Oleh:
Pakan hijauan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan
berupa daun-daunan, termasuk batang, ranting, dan bunga. Yang termasuk kelompok
pakan hijauan adalah bangsa rumput (kolonjono, gajah, rumput lapangan, raja),
legum atau kacang – kacangan (turi, lamtoro, kaliandra, glirisidi), daun – daunan
atau ramban dan limbah pertanian (jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung).
Semuanya bisa diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar atau kering.
Yang termasuk hijauan segar adalah hijauan yang diberikan dalam keadaan masih
segar atau silase. Sedangkan hijauan kering bisa berupa hay ataupun jerami kering
(Trihatmaja, 2017).
mikroorganisme didalam rumen, makin tinggi populasinya maka semakin tinggi pula
kemampuan mencerna selulosa. Hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak
ruminansia yang berfungsi sebagai sumber gizi yaitu protein, sumber tenaga, vitamin
kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, abu dan air pada suatu zat
makanan dari bahan pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian
kualitas bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya
utama dari suatu bahan. Untuk makanan, komponen utama umumnya terdiri dari
kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein, serat dan lemak (Hasbulloh, 2017).
14
Serat kasar adalah semua bahan organik yang tidak larut dalam H₂SO₄ dan
NaOH lemah yang dimasak berturut-turut selama 30 menit. Serat kasar akan terbakar
dalam tanur sehingga serat kasar didapat dari perbedaan berat sebelum dan sesudah
terbakar. Serat kasar tidak pernah digunakan secara keseluruhan oleh ruminansia,
sekitar 20-70% dari serat yang dikonsumsi ditemukan dalam feses. Kandungan serat
kasar yang tinggi dalam pakan komplit akan menurunkan daya koefisien cerna dalam
bahan pakan tersebut, karena serat kasar mengandung bagian yang sukar untuk
dicerna. Tingginya serat kasar cenderung mengurangi daya cerna protein. Jika
peningkatan protein dalam ransum yang diserati peningkatan serat kasar didapatkan
terjadi sedikit perubahan daya cerna protein, akan tetapi jika serat kasar dikurangi
dan protein ditingkatkan maka daya cerna protein akan meningkat pula (Jamaluddin,
2018).
tanaman. Pati banyak ditemukan pada organ-organ tanaman, seperti biji, akar, buah
dan umbi, yang berfungsi sebagai sumber energi. Pati sangat mudah untuk
didapatkan dan bermanfaat pada produksi tablet karena sifatnya yang inert, murah,
dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelincir.
Pati tersusun dari dua rantai glucan yang berbeda, yaitu amilosa (polimer linear D-
glukosa dalam ikatan 1,4 glikosidik) dan amilopektin (polimer bercabang d-glukosa
15
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
dapat mengetahui cara menentukan kadar serat kasar dari suatu sampel atau bahan
pakan.
16
II. METODEOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar telah dilaksanakan pada hari Kamis
Unit Analisis Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
Alat yang digunakan dalam Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar dapat dilihat
pada tabel 1.
17
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar dapat
Adapun prosedur kerja pada Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar ini adalah:
3. Setelah itu, 30 ml H₂SO₄ 0,3 N dan NaOH 1,5 N ditambahkan kedalam tabung
4. Kemudian letakkan tabung reaksi 50 cc yang sudah diisi bahan keatas pemanas
listrik dan ditunggu selama 30 menit, setelah 30 menit angkat tabung reaksi dan
dinginkan.
5. Setelah itu, cairan yang ada di dalam tabung reaksi disaring dengan
18
8. Lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105-110°C selama 6-12 jam atau
ditimbang.
9. Setelah ditimbang, kertas saring dan isinya yang ada dalam cawan porselin
tersebut dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 400-600°C selama 4-6 jam.
Setelah itu tanur dibiarkan dingin dulu sampai suhu 120°C, setelah itu masukan
Analisis data serat kasar pada indigofera, odot, jagung, gamal dan jerami padi
1. Indigofera
35,2938-34,0241-1,1667
= × 100% = 14,69%
0,7009
2. Odot
35,3015-33,9511-1,4291
= × 100% = -11,16%
0,7046
3. Jagung
19
36,0314-34,7013-1, 1 477
= × 100% = 26,02%
0,7009
4. Gamal
40,6197-34,4077-1,1365
= × 100% = 10,77%
0,7008
5. Jerami Padi
43,8119-42,4817-1,7411
= × 100% = -58,61%
0,7010
20
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Hasil pengamatan pada Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar dapat dilihat
pada tabel 3.
3.2. Pembahasan
kadar serat kasar yang terkandung dalam indigofera yaitu sebagai berikut: berat
sampel oven 105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar
(2017), yang menyatakan bahwa nilai nutrisi tepung daun Indigofera zollingeriana
adalah: protein kasar 27,97%, serat kasar 15,25%, Ca 0,22%, dan P 0,18%. Rataan
kadar serat kasar berkisar antara 20,72 – 25,41%. Berdasarkan hasil analisis ragam,
21
pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar Indigofera zollingeriana.
Kadar serat kasar terendah didapat pada umur pemotongan 40 hari sedangkan kadar
serat kasar tertinggi didapat pada umur pemotongan 60 hari. Menurut Savitri (2013),
yang menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar tersebut disebabkan karena
adanya pengaruh umur terhadap kandungan kadar serat kasar. Semakin tua umur
tanaman maka kadar serat kasar akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan
oleh umur tanaman yang semakin tua mempunyai komponen dinding sel yang
Berdasarkan hasil pengamatan sampel kedua, diperoleh nilai dari analisis kadar
serat kasar yang terkandung dalam odot yaitu sebagai berikut: berat sampel oven
105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar berturut-turut
yaitu 35,3015; 1,4291; 33,9380; dan 33,9511. Menurut Kurniati (2021), yang
menyatakan bahwa rumput odot termasuk jenis rumput unggul karena produktivitas
dan kandungan zat gizinya yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi
bagi ternak ruminansia. Kandungan nutrisi rumput odot terdiri dari abu 16,97%,
protein kasar 17,03%, lemak kasar 1,76%, dan serat kasar 24,84%.
Berdasarkan hasil pengamatan sampel ketiga, diperoleh nilai dari analisis kadar
serat kasar yang terkandung dalam jagung yaitu sebagai berikut: berat sampel oven
105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar berturut-turut
yaitu 36,0314; 1,1477; 34,6789; dan 34,7013. Menurut Nafifa (2018), yang
menyatakan bahwa kadar serat kasar limbah jagung yang terdapat di Kecamatan
22
Berdasarkan hasil pengamatan sampel keempat, diperoleh nilai dari analisis
kadar serat kasar yang terkandung dalam gamal yaitu sebagai berikut: berat sampel
oven 105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar berturut-
turut yaitu 40,6197; 1,1365; 39,3984; dan 39,4077. Menurut Herawati (2017), yang
menyatakan bahwa kandungan nutrisi daun gamal yaitu kadar air 78,24%, abu 7,7%
protein kasar 25,7%, serat kasar 23,9%, lemak kasar 1,97% dan BETN 40,73% serta
nutrisi yaitu protein kasar 20-30% bahan kering, serat kasar 15%, dan kecernaan in
vitro bahan kering 60-65%, bukan hanya itu aun gamal juga memiliki zat anti nutrisi
kadar serat kasar yang terkandung dalam jerami padi yaitu sebagai berikut: berat
sampel oven 105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar
berturut-turut yaitu 43,8119; 1,7411; 42,4504; dan 42,4817. Menurut Gazali (2014),
yang menyatakan bahwa jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang
potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia pada saat persediaan
dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu kandungan lemak kasar rendah, serat kasar
penambahan bahan yang berkualitas dan pengolahan yang baik agar nilai gizinya
dapat ditingkatkan. Jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna
karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali dengan komposisi nilai serat kasar
23
pengukuran kandungan serat kasar pada dasarnya mempunyai konsep yang
menghilangkan semua bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan asam sulfat.
Bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium
24
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar pada sampel dapat
disimpulkan bahwa nilai kadar serat kasar pada sampel indigofera, odot, jagung,
gamal, dan jerami padi berturut – turut yaitu 14,69%, -11,16%, 26,02%, 10,77%,
dan -58,61%.
4.2. Saran
Saran dari saya untuk Praktikum Nutrisi Ternak Dasar tentang Analisis Kadar
Serat Kasar ialah, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan
dan dirawat lagi agar saat prak tikum bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal
tanpa ada kekurangan. Saran untuk asisten yaitu harus lebih jelas lagi dalam
yaitu harus lebih serius lagi ketika praktikum sedang berlangsung, sehingga
25
DAFTAR PUSTAKA
Gazali, M. 2014. Kandungan Lemak Kasar, Serat Kasar dan BETN Pakan Berbahan
Jerami Padi, Daun Gamal dan Urea Mineral Molases Liquid dengan
Perlakuan Berbeda. [Skripsi]. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hasbulloh, M. L. 2017. Kajian Analisis Pembandingan Kadar Proksimat dan Ffa
Produk Tahu Sumedang dan Tahu Bulat di Pabrik Tahu Sari Rasa Bandung.
[Skripsi]. Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas
Pasundan Bandung.
Herawati, E., dan Mega, R. 2017. Pengaruh Penambahan Molases terhadap Nilai Ph
dan Kadar Air pada Fermentasi Daun Gamal. Jurnal Ilmu Peternakan
(JANHUS). 2(1): 26-31.
Hutabarat, J., Erwanto, dan Agung, K. W. 2017. Pengaruh Umur Pemotongan
terhadap Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar Indigofera zollingeriana.
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. Vol 1(3): 21-24.
Jamaluddin, D., Nurhaeda, dan Rasbawati. 2018. Analisis Kandungan Protein Kasar
dan Serat Kasar Silase Pakan Komplit Berbahan Dasar Kombinasi Jerami
Padi dan Daun Lamtoro sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal
Bionature. 19(2): 105-111.
Kurniati, D., Nurul, H., dan Bambang, K. 2021. Efek Perbedaan Teknik Pengeringan
Terhadap Kualitas Hay Rumput Odot. Maduranch. 6(1): 9-14.
Lestariningsih, Yasin, M. Y., Khomarudin, M., dan Hardiato, A. F. 2020. Potensi
Silase Daun Gamal (Gliricia sepium) untuk Meningkatkan Produktivitas
Kambing Potong. Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia. Vol 5(1): 10-14.
Nafifa, R. S. 2018. Kajian Nilai Nutrisi Tanaman pada Program I-Jalapi Terhadap
Pertumbuhan Sapi Di Labangka. Publikasi Ilmiah. Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.
Putri, R. E., dan Patihul, H. 2017. Potensi Pati Asal Tanaman Waluh (Sechium edule)
sebagai Alternatif Eksipien Farmasi. Jurnal Farmaka. 15(2): 42-52.
Santosa, K. 2017. Pengaruh Interval Pemotongan terhadap Kandungan Nutrien
Rumput Gajah Varietas Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). [Skripsi].
Universitas Mercu Buana. Yogyakarta.
Savitri, M. V., Herni, S., dan Hermanto. 2013. Pengaruh Umur Pemotongan terhadap
Produktivitas Gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
23(2): 25-35.
Trihatmaja, K. 2017. Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha Ternak
Sapi Potong di Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Provinsi
Jawa Timur. [Skripsi]. Universitas Mercu Buana. Yogyakarta.
26
Lampiran
27
28
29