alkaline yang tinggi juga dapat menyebabkan batu
ginjal
 Defisiensi vitamin A dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada
ureter.

2. Penyakit Infeksius

Agen yang terlibat dan dapat menyebabkan avian urolithiasis adalah infectious
bronchitis dan avian nephritis virus. Infectious bronchitis (IB) adalah penyakit yang sangat
menular pada ayam yang biasanya menyerang sistem respirasi namun juga bisa
mempengaruhi sistem reproduksi dan urinary. Strain tertentu dari IB seperti Holte, Gray,
Italian, dan Australian T adalah strain yang berpotensi besar menyerang ginjal.

3. Toxic atau racun

Keracunan yang diakibatkan kesalahan manusia atau human error pada penggunaan
produk sehari – hari juga dapat menyebabkan urolithiasis. Beberapa produk tersebut adalah
antibiotic, anticiccidial, mineral,vitamin, dan pestisida.

 Antibiotik seperti aminoglicocides dibuang dari tubuh melewati ginjal dan berprotensi
menyebabkan nephrotoxic.
 Penggunaan desinfektan yang tidak sesuai dosis juga dapat menyebabkan keracunan.
Temuan patologis yang dapat dilihat akibat penyakit avian urolithiasis adalah
degenerasi ginjal, pada gambar diatas terlihat ureter kanan yang membengkak dan
hypertrophy di lobus bawah sebelah kiri.

B. Sistem reproduksi

Organ reproduksi Unggas Betina


Organ reproduksi betina pada ayam meliputi ovarium, oviduct, uterus dan vagina.
Pada unggas, hanya ovarium dan oviduct kiri yang berkembang sedangkan ovarium dan
oviduct kanan tidak berkembang atau rudimenter (Jacob J 2015).

Organ reproduksi Unggas Jantan


Organ reproduksi jantan pada ayam meliputi testis, vas deferens, dan kloaka. Testis
ayam berjumlah dua buah terletak dalam bagian punggung diatas organ ginjal. Testis ayam
berwarna kuning pucat. Ayam jantan memiliki 2 vas deferens, yang merupakan tempat
penyimpanan sperma. (Jacob J 2015).
A. Kelainan Urogenital dan Reproduksi Ayam
Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit pernapasan akut dan sangat menular pada
ayam. Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala pernapasan, seperti terengah-engah, batuk,
bersin, ngorok, dan keluarnya sekresi hidung. Pada ayam muda, gangguan pernapasan parah
dapat terjadi, sedangkan pada layer, dapat terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi
telur, dan penurunan kualitas telur. Beberapa strain dilaporkan menyebabkan kerusakan pada
ginjal, saluran reproduksi dan saluran pencernaan. Spesies rentan terhadap penyakit IB
hanyalah ayam, baik broiler ataupun layer, tetapi pernah dilaporkan kejadian pada itik dan
burung liar.
Agen Penyebab
Penyakit IB disebabkan oleh virus yang termasuk ke dalam famili Coronaviridae dan
hanya memiliki satu genus, yaitu Coronavirus (Murphy dan Kingsbury, 1990).Virus
infectious bronchitis berbentuk pleomorfik. Virus ini mempunyai amplop berdiameter sekitar
120 nm dengan club-shaped surface projections (spikes) yang panjangnya sekitar 20 nm.
Spike tidak dikemas seperti roadshapes dari paramyxovirus. Virus IB mengandung tiga
protein virus utama yang spesifik yaitu spike glycoprotein (S), glikoprotein membran (M),
dan protein nucleocapsid internal (N). Protein yang keempat adalah small membran protein
(sM) yang menghubungkan amplop dengan virion. Protein S terdiri dari dua atau tiga kopi
yang masing-masing mempunyai dua glikopolipeptida S1 dan S2 (berturut-turut sekitar 520-
620) asam amino. Perbedaan antigenik di antara serotipe virus IB berkaitan dengan adanya
variasi struktural dari protein S, yaitu suatu struktur peplomerik pada permukaan amplop
virus. Subunit S1 menunjukkan variasi urutan nukleotida yang lebih tinggi dibandingkan
dengan subunit S2 (Dharmayanti et al. 2005).
Pengaruh lingkungan
Virus IB sangat sensitif terhadap berbagai jenis desinfektan, seperti formalin 1%,
kresol 1%, alkohol 70% dan KMnO4 1/10.000. Virus IB tetap infektif di dalam air pada pH
7,4 selama 24 jam pada suhu kamar, tetapi cepat inaktif pada suhu 56ºC selama 15 menit dan
suhu 45ºC selama 90 menit atau suhu 37ºC selama 36 jam. Virus Virus dapat disimpan pada -
60ºC di dalam cairan alantois dalam beberapa bulan.
Sifat Penyakit
Virus IB pada awal penularan menginfeksi dan bereplikasi di dalam saluran
pernapasan atas menyebabkan hilangnya sel pelindung yang melapisi sinus dan trakea.
Setelah viremia singkat, virus dapat dideteksi pada ginjal, saluran reproduksi, dan jaringan
imfoid (sekal tonsil). Beberapa strain IBV, yang disebut sebagai nephropathogenic diketahui
menyebabkan lesi pada ginjal.
Cara Penularan
Virus IB menyebar melalui rute pernapasan (droplet) yang dikeluarkan selama batuk
atau bersin dan juga dieksresi lewat feses. Penyebaran penyakit melalui kawanan unggas
dalam satu flock sangat cepat. Masa inkubasi relatif pendek antara 18 – 36 jam. Sehari pasca
infeksi, virus dapat dideteksi pada trachea, ginjal dan oviduct. Sampai hari ke -13 virus masih
dapat dideteksi pada paru, trachea, ovarium dan oviduct. Sampai hari ke21 virus masih dapat
ditemukan pada ginjal, sedangkan pada sekal tonsil virus masih dapat dideteksi sampai hari
ke-30. Transmisi dari peternakan ke peternakan dihubungkan dengan mobilitas orang,
peralatan, bahan organik, air minum dan kendaraan yang terkontaminasi. Penularan secara
vertikal belum terbukti, tetapi telur yang terkontaminasi virus IB yang menempel pada
kerabang telur dapat menjadi sumber penularan di hactchery. Setelah infeksi, ayam dapat
bertindak sebagai carrier dan mengeluarkan virus selama beberapa minggu
Patologis-anatomis
Terkait dengan IB bentuk pernafasan yakni adanya radang saluran pernapasan bagian
atas. IB bentuk ginjal ditandai dengan kerusakan ginjal sebagai akibat infeksi dengan strain
nephropathogenic. Ginjal ayam yang terkena akan pucat dan bengkak. Penimbunan asam urat
dapat diamati dalam jaringan ginjal dan dalam ureter, yang mungkin tersumbat. Pada bentuk
reproduksi yang terjadai pada layer, material kuning telur dalam rongga tubuh akan
berkembang menjadi encer di dalam ovarium. Infeksi pada anak ayam sangat muda dapat
mengakibatkan perkembangan cystic dalam oviduct. Pada IB bentuk Penguin ditunjukkan
adanya sistik oviduct yang bisa berisi cairan lebih dari 1 liter atau parsial atrofik dengan
dilatasi kistik yang besar. Dinding oviduct menjadi tipis dan transparan pada area sistik.
Ovarium terlihat normal dan tetap berfungsi.

Gejala Klinis
Tanda-tanda klinis dari infeksi bervariasi dan tergantung pada usia burung, status kekebalan
tubuh inang, dan virulensi virus.
a) Gejala umum yang terjadi Kehilangan nafsu makan, depresi, berkerumun, batuk,
terengah-engah, dyspnoea, alas kandang basah, diare, diuresis.
b) Gejala klinis anak ayam biasanaya terdapat tanda-tanda klinis termasuk batuk, bersin,
ngorok, ingus hidung, dan eksudat berbusa di mata.
c) Gejala Klinis ayam dewasa biasanya terdapat tanda-tanda klinis batuk, bersin dan
ngorok dapat diamati. Penurunan produksi telur dari 5 sampai 10 % yang berlangsung
selama 10 sampai 14 hari. Namun, jika ada faktor komplikasi, penurunan produksi
mungkin mencapai sebesar 50 %. Telur yang dihasilkan setelah unggas terinfeksi
mungkin memiliki kulit tipis, bentuk tidak teratur, kecil, albumen encer. Biasanya
pigmen cokelat – kulit telur juga hilang. Dalam kasus komplikasi yang parah, ayam
dapat terkena airsacculitis. Ayam yang di vaksinasi dan bereaksi parah karena vaksin
basi atau terinfeksi selama dua minggu pertama mungkin memiliki kerusakan permanen
di oviduct, sehingga menghasilkan ayam dengan produksi telur yang buruk. Dalam
beberapa tahun terakhir, strain nephropathogenic telah menjadi lebih umum pada unggas
petelur. Strain ini dapat menyebabkan kematian tinggi selama infeksi atau lama setelah
terjadi kerusakan ginjal yang berkembang menjadi urolitiasis
Pengobatan
Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infectious bronchitis. Usaha yang
dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu
makannya dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta mencegah infeksi
sekunder dengan pemberian antibiotik. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada
kandang.
Pencegahan
Vaksinasi dilakukan secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin atau
didasarkan atas hasil uji titer antibodi. Sebagai garis pertahanan kedua, ayam di daerah
masalah lB harus divaksinasi dengan vaksin hidup yang dimodifikasi untuk memberikan
perlindungan. Banyaknya serotipe diidentifikasi di lapangan menjadi tantangan dalam
merancang program vaksinasi yang efektif. Supaya dapat melindungi ayam terhadapserotype
tertentu, diperlukan identifikasi serotipe yangada di wilayah tersebut serta untuk menentukan
potensi lintas perlindungan dari vaksin yang tersedia. Pencegahan IB yang terbaik dicapai
melalui program biosekuriti yang efektif antara lain dengan cara melakukan sanitasi kandang
dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang. Usaha
peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara
lain jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan
sedapat mungkin dilakukan sistem ”all in all out”.

3. SIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sistem urogenital terdiri dari sistem urinary dan
genital. Organ utama dari sistem urinary adalah ginjal dan sistem genitalia betina terdiri dari
ovarium, oviduct, uterus dan vagina. Sedangkan sistem genitalia ayam jantan terdiri dari
testis, vas deferens dan kloaka.

4. DAFTAR PUSTAKA

Beckman B. 2015. Avian Urolithiasis. Hy-Line International.


Dharmayanti I, Asmara W, Artama WT, Indriani R, Darminto. 2005. Hubungan
kekerabatan virus infectious bronchitis isolat lapang Indonesia. J
Bioteknologi Pertanian 10: 15-23.
Fenner, FJ 1993. Veterinary Virology. Second Edition. Academic Press. Inc, San Diego.
California.
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Jacob J. 2015. Avian Reproductive System. http://articles.extension.org/pages/65372/avian-
reproductive-systemfemale. Diakses pada tanggal 7 Maret 2018.
Murphy FA,Kingsbury DW. 1990. Virus Toxonomy in Fields Virology. 2nd. ed.,
vol. 1 (eds. Fields BN, Kimpe DM, Chanock RB, Hirsch MS, Melnick JL, Monath
TP, and Roizman B). New york: Raven Press. p. 9–35.
Tabbu, CR. 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal dan
Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai