Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MENERAPKAN SISTEM PANCA INDRA PADA TERNAK


DOSEN PEMBIMBING :

RAFIKA KOMALA S.PT.MP

DISUSUN OLEH :

JUNIARTO TAMBUN (23353024)

DEPARTEMEN AGROINDUSTRI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023/202
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat
kebaikan-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Tidak lupa, tim penyusun atau kelompok empat ingin mengucapkan terima kasih
kepada Ibu RAFIKA KOMALA S.PT.MP selaku dosen mata kuliah hukum dan etika bisnis
yang sudah membantu kami dalam proses penggarapannya. Makalah yangberjudul
“MENERAPKAN SISTEM PANCA INDRA PADA TERNAK” disusun oleh kami selaku
kelompok tujuh untuk memenuhi tugas mata pelajaran anatomi dan fsiologi ternak. Lewat
proses panjang, kami pun yang beranggotakan 2 orang sedikitnya bisa mengetahui proses
konkret dalam mengetahui etika bisnis. Semoga hal-hal yang sudah kami dapatkan bisa
diwujudkan dan berdampak banyak bagi semuanya.

Kami pun mengetahui jika makalah yang sudah digarap masih jauh dari kata
sempurna. Masih banyak kekurangan sehingga kami sangat berharap saran dan kritiknya
kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat satu makalah yang lebih
berkualitas.

Terakhir, semoga makalah berikut bisa mempunyai dampak dan manfaat bagi alam
dan lingkungan di sekitar kita.

Sijunjung, 27 September 2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 5
1.3 TUJUAN ............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 6
2.1 PENGERTIAN SISTEM INDRA ............................................................................................. 6
2.2 CONTOH INDRA PADA HEWAN TERNAK ........................................................................ 7
2.2.1 INDRA PADA SAPI .............................................................................................................. 7
2.2.2 INDRA PADA KAMBING ............................................................................................... 8
2.2.3 INDRA PADA AYAM ...................................................................................................... 8
2.3 NYERI..................................................................................................................................... 10
2.4 INDRA PENGLIHATAN ....................................................................................................... 12
2.5 INDRA PENDENGARAN ..................................................................................................... 16
2.4 INDRA PRABA ...................................................................................................................... 18
2.5 INDRA PENCIUMAN ........................................................................................................... 19
2.6 INDRA PRASA ...................................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 22
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 22
3.2 SARAN ................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 23

3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di dalam tubuh manusia terdapat sisitem koordinasi yang akan mengatur agar
semua organ dapat bekerja secara serasi. System koordinasi itu bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya, dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan
tadi. Rangsangan merupakan informasi yang dapat di terima hewan. Informasi tersebut
dapat berupa informasi yang internal maupun yang eksternal. Rangsang eksternal (berasal
dari lingungan di luar tubuh hewan) dapat berupa sasuatu hewan. linitas (kadar garam),
suhu udara, kelembapan, dan cahaya.
Sedangkan rangsangn yang berasal dari dalam tubuh hewan (internal) dapat berupa
suhu tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium dalam
darah. Untuk dapat menerima rangsangan dan menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan
harus memiliki alat untuk menerima rangsang dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap
rangsang yang datang.. alat yang di gunakan untuk menerima rangsang yang disebut
sebagai reseptor yang sangat bertalian erat dengan system koordinasi yang di miliki oleh
semua makhluk hidup khususnya hewan.
Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu mendeteksi
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Organ indra kita adalah
reseptor (penerima rangsang). Pada indra terdapat ujung-ujung saraf sensori yang peka
terhadap rangsang tertentu. Rangsangan yang di terima di teruskan melalui serabut sraf
sebagai impuls saraf. Sedangkan efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi
sebagai jawaban terhadap impuls yang datang padanya. Efektor yang penting pada hewan
adalh otot dan kelenjar.

4
1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat kita memberikan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah yang di maksud dengan reseptor indra?


2. bagaimana contoh nyeri, rasa , bau (struktur wilayah penciuman) yang terdapat
dalam ternak
3. bagaimana penerapan indra bau,pendengaran,keseimbangan dan penglihatan pada
ternak tersebut

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat kita berbagai tujuan antara lain.

1. Mengetahui dan memahami yang di maksud dengan reseptor indra


2. agar dapat mengetahui apa saja panca indra yang terdapat di berbagai jenis hewan –
hewan ternak
3. mengerti penerapan inndra apa saja yang terdapat dalam ternak

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM INDRA


Sistem indera atau yang biasa disebut sensasi merupakan kumpulan reseptor yang
khas untuk menyadari suatu bentuk perubahan lingkungan. Tiap-tiap organisme makhluk
hidup mempunyai sistem koordinasi yang disebut koordinasi indra untuk melakukan
aktivitas sehari- hari baik itu pada hewan vetebrata ataupun pada hewan in vetebrata.
Hewan- hewan ini memiliki suatu alat indra. Misalnya untuk melihat. Hewan vetebrata
atau hewan bertulang belakang memiliki indra penglihat atau mata, indra pencium
(hidung), indra peraba (kulit) dan indra pendengar (telinga).
Akan tetapi tidak semua makhluk hidup menggunakan semua alat indranya untuk
melakukan aktifitasnya. Contohnya pada hewan invetebratanya seperti protozoa hewan ini
tidak memiliki indra, akan tetapi peka terhadap rangsangan, Coloenterata menggunakan
Tentakel sebagai alat peraba, pada cacing tanah memiliki indra yang berada dipermukaan
tubuhnya dan peka terhadap rangsangan. Hewan ini hanya mampu membedakan antara
gelap dan terang saja.
Pada hewan vetebrata mereka memiliki sistem koodinasi atau alat indera yang
sempurna. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk melihat, hidung yang berfungsi
sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai indra peraba dan telinga yang berfungsi
sebagai indra pendengar. Begitu juga pada manusia. Kita memiliki hidung, mata kulit atau
tangan dan telinga untuk menjalankan fungsinya masing- masing sesuai dengan
kegunaannya.
Hewan menganalisis keadaan lingkungannya melalui indra. Jenis indra setiap
hewan tidak selalu sama. Indra hewan bertulang belakang lebih kompleks daripada indra
hewan tak bertulang belakang. Kepekaan indra setiap hewan berbeda-beda bergantung
pada perkembangan sistem saraf pusatnya. Suatu jenis hewan memiliki salah satu indra
yang lebih peka dibandingkan dengan indra yang sama pada manusia. Namun, indra hewan
yang lain kurang peka dalam mengenali keadaan atau penibahan yang terjadi pada
lingkungannya.

6
2.2 CONTOH INDRA PADA HEWAN TERNAK

2.2.1 INDRA PADA SAPI


Sapi yaitu indra penglihat, pendengar, dan peraba Alat indra yang berupa mata,
telinga, lidah, dan hidung Mata Sapi Mata pada sapi berfungsi sebagai indera penglihatan
yang memiliki prinsip kerja seperti kamera, menghasilkan gambar dengan memfokuskan
cahaya untuk menciptakan kesan visual (Miller, 2006). Mata sapi terdiri dari kantung
konjungtiva, kornea, pupil, iris, aqueous humor, lensa, ciliary body, vitreous humor, retina,
sclera, dan sistem saraf mata Gambar 2. Anatomi Mata Sapi (Leigh, 2010) 8 Mata memiliki
sorot mata yang bersih dan cerah, kondisi bola mata baik bersih dan tidak terdapat
kelainan-kelainan mata seperti berair, bercak kemerahan pada korenea mata, adanya selaput
putih seperti katarak, adanya kotoran dan luka disudut mata Fungsi hidung pada sapi adalah
untuk menangkap zat kimia (bau) sehingga dapat mencium bau

Alat pendengaran sapi bisa mendengar suara dari jarak jauh menggunakan sel yang
diambil dari sapi.

INDRA PENGECAPAN SAPI

Sapi merupakan hewan dengan indra pengecapan terbaik kedua di dunia, jauh
mengalahkan kelinci. Sapi memiliki 25.000 hingga 35.000 reseptor yang akan membantu
mereka dalam merespons rasa dari apa yang mereka makan. Herbivor lainnya seperti
kambing juga sebetulnya memiliki indra pengecap yang kuat, namun jumlah reseptor pada
kambing masih jauh di bawah sapi. Reseptor perasa pada herbivor memang dibutuhkan
untuk membedakan mana tanaman beracun dan mana yang aman dikonsumsi.Oh ya, sapi
juga tetap akan merasakan rasa dari makanan yang ia makan--bahkan beberapa jam
setelahnya. Itu sebabnya setelah makan, biasanya mereka akan bersantai sambil menikmati
cita rasa makanan yang masih menempel di dalam mulut mereka.

7
gangguan pada indera linder yang menempel pada pedet yang baru dilahirkan
dengan lidah kerja indra Makanan/Larutan zat berasa→ Papila lidah → Saraf gustatori →
Medula oblongata → Talamus → Pusat rasa pada korteks serebrum.

2.2.2 INDRA PADA KAMBING


Pupil mata kambing berbentuk horizontal dan terlihat seperti persegi panjang,
teman-teman. Sementara kebanyakan hewan lainnya dan manusia memiliki pupil yang
bulat.Meskipun pupil mata kucing terkadang berubah bentuk menjadi vertikal, tapi mata
kambing terlihat berbeda ketika kita melihatnya.

2.2.3 INDRA PADA AYAM


Secara fisiologis punya, sebab dia punya lidah yang memungkinkan sekian ribu
papila hadir di dalamnya.. Namun untuk jenis rasa apa yang dapat dirasakan saya pribadi
tidak tahu karena belum pernah melakukan pengamatan maupun membaca dan mempelajari
fisiologis ayam. Rasa dan aroma merupakan faktor penting bagi ayam dalam mengenal
macam pakan, walaupun demikian ayam mampu untuk membedakannya

1. Penglihatan Syaraf penglihatan pada otak berkembang baik (lobus opticus),


sehingga mempunyai ketajaman penglihatan (Akoso, 1993). Penglihatan menggunakan
mata, yang menempati sebagian besar pada bagian kepalanya, porsi ini lebih besar
dibanding mamalia. Penglihatan hanya dapat merasakan bentuk permukaan dan ukuran,
juga tidak dapat membedakan warna dengan baik. Penglihatan hanya berdasarkan
pengenalan bentuk pada ukuran bentuk besar dan bukan pengenalan luas secara
keseluruhan (Nesheim et al., 1979).

2. Pendengaran Pendengaran merupakan sistem komunikasi utama antara anak dan


induk. Menurut Nesheim et al. (1979) alat pendengaran pada unggas telah berkembang
dengan baik. Hubungan komunikasi yang digunakan dalam pembicaraan diantara ayam
betina dengan anaknya ada beberapa bentuk komunikasi dengan menggunakan signyal-
signyal suara, seperti cara memanggil anak ayam untuk menarik induknya.

8
3. Pengecap Pengecap pada ayam sangat peka terhadap rasa pahit, toleran terhadap
rasa asin sampai dengan konsentrasi 0,9% larutan garam, dapat membedakan sumber
karbohidrat.

4. Penciuman Indera penciuman unggas tidak berkembang baik. Unggas


mempunyai susunan anatomi syarat yang berhubungan dengan penciuman, tetapi tanggap
terhadap bau sulit untuk diketahui secara jelas. Rasa dan aroma merupakan faktor penting
bagi ayam dalam mengenal macam pakan, walaupun demikian ayam mampu untuk
membedakannya (Akoso, 1993).

5. Peraba Indera peraba pada ayam berfungsi baik, kontak dengan telur saat
mengerami, menghangati anak di bawah sayap, berkerumun saat kedinginan.

Ada 4 syarat agar sensori dapat terjadi, yaitu:

1. Terdapat stimulus atau rangsangan berupa perubahan lingkungan sehingga


menimbulkan respon pertama dari sistem saraf
2. Reseptor atau organ sensori (indera) membawa dan mengubah stimulus menjadi
impuls saraf
3. Impuls dikonduksikan dari reseptor atau organ indera menuju otak.
4. Otak menerjemahkan impuls menjadi suatu sensasi.

Setiap indra menerima stimulus khusus untuk penginderaan yang sesuai. Stimulus
(rangsangan) dapat berupa berbagai macam energi antara lain: panas, cahaya, mekanik,
kimiawi dan sebagainya. Impuls sensoris yang berakhir pada pusat-pusat indera di otak,
akan menimbulkan penginderaan yang disadari. Jika impuls dari organ indera dihantarkan
ke medula spinalis maka akan terjadi juga aktivitas motoris tetapi penginderaan yang
dihasilkan bersifat tidak disadari.

9
2.3 NYERI
Nyeri pada hewan ternak biasanya dinilai berdasarkan perubahan fungsi tubuh
secara umum, seperti berkurangnya asupan makanan, penurunan produksi, dan
ketimpangan; respon fisiologis (misalnya peningkatan denyut jantung); dan termasuk:

o Sikap kusam, tertekan, lesu


o Isolasi, kegagalan untuk merumput bersama orang lain dalam kelompok
o Mendengus ekspirasi, gigi bergemeretak
o Ketidakmampuan, berkurangnya perenungan
o Peningkatan frekuensi pernapasan
o Peningkatan vokalisasi
o Peningkatan sensitivitas (hiperalgesia)
o Perhatian/menjilati lokasi luka/lesi
Nyeri yang berhubungan dengan pneumonia kronis. Isi rumen yang
kurang baik disebabkan nafsu makan berkurang, punggung sapi melengkung
dan kepala menunduk.

Nyeri yang berhubungan dengan sistem lokomotor akan terlihat sebagai


ketimpangan namun banyak indikator klinis yang tercantum di atas juga akan muncul,
seperti kegagalan untuk merumput bersama orang lain dalam kelompok, berkurangnya
waktu makan, semakin banyak berbohong, berkurangnya perawatan dan peningkatan
laju pernapasan saat mencoba. berjalan.

Nyeri dapat disebabkan oleh cedera fisik dan juga penyakit; dalam hal
ini hock tertutup karena desain dan pemeliharaan bilik yang buruk.

A. Macam Macam Reseptor

• Berdasarkan lokasinya terdapat beberapa macam reseptor antara lain:

10
1. Eksteroseptor di dekat permukaan tubuh yang sensitive terhadap stimulus dari luar
tubuh dan meneruskan sensasi pendengaran, bau, rasa, penglihatan, persepsi bau
dan nyeri.
2. Viseroseptor (enteroseptor) di organ visera dan pembuluh darah yang melayani
informasi dari lingkungan dalam tubuh. Ini berhubungan dengan sensasi nyeri,
tekanan, letih, lapar, haus dan mual.
3. Proprioseptor di otot, tendo, sendi dan telinga dalam yang memberi informasi
tentang posisi dan gerak tubuh. Ini berhubungan dengan ketegangan otot, posisi
dan ketegangan sendi serta keseimbangan.

• Berdasarkan stimulus yang terdeteksi ada beberapa macam reseptor yaitu:

1. Mekanoreseptor yang sensitive terhadap sentuhan, tekanan, getaran, propriosepsi,


pendengaran, keseimbangan dan tekanan darah
2. Thermoreseptor yang sensitive terhadap perubahan suhu (hangat dan dingin)
3. Nosiseptor yang sensitive terhadap rangsang nyeri (kurusakan fisik dan kimiawi
jaringan)
4. Elektromagnetik reseptor (fotoreseptor) yang sensitive terhadap rangsang cahaya
(pada retina)
5. Kemoreseptor mendeteksi rasa di mulut, bau di hidung, bahan kimia dalam cairan
tubuh misalnya oksigen, karbondioksida, air dan glukosa.

• Apabila dibagi kedalam kelompok alat indra, maka dapat kita bagi ke dalam tiga grup
kelompok, yakni:

1. Kemoreseptor, yaitu alat indra yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu
indra pembau (hidung) dan indra pengecap (lidah).
2. Mekanoreseptor, yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat,
tegangan suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indra pendengara
(telinga).

11
3. Photoreseptor/ Fotoreseptor, yaitu alat indra yang merespon terhadap rangsangan
cahaya seperti indera penglihatan atau mata. Penglihatan adalah kemampuan untuk
mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya
tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar.

• Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu interoreseptor dan
eksoreseptor.

1. Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan yang terjadi di


dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum,
sendi, dinding pembuluh darah, dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya.
Sel-sel ini dapat mengenali berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti
terjadi rasa nyeri di dalam tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan
darah menurun/naik dan lain sebagainya.
2. Eksoreseptor adalah kebalikan dari interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk
mengenali perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang
termasuk eksoreseptor yaitu (1) Indra penglihat (mata), indra ini berfungsi untuk
mengenali perubahan lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indra
pendengar (telinga), indra ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan
seperti suara. (3) Indra peraba (kulit), indra ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indra pengecap
(lidah), indra ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan seperti mengecap
rasa manis, pahit dan lain sebagainya. (5) Indra pembau (hidung), indra ini
berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan.

2.4 INDRA PENGLIHATAN


Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah
satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang

12
yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali
lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar.

Ular mempunyai reseptor infra merah yang sangat sensitif dalam mendeteksi panas
tubuh mangsa yang berada di lingkungan yang lebih dingin (Campbell dkk, 2004). Hampir
semua hewan dapat mendeteksi cahaya. Bahkan hewan yang tidak memiliki struktur
fotoreseptor khusus, contohnya amoeba, ternyata juga dapat mendeteksi cahaya. Struktur
fotoreseptor bervariasi, dari yang paling sederhana berupa eye-spot daerah sitoplasma yang
peka terhadap cahaya, seperti yang terdapat pada euglena) hingga struktur yang rumit dan
terorganisasi dengan baik seperti yang dimiliki vertebrata. Semua reseptor bekerja menurut
prinsip yang sama. Perbedaan cara kerja di antara reseptor hanya terletak pada jenis
rangsang yang diterima (Isnaeni, 2006).
Reseptor cahaya dan kemampuan visual invertebrata sangat beragam, yang berkisar
dari sebuah mangkuk mata yang sensitif terhadap cahaya pada planaria sampai ke mata
majemuk pembentuk citra pada serangga dan krustasea dan mata berlensa tunggal pada
ubur-ubur, laba-laba, dan kebanyakan moluska (Campbell dkk, 2004). Pada cacing pipih,
fotoreseptor pada sepasang mata yang membentuk mangkuk. Apabila diberi rangsangan
cahaya, cacing pipih akan bergerak menghindarinya dan berusaha untuk mencari daerah
yang gelap guna memperkecil resiko tertangkap oleh pemangsa (Isnaeni, 2006).
Sel fotoreseptor pada vertebrata mempunyai banyak lipatan dan mengandung
pigmen yang umumnya berupa rodopsin. Rodopsin akan berubah jika ada cahaya yang
mengenai sel tersebut. Perubahan awal tersebut akan segera diikuti dengan serangkaian
perubahan berikutnya, yang akan membawa sel ke keadaan terdepolarisasi (Isnaeni, 2006).
Vertebrata mempunyai mata berlensa tunggal. Bagian utama pada mata vertebrata adalah
lapisan luar, yaitu sklera, yang meliputi kornea transparan; konjungtiva, membran mukosa,
yang mengelilingi seluruh bagian sklera kecuali kornea; koroid, lapisan tengah yang
berpigmen, yang meliputi iris, yang mengelilingi pupil; retina, lapisan bagian dalam pada
bagian belakang bola mata yang mengandung sel fotoreseptor; dan lensa, yang tersuspens

13
di antara dua ruangan dalam mata, yang memfokuskan cahaya pada retina (Campbell dkk,
2004).

Susunan indera penglihatan dalam garis besar terdiri dari:

1) Kedua mata (the eye).

2) Saraf optik, yaitu saluran saraf yang menghubungkan mata dengan otak (the visual
pathway).

3) Pusat penglihatan dalam otak (visural korteks). Disamping itu terdapat organ-organ
aseseori yang penting untuk melindungi dan mempertahankan fungsi mata, yaitu kelopak
mata, bulu mata, alis dan kelenjar air mata.

Gambar 1.1 Anatomi Mata

Kedua mata (The Eye)

Mata merupakan bagian indera yang fungsinya hanya terbatas pada menerima dan
menyiapkan rangsang agar dapat diteruskan ke pusat-pusat penglihatan yang terletak di
dalam otak. Mata merupakan organ penglihat (apparatus visual) yang bersifat peka cahaya

14
(foto sensitif). Secara anatomi, bola mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan dari luar ke
dalam, yaitu:

a. Sklera (selaput putih) Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat, berfungsi
untuk bagian-bagian dalam bola mata dan untuk mempertahankan kekakuan bola
mata.
b. Kornea Kornea merupakan selaput bening yang melapisi bagian anterior bola mata.
Kornea juga merupakan jalan masuk cahaya pada mata dengan menempatkannya
pada retina. Lapisan luar kornea ditutup oleh lapisan epitel yang berkesinambungan
dengan epidermis yang disebut konjungtiva

Lapisan Vaskular, terdiri dari:

a. Koroid

Merupakan menbran tipis yang mengandung pigmen dan melapisi


permukaan sebelah dalam sklera. Koroid mengandung banyak pembuluh darah yang
menyalurkan nutrisi ke retina.

b. Iris
Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata. Pada iris
terdapat dua perangkat otot polos yang tersusun sirkuler dan radial. Iris berfungsi
untuk mengatur jumlah cahaya yang memasuki mata, dengan jalan membesarkan
atau mengecilkan pupil, yaitu lubang yang terletak di tengah-tengah iris.
c. Lensa
Lensa mata berfungsi untuk membiaskan cahaya yang masuk dan
memfokuskan cahaya pada retina. Lensa berada tepat di belakang iris dan
tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa dapat berubah-ubah, diatur oleh
otot siliaris. Ruang yang terletak diantara lensa mata dan retina disebut ruang
viterus, berisi cairan yang lebih kental (humor viterus), yang bersama dengan humor
akueus berperan dalam memelihara bentuk bola mata.

15
d. Retina
Retina adalah bagian mata vertebrata yang peka terhadap cahaya, merupakan
lapisan terdalam dari bola mata. Bagian ini berfungsi untuk menerima cahaya,
mengubahnya menjadi impuls saraf dan menghantarkan impuls ke saraf optik (II).
Retina tersusun atas lapisan jaringan saraf (sebelah dalam merupakan bagian visual)
dan lapisan berpigmen (sebelah luar merupakan bagian non visual).

Lapisan jaringan saraf pada retina mengandung tiga daerah neuron yaitu:

a. Neuron Fotoreseptor
b. Neuron Bipolar
c. Neuron Ganglion

2.5 INDRA PENDENGARAN


Proses pendengaran secara sekilas terjadi ketika indra pendengaran menerima
gelombang suara yang masuk ke struktur eksternal telinga (daun telinga), melewati telinga
tengah menuju telinga dalam, dan menstimulasi sel reseptor spesifik di telinga dalam yang
mencetuskan potensial aksi, yang selanjutnya dibawa ke otak. Potensial aksi ini dibawa
oleh saraf koklear ( saraf kranial ke-VIII). Ke korteks pendengaran untuk diinterpretasi
sebagai suatu stimulus suara. Organ telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu; telinga luar,
telingan tengah dan telinga dalam.

a. Telinga Luar

Telingan luar terdiri dari atas aurikula (tulang rawan bagian luar) dan
saluran telinga luar. Aurikula mengumpulkan gelombang suara dan
memproyeksikannya ke dalam saluran luar. Saluran telinga luar adalah liang tempat
lewatnya gelombang suara ke telinga tengah. Organ yang memisahkan antara
telingan luar dan telingan tengah adalah membrana timpani (gendang telinga).

b. Telinga Tengah
Telinga tengah dimulai dari membran timpani, apabila ada suara masuk,

16
membran timpani akan terdorong ke dalam atau melengkung ke arah telingah
tengah sehingga bergetar. Frekuensi getaran tergantung frekuensi gelombang suara.
Telinga tengah memiliki tiga tonjolan (prosesus), yaitu maleus, inkus dan stapes.
Getaran suara pada membran timpani akan ditingkatkan frekuensinya oleh tulang-
tulang tadi selanjutnya menuju jendela oval. Telinga tengah dihubungkan ke hidung
dan tenggorokan melalui tuba eustachius.
c. Telinga Dalam
Telinga dalam adalah organ yang komplek terdiri dari ; labirin tulang dan
labirin membranosa, antara labirin tersebut dipisahkan oleh cairan
perilimfe,sedangkan pada labirin membranosa di sisi oleh cairan kental dinamakan
endolimfe. Di dalam labirin terdapat organ; koklea, vestibulum dan saluran
semisirkular. Koklea mengubah getaran dalam bentuk gelombang menjadi potensial
aksi. Vestibulum dan saluran semisirkular menjaga keseimbangan.

Gambar 2.1 Anatomi Telinga

Benda yang bergetar akan menimbulkan suara, yang juga merupakan suatu gelombang
yang dapat merambat. Selanjutnya gelombang suara ini dikumpulkan (ditampung) oleh
aurikel. Dari aurikel gelomba yang dilanjutkan ke meatus akustikus eksternus menuju
membrane timpani. Membrana timpani bergetar sehingga gelombang dilipatgandakan.
Getaran membrane timpani diperbesar oleh gaya ungkit os malleus, os inkus dan os stapes.

17
Selanjutnya os stapes menggetarkan foramen ovale. Foramen ovale membrane selanjutnya
menggetarkan cairan perilimfe di skala vestibuli. Dari sini gelombang ada yang diteruskan
sehingga menggetarkan cairan perilimfe di skala timpani. Sebagian lagi gelombang
berbelok sehingga menggetarkan (mendorong) cairan endolimfe dan membrane basal yang
akhirnya juga menggetarkan cairan perilimfe di skala timpani. Getaran cairan perilimfe dari
segala bagian akan membuat cairan endolimfe bergetar dengan optimal karena cairan
endolimfe berada di tengah-tengah cairan perilimfe (lihat gambar). Gelombang diteruskan
ke organ korti sebagai reseptor indera pendengaran yang akan diteruskan ke otak oleh N.
VIII. Setelah sampai di otak maka impuls pendengaran ditafsirkan.

2.4 INDRA PRABA


Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit
mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat
besar, terutama di ujung jari dan bibir.

Klasifikasi reseptor antara lain: Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan
terhadap modalitas tertentu

1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).


2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).
3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).
4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).

Berdasarkan sumber rangsangan

1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan


eksterna atau luar.
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama
berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.

Berdasarkan morfologi

18
1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel
lainnya.

2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di
samping saraf badan akhir saraf.

2.5 INDRA PENCIUMAN


Indra pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong.
Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamenfilamen seperti rambut
pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada
sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa
sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu. Dalam lamina propria tunika mukosa
penciuman, selain terdapat banyak pembuluh darah dan saraf, ditemukan juga kelenjar-
kelenjar jenis tubulo alveolar dengan sel-sel seromukosa yang dengan PAS-positif. Saluran
ekskresi kelenjar ini bermuara ke epitel permukaan dan aliran ekskresinya terus-menerus
membersihkan bagian apikal sel-sel penciuman. Dalam hal ini senyawa-senyawa yang
merangsang rasa penciuman secara tetap disingkirkan, jadi mempertahankan reseptor-
reseptor selalu dalam keadaan siap menerima stimulus yang baru.
Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau.
Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan
dengan analogi, sel sensor pada antenna invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem
olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair.
Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada
medium air di sekitarnya.

19
Gambar3.1 Reseptor pembau

2.6 INDRA PRASA


Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa.
Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor.
Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut berbentuk seperti
bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada permukaan atas lidah.
Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut, faring dan laring, walaupun sedikit
sekali.
Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang tersebar dan ada pula yang berkeompok
dalam tonjolan-tonjolan epitel yang disebut papila. Terdapat empat macam papila lidah:

1. Papila foliate, pada pangkal lidah bagian lateral,


2. Papila fungiformis, pada bagian anterior.
3. Papila sirkumfalata, melintang pada pangkal lidah. Ketiga papila di atas
mengandung kuncup pengecap, dan
4. Papila Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat
kuncup-kuncup pengecap.

Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel
penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke lubang
pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup pengecap

20
melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap pada semua
vertebrata mendapat persarafan dari cabang-cabang saraf kranial nomor VII, IX, dan X.

Kuncup-kuncup pengecap dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam,
asin dan pahit. Pada lidah reseptorreseptor yang sensitif terhadap rasa manis terdapat pada
ujung lidah, sedangkan untuk rasa masam terdapat pada bagian kanan dan kiri lidah.
Pangkal lidah sensitif untuk rasa pahit dan bagian samping depan sensitif terhadap rasa
asin.

Gambar 4.1 Indra perasa

21
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem Indera adalah kumpulan reseptor yang khas untuk menyadari suatu bentuk
perubahan lingkungan. Alat indera dapat kita bagi ke dalam tiga grup kelompok, yakni
Kemoreseptor (alat indera yang merespon terhadap rangsangan zat kimia yaitu indera
pembau (hidung) dan indera pengecap (lidah); mekanoreseptor (alat indera yang merespon
terhadap rangsangan gaya berat, tegangan suara dantekanan yakni indera peraba (kulit) dan
indera pendengaran (telinga); fotoreseptor (alat indera yang merespon terhadap rangsangan
cahaya seperti indera penglihatan atau mata).
Sistem Indra pada Hewan yang terletak di pembahasan termasuk kedalam jenis
Vertebrata diantaranya pada pisces (berkembang dengan baik adalah indera penglihat,
pencium, dan pendengar); amfibi (misalnya seperti sapi, ayam, kambing, indera yang
berkembang dengan cukup baik ialah indra penglihat dan pendengar); reptilia (yang
berkembang dengan baik adalah indera pencium); aves (Indra penglihat dan indra
keseimbangan burung berkembang dengan baik); mammalia (memiliki lima macam alat
indera yang berkembang dan berfungsi dengan baik).

3.2 SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat membantu para pembaca dalam mengetahui
serta menambah wawasan mengenai system pancca indra pada ternak Pada sistem indera
ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik karena bawaan maupun karena
faktor luar, seperti virus atau kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk itu tugas kita
menjaga kesehatan sistem indera baik pada diri kita maupun hewan di sekitar kita, karena
itu semua berdampak baik bagi diri kita sendiri maupun lingkungan sekitarnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, R., & Mitchell. (2004). Biologi Edisi Kelima/Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Isnaeni, W. (2006). Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius

Redjani. 1988 Ilmu Biofisika. Surabaya: Universitas Airlangga Press

Rina Delfita. 2019. Fisiologi Hewan Komparatif. Jakarta: Prenadamedia Group. Diakses
pada 05 Maret 2022
https://repo.iainbatusangkar.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/13481/1599468
153466_Fisiologi%20Hewan%20Komparati%20watermarkf_watermark-min.pdf?
sequence=-1&isAllowed=y

Sukardi E. Neuroanatomia Medica. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia; 1985.

Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang.Jurusan Biologi UM.

Weston T. Atlas Of Anatomy. London: Marshall Cavendish; 1993

23

Anda mungkin juga menyukai