Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TERNAK UNGGAS

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Afrigh Miftahudin 202410003
Muhammad Faqih Minded Al Jundy 202410008
Agam Setyoadi 202410016
Fu’ad Fredyawan 202410022
Septia Windasih 202410023

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Dasar Ternak Unggas. Laporan ini kami susun sebagai bagian dari tugas Mata
Kuliah Dasar Ternak Unggas Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Purworejo. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Roisu E. M., M.P. selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar Ternak Unggas.
2. Asisten Dosen selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan selama Praktikum Dasar Ternak Unggas dan penyusunan
Laporan Praktikum ini.
3. Teman – Teman Kelompok 3 yang telah bekerja sama selama kegiatan
Praktikum dan Penyusunan Laporan Praktikum ini.
4. Orang tua dan teman-teman mahasiswa yang selalu memberi dukungan,
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini.
Kami menyadari bahwa Laporan Praktikum ini, masih jauh dari
sempurna, maka kami mohon kritik dan saran yang membangun agar menjadi
bahan perbaikan laporan ini. Besar harapan kami, bahwa laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Purworejo, 27 Desember 2021

Praktikaan

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................6
1.4 Manfaat......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7
2.1 Anatomi Ayam..........................................................................................7
2.2 Sistem Pencernaan Ayam..........................................................................8
2.3 Sistem Reproduksi Ayam........................................................................11
2.4 Sistem Peredaran Darah Ayam................................................................12
2.5 Sistem Kerangka Ayam...........................................................................12
2.6 Sistem Otot Ayam...................................................................................13
2.7 Sistem Respirasi Ayam...........................................................................13
BAB III MATERI DAN METODE......................................................................15
3.1 Lokasi Dan Waktu...................................................................................15
3.2 Materi......................................................................................................15
3.3 Metode.....................................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................17
4.1 Hasil dan Pembahasan.............................................................................17
4.2 Table perbandingan unggas.....................................................................24
BAB V PENUTUP................................................................................................26
5.1. Kesimpulan..............................................................................................26
5.2. Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi dan Morfolgi Ayam.................................................................7


Gambar 2. Berat total Bulu Ayam Kampung.........................................................17
Gambar 3. Ayam Kampung...................................................................................17
Gambar 4. Penampang Mata dan Telinga Ayam Kampung..................................17
Gambar 5. Penampang Lidah dan Hidung Ayam Kampung.................................17
Gambar 6. Volume Darah yang Keluar Saat Penyembelihan...............................18
Gambar 7. Berat Darah yang Keluar Saat Penyembelihan...................................18
Gambar 8. Organ Respirasi pada Ayam Kampung................................................19
Gambar 9. Usus Halus , Usus Buntu, dan Kloaka.................................................19
Gambar 10. Proventikulus, Ventikulus/Ampela, Hati, Limpa, Pankreas, Dan
Empedu..................................................................................................................19
Gambar 12. Peredaran Darah Besar Ayam Kampung...........................................21
Gambar 11. Organ Peredaran Darah Kecil Pada Ayam Kampung........................21
Gambar 14. Otot Paha Pada Ayam Kampung........................................................22
Gambar 13. Serat Daging Yang Diiris...................................................................22
Gambar 15, Tulang Rusuk Pada Ayam Kampung.................................................22
Gambar 16. Susunan Kerangka Ayam Kampung..................................................22
Gambar 18. Usus Halus, Usus Besar, Usus Buntu, dan Kloaka............................23
Gambar 17. Ginjal Ayam Kampung......................................................................23
Gambar 19. Alat Kopulasi Ayam Kampung Jantan...............................................23
Gambar 20. Testis Ayam Kampung Muda............................................................23

DAFTAR TABEL

Tabel. Data Yang Diambil Sebelum Dilakukan Nekropsi.....................................24

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unggas atau poultry secara umum dapat diartikan sebagai ternak bersayap
yang dalam taksonomi zoologinya tergolong dalam kelas Aves (Muharlien dkk,
2017). Secara umum ternak ungags memiliki beberapa ciri-ciri yaitu, bersayap,
tubuh tertutup bulu, berparuh, mengambil pakan dengan paruh, kulit kering dan
berlipat-lipat, tidak mempunyai kelenjar keringat, serta tempertaur tubuhnya
tinggi sekitar 41 - 42℃. Beberapa hewan ternak yang termasuk ke dalam ternak
unggas adalah ayam, kalkun, itik, angsa, dan bangsa burung.
Dalam pelaksanaan praktikum Dasar ternak Unggas ini, kami memilih ayam
jantan sebagai salah satu ternak unggas yang akan kami nekropsi atau bedah
dalam keadaan mati. Nekropsi adalah memeriksa bagian eksternal dan internal
dari masing-masing organ ayam jantan tersebut untuk mengetahui setiap
perubahan patologis (Rudy Rawendra dkk, 2018). Dalam praktikum ini, nekropsi
dilakukan untuk mengetahui anatomi dan fisiologi, sistem respirasi, sistem
pernafasan, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem reproduksi, sistem
otot, serta sistem kerangka dari ayam jantan tersebut.
Anatomi dan fisiologi, sistem respirasi, sistem pernafasan, sistem
pencernaan, sistem peredaran darah, sistem reproduksi, sistem otot, serta sistem
kerangka pada ayam jantan perlu diketahui oleh peternak unggas khususnya
peternak ayam jantan supaya lebih mudah dalam menangani dan merawat ayam
tersebut apabila terserang penyakit atau lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
nekropsi pada yam jantan agar peternak ayam jantan dapat lebih mudah dalam
menangani dan merawat ternaknya jika terserang penyakit pada bagian internal
dan eksternal ayam jantan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara melakukan nekropsi pada ayam jantan?
2. Apa saja alat dan bahan untuk melakukan nekropsi pada ayam jantan?
3. Apa saja yang diamati dalam nekropsi pada ayam jantan?

5
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara melakukan nekropsi pada ayam jantan.
2. Mengetahui alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan nekropsi
pada ayam jantan.
3. Mengetahui apa saja yang diamati dalam nekropsi pada ayam jantan.

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa menjadi tahu cara melakukan nekropsi pada ayam jantan.
2. Mahasiswa menjadi tahu alat dan bahan yang diperlukan untuk
melakukan nekropsi pada ayam jantan.
3. Mahasiswa menjadi tahu apa saja yang diamati dalam nekropsi pada
ayam jantan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ayam


Ayam merupakan salah satu ternak perairan utama pada kehidupan manusia.
Ayam (Gallus sp) termasuk kelas aves. Tubuhnya ditutupi bulu yang berfungsi
sebagai pengatur suhu dan membantu pada saat terbang, memiliki dua pang
ekstermis mempunyai sepasang anggota belakang yang masing-masing kaki
berjari 4 serta di akhiri dengan cakar, serta mulutnya memilki paruh.
Ayam memiliki tulang yang kuat dengan susunan partikel yang padat dan
timbangan berat yang ringan. Timbangan yang ringan tetapi berat ini
memungkinkan bangsa burung memiliki kemampuan untuk terbang atau berenang
bagi unggas air. Tulang punggung didaerah leher dan otot dapat digerakkan.
Tulang punggung tersebut membentuk suatu susunan kaku yang memberikan
kekuatan terhadap tubuh yang cukup kuat untuk menopang gerakan dan aktifitas
sayap.
Di Indonesia, ayam tergolong sebagai hewan ternak dengan tingkat
pemanfaatan bagian tubuh yang tinggi dimana hampir seluruh bagian tubuh
dimanfaatkan sebagai produk konsumsi langsung maupun bahan baku produk
lanjutan. Secara garis besar anatomi dan morfologi dari ayam digambarkan
sebagai berikut.

Gambar 1. Anatomi dan Morfolgi Ayam

7
2.2 Sistem Pencernaan Ayam
Sistem pencernaan pada ayam terdiri atas saluran utama organ alimentara
dan saluran pendukung atau organ assesoria. Saluran pencernaan utama secara
berurutan adalah mulai dari paruh, esophagus, tembolok, proventrikulus, gizzard,
usus halus, sekum, usus besar, dan kloaka. Sedangkan organ pendukung
pencernaan terdiri atas pancreas, hati, dan empedu. Organ pendukung tersebut
merupakan kesatuan suatu sistem pencernaan sehingga terjadilah gerak peristaltic,
sekresi asam lambung, sekresi enzim, sekresi elektrolit dan hormone.
Proses pencernaan pada unggas juga dibagi menjadi pencernaan secara
mekanik, enzimatis maupun fermentatif. Proses pencernaan mekanik terjadi di
dalam gizzard, sedangkan pencernaan enzimatis terjadi di dalam usus halus, dan
pencernaan fermentative terjadi utamanya di sekum.

a. Paruh
Ayam hanya memiliki paruh, bukan mulut yang dilengkapi dengan gigi
sehingga tidak melakukan fungsi gigi yaitu memecah pakan yang
dikonsumsi, tetapi hanya untuk mengambil makanan/pakan. Paruh tersusun
atas jaringan tanduk yang disebut keratin. Didalam paruh dilengkapi dengan
lidah yang berfungsi mendorong pakan masuk ke esophagus. Air minum
dan sekresi saliva dari kelenjar ludah akan membantu dalam proses
penelanan. Fungsi saliva pada ayam hanya sebagai lubrikan dan membantu
proses deglutasi pakan. Produksi saliva ayam sekitar 7 -25 ml/hari (Rizal,
2006).
b. Esophagus dan Tembolok
Esophagus adalah saluran pencernaan yang terletak setelah rongga
mulut. Esophagus menghubungkan mulut dengan proventrikulus/lambung.
Pada ayam, pada kira-kira pertengahan esophagus terdapat bagian yang
menonjol yang disebut crop atau tembolok. Fungsi tembolok adalah tempat
penampung pakan sementara, artinya setelah tembolok penuh, ayam akan
berhenti makan.
c. Proventrikulus

8
Bagian ini juga disebut lambung sejati karena pada bagian ini mulai
disekresikan cairan lambung yang terdiri atas pepsinoden dan asam klorida
(HCl) oleh kelenjar lambung. Sekresi HCl dan pepsinogen diatur oleh syaraf
vagus dan hormone gastrin yang dihasilkan oleh mukus sel lambung, namun
setelah sampai usus halus sekresi dihambat. Lama waktu digesta dalam
proventrikulus relatif sangat singkat, maka pencernaan yang terjadi di
bagian ini hanya signifikan untuk protein.
d. Ventrikulus (Gizzard)
Gizzard atau ventrikulus adalah organ yang hanya dimiliki oleh unggas
termasuk ayam. Ventrikulus atau disebut juga muscular stomach karena
terdapat otot-otot yang kuat untuk menghancurkan struktur digesta yang
masuk. Otot-otot gizzard juga disebut gizzard teeth. Pencernaan mekanik
dalam organ ini juga dibantu oleh grit/batuan kecil yang dikonsumsi oleh
ayam yang dipelihara bebas atau sengaja ditambahkan dalam pakan,
khususnya pada ayam petelur dengan tujuan untuk membantu proses
pencernaan mekanik.
e. Usus Halus
Usus halus pada ayam secara anatomis terbagi menjadi tiga bagian yaitu
duodenum, jejenum, dan ileum. Ditengah bagian duodenum, yang biasanya
berbentuk “U”, terdapat pancreas. Usus halus ini merupakan tempat utama
terjadinya pencernaan pakan secara enzimatis dan absorpsi zat-zat makanan
yang telah tercerna. Pankreas pada ayam memiliki tiga kelenjar/ductus yang
bermuara bersama-sama di duodenum. Tiga ductus tersebut yaitu ductus
pankreatikus, ductus cysticus dari kantong empedu dan ductus hepaticus
dari hati (hepar). Ductus pankeaticus berfungsi menetralisir digesta yang
bersifat asam setelah melalui proventriculus dan masuk pada bagian usus
halus. Dengan perubahan pH digesta tersebut maka enzim yang disekresi
pancreas dapat berfungsi optimal. Empedu mengandung garam natrium dan
kalium dan zat warna bilirubin. Sekresi garam-garam empedu ini sangat
penting karena berfungsi untuk mengemulsikan lemak dan mengaktifkan
lipase pankreas, yang membantu mencerna/menghidrolisis lemak.

9
Jejenum dan ileum secara histologis tidak berbeda dengan duodenum.
Antara duodenum dan ileum, secara anatomis dipisahkan dengan
keberadaan Meckel’s diverticulum. Usus halus adalah organ utama proses
pencernaan dan absorpsi . Usus halus merupakan tempat terjadinya
pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein secara efektif. Dalam proses
pencernaan itulah senyawa komplek dicerna menjadi secara sederhana,
sehingga bisa diserap oleh ayam. Absorpsi zat-zat makanan hasil
pencernaan enzimatis itu diserap melalui vili-vili usus. Setiap vili
mengandung pembuluh limpa dan kapiler. Vili juga tersusun atas mikro-vili
sehingga luas permukaan penyerapan menjadi semakin tinggi.
f. Usus Besar
Sebagaimana usus halus, usus besar terdiri dari beberapa bagian, yaitu
sekum, kolon, dan rectum dengan kloaka sebagai tempat keluar feses dan
urin. Sepasang sekum pada ayam memiliki fungsi utama untuk absorpsi air
dan elektrolit. Sekitar 36% air dan 75% dari natrium yang terdapat dalam
pakan diabsorpsi (Shivus, 2014). Pada sekum terdapat microflora yang
mencerna secara fermentative dari serat kasar digesta yang tidak tercerna di
dalam usus halus. Sedangkan kolon sangat pendek pada ayam dan diduga
tidak banyak berperan dalam absorpsi zat makanan.
g. Kloaka
Kloaka aadalah saluran yang membuka dan menghubungkan dengan
anus dibagian akhir. Fungsi kloaka sebagai lubang pelepas sisa digesti,
urine, feses, muara saluran reproduksi dan lubang keluar yang berhubungan
dengan udara luar (vent).
h. Hati
Hati ayam beratnya sekitar 3% dari bobot badan. Hati mensekresi
getah/cairan empedu untuk disalurkan masuk ke dalam duodenum melalui 2
kelenjar. Fungsi getah empedu adalah menetralkan asam klorida (HCl) yang
dihasilkan oleh lambung dan membentuk sabun yang larut dalam air, agar
dapat diabsorpsi.
i. Cairan Empedu

10
Cairan empedu tersimpan dalam kelenjar empedu yang membentuk
kantong, sehingga disebut kantong empedu. Ada 2 asam empedu yang
ditemukan dalam cairan empedu, yaitu asam taurokholat dan asam
glikokholat.

j. Pankreas
Pankreas berfungsi untuk mensekresi cairan pankreas, khususnya enzim
yang akan mencerna dengan baik karbohidrat/pati, lemak dan protein.
Saluran pencernaan dan organ pendukungnya akan bekerja sebagai suatu
sistem yang bekerja sama untuk membantu proses pencernaan. Saluran
pencernaan dengan gerak peristaltiknya menggerakkan digesta, lalu organ
pendukung dengan berbagai jenis sekresinya akan merubah kondisi pH,
mengaktifkan hormone dan enzim, serta membentuk soluble soaps sehingga
proses pencernaan akan berjalan maksimal.

2.3 Sistem Reproduksi Ayam


Sistem reproduksi ayam jantan terdiri dari alat reproduksi primer dan alat
reproduksi sekunder. Alat reproduksi primer merupakan alat reproduksi utama
karena tanpa adanya alat ini dengan cara apapun ayam tidak mungkin
menghasilkan keturunan. Alat tersebut dinamakan testis sedang alat reproduksi
sekunder terdiri dari epididymis, vas deferens, dan penis.
a. Testis
Testis berjumlah dua dan terletak di dalam rongga perut. Fungsi utama
dari testis adalah memproduksi spermatozoa, seminal plasma, dan hormone
testoteron. Spermatozoa merupakan sel kelamin jantan yang mutlak
diperlukan untuk menghasilkan generasi baru melalui fungsinya yaitu
membuahi ovum. Seminal plasma, merupakan cairan semen yang berguna
untuk media transportasi sehingga memudahkan dalam ejokulasi waktu
perkawinan dan memberikan pohon spermatozoa baik dalam alat reproduksi
jantan namun setelah berada dalam alat reproduksi betina. Testosteron
merupakan hormon kejantanan yang berfungsi untuk membantukan
pembentukan spermatozoa dan menumbuhkan sifat kelamin jantan terutama
membangkitkan libido seksual.

11
b. Epididimis
Setiap testis memiliki satu epididymis yang menempel pada dinding
bagian luar testis. Epididimis merupakan saluran yang berbelah-belah yang
berfungsi untuk alat transport, penyerapan air, pendewasaan dan
penyimpanan sperma.
c. Vas deferens
Vas deferens terdapat sepasang yang menghubungkan bagian
epididymis dengan penis. Vas deferens berfungsi untuk menyalurkan
sperma.
d. Penis
Pada ayam jantan tidak berkembang seperti halnya pada ternak lainnya.
Bentuknya hanya sebagai papilla atau pallus dan rudimentor seperti putting
susu dan agak berkembang pada saat kopulasi atau terangsang libidonya,
berfungsi sebagai alat kopulasi/menyemprotkan sperma ke dalam alat
reproduksi betina pada saat terjadi perkawinan.
e. Kloaka
Kloaka pada ayam jantan dewasa merupakan bagian yang berhubugan
dengan vas deferens. Diameternya membesar membentuk bulbus yang
berfungsi untuk menampung semen, bagian ini disebut bursa fabricius.
Kloaka sebetulnya tidak termasuk alat kelamin tetapi merupakan alat
pelindung alat reproduksi terutama penis. Kloaka ini mempunyai otot
spinter dan selalu tertutup rapat dan membuka hanya pada saat membuang
kotoran dan kapalatis. Keistimewaan alat kelamin pada ayam jantan adalah
tidak mempunyai kelenjar vesikula seminalis, cowper, dan prostat. Cairan
tambahan semen ayam berasal dari tubulus semiferus dan epididymis.

2.4 Sistem Peredaran Darah Ayam


Darah mempunyai komposisi cairan plasma, garam, zat-zat kimia lainnya,
butir-butir darah merah (eritrosit), dan butir-butir darah putih (leukosit). Fungsi
darah adalah mengalirkan O2 ke seluruh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2,
Mengalirkan zat-zat pakan ke setiap jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa
proses metabolism ke luar tubuh. Kadar darah pada DOC kurang lebih 5% dari
berat tubuh ayam, sedangkan pada ayam dewasa kurang lebih 9%. Peredaran

12
darah ayam diatur oleh denyut jantung. Sistem peredaran darah ayam termasuk
peredaran darah ganda yang dibantu oleh pembuluh darah arteri dan pembuluh
darah vena.

2.5 Sistem Kerangka Ayam


Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur struktur
keras dari tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini melindungi
Eksoskeleton dan Endoskeleton. Endoskeleton secara embriologis berasal dari
epidermis saja, dermis saja atau keduanya. Endoskeleton umumnya dijumpai pada
hewan invertebrate. Pada veterbrata lebih dikenal dengan dermal selekton (Adnan,
2010).
Sistem rangka dibagi menjadi 2 yaitu rangka sumbu dan rangka anggota.
Rangka sumbu meliputi tengkorak, ulang belakang, tulang rusuk, dan tulang dada.
Rangka anggota meliputi gelang bahu dengan rangka anggota depan, dan gelang
pinggul dengan rangka anggota belakang (Soewolo, 2013).
Kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang
yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai melekatnya otot. Karakteristik
kerangka ayam bersifat khas yaitu, ringan dan berisi udara. Hal ini disesuaikan
dengan kepentingan untuk bergerak cepat, berjalan dan terbang. Anggota gerak
kepala dan leher dapat digerakkan secara bebas untuk keperluan makan, merawat
bulu, dan kepentingan pertahanan (Suprijatna dkk, 2010).
Secara keseluruhan rangka ayam hampir sama dengan rangka mamalia.
Rangka ayam terdiri dari beberapa tulang yang saling berhubungan dan memiliki
fungsi yang berbeda. Rangka ayam terdiri dari tulang kepala, tulang leher, tulang
sayap, tulang dada, tulang kaki, dan tulang belakang. Rangka berfungsi untuk
melindungi dan menjaga bentuk tubuh, menyangga daging, melindungi organ
vital, dan sebagai alat gerak.

2.6 Sistem Otot Ayam


Otot dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu otot halus (smooth), otot jantung,
dan otot kerangka. Otot halus terdapat di sejumlah alat pencernaan. Otot jantung
terdapat di organ jantung. Sementara itu, otot kerangka bisa ditemukan melekat di
sekeliling kerangka tubuh. Otot kerangka berisi tiga jenis serabut otot, yaitu

13
serabut merah (red fibres), serabut putih (white fibres), dan serabut pertengahan
(intermediate).

2.7 Sistem Respirasi Ayam


Sistem respirasi unggas merupakan salah satu alat pernafasan unggas
dengan mengambilnya 02 ( oksigen ) dan mengeluarkan C02. Dengan melakukan
respirasi ini unggas akan membantu menyediakan oksigen untuk darah dan
mengeluarkan karbondioksida dari dalam darah. Fungi respirasi ini adalah
mengatur zat keasamaan cairan tubuh, membantu mengendalikan suhu tubuh,
ekarasi air dan fonasi ( pembentukan suara unggas ). Secara umumnya ada dua
jenis macam respirasi pada unggas yaitu respirasi eksternal dan internal.
Respirasi eksternal, yaitu pertukaran gas dari dalam paru-paru dimana darah
akan mendapatkan 02 dari udara dan juga mendapatkan C02 dari dalam darah,
sehingga darah akan veneus akan berubah menjadi darah arterial. Proses ini
terjadia 2 fase yaitu inspirasi dan expirasi.
Respirasi Internal, respirasi ini sering di kenal dengan respirasi seluler.
Pertukaran gas yang terjadi di dalam jaringan, dimana darah arterial akan
memberikan 02 darah dan juga akan memberikan CO2 pada darah. Sehingga darah
arterial akan berubah menjadi darah venous.
Siklus respirasi pada ayam sangat berbeda dengan ruminansia, karena
ruminansia termasuk hewan mamalia. Namun, siklus respirasi ayam ini sama
dengan burung aves. Berikut siklus respirasi pada ayam.
a. Selama fase inpirasi yang pertama, udara masuk melalui lubang hidung
(nares) kemudian menuju ke rongga hidung melalui larink dan ke
trakhea. Lalu udara tidak langsung masuk ke dalam paru-paru,
melainkan masuk kedalam psterior ( kantong udara ekor ).
b. Selama fase expirasi yang pertama, udara akan berjalan atau pindah
menuju posterior menuju kantong udara melalui vebtrabronchi dan
dorsbranchi ke paru-paru. Kemudian bronkus akan membela ke saluran
kapiler udara, sehingga akan terjadinya pertukanan oksigen dan
karbondioksida.
c. Namun, ketika unggas melakukan pengulangan inspirasi dua kali. Maka
udara akan bergerak kekantong udara tengkoraknya.

14
d. Sedangkan fase expirasi yang kedua akan bergerak keluar melalui
tengkorak kantung udara, melalui syarink ke trachea, laring, dan
akhirnya rongga hidung.

15
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi Dan Waktu


Praktikum Dasar Ternak Unggas dilaksanakan pada hari Senin, 27
Desember 2021 pada pukul 08.00-15.00 WIB di Laboratorium Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

3.2 Materi
Alat :
a. Satu buah pisau operasi
b. Dua buah pisau bedah
c. Satu buah gunting bedah
d. Satu buah pinset
e. Mistar
f. Timbangan digital
g. Gelas Ukur
Bahan :
a. Satu ekor ayam kampung jantan
b. Air panas

3.3 Metode
a. Riwayat Hidup Unggas Ayam Kampung
Mencatat segala hal yang berhubungan dengan riwayat hidup unggas
ayam kampung tersebut. Riwayat hidup unggas tersebut, terdiri dari jenis
unggas, jenis kelamin, umur, didapatkan atau diperoleh darimana, kondisi
umum kesehatan, riwayat kesehatan, serta tindakan peternak terhadap
penyakit yang dialami oleh unggas tersebut.
b. Pengamatan Performan Unggas Ayam Kampung
Mengamati serta mencatat pengamatan performan atau penampilan
luar unggas ayam kampung tersebut. Pengamatan performan atau
penampilan unggas ayam kampung tersebut, berupa tingkah laku lincah atau
tidak, dan perubahan anatomi berupa bagian kepala, bagian dubur, serta
bagian punggung.

16
c. Nekropsi
Menyembelih unggas ayam kampung tersebut, dengan cara memotong
pembuluh darah (arteri maupun vena jugularis), syaraf, trakea,
maupun esophagus pada bagian leher sebelah atas dengan pisau yang tajam
(menyembelih). Unggas ayam kampung tersebut terus direst-in hingga
sampai benar-benar sudah mati. Kemudian tampung darah yang keluar dari
leher yang telah terpotong menggunakan gelas ukur. 
Setelah ayam telah dipastikan mati, langsung celupkan semua anggota
tubuh ayam ke air yang telah mendidih beberapa detik saja dan langsung
bersihkan bulu setelah diangkat dari wadah yang berisi air mendidih tadi.
Kemudian letakkan ayam dengan posisi dorsal (telentang). Ekor menghadap
kearah pemeriksa.
Melakukan pelaksanaan nekropsi dengan urutan sebagai berikut, Buat
sayatan melintang pada abdomen, kemudian Buka rongga perut dengan
memotong tulang rusuk kanan dan kiri kea arah karnial. Setelah itu Buka
rongga dada dengan memotong tulang dada strnum dan clavikula.
Memeriksa saluran pencernaan dengan memotong batas antara
tembolok dengan proventrikulus, mengangkat dan menarik dengan hati-hati
proventrikulus, sambil mengangkat saluran pencernaan di bawahnya,
memotong alat penggantung bagian usus, mengangkat dari proventrikulus
hingga anus, meletakkan di meja periksa, mengamati bagian luar maupun
dalam (isi dan dinding saluran). Setelah itu dilanjutkan dengan
memeriksa system pernafasan unggas ayam, memeriksa system peredaran
darah, memeriksa system otot, memeriksa system urogenatalia,
memeriksa system kerangka, dan memeriksa system reproduksi.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1  Riwayat Hidup Unggas Ayam Kampung

Gambar 3. Ayam Kampung Gambar 2. Berat total Bulu Ayam Kampung

Unggas pada praktikum Dasar Ternak Perah ini adalah jenis unggas ayam
kampung, berjenis kelamin jantan pada umur ±95 hari, diperoleh dari peternak
rumahan, kondisi umum sehat, riwayat kesehatan unggas masih dalam kondisi
muda, serta tindakan yang telah dilakukan peternak dalam mencegah atau
mengalami penyakit unggas ayam kampung tersebut adalah dengan pemberian
vitamin dan jamu rempah. Total berat tubuh yang dimiliki saat hidup mencapai
1094 gram. Dengan berat bulu kering ±26 gram, dan berat bersih (kotoran dalam
pencernaan dan bulu telah dibersihkan) mencapai 956 gram.

4.1.2 Pengamatan Performan pengindraan Unggas Ayam Kampung

Gambar 4. Penampang
Gambar Lidah
5. Penampang dandan
Mata Hidung Ayam
Telinga Ayam
Kampung
Kampung

18
Unggas ayam kampung tersebut memliki tingkah laku tenang dan memiliki
anatomi-anatomi, yaitu anatomi bagian kepala normal, anatomi bagian pial atau
jengger merah muda, anatomi bagian dubur bersih serta hidung tidak berlendir,
anatomi bagian punggung normal, anatomi bagian mata bersinar, anatomi bagian
bulu kusam.

4.1.3 Pengambilan Darah

Gambar 7. Volume Darah yang Keluar Saat Gambar 6. Berat Darah yang Keluar Saat
Penyembelihan Penyembelihan

Pengambilan darah pada ayam jantan kampung ini dilakukan pada saat
penyembelihan dengan menampung darahnya pada gelas ukur yang telah
disediakan. Darah pada gelas ukur tersebut kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat massanya dan diukur volumenya. Setelah ditimbang dan diukur
volumenya, diperoleh berat/massa darah sebanyak 51 gram dan volumenya
sebanyak 65 mili.
Gambaran darah pada hewan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
umur, jenis kelamin, bangsa, penyakit, temperatur lingkungan, keadaan geografis,
kebuntingan, dan kegiatan fisik (Sturkie, 1976). Untuk mengetahui adanya
penyimpangan terhadap gambaran darah maka perlu diketahui gambaran darah
normal dari hewan tersebut (Handerson dan Blood, 1975). Gambaran normal
darah ayam adalah sebagai berikut : jumlah sel darah merah 2,5–3,5 juta/mm3
darah; kadar Hb 7,0–13 g/dl, dan nilai PCV berkisar 22–35% (Schalms et al.,
1986). Berdasarkan pernyataan dari Schalms et al (1986) tersebut, darah yang
terkandung dalam ayam jantan kampung ini tergolong normal.

19
4.1.4 Nekropsi
a. Sistem Respirasi

Gambar 8. Organ Respirasi pada Ayam Kampung

Berdasarkan hasil praktikum bahwa trakea ayam berwarna putih, tidak


terdapat isi. Trakea ayam menunjukkan bahwa ayam dalam kondisi sehat.
Trakea merupakan saluran pernapasan yang memanjang dari pangkal rongga
mulut sampai dengan rongga dada. trakea terlihat bersih dengan panjang
±23 cm, dan berat ±1 gram.
Paru-paru memiliki berat ±4 gram dengan warna merah cerah,
konsistensi rapuh, menunjukkan bahwa paru-paru unggas ayam tersebut
dalam keadaan tidak sakit atau sehat. Hal ini sesuai pendapat Salim et al
(2010), menyatakan bahwa ciri-ciri ayam sakit adalah organ hati, ginjal,
jantung, dan limpa bengkak, warna merah kehitaman, bintik-bintik
hemoragi jelas terlihat pada mukosa duodenum, hati, ginjal, jantung, paru-
paru, dan limpa.
b. Sistem Pencernaan

Gambar 9. Usus Halus , Usus Buntu, dan Kloaka Gambar 10. Proventikulus, Ventikulus/Ampela,
Hati, Limpa, Pankreas, Dan Empedu

20
Setelah mengamati atau memeriksa sistem pencernaan pada ayam
jantan kampung tersebut, berikut beberapa penjelasan dari organ-organ
pencernaan yang kami amati atau periksa
 Tembolok memiliki berat ±20 gram, dengan saluran tenggorokan
sepanjang 24 cm.
 Proventikulus beratnya mencapai 6 gram yang mana dinding
saluran bagian proventrikulus ini termasuk normal.
 Ampela bagian depan berfungsi sebagai penghasil pepsin atau
enzim pengurai protein dan penghasil asam lambung. Ampela memiliki
otot yang kuat dan permukaan yang tebal yang fungsinya sebagai
pemecah makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (Roni
Fadilah dkk, 2011). Gizzard atau empedal atau ventrikulus terdapat
lapisan lemak, usus halus terdapat bercak kemerahan yang tidak dapat
dihilangkan melalui air seharusnya bisa hilang atau kondisi dinding
dalam keadaan bening atau cerah, serta memiliki warna biru normal dan
terdapat lapisan lemak.
Ventriculus ini memiliki bobot ±43 gram.  gizzard atau empedal
atau ventrikulus terdapat pakan berwarna hijau dan selaput
kulit gizzard tidak terlalu mudah untuk dibuka, apabila dalam keadaan
sakit maka selaput gizzard tersebut akan dengan mudah untuk dibuka,
usus halus bersih terdapat bercak kemerahan, seka bersih, dan usus
besar terdapat bercak kemerahan. Menurut Tarrnudji (2004) terkadang
pada pemeriksaan patologi anatomi hanya ditemukan bercak sedikit
pada ventrikulus dan tidak ada perubahan yang spesifik. Menurut
Dharma (1997) bahwa pada kasus AE terlihat lapisan otot dinding
ventriculus tampak keputihan. Berdasarkan pernyataan dari Tarmudji
dan Dharma tersebut, empedal pada ayam jantan kampong ini tergolong
normal dan bebas dari penyakit.
 Hati memiliki ukuran normal, warna merah-kecoklatan, konsistensi
rapuh, memiliki berat sekitar 24 gram dan kantong empedu terbungkus
lemas. Hati berfungsi untuk memproduksi empedu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Fadilah dan Pollana (2004) yang menyatakan bahwa

21
hati yang tidak memiliki kelainan berwarna cokelat kemerahan yang
dilengkapi kantong empedu dan konsistensi kenyal. Ditambahkan oleh
Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan fungsi utama hati dalam
pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu.
 Pankreas pada ungags ayam kampung berwarna putih kekuningan,
berukuran normal dan tidak terdapat kelainan. Pankreas merupakan
organ pencernaan tambahan yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin
maupun kelenjar eksokrin dan terletak di antara usus halus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan
pankreas terletak diantara duodenal loop pada usus halus dan
meruapakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin
maupun kelenjar eksokrin. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) yang
menyatakan pankreas mempunyai dua fungsi yang semuanya
berhubungan dengan pengunaan enrgi ransum, yaitu eksokrin dan
endokrin.
 Usus besar terdapat bercak kemerahan yang tidak dapat
dihilangkan melalui air seharusnya bisa hilang atau kondisi dinding
dalam keadaan bening atau cerah.
c. System peredaran darah
Jantung memiliki ukuran normal, berwarna merah muda-kecoklatan,
selaput jantung berlemak, memiliki berat sebesar 5 gram dan konsistensi
kenyal. Hal ini sesuai dengan pendapat Jahja et al., (2006) bahwa ayam
dalam kondisi normal jantung berwarna merah muda. Menurut Suprijatna et

Gambar 12. Organ Peredaran Darah Kecil Pada Gambar 11. Peredaran Darah Besar Ayam
Ayam Kampung Kampung

22
al. (2005) jantung ayam memiliki empat ruang yaitu dua atrium dan dua
ventrikel.

d. System otot
Jaringan daging bersih, basah mengkilap, berwarna merah muda, isi
rongga dada terdapat banyak gumpalan lemak, isi rongga perut terdapat
banyak gumpalan lemak, dan kantong udara bersih. Hal ini sesuai ddengan
pendapat Afriianti (2013) yang menyatakan bahwa daging yang sehat
berwarna cerah putih kekuningan. Jaringan subkutan juga berwarna bersih,
tidak terdapat bercak-bercak. Ini menandakan ayam sedang tidak terserang
penyakit AI (Avian Influenza) yaitu terdapat ptekhiae subkutan pada kaki
dan paha.

Gambar 13. Otot Paha Pada Ayam Kampung Gambar 14. Serat Daging Yang Diiris

e. System Kerangka
Rangka ayam terdiri dari tulang kepala, tulang leher, tulang sayap,
tulang dada, tulang kaki, dan tulang belakang, dimana semua rangka yang
ada di ayam kampung di gambar tidak terdapat kecacatan. Rangka berfungsi

Gambar 15, Tulang Rusuk Pada Ayam Kampung Gambar 16. Susunan Kerangka Ayam Kampung

23
untuk menjaga bentuk tubuh, menyangga daging, melindungi organ vital
dan sebagai alat gerak. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna, dkk
(2010), yang menyatakan kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang
tersusun dari banyak tulang yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai
melekatnya otot.

f. System Urogenatalia

Gambar 17.18.
Gambar Usus Halus,
Ginjal Usus
Ayam Besar, Usus Buntu,
Kampung
dan Kloaka

Ginjal memiliki ukuran normal dan berwarna merah pucat. Ginjal


memiliki berat sebesar 3 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et
al. (2005) yang menyatakan sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua
buah ginjal yang bentuknya relatif besar memanjang, berlokasi di belakang
paru-paru dan menempel pada tulang punggung. Ditambahkan oleh
Yuwanta (2004) yang menyatakan ginjal berfungsi pula sebagai pengatur
keseimbangan asam basa da keseimbangan osmosis bagi cairan tubuh.

g. System reproduksi

Gambar 20.
Gambar 19. Alat
Testis Ayam Kampung
Kopulasi Muda Jantan
Ayam Kampung

24
Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari testis yang berfungsi
sebagai tempat pembentukan sperma, Vas deverens yaitu bagian yang
membawa sel sperma ke kopula, Kopulasi yaitu bagian yang mengangkut
semen dan kloaka yaitu tempat keluarnya sperma. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hardjosworo (2011) yang menyatakan bahwa organ reproduksi
jantan adalah testis, ductus deferens, dan organ kopulasi yang bersifat
rudimenter yang terletak dalam kloaka.

4.2 Table perbandingan unggas


Data yang didapatkan dari praktikum nekropsi dengan ayam kampung
sebagai objek dibandingkan dengan data unggas yang lain yaitu: burung puyuh,
bebek, dan entok.

Tabel. Data Yang Diambil Sebelum Dilakukan Nekropsi

bobot volume
no jenis unggas bobot hidup bobot bulu
darah darah
1 ayam kampung 1094 gram 51 gram 65 ml 26 gram
2 burung puyuh 204 gram 11 graam 15 ml 45 gram
3 bebek 1187 gram 210 gram 80 ml 265 gram
4 entok 1913 gram 94 gram 110 ml 361 gram

Berdasarkan data diatas, setelah dilakukan nekropsi pada ayam bobot


hidupnya mencapai 1094 gram bobot darah mencapai 51 gram, volume darah
mencapai 65 ml, dan bobot bulu mencapai 26 gram. Menurut (Iskandar, 2013)
Ayam buras super mampu diproduksi dalam jangka waktu 8 bulan dengan capaian
bobot badan 1096 g/ekor. Data tersebut menunjukan bahwa keaadaan ayam yang
normal. Menurut Sriwati dkk. (2005) bahwa jumlah eritrosit berada pada kisaran
normal yaitu 2,3-3,5 x 106 /µL. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin akan
meningkat pada temperatur lingkungan rendah dan akan menurun pada temperatur
lingkungan yang tinggi (Rosita dkk., 2013)

Pada burung puyuh bobot hidupnya mencapai 204 gram, bobot darah
mencapai 11 gram, volume darah mencapai 15 ml, dan bobot bulunya mencapai

25
45 gram. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sholehuddin (2011) bahwa bobot
tubuh rata-rata seekor puyuh betina adalah sekitar 143-147 g. burung puyuh
tersebut lebih berat dikarenakan memiliki kelamin jantan. menurut Jain (1993)
menyatakan bahwa kisaran jumlah eritrosit normal unggas yaitu 2,5-3,5 x106 /μL.
Dapat dikatakan bahwa burung puyuh tersebut dalam kondisi normal.

Pada bebek, bobot hidupnya mencapai 1187 gram, bobot darahnya


mencapai 210 gram, volume darah mencapai 80 ml, dan bobot bulu pada, bebek
tersebut mencapai 265 gram. Data tersebut menunjukan keaadaan bebek yang
normal.

Pada entok, bobot badannya mencapai 1913 gram bobot darah mencapai
94 gram, volume darah mencapai 110 ml, dan bobot bulunya, mencapai 361 gram,
Bintang (2001) menyatakan, bobot badan entok jantan dan betina umur 12
minggu yang mendapat pakan dengan kandungan protein kasar (PK) 15% pada
umur 3-6 minggu dan PK 12% pada umur 6-12 minggu adalah 2.193,04 gram dan
1.539,5 gram. Hal tersebut menunjukkan bahwa bobot entok yang digunakan
untuk praktikum dalam kondisi normal, dimana bobot tubuh sekitar 1500-2000
gram. Semua bobot bulu pada unggas yg sudahdiatas , ditimbang pada saat bulu
sudah kering.

26
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum dasar ternak unggas tersebut, dapat
disimpulkan bahwa system pencernaan, system respirasi, system peredaran darah,
system reproduksi, system urogenatalia, dan system kerangka pada ayam jantan
kampung tersebut semuanya tergolong normal tanpa suatu penyakit apapun.
System organ luar maupun dalam sangat berperan penting bagi setiap
makluk hidup dan dari praktikum tersebut mahasiswa telah memahami sedikit
demi sedikt anatomi dan fisiologi karaena dapat di amati secara langsung bahkan
proses nekropsi juga di laksanakan secara langsung.

5.2. Saran
Kepada para praktikan agar memperhatikan cara mengidentifikasi organ-
organ luar maupun dalam yaitu alat respirasi maupun alat pencernaan pada unggas
yang di peraktikkan atau yang dibedah dalam praktikum.

27
DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, M., Bambang D. dan Bhakti E. S. 2013. Perubahan Warna, Profil


Protein, Dan Mutu Organoleptik Daging Ayam Broiler Setelah Direndam
Dengan Ekstrak Daun Senduduk. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2 (3) :
116 – 120

Dharm4 DMN, Putr4 AAG . Lgg7. Penyidikan Penyakit Unggas. CV. Bali Media
Adhikarsa. Denpasar.

Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit Pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Fadilah, R. dan A. Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit Pada Ayam. Agromedia


Pustaka, Jakarta.

Hardjosworo, Peni S. 2011. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar


Swadya, Jakarta.

Jahja, J., L. Lestariningsih., N. Fitria,. T. Murwijati dan T. Suryani. 2006.


Penyakit Penyakit Penting Pada Ayam Edisi 5. Medion, Bandung.

MP., Muharlien dkk. 2017. Ilmu Produksi Ternak Unggas. UB Press, Malang.

Rawendra, Rudy dan Waluyo, Sri Teguh. 2018. Kupas Tuntas Penyakit Unggas.
Media Nusa Creative, Malang

Salim, M. N. dan Dian M. 2010. Pengaruh Sulfaqu Inoxalin Pada Ayam Broiler :


Gejala Klinis Dan Patologi Anatomi. Jurnal Kedokteran Hewan 4 (2) : 65 –
68

Schalms OW, Jain NC, Carol EJ. (1986). Veterinary Haematology. 4th Ed.
Philadelphia.Lea and Febiger

Sholehudin. 2011. Mengenal Puyuh. http//www.forumternak.com/t45- mengenal-


puyuh.

Sturki PD. 1976. Avian Physiology. 3rd Ed. New York. Comstock Publishing
Associates A Devision of Cornell University Press Ithaca.

28
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprijatna, ddk. 2010. Sistem Kerangka Unggas. Gramedia. Jakarta

Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan Pada Ayam, Ditinjau Dari Aspek Klinik
Dan Patologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Jurnal Wartozoa 15 (2) : 72
– 82.

Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai