Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum II Nutrisi Ternak Dasar

ANALISIS KADAR SERAT KASAR

Oleh:

NAMA : PUPUT SABRINA QALBI


STAMBUK : L1A120189
KELAS :D
KELOMPOK : 5 (LIMA)
ASISTEN PRAKTIKUM : GERHANA

LABORATORIUM UNIT ANALISIS PAKAN TERNAK


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pakan hijauan adalah semua pakan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan

berupa daun-daunan, termasuk batang, ranting, dan bunga. Yang termasuk kelompok

pakan hijauan adalah bangsa rumput (kolonjono, gajah, rumput lapangan, raja),

legum atau kacang – kacangan (turi, lamtoro, kaliandra, glirisidi), daun – daunan

atau ramban dan limbah pertanian (jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung).

Semuanya bisa diberikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar atau kering.

Yang termasuk hijauan segar adalah hijauan yang diberikan dalam keadaan masih

segar atau silase. Sedangkan hijauan kering bisa berupa hay ataupun jerami kering

(Trihatmaja, 2017).

Ternak ruminansia mampu mencerna hijauan termasuk rumput-rumputan yang

umumnya mengandung selulosa tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya

mikroorganisme didalam rumen, makin tinggi populasinya maka semakin tinggi pula

kemampuan mencerna selulosa. Hijauan pakan merupakan pakan utama bagi ternak

ruminansia yang berfungsi sebagai sumber gizi yaitu protein, sumber tenaga, vitamin

dan mineral (Santosa, 2017).

Analisis proksimat adalah suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasi

kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak, abu dan air pada suatu zat

makanan dari bahan pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian

kualitas bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya

terkandung di dalamnya. Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komponen

utama dari suatu bahan. Untuk makanan, komponen utama umumnya terdiri dari

kadar air, kadar abu, karbohidrat, protein, serat dan lemak (Hasbulloh, 2017).

14
Serat kasar adalah semua bahan organik yang tidak larut dalam H₂SO₄ dan

NaOH lemah yang dimasak berturut-turut selama 30 menit. Serat kasar akan terbakar

dalam tanur sehingga serat kasar didapat dari perbedaan berat sebelum dan sesudah

terbakar. Serat kasar tidak pernah digunakan secara keseluruhan oleh ruminansia,

sekitar 20-70% dari serat yang dikonsumsi ditemukan dalam feses. Kandungan serat

kasar yang tinggi dalam pakan komplit akan menurunkan daya koefisien cerna dalam

bahan pakan tersebut, karena serat kasar mengandung bagian yang sukar untuk

dicerna. Tingginya serat kasar cenderung mengurangi daya cerna protein. Jika

peningkatan protein dalam ransum yang diserati peningkatan serat kasar didapatkan

terjadi sedikit perubahan daya cerna protein, akan tetapi jika serat kasar dikurangi

dan protein ditingkatkan maka daya cerna protein akan meningkat pula (Jamaluddin,

2018).

Pati merupakan salah satu karbohidrat yang melimpah tersimpan didalam

tanaman. Pati banyak ditemukan pada organ-organ tanaman, seperti biji, akar, buah

dan umbi, yang berfungsi sebagai sumber energi. Pati sangat mudah untuk

didapatkan dan bermanfaat pada produksi tablet karena sifatnya yang inert, murah,

dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelincir.

Pati tersusun dari dua rantai glucan yang berbeda, yaitu amilosa (polimer linear D-

glukosa dalam ikatan 1,4 glikosidik) dan amilopektin (polimer bercabang d-glukosa

dalam ikatan 1,4 dan 1,6 glikosidik) (Putri, 2017).

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukannya Praktikum Nutrisi Ternak Dasar

tentang Analisis Kadar Serat Kasar.

15
1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya Praktikum Analisis Serat Kasar adalah untuk menentukan

kadar serat kasar dari suatu sampel atau bahan pakan.

1.3 Manfaat

Manfaat dilakukannya Praktikum Analisis Serat Kasar adalah agar mahasiswa

dapat mengetahui cara menentukan kadar serat kasar dari suatu sampel atau bahan

pakan.

16
II. METODEOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar telah dilaksanakan pada hari Kamis

tanggal 18 November 2021, pukul 10.00-Selesai WITA, bertempat di Laboratorium

Unit Analisis Pakan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

2.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar dapat dilihat

pada tabel 1.

Tabel. 1 Alat dan Kegunaan


No Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk menulis hasil pengamatan
2. Kamera Untuk dokumentasi
3. Timbangan analitik Untuk mengukur massa kecil dalam rentang sub-
miligram
4. Oven Untuk memanaskan dan mengeringkan sampel
5. Tabung reaksi Untuk tempat mereaksikan bahan kimia
bertutup 50 cc
6. Tanur Untuk pengarangan atau pengabuan suatu
zat/sampel yang dianalisis
7. Desikator Untuk menghilangkan air dan kristal hasil
pemurnian
8. Pompa vakum Untuk memisahkan antara kondisi padatan dengan
cairan
9. Gegep Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk
padatan
10. Gelas piala Untuk menampung zat kimia yang korosif seperti
asam atau zat-zat lainnya.
11. Pemanas listrik Untuk memanaskan suatu reagen atau bahan kimia,
melelehkan bahan, ataupun mereaksikan suatu
bahan kimia pada suhu yang tinggi.
12. Corong buchner Untuk memisahkan larutan dari endapannya
(residu)

17
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel. 2 Bahan dan Kegunaan


No Bahan Kegunaan
1. Indigofera Sebagai objek pengamatan
2. Odot Sebagai objek pengamatan
3. Jagung Sebagai objek pengamatan
4. Gamal Sebagai objek pengamatan
5. Jerami padi Sebagai objek pengamatan
6. H₂SO₄ 0,3 N Sebagai objek pengamatan
7. NaOH 1,5 N Sebagai objek pengamatan
8. Alkohol teknis Sebagai objek pengamatan
9. Air panas Sebagai objek pengamatan
10. Aquades Sebagai objek pengamatan
11. Kertas saring wahtman 41 Sebagai objek pengamatan

2.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar ini adalah:

1. Menyiapkan alat dan bahan, lalu timbang bahan di timbangan analitik.

2. Kemudian bahan dimasukkan kedalam tabung reaksi 50 cc.

3. Setelah itu, 30 ml H₂SO₄ 0,3 N dan NaOH 1,5 N ditambahkan kedalam tabung

reaksi 50 cc, lalu didiamkan selama 30 menit.

4. Kemudian letakkan tabung reaksi 50 cc yang sudah diisi bahan keatas pemanas

listrik dan ditunggu selama 30 menit, setelah 30 menit angkat tabung reaksi dan

dinginkan.

5. Setelah itu, cairan yang ada di dalam tabung reaksi disaring dengan

menggunakan kertas saring wahtman 41 sambil diisap dengan pompa vakum.

6. Lalu kertas saring wahtman 41 dicuci dengan menggunakan 50 cc air panas.

7. Kemudian kertas saring dan isinya dimasukkan kedalam cawan poselin.

18
8. Lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 105-110°C selama 6-12 jam atau

biarkan bermalam lalu dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian

ditimbang.

9. Setelah ditimbang, kertas saring dan isinya yang ada dalam cawan porselin

tersebut dipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 400-600°C selama 4-6 jam.

Setelah itu tanur dibiarkan dingin dulu sampai suhu 120°C, setelah itu masukan

kedalam desikator lalu dinginkan selama 15 menit dan ditimbang.

2.4. Analisis Data

Analisis data serat kasar pada indigofera, odot, jagung, gamal dan jerami padi

adalah sebagai berikut:

1. Indigofera

Kadar Serat Kasar =

Bobot setelah oven 105°C-Bobot setelah tanur-Bobot kertas saring


× 100%
Bobot sampel awal

35,2938-34,0241-1,1667
= × 100% = 14,69%
0,7009

2. Odot

Kadar Serat Kasar =

Bobot setelah oven 105°C-Bobot setelah tanur-Bobot kertas saring


× 100%
Bobot sampel awal

35,3015-33,9511-1,4291
= × 100% = -11,16%
0,7046

3. Jagung

Kadar Serat Kasar =

Bobot setelah oven 105°C-Bobot setelah tanur-Bobot kertas saring


× 100%
Bobot sampel awal

19
36,0314-34,7013-1, 1 477
= × 100% = 26,02%
0,7009

4. Gamal

Kadar Serat Kasar =

Bobot setelah oven 105°C-Bobot setelah tanur-Bobot kertas saring


× 100%
Bobot sampel awal

40,6197-34,4077-1,1365
= × 100% = 10,77%
0,7008

5. Jerami Padi

Kadar Serat Kasar =

Bobot setelah oven 105°C-Bobot setelah tanur-Bobot kertas saring


× 100%
Bobot sampel awal

43,8119-42,4817-1,7411
= × 100% = -58,61%
0,7010

20
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Hasil pengamatan pada Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar dapat dilihat

pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Pengamatan Analisis Kadar Serat Kasar


Berat Berat Berat Berat Sampel
Nama
No Sampel Kertas Cawan Setelah
Sampel
Oven 105°C Saring Proselin Tanur
1. Indigofera 35,2938 1,1667 34,0077 34,0241
2. Odot 35,3015 1,4291 33,9380 33,9511
3. Jagung 36,0314 1,1477 34,6789 34,7013
4. Gamal 40,6197 1,1365 39,3984 39,4077
5. Jerami padi 43,8119 1,7411 42,4504 42,4817

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan sampel pertama, diperoleh nilai dari analisis

kadar serat kasar yang terkandung dalam indigofera yaitu sebagai berikut: berat

sampel oven 105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar

berturut-turut yaitu 35,2938; 1,1667; 34,0077; dan 34,0241. Menurut Hutabarat

(2017), yang menyatakan bahwa nilai nutrisi tepung daun Indigofera zollingeriana

adalah: protein kasar 27,97%, serat kasar 15,25%, Ca 0,22%, dan P 0,18%. Rataan

kadar serat kasar berkisar antara 20,72 – 25,41%. Berdasarkan hasil analisis ragam,

umur pemotongan tanaman setelah penyeragaman pemotongan memberikan

21
pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar serat kasar Indigofera zollingeriana.

Kadar serat kasar terendah didapat pada umur pemotongan 40 hari sedangkan kadar

serat kasar tertinggi didapat pada umur pemotongan 60 hari. Menurut Savitri (2013),

yang menyatakan bahwa peningkatan kadar serat kasar tersebut disebabkan karena

adanya pengaruh umur terhadap kandungan kadar serat kasar. Semakin tua umur

tanaman maka kadar serat kasar akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan

oleh umur tanaman yang semakin tua mempunyai komponen dinding sel yang

tinggi. Sehubungan dengan perkembangan kedewasaan (umur tanaman) hijauan,

maka akan terjadi pula peningkatan konsentrasi seratnya.

Berdasarkan hasil pengamatan sampel kedua, diperoleh nilai dari analisis kadar

serat kasar yang terkandung dalam odot yaitu sebagai berikut: berat sampel oven

105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar berturut-turut

yaitu 35,3015; 1,4291; 33,9380; dan 33,9511. Menurut Kurniati (2021), yang

menyatakan bahwa rumput odot termasuk jenis rumput unggul karena produktivitas

dan kandungan zat gizinya yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang tinggi

bagi ternak ruminansia. Kandungan nutrisi rumput odot terdiri dari abu 16,97%,

protein kasar 17,03%, lemak kasar 1,76%, dan serat kasar 24,84%.

Berdasarkan hasil pengamatan sampel ketiga, diperoleh nilai dari analisis kadar

serat kasar yang terkandung dalam jagung yaitu sebagai berikut: berat sampel oven

105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar berturut-turut

yaitu 36,0314; 1,1477; 34,6789; dan 34,7013. Menurut Nafifa (2018), yang

menyatakan bahwa kadar serat kasar limbah jagung yang terdapat di Kecamatan

Labangka sebesar 33,4%.

22
Berdasarkan hasil pengamatan sampel keempat, diperoleh nilai dari analisis

kadar serat kasar yang terkandung dalam gamal yaitu sebagai berikut: berat sampel

oven 105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar berturut-

turut yaitu 40,6197; 1,1365; 39,3984; dan 39,4077. Menurut Herawati (2017), yang

menyatakan bahwa kandungan nutrisi daun gamal yaitu kadar air 78,24%, abu 7,7%

protein kasar 25,7%, serat kasar 23,9%, lemak kasar 1,97% dan BETN 40,73% serta

TDN 60,39 dengan kecernaan bahan kering sebesar 48 – 77%. Menurut

Lestariningsih (2020), yang menyatakan bahwa daun gamal memiliki kandungan

nutrisi yaitu protein kasar 20-30% bahan kering, serat kasar 15%, dan kecernaan in

vitro bahan kering 60-65%, bukan hanya itu aun gamal juga memiliki zat anti nutrisi

yaitu dicoumerol dan senyawa HCN dengan jumlah 4 mg/kg.

Berdasarkan hasil pengamatan sampel kelima, diperoleh nilai dari analisis

kadar serat kasar yang terkandung dalam jerami padi yaitu sebagai berikut: berat

sampel oven 105°C, berat kertas saring, berat cawan porselin dan berat serat kasar

berturut-turut yaitu 43,8119; 1,7411; 42,4504; dan 42,4817. Menurut Gazali (2014),

yang menyatakan bahwa jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang

potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia pada saat persediaan

rumput berkurang. Hambatan dalam pemanfaatannya adalah adanya faktor pembatas

dengan nilai nutrisi yang rendah yaitu kandungan lemak kasar rendah, serat kasar

tinggi serta kecernaannya hanya 37%, sehingga dalam pemanfaatannya diperlukan

penambahan bahan yang berkualitas dan pengolahan yang baik agar nilai gizinya

dapat ditingkatkan. Jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna

karena kandungan serat kasarnya tinggi sekali dengan komposisi nilai serat kasar

sebesar 32,14%. Menurut Jamaluddin (2018), yang menyatakan bahwa metode

23
pengukuran kandungan serat kasar pada dasarnya mempunyai konsep yang

sederhana. Langkah pertama metode pengukuran kandungan serat kasar adalah

menghilangkan semua bahan yang larut dalam asam dengan pendidihan asam sulfat.

Bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam larutan sodium

alkali. Residu yang tidak larut dikenal sebagai serat kasar.

24
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktikum Analisis Kadar Serat Kasar pada sampel dapat

disimpulkan bahwa nilai kadar serat kasar pada sampel indigofera, odot, jagung,

gamal, dan jerami padi berturut – turut yaitu 14,69%, -11,16%, 26,02%, 10,77%,

dan -58,61%.

4.2. Saran

Saran dari saya untuk Praktikum Nutrisi Ternak Dasar tentang Analisis Kadar

Serat Kasar ialah, sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan

dan dirawat lagi agar saat prak tikum bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal

tanpa ada kekurangan. Saran untuk asisten yaitu harus lebih jelas lagi dalam

membahas atau memberikan informasi tentang praktikum. Saran untuk praktikan

yaitu harus lebih serius lagi ketika praktikum sedang berlangsung, sehingga

praktikum yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Gazali, M. 2014. Kandungan Lemak Kasar, Serat Kasar dan BETN Pakan Berbahan
Jerami Padi, Daun Gamal dan Urea Mineral Molases Liquid dengan
Perlakuan Berbeda. [Skripsi]. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Hasbulloh, M. L. 2017. Kajian Analisis Pembandingan Kadar Proksimat dan Ffa
Produk Tahu Sumedang dan Tahu Bulat di Pabrik Tahu Sari Rasa Bandung.
[Skripsi]. Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas
Pasundan Bandung.
Herawati, E., dan Mega, R. 2017. Pengaruh Penambahan Molases terhadap Nilai Ph
dan Kadar Air pada Fermentasi Daun Gamal. Jurnal Ilmu Peternakan
(JANHUS). 2(1): 26-31.
Hutabarat, J., Erwanto, dan Agung, K. W. 2017. Pengaruh Umur Pemotongan
terhadap Kadar Protein Kasar dan Serat Kasar Indigofera zollingeriana.
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan. Vol 1(3): 21-24.
Jamaluddin, D., Nurhaeda, dan Rasbawati. 2018. Analisis Kandungan Protein Kasar
dan Serat Kasar Silase Pakan Komplit Berbahan Dasar Kombinasi Jerami
Padi dan Daun Lamtoro sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Jurnal
Bionature. 19(2): 105-111.
Kurniati, D., Nurul, H., dan Bambang, K. 2021. Efek Perbedaan Teknik Pengeringan
Terhadap Kualitas Hay Rumput Odot. Maduranch. 6(1): 9-14.
Lestariningsih, Yasin, M. Y., Khomarudin, M., dan Hardiato, A. F. 2020. Potensi
Silase Daun Gamal (Gliricia sepium) untuk Meningkatkan Produktivitas
Kambing Potong. Jurnal Ilmiah Fillia Cendekia. Vol 5(1): 10-14.
Nafifa, R. S. 2018. Kajian Nilai Nutrisi Tanaman pada Program I-Jalapi Terhadap
Pertumbuhan Sapi Di Labangka. Publikasi Ilmiah. Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Mataram.
Putri, R. E., dan Patihul, H. 2017. Potensi Pati Asal Tanaman Waluh (Sechium edule)
sebagai Alternatif Eksipien Farmasi. Jurnal Farmaka. 15(2): 42-52.
Santosa, K. 2017. Pengaruh Interval Pemotongan terhadap Kandungan Nutrien
Rumput Gajah Varietas Odot (Pennisetum purpureum cv. Mott). [Skripsi].
Universitas Mercu Buana. Yogyakarta.
Savitri, M. V., Herni, S., dan Hermanto. 2013. Pengaruh Umur Pemotongan terhadap
Produktivitas Gamal (Gliricidia sepium). Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
23(2): 25-35.
Trihatmaja, K. 2017. Analisis Potensi Wilayah untuk Pengembangan Usaha Ternak
Sapi Potong di Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Provinsi
Jawa Timur. [Skripsi]. Universitas Mercu Buana. Yogyakarta.

26
Lampiran

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai