Oleh :
FAKULTAS PERTANIAN
TAHUN 2022
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Pengaruh Lama Waktu Penjemuran Menggunakan Cahaya Matahari Terhadap Tingkat
Kadar Air pada Jerami Padi”. Penyusunan proposal penelitian ini dibuat sebagai salah satu
syarat menyelesaikan Mata Kuliah Metode Penelitian dan Rancangan Percobaan Program
Studi Peternakan di Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Penelitian ini melalui proses yang
panjang mulai dari awal semester, penelitian hingga penyusunan sampai terbentuk seperti
sekarang ini. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan karena banyak
pihak yang turut serta membantu, membimbing, memberi petunjuk, saran dan motivasi. Oleh
karena itu penulis menyampaikan ucapan rasa terimakasih sedalam-dalamnya, terutama
kepada yang terhormat :
1. Bapak dan Mamak tercinta, Sugiatmo dan Supariyah serta saudara kandung, Gio
Firmansyah, Hamid Thoriq Abdullah, dan keluarga besar atas doa, motivasi,
bimbingan, nasihat dan segalanya yang telah diberikan pada penulis.
3. Ibu Rinawidiastuti, S.Pt, M.Si, Selaku Ketua Program Studi dan Dosen Pengampu
Mata Kuliah Metode Penelitian dan Rancangan Percobaan, yang senantiasa
memberikan arahan dan motivasi pada penulis.
4. Saudara Delta Setiawan Selaku Laboran yang telah membantu dan membimbing
penulis dalam pelaksanaan penelitian.
Penulis menyadari bahwa Proposal Penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan berguna agar pada penulisan
iii
selanjutnya dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga Proposal Penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Wassalamua’alaikum Wr.Wb
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................vii
BAB I...................................................................................................................................................8
1.3 Hipotesis......................................................................................................................9
1.4 Tujuan..........................................................................................................................9
1.5 Manfaat........................................................................................................................9
BAB II................................................................................................................................................10
2.4 Pengeringan...............................................................................................................13
BAB III..............................................................................................................................................17
BAB IV..............................................................................................................................................20
BAB V................................................................................................................................................23
5.1 Kesimpulan................................................................................................................23
5.2 Saran..........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................24
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................................................27
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Hasil Uji Kadar Air Jerami Padi yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari............20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Hasil Uji Anova Dari Data Kadar Air Jerami Padi.............................................27
Lampiran 3. Hasil Uji Anova Dari Data Kadar Air Jerami Padi.............................................27
8
kelembaban, fisik hijauan. Hijauan kasar biasanya lebih lama dikeringkan dibandingkan yang
halus. Seperti Jerami padi yang termasuk hijauan dengan serat sangat kasar, yang mana
membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pengeringannya. Proses pengeringan
Jerami padi dapat mencapai beberapa hari tergantung tingkat kandungan air di Jerami
tersebut.
Permasalahan yang muncul dari uraian diatas yaitu Jerami padi sebagai salah satu
hijauan segar yang perlu adanya pengurangan kadar air sehingga dapat dilakukan
penyimpanan jerami padi yang baik, yang mengurangi terjadinya jerami padi yang berjamur,
busuk, dan penurunan kadar nutrisi yang cukup tinggi. Maka dengan hal tersebut perlu
dilakukan uji kandungan kadar air pada Jerami padi untuk mengetahui tingkat kadar air
Jerami padi setelah dilakukan pengeringan.
1.3 Hipotesis
Penelitian yang dilakukan diduga terdapat perbedaan tingkat kadar air yang signifikan
dengan lama waktu penjemuran yang berbeda.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kadar air dalam jerami
padi yang dijemur dengan lama waktu yang berbeda.
1.5 Manfaat
- Mendapatkan bahan informasi dan pertimbangan bagi peternak pemula mengenai
kadar air dalam jerami yang dikeringkan dengan panas matahari dengan lama
waktu yang berbeda.
- Mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan bagi peneliti dan pembaca sekaligus
prasyarat untuk menyelesaikan tugas mata kulian Metode Penelitian pada program
studi Peternakan.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Di Indonesia, 36-62% jerami padi dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai
kompos, 31-39% digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan sisanya 7-16% digunakan
untuk keperluan industry (Yanuartono et al., 2019). Berbagai jenis jerami padi tersedia dalam
jumlah yang cukup banyak setiap tahun setelah panen. Pemanfaatan limbah pertanian dan
tanaman sebagai alternatif pakan ternak mencapai 30-40% dari potensi yang ada saat ini.
Jerami padi berpotensi untuk dijadikan pakan ternak ruminansia karena produksi
jerami padi diperkirakan mencapai 81,63 juta ton per tahun, dan sebagian besar (46 juta ton)
diproduksi di Jawa (BPS, 2021). Panen jerami segar dalam sekali siklus penanaman padi
dalam luas 1 hektar mencapai 11,89 ton/hektar/panen dan bahan kering 5,94 ton/ha/panen
(Suningsih et al., 2019). Sekitar 31% produksi jerami padi yang dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, sedangkan 62% dibakar dan 7% digunakan untuk keperluan industri.
Jerami segar yang melimpah setelah merontokkan bulir padi biasanya ditumpuk di
tengah sawah atau di pinggir sawah dan dibiarkan membusuk dan mengering. Padahal,
ketersediaan jerami padi cukup memungkinkan jika diawetkan dengan cara dijemur
kemudian ditumpuk di tempat teduh agar tidak terkena hujan untuk dijadikan pakan ternak.
musim kemarau.
Pemanfaatan jerami padi dalam pakan ternak tidak dapat dijadikan sebagai satu-
satunya sumber pakan. Karena kandungan nutrisinya bisa dibilang rendah, apalagi jika
kandungan serat kasarnya cukup tinggi (Yanuartono et al., 2019). Berbagai perlakuan jerami
padi untuk meningkatkan nilai gizinya banyak digunakan. Namun, untuk pemanfaatan pakan
ternak di pedesaan, nampaknya mudah untuk melengkapi jerami padi dengan limbah industri
pertanian lain atau kacang-kacangan.
11
berdampak pada keadaan fisik serta komposisi kimia hijauan tersebut antara lain dengan
kehilangan sebagian dari zat makanan (gizi tanaman/nutrien) yang nantinya akan berdampak
pada nilai nutrisi hijaun tersebut. Teknik pengawetan menurut (Kartasudjana dan Santosa,
2001) terdapat 3 jenis yaitu hay, silase, dan amoniasi.
2.3.1 Hay
Hay adalah hijauan pakan ternak yang sengaja dikeringkan dengan
menggunakan cahaya matahari maupun oven agar dapat tahan lama dalam proses
penyimpanan sehingga dapat digunakan pada saat-saat diperlukan (Ali, 2013). Pada
umumnya pembuatan hay ditujukan untuk Pemanfaatan hijauan pada saat produksi
berlimpah (musim penghujan), Penyediaan bahan makanan pada waktu tertentu
(paceklik, cattle show/kontes, transport dan sebagainya), Keperluan perdagangan.
2.3.2 Silase
Silase adalah teknik mengawetkan hijauan dengan proses fermentasi
karbohidrat larut oleh bakteri asam laktat yang menghasilkan asam laktat dalam silo
(Tahuk, 2021), dan dapat menambah lama waktu simpan hijauan yang kemudian
dapat dimanfaatkan dalam waktu tertentu terutama pada saat musim kemarau (Wati et
al., 2018)
Silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang
diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70%) melalui proses
fermentasi dalam silo (tempat pembuatan silase), sedangkan ensilage adalah proses
pembuatan silase. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari tanah,
beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dan lain sebagainya.
2.3.3 Amoniasi
Amoniasi merupakan proses pemberlakuan pada bahan pakan limbah
pertanian dengan menambahkan bahan kimia berupa NH3 dalam bentuk gas cair,
NH4OH dalam bentuk larutan, atau urea dalam bentuk padat (Badrudin, 2011).
Penggunaan NH3 gas yang dicairkan biasanya relatuf mahal. Selain harganya mahal,
juga memerlukan tangki khusus yang tahan tekanan tinggi minimum(10 bar).
Demikian pula halnya dengan larutan amoniak NH4OH selain harganya relatif mahal
juga sukar diperoleh, sehingga pemakaian NH4OH hanya terbatas di laboratorium.
Perlakuan amoniasi dengan urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik
terhadap pakan (Susila dan Partama, 2002).
12
Proses amoniasi lebih lanjut juga akan memberikan keuntungan yaitu
meningkatkan kecernaan pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2. Dengan
demikian pakan akan memuai dengan lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen.
Pemuaian pakan selanjutnya akan melarutkan deposit lignin yang terdapat pada
dinding dan ruang antar sel. Berarti amoniasi juga menurunkan kadar zat makanan
yang sukar bahkan tidak dicerna oleh ternak yang berakibat meningkatkan kecernaan
pakan lebih jauh. Dari hasil percobaan Chuzaemi (1987) dengan level urea yang lebih
tinggi yaitu 6 dan 8% secara in vivo selain dapat meningkatkan kecernaan bahan
kering dan bahan organik juga energinya.
2.4 Pengeringan
Prinsip dalam pembuatan hay adalah menurunkan kadar air sampai pada tingkat
tertentu, sehingga tidak cukup untuk menunjang kebutuhan mikroorganisme pembusuk.
Pembuatanya secara umum dilakukan dengan dipotong potong kemudian dikeringkan
sedemikian rupa sehingga kadar airnya tinggal 12-20% (Trisnadewi et al, 2016), dengan
diusahakan daun-daun dan zat-zat makanan yang hilang seminimal mungkin. Kunci baik
buruknya hay yang dibuat adalah pada proces pengeringanya.
Cara pengeringan. Pengeringan tanaman yang dijadikan hay dapat dilakukan dengan 2
cara yakni :
2.4.1 Pengeringan menggunakan sinar matahari.
Cara ini dilakukan di tempat yang banyak mendapatkan sinar matahari.
Terdapat 2 cara pengeringan dengan matahari yaitu windrow dan swoth. Windrow
yaitu dengan cara di keringkan diatas tanah dan di leret leret secara teratur. Swath
yaitu dengan di serakkan diatas tanah secara tidak teratur dengan tumpukan yang
lebih tipis disbanding windrow.
Keterangan :
14
Prinsip pengukuran kadar air dengan metode destilasi adalah menguapkan air
bahan dengan cara destilasi menggunakan pelarut immicible, kemudian air ditampung
dalam tabung yang diketahui volumenya. Pelarut yang digunakan mempunyai titik
didih lebih besar dari air, tetapi mempunyai berat jenis (bj) lebih kecil dari air. Contoh
senyawa yang dapat dijadikan pelarut yaitu : toluene, xelen dan benzene.
Prosedur metode destilasi adalah diawali dengan memberikan pelarut
sebanyak kira-kira 75-100 ml pada sampel yang diperkirakan mengandung air 2-5 ml.
campuran ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air dan pelarut diembunkan
dan ditampung didalam tabung. Air dan pelarut saling terpisah (air di bagian bawah)
dan dapat ditentukan volumenya berdasarkan skala pada tabung penampung.
Dengan :
W1 = berat sampel (gr)
V1 = volume pereaksi Karl Fischer untuk titrasi sampel (ml)
V2 = volume pereaksi untuk titrasi blanko (ml)
F = faktor standarisasi pereaksi
0,4 = ekivalen air pereaksi
15
Menampung dan mengukur volume gas asetilin dalam tabung tertutup.
Mengukur tekanan gas asetilin apabila reaksi dilakukan pada ruang
tertutup.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
3.3.3 Tahap pengambilan data
Pengecekan kadar air dalam Jerami padi menggunakan Metode
Termogravimetri (Thermogravimetry method). Metode tergravimetri dilakukan
dengan mengukur selisih bobot sebelum pemanasan dengan bobot sampel setelah
proses pemanasan. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan
alat oven dan neraca analitik (analytical balance) .
Jerami padi yang telah dipreparasi ditimbang pada neraca analitik dan
dipanaskan dalam oven dengan suhu 105oC selama 3 jam. Setelah proses pemanasan
selesai, sampel kemudian didinginkan dalam desikator dan diukur bobotnya pada
neraca analitik.
Data yang diambil yaitu bobot jerami saat masih segar, bobot jerami setelah
perlakuan, dan bobot jerami setelah pengovenan. Data diambil setelah penjemuran
pada sore hari setelah dijemur dan setelah pengovenan.
Keterangan :
P : Perlakuan/treatment
U : Ulangan
18
3.5 Parameter Penelitian
Parameter yang digunakan pada penelitian ini meliputi kadar air dalam jerami padi.
Kadar air yang dimiliki jerami padi dapat di tentukan dengan cara berat bahan uji awal
dikurangi berat bahan uji setelah dioven. Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai
kadar air dapat dituliskan sebagai berikut :
Rumus (1)
dengan :
W0 adalah berat wadah (g)
W1 adalah berat wadah dengan contoh (g)
W2 adalah berat wadah contoh uji setelah dikeringkan (g)
Proses pengujian kadar air yang didasarkan pada persentase perbandingan
antara selisih bobot yang hilang akibat pemanasan dengan bobot total yang diuji.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil pengujian lama waktu penjemuran sinar matahari langsung
didapatkan Hasil Seperti Pada Table Di Bawah Ini :
Tabel 2. Hasil Uji Kadar Air Jerami Padi yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari
1 64 39 4 2
2 64 38 5 1
3 68 39 4 3
4 67 33 3 4
5 66 37 4 1
Dari data tersebut kadar air jerami padi pada perlakuan tanpa penjemuran (P0)
memiliki rata-rata kadar air mencapai 65,8%. Pada perlakuan 1 hari penjemuran (P1)
memiliki rata-rata 37,2% tingkat kadar air. Kemudian perlakuan 2 hari penjemuran (P2)
mempunyai rata-rata kadar air 4%. Terakhir, perlakuan penjemuran selama 3 hari (P3) rata-
rata mencapai 2.2% kandungan kadar airnya.
Standar kadar air bahan pakan yang baik menurut Standar Nasional Indonesia (2016),
bahwa bahan pakan yang disimpan dalam keadaan kering harus memiliki kadar air <14%,
apabila lebih dari ketentuan maka bahan pakan tersebut tidak bagus. Banyaknya air dalam
suatu bahan pakan akan membuat bahan pakan tersebut tidak tahan lama dan akan
memudahkan mikroba pembusuk untuk merusaknya.
20
Dari data pada Tabel 1, dianalisis menggunakan anova. Perhitungan anova didapatkan
nilai seperti table di bawah ini :
Hasil uji anova menunjukkan Signifikasi P<0,05, H0 ditolak sehingga ada perbedaan
nyata perlakuan (P0, P1, P2, P3) terhadap kadar air jerami padi dengan lama waktu
penjemuran yang berbeda. Untuk menelusuri lebih lanjut kelompok mana yang signifikan,
dilakukan uji Duncan.
Table 4. Hasil Analisis Data Menggunakan DUNCAN
KADAR AIR
65,8 ± 1,79a 37,2 ± 2,49b 4 ± 0,71c 2,37 ± 1,30c
%
KETERANGAN : a,b “notasi hurup serupa berarti tidak ada perbedaan nyata pada
taraf uji Duncan memiliki nilai 5%
Hasil dari uji Duncan menunjukkan bahwa kadar air P0 berbeda nyata dengan kadar
air P1, P2, dan P3. Kadar air P1 berbeda nyata dengan kadar air P0, P2, dan P3. Kadar air P2
berbeda nyata dengan kadar air P0 dan P1 tetapi tidak berbeda nyata dengan kadar air P3.
Kadar air P3 berbeda nyata dengan kadar air P0 dan P1 akan tetapi tidak berbeda nyata
dengan kadar air P2.
P2 dan P3 tidak berbeda nyata karena setelah penjemuran 2 hari berturut turut selama
minimal 6 jam dalam sehari kadar air dalam jerami sudah berkurang banyak hanya tinggal 4
21
persen saja yang terkandung di dalamnya.sehingga pada hari ketiga sisa kadar air sangat
sedikit. Hal ini dikemukakan oleh Taufiq (2004) bahwa. Percepatan pengeringan akan
menurun bersamaan dengan penurunan kadar dan jumlah air yang semakin berkurang,
sehingga permukaan partikel bahan tidak lagi ditutupi oleh lapisan air.
Dari grafik diatas dapat diambil penjelasan bahwa kadar air hari ke 1 dan ke 2
mengalami penurunan yang signifikan. Sedangkan hari ke 3 lebih mendatar dan minim
penurunan, hal tersebut dikarenakan sedikitnya kadar air yang terkandung dalam jerami padi.
Jadi minimal dalam penjemuran jerami padi selama 2 hari apabila intensitas cahaya matahari
yang tinggi untuk mencapai hasil pengeringan yang maksimal.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka perlakuan terpilih dalam penelitian
ini adalah perlakuan P2 yaitu penjemuran jerami padi selama minimal 2 hari dengan tingkat
kadar air hanya mencapai 4%. Perlakuan P2 memiliki nilai kadar air yang sudah memenuhi
Standar Nasional Indonesia yaitu <14%.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Lama waktu penjemuran dengan sinar matahari berpengaruh nyata terhadap kadar air
pada jerami padi. Dengan lama waktu 2 hari penjemuran untuk menjadi hay telah sesuai
dengan standar pembuatan hay yaitu kandungan air <14%.
5.2 Saran
Dapat dilakukan penelitian yang lain yaitu untuk mengetahui pengurangan kadar air
dalam jerami seperti tanpa menggunakan sinar matahari atau hanya di angin-anginkan,
melalui oven. Untuk mengetahui cara lain yang tepat untuk membuat hay dengan standard
yang baik.
23
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A. (2013). Teknologi Pengawetan (Hay) dan Kualitas Nutrisi Murbei (Morus alba) yang
Ditanam di Lahan Gambut Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Kutubkhanah.
Badan Pusat Statistik, 2019. Populasi Ternak Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di
Kabupaten Purworejo (ekor), 2019
Binod, P., Sindhu, R., Singhania, R. R., Vikram, S., Devi, L., Nagalakshmi, S., Kurien, N.,
Sukumaran, R. K., & Pandey, A. (2010). Bioethanol production from rice straw:
An overview. Bioresource Technology, 101(13), 4767–4774.
https://doi.org/10.1016/j.biortech.2009.10.079
Chuzaemi, S., and M. Soejono. 1987. Pengaruh Urea Amoniasi Terhadap Komposisi Kimia
dan Nilai Gizi Jerami Padi untuk Ternak Sapi Peranakan Onggole. Dalam:
Proceedings Limbah Pertanian Sebagai Pakan dan Manfaat Lainnya, Grati.
Djuarnani. 2004. Cara Cepat Membuat Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
24
Kusriningrum, RS. 2008. Buku Ajar Perancangan Percobaan. Fakultas kedokteran Hewan
Universitas Airlangga. Dani Abadi. Surabaya
Mayulu, H. (2016). POTENSI DAN DAYA DUKUNG JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN
SAPI POTONG DI KALIMANTAN TIMUR. 4(3).
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2006. SNI Ransum Broiler Starter 01-3930-2006. Badan
Standar Nasional Indonesia.
Suningsih, N., Ibrahim, W., Liandris, O., & Yulianti, R. (2019). Kualitas Fisik dan Nutrisi
Jerami Padi Fermentasi pada Berbagai Penambahan Starter. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia, 14(2), 191–200. https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.2.191-
200
Susila, T., & Partama, I. (2002). penggunaan Nitrogen pada Sapi Bali Penggemukan yang
Diberi Ransum Berbasis Jerami Padi Dengan Amoniasi Urea dan Suplementasi
Mineral. ABDIMAS.
Trisnadewi, A., Cakra, I., Yadnya, T., Budiasa, I., Suarna, I., & Udayana, I. (2016).
TEKNOLOGI PENGAWETAN HIJAUAN SEBAGAI ALTERNATIF
PENINGKATAN KETERSEDIAAN PAKAN DI DESA SEBUDI
KECAMATAN SELAT KABUPATEN KARANGASEM . JURNAL UDAYANA
MENGABDI.
Wati, W. S., Mashudi dan A. Irsyammawati. 2018. Kualitas Silase Rumput Odot
(Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan Penambahan Lactobacullus
plantarum dan Molases pada Waktu Inkubasi yang Berbeda. Jurnal Nutrisi
Ternak Tropis. Vol. 1 (1). pp 45-53. Ternak Tropis. Vol. 1 (1). pp 45-53.
25
Yanuartono, Y., Indarjulianto, S., Purnamaningsih, H., Nururrozi, A., & Raharjo, S. (2019).
Fermentasi: Metode untuk Meningkatkan Nilai Nutrisi Jerami Padi. Jurnal Sains
Peternakan Indonesia, 14(1), 49–60. https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.1.49-60
26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Descriptives
Kadar Air
Lower Upper
Bound Bound
Lampiran 3. Hasil Uji Anova Dari Data Kadar Air Jerami Padi
Post Hoc Tests
Homogeneous Subsets
Kadar Air
Duncan
1 2 3
p3 5 2.2000
p2 5 4.0000
p1 5 37.2000
p0 5 65.8000
Sig. .114 1.000 1.000
27
Lampiran 4. Foto Sampel Jerami Padi
28
Lampiran 6. Foto Pemotongan Jerami Padi
29