Anda di halaman 1dari 42

PMini Project

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH


TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE
DI PUSKESMAS SRI PADANG
TEBING TINGGI PERIODE APRIL - JUNI 2022

Oleh :

dr. Nina Yusliana Hsb


(Dokter Internship Puskesmas Sri Padang
Periode Februari 2022-Agustus 2022)

Pendamping:

dr. Hafizah,M.Kes

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS SRI PADANG
TEBING TINGGI, INDONESIA
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH


TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE
DI PUSKESMAS SRI PADANG
TEBING TINGGI PERIODE APRIL – JUNI 2022

MINI PROJECT

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat dalam pelaksanaan
Program Internsip Dokter Indonesia

Oleh:

dr. Nina Yusliana Hsb


(Dokter Internship Puskesmas Sri Padang
Periode Februari 2022-Agustus 2022)

Tebing Tinggi, Juli 2022

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Hafizah,M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya penyusunan mini project yang berjudul hubungan antara
tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM Sri Padang, Tebing
Tinggi telah diselesaikan dengan baik. Selanjutnya shalawat dan salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia
dari alam kegelapan menuju pada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan mini project ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Hafizah selaku pendamping Internsip.
2. Bapak/Ibu Staf Puskesmas Sri Padang di setiap bidang kerja.
3. Teman sejawat Program Internsip Dokter Indonesia di wahana Puskesmas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan mini project ini masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan pada proses
pembelajaran ini dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Akhir kata penulis
berharap semoga mini project ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
juga bagi pembaca pada umumnya.

Tebing Tinggi, Juli 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................
1.2. Rumusan Masalah................................................................
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................
1.4. Manfaat Penelitian................................................................
1.4.1. Manfaat Ilmiah.........................................................
1.4.2. Manfaat Praktis.........................................................
1.5. Hipotesis Penelitian...............................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sanitasi.................................................................................
2.1.1. Definisi.....................................................................
2.1.2. Sanitasi; Penyediaan Air Bersih...............................
2.1.3. Sanitasi; Jamban.......................................................
2.1.4. Sanitasi; Pengelolaan Limbah Padat.........................
2.1.5. Sanitasi; Pengelolaan Limbah Cair...........................
2.2. Diare.....................................................................................
2.2.1. Definisi.....................................................................
2.2.2. Penyebab dan Gejala Klinis Diare............................
2.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare...........
2.2.4. Penanggulangan Diare..............................................
2.3. Kerangka Teori.....................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian...........................................
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian..............................................
3.2.1. Tempat Penelitian....................................................
3.2.2. Waktu Penelitian.....................................................
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................
3.3.1. Populasi Penelitian...................................................
3.3.2. Sampel Penelitian.....................................................
3.3.3. Kriteria Sampel........................................................
3.3.4. Besar Sampel............................................................
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................
3.4.1. Variabel Penelitian...................................................
3.4.2. Definisi Operasional.................................................
3.5. Alat/Instrumendan Bahan Penelitian....................................
3.6. Teknik Pengumpulan Data...................................................

iv
3.7. Prosedur Penelitian...............................................................
3.8. Pengelolaan dan Analisis Data Penelitian............................
3.8.1. Pengolahan Data.......................................................
3.8.2. Analisa Data Penelitian............................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1. Gambaran Umum Puskesmas Sri Padang............................
4.2. Hasil Penelitian.....................................................................
4.2.1. Karakteristik Responden Penelitian.........................
4.2.2. Hubungan Sumber Air dengan Diare.......................
4.2.3. Hubungan Jamban dengan Diare..............................
4.2.4. Hubungan Limbah Padat dengan Diare...................
4.2.2. Hubungan Limbah Cair dengan Diare.....................
4.3. Pembahasan..........................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan...........................................................................
5.2. Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Karakteristik Usia Responden Penelitian........................................ 23


Tabel 4.2. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Penelitian......................... 23
Tabel 4.3. Hubungan Sumber Air Dengan Diare............................................. 24
Tabel 4.4. Hubungan Jamban Dengan Diare.................................................... 24
Tabel 4.5. Hubungan Limbah Padat Dengan Diare.......................................... 25
Tabel 4.6. Hubungan Limbah Cair Dengan Diare............................................ 25

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori............................................................................ 15
Gambar 3.1. Tabel 2x2; hasil pengamatan studi cross sectional...................... 21

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian..................................................................... 30
Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden......................... 31
Lampiran 3 Kuesioner...................................................................................... 32
Lampiran 4 Dokumentasi................................................................................. 35

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya


kemampuan untuk hidup sehat bagi penduduk sebagai kebutuhan dasar dan untuk
terwujudnya derajat kesehatan penduduk yang optimal. Upaya kesehatan ini dapat
dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat, lembaga pemerintahan maupun
lembaga swadaya masyarakat.1 Upaya meningkatkan kesehatan pada masyarakat
dapat dimulai dari rumah tangga pada suatu penduduk. Pemahaman dasar yang
baik pada setiap rumah tangga akan membantu mereka dalam menghindari segala
penyakit yang timbul di lingkungan masyarakat, yang bukan hanya pada kalangan
bawah saja, tetapi juga termasuk masyarakat kalangan atas. Kebiasaan hidup sehat
dalam rumah tangga pun harus dimulai dengan membiasakan untuk menjaga
lingkungan agar tetap bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.2
Mengenai kesehatan lingkungan, kesehatan lingkungan sendiri merupakan
faktor penting dalam kehidupan sosial masyarakat, bahkan merupakan salah satu
dari unsur penentu dalam kesejahteraan penduduk di mana lingkungan yang sehat
sangat dibutuhkan bukan hanya untuk meningkatkan derajat kesehatan, tetapi juga
untuk kenyamanan hidup masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan
mampu untuk merealisasikan pembangunan serta pengembangan wilayah yang
berkesadaran lingkungan, sementara masyarakatnya secara keseluruhan harus
disiapkan dengan kesadaran lingkungan yang lebih baik.1,2,3
Salah satu komponen dari kesehatan lingkungan adalah sanitasi. Sanitasi
merupakan upaya yang harus dilakukan pemerintah dan juga masyarakat untuk
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan dan juga
menitikberatkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya
serta pengendalian lingkungan dengan harapan dapat menjada dan meningkatkan
kesehatan manusia. Sebab sanitasi yang buruk memungkinkan berbagai penyakit
menular terus menyebar dalam lingkungan masyarakat.3
Hasil dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2014 yang
disebutkan dalam Profil Kesehatan Indonesia mengenai persentase rumah tangga

1
2

yang memiliki akses terhadap sanitasi layak, secara nasional terdapat 61,06%
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak. Hasil ini belum memenuhi
target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2014 yaitu 75%. Provinsi dengan
persentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak tertinggi yaitu DKI
Jakarta sebesar 86,81%, DI Yogyakarta sebesar 82,54% dan Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 80,13%.4
Provinsi Sumatera Utara telah berkomitmen untuk melaksanakan program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam rangka mewujudkan perilaku
yang higienis dan juga saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan data yang ada, terjadi
peningkatan akses sanitasi yang layak di wilayah daerah Sumatera Utera. Namun
demikian peningkatan akses sanitasi layak masih belum mencapai target provinsi.
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu pondasi inti dari masyarakat
yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang akan menunjang
kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi diketahui
akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,
serta meningkatnya jumlah kejadian diare.4,5
Diare masih menjadi salah satu dari penyebab kematian dan kesakitan pada
semua kelomok umur, dengan kematian tertinggi terjadi pada bayi di bawah lima
tahun (balita). Menurut World Health Organization (2015) penyakit diare masih
menjadi penyebab kedua pada kematian bagi anak-anak di bawah lima tahun dan
telah membunuh sekitar 760.000 anak setiap tahun. 6 Menurut Centre for Disease
Control and Prevention America (CDC) di tahun 2013 menyatakan bahwa diare
masih menjadi penyebab 1 dari 9 kematian anak di seluruh dunia dan menjadikan
diare sebagai penyebab kematian nomor dua diantara anak-anak yang berusia di
bawah 5 tahun. Diare membunuh 2.195 anak-anak setiap hari, lebih dari gabungan
antara AIDS, Malaria dan Campak.6,7
Diare meskipun penyakit ini mudah diobati dan di tatalaksana, namun saat
ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama pada bayi
dan balita dimana diare merupakan salah satu penyebab kematian utama. Penyakit
3

diare yang sering apabila tidak di atasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi
yang mengakibatkan kematian. Diare merupakan penyakit yang jika tidak diobati
secara dini dapat menyebabkan berbagai komplikasi mematikan yakni dehidrasi
dan syok. Berdasarkan data dan informasi dari Kementerian kesehatan Republik
Indonesia, 2018 terjadi peningkatan penderita diare semua umur dari 42,74% per
100.000 penderita pada tahun 2017 menjadi 62,93% per 100.000 penderita dari
perkiraan diare di sarana kesehatan pada tahun 2018 . Kemudian penemuan kasus
diare pada balita yang ditangani di Indonesia tercatat berjumlah sebanyak 1,5 juta
kasus diare dari 4,5 juta lebih atau 40,90% kasus diare yang diperkirakan. 6.7 Pada
Puskesmas Sri Padang sendiri, untuk kelompok semua umur terdapat 266 kasus
dari 9,838 penduduk yang ada diwilayah kerja Puskesmas Sri Padang.
Salah satu dari upaya mengatasi diare melalui Kementerian Kesehatan yaitu
pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat sendiri memiliki lima pilar yaitu stop buang air besar sembarangan,
cuci tangan pakai sabun, pengelolahan air minum dan juga makanan, pengamanan
sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cairan rumah tangga. Penelitian
sebelumya oleh Mukti, 2016, menyatakan terdapat hubungan antara penerapan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan kejadian diare, yaitu
dalam menghentikan dari aspek buang air besar sembarangan, cuci tangan dengan
aspek sabun dan aspek pengelolaan air limbah rumah tangga, sehingga dampak
bila tidak melakukan program STBM akan menimbulkan penyakit diare maupun
penyakit lainnya.8,9 Berdasarkan data tersebut, maka peneliti tertarik untuk menilai
hubungan antara tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM
Sri Padang, Tebing Tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan analisis
bagaimana hubungan antara tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare
di PKM Sri Padang, Tebing Tinggi
4

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara
tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM Sri Padang, Tebing
Tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini nanti diharapkan memberikan informasi mengenai bagaimana
hubungan antara tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM
Sri Padang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Klinisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petugas dalam memahami,
merancang dan melaksanakan strategi yang tepat serta cepat sebagai upaya
dalam meningkatkan upaya layanan kesehatan yang ada sehingga tercapat
derajat kesehatan dan kepuasan tertinggi.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan memberikan pengetahuan mengenai
hubungan antara tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare.

1.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara tingkat sanitasi
rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM Sri Padang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi

2.1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) sanitasi adalah bentuk usaha
pengawasan lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan
keberlangsungan hidup. Selain itu, sanitasi dikenal juga dengan usaha kesehatan
masyarakat yang mengawasi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 965 tahun
1992, sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan dalam menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.1,2,3
Sementara itu, sanitasi lingkungan menurut WHO sendiri merupakan bentuk
usaha pengendalian dari semua faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan
hal-hal yang telah mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan
tubuh. Lingkungan ialah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia
dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup
lainnya. Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar
dalam hal peranannya sebagai salah satu dari faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Hal ini telah dibuktikan oleh WHO dengan penyelidikan-
penyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka kematian
(mortality), angka perbandingan orang sakit (morbidity) yang tinggi dan sering
terjadi epidemi, terdapat di tempat-tempat dimana higyene dan sanitasinya buruk.
Sedang di tempat-tempat dimana hygiene dan juga sanitasinya baik, mortality dan
morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya.1,2,3
Untuk itu sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan dan juga
pengendalian faktor lingkungan manusia, dimana ruang lingkupnya mencangkup
penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan sampah dan air
limbah, mendirikan rumah-rumah sehat, pembasmian binatang-binatang penyebab
penyakit seperti lalat, nyamuk, kutu, dan sebagainya. Disamping itu dilakukan
pengawasan terhadap bahaya pengotoran udara dan bahaya radiasi dan sisa-sisa
zat radioaktif sesuai dengan perkembangan Negara. Di Indonesia masih tingginya

5
6

kesakitan penyakit menular sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan fisik,


biologi, sosial, seperti penyakit oleh karena bakteri, virus, dan parasit yang pada
umummnya tumbuh subur pada iklim tropis yang lembab dan kotor.1,3
Tingginya angka pertambahan penduduk dan urbanisasi berpengaruh pula
terhadap kualitas lingkungan hidup dan cenderung akan menyebabkan tingginya
bahaya pencemaran, terbatasnya penyediaan air minum dan bertambah banyaknya
sampah, air limbah, kotoran manusia yang dihasilkan serta kurangnya kebersihan
lingkungan pemukiman merupakan pendorong timbulnya berbagai penyakit.1,2

2.1.2 Sanitasi; Penyediaan Air Bersih


Air adalah kebutuhan vital manusia, hewan, dan tumbuhan. Penyebaran air
di atas permukaan bumi sangatlah tidak merata, hal ini disebabkan karena faktor
geologi atau struktur tanah. Di samping itu, yang ikut berpengaruh adalah faktor
cuaca (curah hujan, suhu, kelembaban, dan kecepatan angin) dan faktor topografi
(daerah pegunungan, daerah pesisir dan kepulauan serta daerah gurun). Menurut
Esrey, suplay air yang aman dan mencukupi serta sanitasi yang memadai akan
dapat menurunkan lebih 50% kematian bayi dan anak serta mencegah seperempat
dari jumlah semua kejadian diare. Meningkatkan suplai air bersih ke rumah
tangga akan dapat menurunkan tingkat kejadian penyakit yang diakibatkan oleh
air serta dapat meminimalisir transmisi kuman-kuman penyakit yang terbawa oleh
air.1,3,4
Menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, mutu atau kualitas air
pada perairan umum dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu:1,3,4
1. Golongan A, yaitu air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu
2. Golongan B, yaitu air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui
suatu pengolahan
3. Golongan C, yaitu air untuk perikanan dan peternakan
4. Golongan D, yaitu air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industri dan
PLTA
Pengaruh air terhadap kesehatan, dapat dibagi menjadi:1,3,4
1. Pengaruh tidak langsung; pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang
timbul akibat dari pendayagunaan air yang dapat meningkatkan/menurunkan
kesejahteraan masyarakat. Misalnya air yang dimanfaatkan untuk industri,
7

pembangkit tenaga listrik, pertanian dan lain-lain. Sebaliknya pengotoran air


dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat, pengotoran badan-badan air
dengan zat-zat kimia yang dapat menurunkan kadar oksigen terlarut, zat-zat
kimia tidak beracun yang sukar diuraikan secara alamiah dan menyebabkan
masalah khusus seperti estetika, kekeruhan akibat adanya zat tersuspensi
2. Pengaruh langsung; pengaruh langsung pada kesehatan tergantung sekali
pada kualitas air dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur ataupun
sebagai penyebar penyebab penyakit atau sebagai sarang insekta penyebar
penyakit. Adapun penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek
langsung terhadap kesehatan, seperti penyakit Cholera oleh bakteri Vibrio
Cholerae, dan penyakit minamata akibat keracunan Merkuri.
Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang mutlak ada pada
suatu sistem penyediaan air bersih karena tanpa sumber air maka suatu sistem
penyediaan air bersih tidak akan berfungsi. Secara umum sumber air bersih dapat
dikategorikan sebagai berikut:1,3,4
1. Air hujan, yaitu uap air yang sudah terkondensasi dan jatuh ke bumi, baik
berupa zat padat maupun berbentuk cair
2. Air permukaan, yaitu air yang terdapat pada permukaan bumi baik dalam
bentuk cair maupun padat
3. Air tanah, yaitu air hujan atau air permukaan yang meresap ke dalam tanah
dan bergabung membentuk lapisan air tanah yang disebut aquifer.
4. Air sungai, yaitu air yang kuantitasnya tergantung dari debit sumber air asal
(air hujan, air dari mata air), luas, penguapan dan infiltrasi air ke dalam
tanah
5. Air danau, yaitu air yang kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh musim,
dimana debit sungai pada musim hujan lebih besar daripada debit sungai
pada musim kemarau.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang
persyaratan kualitas air minum adalah:1,3,5
1. Syarat fisik: suhu (± 3 C), warna (15 TCU), kekeruhan (5 NTU), dan tidak
0

berbau.
8

2. Syarat kimia: kimia anorganik dan juga kimia organik (yang memberikan
pengaruh pada kesehatan dan yang memberikan keluhan pada konsumen),
pestisida, desinfektan dan hasil sampingannya.
3. Syarat mikrobiologi: jumlah E. Coli dan total bakteri Coliform harus 0
dalam 100 ml sampel (air minum, air yang masuk sistem distribusi, air pada
distribusi)
4. Syarat Radioaktifitas: gross alpha activity (0,1 Bq/l) dan gross beta activity
(1 Bq/l).
Menurut Daud, syarat-syarat fasilitas sarana air bersih seperti sumur, yaitu
sebagai berikut:1,3,10
1. Syarat Lokasi; sumur harus mempunyai jarak minimal 10 meter untuk tanah
berpasir, minimal 15 meter untuk tanah liat dan untuk bebatuan (batu cadas)
minimal 7,5 meter dari sumber pencemaran terutama septic tank. Dibuat di
tempat yang ada air tanahnya. Diusahakan tidak pada tempat rendah untuk
mencegah rendaman waktu hujan.
2. Syarat Kontruksi; sumur harus mempunyai bibir dengan ketinggian minimal
70 cm dari permukaan tanah. Dinding sumur harus diplester dengan kedap
air sedalam minimal 4 meter, dan campuran plesteran sebaiknya dicampur
sekam padi. Sebaikya mempunyai lantai dengan ukuran minimal 150cm
x150 cm. Sumur harus punya saluran pembuangan air sepanjang minimal
10m. Sumur harus terbuka dan tidak boleh ada pohon di atasnya terutama
pohon yang berdaun kecil.
Pencemaran bahan kimia maupun mikrobiologi yang berasal dari limbah
industri dan rumah tangga telah menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Seperti limpasan (run off) dari pestisida dan herbisida yang berasal dari daerah
pertanian atau perkebunan serta buangan limbah industri ke permukaan air.1,3,5

2.1.3 Sanitasi; Jamban


Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau wc. Pembuangan tinja
yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebapkan kontaminasi pada air
9

tanah. Menurut Soekidjo Notoatmodjo, syarat-syarat jamban keluarga yang sehat


adalah:1,4,
- Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban keluarga tersebut
- Tidak mencemari sumber air minum (10 m dari lubang penampungan)
- Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
- Tidak mengotori air tanah
- Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatang
lainnya
- Tidak menimbulkan bau
- Mudah digunakan dan dibersihkan
- Sederhana desainnya
- Murah
- Dapat diterima oleh pemakainya
Jamban keluarga diketahui mempunyai fungsi utama sebagai tempat untuk
mengisolasi kotoran dari manusia (tinja). Tujuan mengisolasi tinja agar lalat dan
binatang lain tidak dapat masuk dan juga berkembang biak. Adapun tipe jamban
tersebut disesuaikan dengan kondisi pada daerah dan tingkat sosial ekonomi serta
keperluan masyarakat itu sendiri. Terdapat beberapa tipe jamban keluarga, yakni:1
a. Kakus Cemplung; kakus ini ialah bentuk yang paling sederhana yang dapat
dianjurkan pada masyarakat. Kakus cemplung ini hanya terdiri dari sebuah
lubang galian yang di atasnya diberi lantai tempat jongkok
b. Kakus Plensengan; kakus berikutnya ini miring karena lubang dan tempat
jongkoknya pada tempat penampungan kotoran dihubungkan suatu saluran
yang miring (melengseng). Jadi tempat jongkoknya tidak persis diatas dari
penampungan. Keuntungan kakus ini cocok sekali pada daerah permukaan
air tanah begitu pula pada daerah yang bukan merupakan daerah banjir.
c. Kakus di Atas Empang; jamban tipe empang ialah jamban yang kotorannya
dibuang atau dialirkan ke lubang atau empang. Hal semacam ini biasa juga
dilakukan di atas sungai atau rawa. Namun cara ini tidak dianjurkan karena
dapat mencemari air tanah, berbau, dan konstruksinya tidak menunjang.
d. Kakus Leher Angsa; di bawah dari tempat jongkok kakus ini dipasang bowl
yang berbentuk seperti leher angsa berfungsi mencegah timbulnya bau dan
10

hubungan lalat dengan kotoran. Kakus ini membutuhkan air yang cukup
banyak untuk membersihkan.

2.1.4 Sanitasi; Pengelolaan Limbah Padat (Sampah)


Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya. Di negara berkembang, diperkirakan 30-50%
limbah padat yang dihasilkan dari pusat perkotaan akan tetap tidak terkumpulkan.
Limbah sampah yang berserakan di jalan maupun sekitar rumah, akan mendorong
terjadinya permasalahan kesehatan yang serius. Daerah pemukiman yang dihuni
penduduk yang miskin akan lebih rentan untuk terkena penyakit karena kurangnya
sarana pengumpulan sampah yang memadai.1,9,10
Ada beberapa tahapan di dalam pengelolaan sampah padat yang baik, yaitu:1
1. Tahap pengumpulan dan penyimpanan di tempat sumber.
Sampah yang ada di lokasi sumber sampah (kantin, rumah tangga, hotel dan
sebagainya) ditempatkan dalam tempat penyimpanan sementara, yang dalam hal
ini tempat sampah. Adapun tempat penyimpanan sementara (tempat sampah) yang
digunakan harus memenuhi persyaratan berikut ini:
- Kontruksi harus kuat dan tidak mudah bocor
- Memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan
- Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
Dari tempat penyimpanan itu sampah dikumpulkan kemudian dimasukkan
ke dalam dipo (rumah sampah).
2. Tahap pengangkutan
Dari dipo sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir atau pemusnahan
sampah dengan mempergunakan truk pengangkut sampah yang disediakan oleh
Dinas Kebersihan Kota/Kabupaten
3. Tahap pemusnahan
Di tahap pemusnahan ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan,
antara lain:
- Sanitari landfill; Sanitari landfill adalah sistem pemusnahan yang paling
baik. Dalam metode ini, pembuangan sampah dilakukan dengan metode
11

menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis.


Dengan demikian, sampah tidak berada diruangan terbuka dan tentunya
tidak menimbulkan bau atau menjadi sarang binatang pengerat.
- Inceneration: insenerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah
dengan cara membakar sampah besar-besaran menggunakan fasilitas
pabrik.
- Composting; pemusnahan sampah dengan metode memanfaatkan proses
dekomposisi zat organik oleh kuman pembusuk pada kondisi tertentu.
Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau pupuk.
- Hot feeding; pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (mis:
babi). Sampah tersebut perlu diolah terlebih dahulu untuk mencegah
penularan penyakit cacing dan trichinosis ke hewan ternak.
- Disharge to sewers; sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam
sistem pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem
pembuangan air limbah berjalan baik.
- Dumping: sampah dibuang/diletakkan begitu saja pada tanah lapangan,
jurang, dan tempat sampah.
- Dumping in water; sampah dibuang dalam air sungai/laut. Akibatnya
terjadi pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan
banjir.
- Individual inceneration; pembakaran sampah secara perseorangan ini
biasa dilakukan oleh penduduk terutama yang tinggal daerah pedesaan
- Recycling; pengelolaan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih
dapat dipakai atau didaur ulang. Contoh: plastik, gelas, kaleng, besi, dan
sebagainya.
- Reduction; metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah
sampai bentuk yang lebih kecil, kemudian diolah untuk menghasilkan
lemak.
- Salvaging; pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali, misalnya
kertas bekas. Bahayanya, metode ini dapat menularkan penyakit.
12

2.1.5 Sanitasi; Pengelolaan Limbah Cair


Air limbah merupakan air kotoran ataupun air bekas yang tidak bersih yang
berasal dari rumah tangga, industri atau tempat-tempat umum, yang mengandung
berbagai zat yang bersifat membahayakan kehidupan manusia, hewan dan
lainnya, muncul karena hasil dari perbuatan manusia. Sumber air limbah dapat
dipengaruhi tingkat kehidupan masyarakat. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi
masyarakat, beragam pula air limbah/ buangan yang dihasilkan. Air limbah adalah
kotoran dari masyarakat dan rumah tangga juga berasal dari industry, air tanah, air
permukaan serta kegiatan lainnya. Sumber-sumber air limbah:1,5,9
a. Air limbah yang berasal dari rumah tangga (domestic sewage) misalnya dari
kamar mandi dan dapur
b. Air limbah yang berasal dari perusahaan (comersial waste) seperti restoran
dan hotel
c. Air limbah yang berasal dari daerah industri (industrial waste) misalnya
pabrik tekstil, tembaga, industri makanan.
d. Air limbah yang berasal sumber lainnya seperti air hujan yang bercampur
dengan air comberan
Karakteristik air limbah dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu:1,5
- Karakteristik fisik. Air limbah terdiri dari 99,9 % air serta sejumlah kecil
bahan padat dalam suspensi
- Karakteristik kimiawi. Air limbah mengandung campuran zat-zat kimia
anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik
berasal dari penguraian tinja, urine serta sampah-sampah lainnya.
- Karakteristik biologis. Air limbah yang mengandung bakteri patogen dan
organisme golongan Coli.
Sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:1,3,5
a. Tidak mencemari sumber air bersih
b. Tidak menimbulkan genangan air
c. Tidak menimbulkan bau
d. Tidak menimbulkan tempat berlindung dan juga tempat berkembangbiaknya
nyamuk atau serangga lainnya
13

Cara pembuangan Air limbah:


- Dengan pengenceran (disposal by dilution), Air limbah dibuang ke sungai,
danau, atau laut agar mendapat pengencean. Cara ini dapat dilakukan pada
tempat-tempat yang banyak air permukaannya
- Cesspool, menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah
dibuat pada tanah yang berpasir agar buangan limbah meresap ke dalam
tanah
- Seepage air (sumur resapan), yang merupakan sumur tempat menerima air
limbah yang mengalami pengolahan meresap ke dalam tanah
- Septik tank, merupakan cara terbaik yang dianjurkan WHO tapi biayanya
mahal, teknik sukar, dan memerlukan tanah yang luas
- Sistem riool (sewage), menampung semua air kotor dari rumah maupun dari
perusahaan, dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan.

2.2 Diare

2.2.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang
air besar lebih dari biasanya (lazimnya frekuensi ini lebih dari tiga kali perhari)
disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja, muntah, muntaber
atau biasanya satu kali sehari tapi ditandai dengan ingus ataupun darah. Menurut
Depkes RI. Dirjen P2M dan PLP, diare adalah buang air besar dengan frekuensi
tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lembek ataupun cair. Diare
biasanya mempunyai masa inkubasi antara satu hari sampai dua minggu atau
lebih.6,10,11

2.2.2 Penyebab dan Gejala Klinis Diare


Menurut Suharyono dalam bukunya berjudul “Diare Akut” penyebap diare
adalah keracunan makanan akibat infeksi bakteri, infeksi virus, alergi makanan,
infeksi parasit, kerusakan mukosa usus halus, kekurangan kalori protein (KKP)
dan ganggauan immunologic. Adapun manifestasi klinis diare ialah gelisah, suhu
badan biasanya meninggi, nafsu makan berkurang ataupun tidak ada, kemudian
timbul diare, warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena
14

tercampur dengan empedu, gejala muntah dapat terjadi sebelum atau setelah diare.
Apabila penderita telah banyak kehilangan cairan dan juga elektrolit maka gejala
dehidrasi mulai nampak, berat badan mulai menurun, tugor kulit dan tonus otot
mulai berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir, biber
dan mulut serta kulit tampak kering, saliva jadi kental dan pasien menjadi malas.10

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi diare adalah:6,7,11
a. Perilaku masyarakat dalam hal ini hygiene perseorangan.
b. Keadaan lingkungan hidup dalam hal ini sanitasi lingkungan yang kurang
baik seperti:
- Penyediaan air bersih dan jamban keluarga
- Pengawasan vektor yang dapat menularkan penyakit
- Pengelolaan sampah yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya
vector
- Pencegahan pengotoran udara yang dapat mempengaruhi kualitas air
- Perumahan dan lingkungan sekitar.
c. Keadaan sosial ekonomi dalam hal ini pengetahuan dan mata pencaharian
masyarakat.
d. Penyakit infeksi yang masih tinggi.

2.2.4 Penanggulangan Diare


Dalam hal penanggulangan diare perlu tatalaksana penanggulangan yang
cepat untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Usaha yang dilakukan
dapat dibagi atas dua bagian besar, yaitu:6,7,11
1. Usaha jangka pendek
- Mengadakan pemeliharaan pada sumber-sumber air
- Mengadakan pengelolaan air/chlorinasi pada sumur masyarakat
- Mengadakan pelayanan penyediaan air yang memenuhi syarat
- Surveilance epidemiologi
- Pencatatan di rumah sakit dan puskesmas perlu ditingkatkan
- Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat.
15

2. Usaha jangka panjang meliputi:


- Penyediaan air bersih yang memenuhi kesehatan
- Pembuangan kotoran yang memenuhi syarat-syarat baik dari segi konstruksi
maupun dari segi kesehatan
- Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat agar kebiasaan yang jelek dapat
diubah.

2.3 Kerangka Teori

A B
Sanitasi Dasar Rumah
Kejadian Diare
Tangga

1. Status Imunitas
2. Pengetahuan
3. Faktor Lainnya

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan rancangan


cross sectional, yaitu penelitian untuk mencari hubungan dari faktor resiko berupa
sanitasi dasar rumah tangga dengan kejadian diare di masyarakat dengan metode
observasi atau pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu.12

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sri Padang, Tebing Tinggi.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Juni 2022.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian


Populasi penelitian ini ialah seluruh penderita diare yang datang berobat ke
Puskesmas Sri Padang, Tebing Tinggi. Seluruh populasi penelitian sebanyak 40
orang.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian ini adalah penderita diare yang datang berobat ke
Puskesmas Sri Padang, Tebing Tinggi, serta telah memenuhi syarat berdasarkan
kriteria inklusi dan juga kriteria ekslusi yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya.
Pengambilan sempel menggunakan metode non probability sampling, dan teknik
pengambilan yakni purposive sampling.12

3.3.3 Kriteria Sampel


A. Kriteria Inklusi
1. Penderita diare yang datang berobat ke Puskesmas Sri Padang yang
dibuktikan dengan KTP/KK beserta BPJS Kesehatannya.

16
17

2. Masyarakat yang telah terdiagnosis diare oleh dokter Puskesmas.


B. Kriteria Ekslusi
1. Tidak bersedia menjadi responden penelitian.
2. Memiliki komorbid yang membuat keterbatasan untuk melakukan penelitian
ini, seperti Stroke, Parkinson, Alzheimer, dan lain sebagainya.

3.3.4 Besar Sampel


Besar sampel minimal dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
perhitungan berikut ini:12

[ ]
2
Zα+ Z β
n= +3
1
2 ( )
ln
1+ ρ
1−ρ

[ ]
2
1,96+0,84
n= +3
1
2 (
ln
1+0,448
1−0,448 )

[ ]
2
2,8
n= +3
1
.0,964390526
2

n=36,7 (dibulatkan menjadi 37 sampel)

Keterangan:
N = Jumlah sampel
Z1 /2. α = Standard deviation untukα uji 2 arah (1,96)
Zβ = Standard deviation untuk β ( β -0,20, Z= 0,84)
ρ = koefisien korelasi antar variabel yang diharapkan
ln = Fungsi logarima “ln ”

Besar sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
37 sampel responden penelitian.
18

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian


Variabel bebas penelitian ini adalah sanitasi dasar rumah tangga, sedangkan
variabel terikatnya adalah kejadian diare pada masyarakat di wilayah Puskesmas
Sri Padang. Sanitasi dasar rumah tangga yang dinilai dalam penelitian ini adalah
penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan limbah padat dan
pengelolaan limbah cair,

3.4.2 Definisi Operasional


1. Penyediaan air bersih merupakan air yang digunakan oleh kepala/anggota
keluarga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penyediaan dari air bersih
dikelompokkan menjadi dua yakni memenuhi syarat dan tidak memenuhi
syarat. Memenuhi syarat apabila air tersebut jernih, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa, disimpan dalam wadah tertutup dan jarak sumber
air dengan sumber pencemaran 10 meter. Tidak memenuhi syarat bila tidak
sesuai kriteria di atas.
2. Penyediaan jamban keluarga merupakan tempat yang digunakan kepala dan
anggota keluarga untuk membuang tinja yang memenuhi syarat kesehatan.
Penyediaan jamban keluarga dikelompokkan menjadi memenuhi syarat dan
tidak memenuhi syarat. Dikatakan memenuhi syarat apabila mempunyai
lubang penampungan dan juga berbentuk cemplung dengan penutup atau
berbentuk leher angsa digunakan dan dibersihkan minimal 2 kali seminggu.
Tidak memenuhi syarat bila tidak memenuhi kriteria di atas.
3. Pengelolaan limbah padat ialah sarana untuk menyimpan sampah sementara
yang memenuhi syarat sebelum sampah dibuang pada tempat pembuangan
akhir. Memenuhi syarat apabila mempunyai tempat penyimpanan sampah
sementara, tempat tersebut mempunyai penutup, dibersihkan minimal sekali
seminggu, dijaga kebersihannya dan apabila sampah tersebut dibuang ke
tempat pembuangan akhir jarak dengan sumber air 10 meter. Dikatakan
tidak memenuhi syarat apabila tidak sesuai dengan kriteria di atas.
4. Pengelolaan limbah cair merupakan sarana pembuangan air limbah rumah
tangga berupa saluran dan tempat penampungan yang berasal dari dapur,
tempat cuci, kamar mandi yang dimilki oleh responden. Memenuhi syarat :
jika mempunyai lubang dan mempunyai penutup, mempunyai saluran dan
airnya lancar.
5. Kejadian diare merupakan gejala dari suatu penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali perhari dengan
perubahan bentuk tinja menjadi encer, berair dan biasanya berwarna putih
pucat, bercampur darah. Menderita apabila kepala/anggota keluarga pernah
19

berak-berak > 3 kali sehari selama 3 bulan terakhir sampai dengan pada saat
penelitian. Tidak menderita apabila tidak memenuhi kriteria di atas.

3.5 Alat/Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat/Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisoner yang


berisikan sejumlah pertanyaan pada responden untuk menilai kejadian diare dan
sanitasi dasar rumah tangga.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang
dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui wawancara langsung, kuisoner
yang diberikan kepada responden penelitian.

3.7 Prosedur Penelitian

1. Peneliti menentukan sampel yang akan dipilih dengan menggunakan metode


non probability sampling, dan menggunakan teknik purposive sampling.
2. Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu meminta persetujuan dari calon
sampel untuk dapat berpartisipasi dalam penelitian dengan menandatangani
lembar persetujuan yang telah disediakan.
3. Selanjutnya, pada responden akan dinilai sanitasi dasar rumah tangga dan
kejadian diare.
4. Pengumpulan data penelitian, lalu selanjutnya dilakukan pengolahan data
dan analisa data hasil penelitian.

3.8 Pengolahan dan Analisa Data Penelitian

3.8.1 Pengolahan Data


1. Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan juga kelengkapan data.
Apabila data belum lengkap atau terdapat kesalahan pada data, dilengkapi
dengan mengobservasi ulang.
20

2. Coding yaitu data yang telah terkumpul dan telah dikoreksi ketepatan serta
kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum nanti diolah.
dengan computer.
3. Entri yaitu data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan dalam program
computer.
4. Cleaning yaitu pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis.

3.8.2 Analisa Data Penelitian


1. Analisa Univariat
Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan pada setiap variabel untuk
deskripsi data penelitian. Hasil analisa berupa distribusi frekuensi dan persentase
setiap variabel di dalam penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, dan sebagainya.12
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan atau korelasi antara
variabel terikat dan juga variabel bebas, dalam penelitian ini untuk uji statistiknya
menggunakan uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan 0,05 atau 95%. Adapun
rumusnya adalah:12

x ²=
∑ ( 0−E)²
E

Keterangan
X2 : chi-square
O : nilai hasil pengamatan (observed)
E : nilai ekspektasi (expected)
Apabila:
1. Berdasarkan perbandingan chi square hitung dengan chi square tabel. Jika
chi square hitung < chi square table maka Ho diterima, sedangkan apabila
chi square hitung > chi square table maka Ho ditolak.
2. Berdasarkan probabilitas (signifikansi). Apabila probabilitas > 0,05 maka
Ho diterima, sedangkan apabila probabilitas< 0,05 maka Ho ditolak.
21

3. Prevalensi Rasio
Untuk melihat kemungkinan timbul suatu efek yang dihubungkan dengan
faktor resiko maka dilakukan perhitungan resiko relatif. Perhitungan resiko realtif
untuk rancangan dari penelitian cross sectional dicerminkan dengan angka rasio
prevalensi (PR). Prevalence Ratio (PR) akan lebih jelas bila digambarkan dalam
bentuk tabel 2 x 2.12

Efek

Ya Tidak Jumlah
Ya A B a+b
Tidak C D c+d
Faktor Risiko
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Gambar 3.1 Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan studi cross sectional

Rumus Prevalensi Rasio:

a/( a+b)
Prevalence Ratio( PR)=
c /(c +d )

Interpretasi hasil prevalensi rasio:

a. Bila nilai PR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada
pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia bersifat netral.
b. Bila nilai PR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit.
Bila nilai PR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.12
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Sri Padang

Puskesmas Sri Padang terletak di Jln Taman Bahagia Kelurahan Sri Padang,
Kecamatan Rambutan. Berdasarkan Perda Tebing Tinggi Nomor :15 Tahun 2006
tentang pembentukan kecamatan dan kelurahan, maka Kec Rambutan berbatasan:
- Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan Kab. Serdang Bedagai
- Sebelah Timur dengan PT. Socfindo Tanah Besi Kab. Serdang Bedagai
- Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu Kab. Serdang Bedagai
- Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela Serdang Bedagai
Secara administrasi Wilayah kerja Puskesmas Sri Padang dari 2 kelurahan
yaitu Kelurahan Sri Padang dan Tanjung Marulak Hilir. Berdasarkan BPS Tebing
Tinggi tahun 2019 jumlah penduduk Puskesmas Sri Padang sebanyak 9.838 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 7.568 jiwa setiap Km. Berikut
adalah profil data Puskesmas Sri Padang;
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter U 4
2 Dokter Gigi 0
3 Perawat 8
4 Bidan 10
5 Apoteker 1
6 Asisten Apoteker 1
7 Nutrisionis 3
8 Sanitarian 2
9 Pranata Lab 2
10 Terapis Gigi dan Mulut 1
11 Struktural 1
12 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 1
13 Epidemiologi Kesehatan 1
14 Dukungan Manajemen 9
Keseluruhan 44

22
23

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Responden Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret-Juni yang bertempat di wilayah
kerja Puskesmas Sri Padang dengan menggunakan data primer yakni sebanyak 37
responden penelitian. Dibawah ini adalah tabel karakteristik dari responden yang
dinilai dalam penelitian ini.
Tabel 4.1 Karakteristik Usia Responden Penelitian
Valid Cumulative
   
Frequency Percent Percent Percent
Vali Remaja Akhir (17-25) 2 4,3 5,4 5,4
d Dewasa Awal (26-35) 3 6,4 8,1 13,5
Dewasa Akhir (36-45) 13 27,7 35,1 48,6
Lansia Awal (46-55) 18 38,3 48,6 97,3
Lansia Akhir (56-65) 1 2,1 2,7 100,0
Total 37 78,7 100,0  
Tabel 4.2 Karakteristik Jenis Kelamin Responden Penelitian
Valid
    Frequenc Percen Percen Cumulativ
y t t e Percent
Vali Laki-Laki 16 34,0 43,2 43,2
d Perempuan 21 44,7 56,8 100,0
Total 37 78,7 100,0  

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, kelompok usia terbanyak adalah lansia awal
yakni sebanyak 18 responden (38.3%). Apabila dilihat pada tabel 4.2, responden
berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni 21 responden penelitian (44.7%).

4.2.2 Hubungan Sumber Air dengan Kejadian Diare


Untuk mengetahui hubungan dari sanitasi dasar rumah tangga (sumber air)
dengan kejadian diare maka dilakukan analisa statistik bivariat menggunakan uji
Chi Square dengan nilai α = 0.05 dan hasil yang diperoleh tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.3 dibawah ini:
24

Tabel 4.3 Hubungan Sumber Air dengan Diare


Chi-Square Tests

  Value Df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 14.795a 1 0,000
Continuity Correctionb 12,359 1 ,000
Likelihood Ratio 16,241 1 ,000
Fisher's Exact Test      
Linear-by-Linear 14,395 1 ,000
Association
N of Valid Cases 37    

Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (sumber air) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.

4.2.3 Hubungan Jamban dengan Kejadian Diare


Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi dasar rumah tangga (jamban)
dengan kejadian diare maka dilakukan analisa statistik bivariat menggunakan uji
Chi Square dengan nilai α = 0.05 dan hasil yang diperoleh tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.4 Hubungan Jamban Sehat dengan Diare
Chi-Square Tests

  Value Df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 29.795a 1 0,000
Continuity Correctionb 26,301 1 ,000
Likelihood Ratio 38,263 1 ,000
Fisher's Exact Test      
Linear-by-Linear 28.989 1 ,000
Association
N of Valid Cases 37    

Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
25

terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (jamban) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.

4.2.4 Hubungan Limbah Padat dengan Kejadian Diare


Untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah tangga (limbah padat)
dengan kejadian diare maka dilakukan analisa statistik bivariat menggunakan uji
Chi Square dengan nilai α = 0.05 dan hasil yang diperoleh tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.5 dibawah ini:
Tabel 4.5 Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Diare
Chi-Square Tests

  Value Df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 19.729a 1 0,000
Continuity Correctionb 16,906 1 ,000
Likelihood Ratio 22,042 1 ,000
Fisher's Exact Test      
Linear-by-Linear 19,195 1 ,000
Association
N of Valid Cases 37    

Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (limbah padat) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.

4.2.5 Hubungan Limbah Cair dengan Kejadian Diare


Untuk mengetahui hubungan dari sanitasi dasar rumah tangga (limbah cair)
dengan kejadian diare maka dilakukan analisa statistik bivariat menggunakan uji
Chi Square dengan nilai α = 0.05 dan hasil yang diperoleh tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.6 dibawah ini:
Tabel 4.6 Hubungan Pembuangan Air Limbah dengan Diare
Chi-Square Tests

  Value Df Asymp. Sig. (2-sided)


Pearson Chi-Square 37.000a 1 0,000
Continuity Correctionb 33,083 1 ,000
26

Likelihood Ratio 51.049 1 ,000


Fisher's Exact Test      
Linear-by-Linear 36.000 1 ,000
Association
N of Valid Cases 37    

Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (limbah cair) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan tabel 4.3-4.6 didapatkan hasil bahwa sanitasi dasar pada rumah
tangga (sumber air, jamban, limbah padat dan cair) semuanya memiliki hubungan
dengan kejadian diare (p; < 0.05). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Anwar, dimana hasil penelitiannya ialah terdapat hubungan penyediaan
air bersih dengan kejadian diare dengan nilai P=0,000, ada hubungan penyediaan
jamban keluarga dengan kejadian diare dengan nilai P=0,001, terdapat hubungan
pengelolaan limbah cair dengan kejadian diare dengan nilai P=0,003. Penyediaan
air bersih dalam rumah tangga haruslah dapat memenuhi syarat baik secara fisik,
bakteriologis maupun memenuhi syarat secara kimia. Persyaratan fisik untuk air
minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa dan tidak berbau,
suhu dibawah dari suhu udara luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar. Adapun syarat Air
secara bakteriologis adalah harus bebas segala bakteri, terutama bakteri pathogen.
Sedangkan syarat secara kimia, Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat
tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu
zat kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Sumber air minum mempunyai peran dalam penyebaran beberapa penyakit
menular. Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab kasus diare ditularkan
melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan ataupun benda yang tercemar dengan tinja. Berkaitan dengan tinja,
27

maka penyediaan jamban keluarga atau tempat pembuangan tinja juga merupakan
sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Jenis tempat pembuangan
tinja yang tidak saniter akan memperpendek rantai penularan penyakit diare. Tinja
yang dibuang pada tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan
berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal
borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia yang
terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran manusia dan hinggap pada
makanan manusia sehingga masaalah diare akan mudah didapatkan.
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sementara itu, air limbah atau air buangan
adalah sisa air yang dibuang dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan. Pembuangan air
limbah ataupun comberan bertujuan untuk menyingkirkan air limbah dari daerah
pemukiman, dan menghindari/mengendalikan kemungkinan berkembangbiaknya
organisme penyebab dan penyebar penyakit. Tujuan lainnya adalah menghindari
gangguan estetika pada pemukiman atau tempat tinggal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kelompok usia terbanyak adalah lansia awal yakni sebanyak 18 responden


(38.3%).
2. Responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni 21 responden
penelitian (44.7%).
3. Sanitasi dasar rumah tangga (sumber air, jamban, limbah padat dan limbah
cair) berhubungan dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas Sri Padang
(P<0.05).

5.2 Saran

Perlu penelitian yang lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi


kejadian diare dan juga hubungannya dengan sanitasi dasar rumah dilihat dari
waktu penelitian lebih panjang dan sampel penelitian yang banyak agar
didapatkan hasil bermanfaat bagi dokter serta tenaga kesehatan lain.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Daud, Anwar dan Anwar. Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan. Makassar:


Hasanuddin University Press, 2005.
2. Mukono, H.J. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Airlangga
Universiy Press, 2005.
3. Slamet, Juli S. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajahmada University
Press, 2006.
4. Mundiatun, & Daryanto. Pengelolaan Kesehatan lingkungan. Yogyakarta:
Gava Medi. 2015
5. Noerolandra. Kejadian diare dan lingkungan keluarga. Jakarta: Gramedia.
2006.
6. Magareth. Hubungan Kondisi Sanitasi Total Terhadap Kejadian Diare Pada
Masyarakat Kabupaten Sumedang dengan Cakupan Wilayah Pengembangan
Metropolitan Bandung Tahun 2012. [SKRIPSI]. Jawa Barat. 2012
7. Mukti, M. R. & A. D. A. Hubungan antara penerapan program sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM) dengan kejadian diare di wilayah Puskesmas
Jatibogor Kbaupaten Tegal. Universitas Diponegoro. 2016
8. Nugraheni, D. Hubungan Kondisi Fasilitas Dasar dan Personal Hygiene
dengan Kejadian Diare pada Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang.
2012.
9. Langit, L. Hubungan kondisi sanitasi dasar rumah dengan kejadian diare
pada balita di wilayah Puskesmas Rembang 2. J Kesehatan Masyarakat (e-
Journal). 2016; 4(2).
10. Abel, H., Mwate, M., & Veronica, M. Diarrhea is a major killer of children
with severe acute malnutrition admitted to inpatient set up in Lusaka,
Zambia. UK : Oxford and Departement of Pediatric School of Medicine,
University of Zambia. 2011.
11. Departemen Kesehatan (DEPKES). Buku Pedoman Pengendalian Penyakit
Diare Berdasarkan Keputusan Menteri. Jakarta: Depkes RI. 2011.
12. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Sagung Seto. 2011.

29
30

Lampiran 1

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN


HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN
DIARE DI PUSKESMAS SRI PADANG, TEBING TINGGI

Assalamualaikum wr. wb.

Yth. Saudara/i

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

STR :

Alamat :

No. Hp :

Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat ikut terlibat dalam
mini project yang saya akan kerjakan untuk kegiatan Unit Kesehatan Masyarakat
(UKM) pada Program Dokter Internship Indonesia. Adapun penelitiannya adalah:
Judul : Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Tangga Dengan Kejadian
Diare di Puskesmas Sri Padang
Tujuan : Mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah tangga dengan diare
Priode : April - Juni 2022

Besar harapan saya agar Bapak/Ibu dapat berpartisipasi dalam penelitian ini,
agar dapat memajukan kesehatan dan juga mutu pelayanan Puskesmas. Demikian
penjelasan ini saya sampaikan dan juga saya sendiri sebagai peneliti mengucapkan
terima kasih atas perhatian dan kerja sama saudara/i.

Wassalam

Yang diberi penjelasan Yang menjelaskan

( ) ( )
31

Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Umur :

Pekerjaan :

No HP :

Setelah mempelajari dan juga mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya


mengenai penelitian yang berjudul ‘Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Tangga
Dengan Kejadian Diare Di Puskesmas Sri Padang, Tebing Tinggi’ dan setelah
mengetahui dan menyadari sepenuhnya resiko yang mungkin dapat terjadi, dan
dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengijinkan secara sukarela menjadi
subyek pada penelitian tersebut.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Tebing Tinggi …./Juni/2022

Responden Pihak keluarga Peneliti

( ) ( ) ( )
32

Lampiran 3

KUISONER
HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH TANGGA DENGAN
KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS SRI PADANG

1. No Responden :

Tanggal Wawancara :

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

2. Pernyataan (Sarana Air Bersih)

No Pernyataan Ya Tidak
1 Rumah tidak memiliki sarana air bersih
2 Sumber air bersih berjarak kurang10 meter dari jamban
3 Sumber air bersih berwarna/keruh
4 Sumber air bersih berasa
5 Sumber air bersih terbuka

3. Pernyataan (Sarana jamban sehat)

No Pernyataan Ya Tidak
1 Rumah tidak memiliki jamban sehat
2 Jamban jarang dibersihkan
3 Jamban tidak memiliki septic tank
4 Jamban menimbulkan bau
5 Jamban mencemari permukaan tanah
33

4. Pernyataan (Sarana Pengelolaan Sampah)

No Pernyataan Ya Tidak
1 Terdapat sampah di sekitar rumah
2 Tempat sampah terbuka
3 Sampah padat rumah tangga berserakan di sekitar rumah
4 Tempat sampah sulit ditemukan
5 Sampah terdapat serangga (lalat, kecoak ,dsb) di sekitar
tempat sampah

5. Pernyataan (Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah / SPAL)

No Pernyataan Ya Tidak
1 Saluran pembuangan Air limbah sulit dialirkan
2 Saluran Pembuangan Air Limbah menimbulkan Bau
3 Saluran Pembuangan Air Limbah terbuka
4 Saluran limbah jarang dibersihkan
5 Air limbah yang dibuang terhubung dengan saluran air
limbah umum
34

Lampiran 4

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai