Oleh :
Pendamping:
dr. Hafizah,M.Kes
i
LEMBAR PENGESAHAN
MINI PROJECT
Oleh:
Mengetahui,
Pembimbing
dr. Hafizah,M.Kes
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat dan hidayah-Nya penyusunan mini project yang berjudul hubungan antara
tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM Sri Padang, Tebing
Tinggi telah diselesaikan dengan baik. Selanjutnya shalawat dan salam penulis
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia
dari alam kegelapan menuju pada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan mini project ini dapat
terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan, serta arahan dari banyak
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Hafizah selaku pendamping Internsip.
2. Bapak/Ibu Staf Puskesmas Sri Padang di setiap bidang kerja.
3. Teman sejawat Program Internsip Dokter Indonesia di wahana Puskesmas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan mini project ini masih jauh
dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan pada proses
pembelajaran ini dan mohon maaf atas segala kekurangannya. Akhir kata penulis
berharap semoga mini project ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
juga bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.....................................................................
1.2. Rumusan Masalah................................................................
1.3. Tujuan Penelitian..................................................................
1.4. Manfaat Penelitian................................................................
1.4.1. Manfaat Ilmiah.........................................................
1.4.2. Manfaat Praktis.........................................................
1.5. Hipotesis Penelitian...............................................................
iv
3.7. Prosedur Penelitian...............................................................
3.8. Pengelolaan dan Analisis Data Penelitian............................
3.8.1. Pengolahan Data.......................................................
3.8.2. Analisa Data Penelitian............................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori............................................................................ 15
Gambar 3.1. Tabel 2x2; hasil pengamatan studi cross sectional...................... 21
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Penjelasan Penelitian..................................................................... 30
Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden......................... 31
Lampiran 3 Kuesioner...................................................................................... 32
Lampiran 4 Dokumentasi................................................................................. 35
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak, secara nasional terdapat 61,06%
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak. Hasil ini belum memenuhi
target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2014 yaitu 75%. Provinsi dengan
persentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak tertinggi yaitu DKI
Jakarta sebesar 86,81%, DI Yogyakarta sebesar 82,54% dan Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 80,13%.4
Provinsi Sumatera Utara telah berkomitmen untuk melaksanakan program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dalam rangka mewujudkan perilaku
yang higienis dan juga saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Berdasarkan data yang ada, terjadi
peningkatan akses sanitasi yang layak di wilayah daerah Sumatera Utera. Namun
demikian peningkatan akses sanitasi layak masih belum mencapai target provinsi.
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu pondasi inti dari masyarakat
yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang akan menunjang
kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi diketahui
akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi masyarakat,
serta meningkatnya jumlah kejadian diare.4,5
Diare masih menjadi salah satu dari penyebab kematian dan kesakitan pada
semua kelomok umur, dengan kematian tertinggi terjadi pada bayi di bawah lima
tahun (balita). Menurut World Health Organization (2015) penyakit diare masih
menjadi penyebab kedua pada kematian bagi anak-anak di bawah lima tahun dan
telah membunuh sekitar 760.000 anak setiap tahun. 6 Menurut Centre for Disease
Control and Prevention America (CDC) di tahun 2013 menyatakan bahwa diare
masih menjadi penyebab 1 dari 9 kematian anak di seluruh dunia dan menjadikan
diare sebagai penyebab kematian nomor dua diantara anak-anak yang berusia di
bawah 5 tahun. Diare membunuh 2.195 anak-anak setiap hari, lebih dari gabungan
antara AIDS, Malaria dan Campak.6,7
Diare meskipun penyakit ini mudah diobati dan di tatalaksana, namun saat
ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama pada bayi
dan balita dimana diare merupakan salah satu penyebab kematian utama. Penyakit
3
diare yang sering apabila tidak di atasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi
yang mengakibatkan kematian. Diare merupakan penyakit yang jika tidak diobati
secara dini dapat menyebabkan berbagai komplikasi mematikan yakni dehidrasi
dan syok. Berdasarkan data dan informasi dari Kementerian kesehatan Republik
Indonesia, 2018 terjadi peningkatan penderita diare semua umur dari 42,74% per
100.000 penderita pada tahun 2017 menjadi 62,93% per 100.000 penderita dari
perkiraan diare di sarana kesehatan pada tahun 2018 . Kemudian penemuan kasus
diare pada balita yang ditangani di Indonesia tercatat berjumlah sebanyak 1,5 juta
kasus diare dari 4,5 juta lebih atau 40,90% kasus diare yang diperkirakan. 6.7 Pada
Puskesmas Sri Padang sendiri, untuk kelompok semua umur terdapat 266 kasus
dari 9,838 penduduk yang ada diwilayah kerja Puskesmas Sri Padang.
Salah satu dari upaya mengatasi diare melalui Kementerian Kesehatan yaitu
pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat sendiri memiliki lima pilar yaitu stop buang air besar sembarangan,
cuci tangan pakai sabun, pengelolahan air minum dan juga makanan, pengamanan
sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cairan rumah tangga. Penelitian
sebelumya oleh Mukti, 2016, menyatakan terdapat hubungan antara penerapan
program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan kejadian diare, yaitu
dalam menghentikan dari aspek buang air besar sembarangan, cuci tangan dengan
aspek sabun dan aspek pengelolaan air limbah rumah tangga, sehingga dampak
bila tidak melakukan program STBM akan menimbulkan penyakit diare maupun
penyakit lainnya.8,9 Berdasarkan data tersebut, maka peneliti tertarik untuk menilai
hubungan antara tingkat sanitasi rumah tangga terhadap kejadian diare di PKM
Sri Padang, Tebing Tinggi.
2.1 Sanitasi
2.1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) sanitasi adalah bentuk usaha
pengawasan lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan dan
keberlangsungan hidup. Selain itu, sanitasi dikenal juga dengan usaha kesehatan
masyarakat yang mengawasi faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 965 tahun
1992, sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan dalam menjamin terwujudnya
kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan.1,2,3
Sementara itu, sanitasi lingkungan menurut WHO sendiri merupakan bentuk
usaha pengendalian dari semua faktor-faktor fisik manusia yang menimbulkan
hal-hal yang telah mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan
tubuh. Lingkungan ialah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia
dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan jasad hidup
lainnya. Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar
dalam hal peranannya sebagai salah satu dari faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Hal ini telah dibuktikan oleh WHO dengan penyelidikan-
penyelidikan di seluruh dunia dimana didapatkan hasil bahwa angka kematian
(mortality), angka perbandingan orang sakit (morbidity) yang tinggi dan sering
terjadi epidemi, terdapat di tempat-tempat dimana higyene dan sanitasinya buruk.
Sedang di tempat-tempat dimana hygiene dan juga sanitasinya baik, mortality dan
morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya.1,2,3
Untuk itu sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan dan juga
pengendalian faktor lingkungan manusia, dimana ruang lingkupnya mencangkup
penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan sampah dan air
limbah, mendirikan rumah-rumah sehat, pembasmian binatang-binatang penyebab
penyakit seperti lalat, nyamuk, kutu, dan sebagainya. Disamping itu dilakukan
pengawasan terhadap bahaya pengotoran udara dan bahaya radiasi dan sisa-sisa
zat radioaktif sesuai dengan perkembangan Negara. Di Indonesia masih tingginya
5
6
berbau.
8
2. Syarat kimia: kimia anorganik dan juga kimia organik (yang memberikan
pengaruh pada kesehatan dan yang memberikan keluhan pada konsumen),
pestisida, desinfektan dan hasil sampingannya.
3. Syarat mikrobiologi: jumlah E. Coli dan total bakteri Coliform harus 0
dalam 100 ml sampel (air minum, air yang masuk sistem distribusi, air pada
distribusi)
4. Syarat Radioaktifitas: gross alpha activity (0,1 Bq/l) dan gross beta activity
(1 Bq/l).
Menurut Daud, syarat-syarat fasilitas sarana air bersih seperti sumur, yaitu
sebagai berikut:1,3,10
1. Syarat Lokasi; sumur harus mempunyai jarak minimal 10 meter untuk tanah
berpasir, minimal 15 meter untuk tanah liat dan untuk bebatuan (batu cadas)
minimal 7,5 meter dari sumber pencemaran terutama septic tank. Dibuat di
tempat yang ada air tanahnya. Diusahakan tidak pada tempat rendah untuk
mencegah rendaman waktu hujan.
2. Syarat Kontruksi; sumur harus mempunyai bibir dengan ketinggian minimal
70 cm dari permukaan tanah. Dinding sumur harus diplester dengan kedap
air sedalam minimal 4 meter, dan campuran plesteran sebaiknya dicampur
sekam padi. Sebaikya mempunyai lantai dengan ukuran minimal 150cm
x150 cm. Sumur harus punya saluran pembuangan air sepanjang minimal
10m. Sumur harus terbuka dan tidak boleh ada pohon di atasnya terutama
pohon yang berdaun kecil.
Pencemaran bahan kimia maupun mikrobiologi yang berasal dari limbah
industri dan rumah tangga telah menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Seperti limpasan (run off) dari pestisida dan herbisida yang berasal dari daerah
pertanian atau perkebunan serta buangan limbah industri ke permukaan air.1,3,5
hubungan lalat dengan kotoran. Kakus ini membutuhkan air yang cukup
banyak untuk membersihkan.
2.2 Diare
2.2.1 Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang
air besar lebih dari biasanya (lazimnya frekuensi ini lebih dari tiga kali perhari)
disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja, muntah, muntaber
atau biasanya satu kali sehari tapi ditandai dengan ingus ataupun darah. Menurut
Depkes RI. Dirjen P2M dan PLP, diare adalah buang air besar dengan frekuensi
tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lembek ataupun cair. Diare
biasanya mempunyai masa inkubasi antara satu hari sampai dua minggu atau
lebih.6,10,11
tercampur dengan empedu, gejala muntah dapat terjadi sebelum atau setelah diare.
Apabila penderita telah banyak kehilangan cairan dan juga elektrolit maka gejala
dehidrasi mulai nampak, berat badan mulai menurun, tugor kulit dan tonus otot
mulai berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir, biber
dan mulut serta kulit tampak kering, saliva jadi kental dan pasien menjadi malas.10
A B
Sanitasi Dasar Rumah
Kejadian Diare
Tangga
1. Status Imunitas
2. Pengetahuan
3. Faktor Lainnya
16
17
[ ]
2
Zα+ Z β
n= +3
1
2 ( )
ln
1+ ρ
1−ρ
[ ]
2
1,96+0,84
n= +3
1
2 (
ln
1+0,448
1−0,448 )
[ ]
2
2,8
n= +3
1
.0,964390526
2
Keterangan:
N = Jumlah sampel
Z1 /2. α = Standard deviation untukα uji 2 arah (1,96)
Zβ = Standard deviation untuk β ( β -0,20, Z= 0,84)
ρ = koefisien korelasi antar variabel yang diharapkan
ln = Fungsi logarima “ln ”
Besar sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak
37 sampel responden penelitian.
18
berak-berak > 3 kali sehari selama 3 bulan terakhir sampai dengan pada saat
penelitian. Tidak menderita apabila tidak memenuhi kriteria di atas.
Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer merupakan data yang
dikumpulkan secara langsung oleh peneliti melalui wawancara langsung, kuisoner
yang diberikan kepada responden penelitian.
2. Coding yaitu data yang telah terkumpul dan telah dikoreksi ketepatan serta
kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum nanti diolah.
dengan computer.
3. Entri yaitu data yang telah dibersihkan kemudian dimasukan dalam program
computer.
4. Cleaning yaitu pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis.
x ²=
∑ ( 0−E)²
E
Keterangan
X2 : chi-square
O : nilai hasil pengamatan (observed)
E : nilai ekspektasi (expected)
Apabila:
1. Berdasarkan perbandingan chi square hitung dengan chi square tabel. Jika
chi square hitung < chi square table maka Ho diterima, sedangkan apabila
chi square hitung > chi square table maka Ho ditolak.
2. Berdasarkan probabilitas (signifikansi). Apabila probabilitas > 0,05 maka
Ho diterima, sedangkan apabila probabilitas< 0,05 maka Ho ditolak.
21
3. Prevalensi Rasio
Untuk melihat kemungkinan timbul suatu efek yang dihubungkan dengan
faktor resiko maka dilakukan perhitungan resiko relatif. Perhitungan resiko realtif
untuk rancangan dari penelitian cross sectional dicerminkan dengan angka rasio
prevalensi (PR). Prevalence Ratio (PR) akan lebih jelas bila digambarkan dalam
bentuk tabel 2 x 2.12
Efek
Ya Tidak Jumlah
Ya A B a+b
Tidak C D c+d
Faktor Risiko
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Gambar 3.1 Tabel 2x2 menunjukkan hasil pengamatan studi cross sectional
a/( a+b)
Prevalence Ratio( PR)=
c /(c +d )
a. Bila nilai PR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada
pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau dengan kata lain ia bersifat netral.
b. Bila nilai PR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti variabel tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya penyakit.
Bila nilai PR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.12
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Puskesmas Sri Padang terletak di Jln Taman Bahagia Kelurahan Sri Padang,
Kecamatan Rambutan. Berdasarkan Perda Tebing Tinggi Nomor :15 Tahun 2006
tentang pembentukan kecamatan dan kelurahan, maka Kec Rambutan berbatasan:
- Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan Kab. Serdang Bedagai
- Sebelah Timur dengan PT. Socfindo Tanah Besi Kab. Serdang Bedagai
- Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu Kab. Serdang Bedagai
- Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela Serdang Bedagai
Secara administrasi Wilayah kerja Puskesmas Sri Padang dari 2 kelurahan
yaitu Kelurahan Sri Padang dan Tanjung Marulak Hilir. Berdasarkan BPS Tebing
Tinggi tahun 2019 jumlah penduduk Puskesmas Sri Padang sebanyak 9.838 jiwa
dengan tingkat kepadatan penduduknya mencapai 7.568 jiwa setiap Km. Berikut
adalah profil data Puskesmas Sri Padang;
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter U 4
2 Dokter Gigi 0
3 Perawat 8
4 Bidan 10
5 Apoteker 1
6 Asisten Apoteker 1
7 Nutrisionis 3
8 Sanitarian 2
9 Pranata Lab 2
10 Terapis Gigi dan Mulut 1
11 Struktural 1
12 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 1
13 Epidemiologi Kesehatan 1
14 Dukungan Manajemen 9
Keseluruhan 44
22
23
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, kelompok usia terbanyak adalah lansia awal
yakni sebanyak 18 responden (38.3%). Apabila dilihat pada tabel 4.2, responden
berjenis kelamin perempuan lebih banyak yakni 21 responden penelitian (44.7%).
Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (sumber air) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
25
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (jamban) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (limbah padat) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas didapatkan hasil berupa nilai signifikansi atau
Sig.(2-tailed) sebesar 0.000, yang berarti lebih rendah dari nilai 0.05, maka artinya
terdapat hubungan yang signifikan (berarti) antara variabel sanitasi dasar rumah
tangga (limbah cair) dengan kejadian diare di Puskesmas Sri Padang.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.3-4.6 didapatkan hasil bahwa sanitasi dasar pada rumah
tangga (sumber air, jamban, limbah padat dan cair) semuanya memiliki hubungan
dengan kejadian diare (p; < 0.05). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan Anwar, dimana hasil penelitiannya ialah terdapat hubungan penyediaan
air bersih dengan kejadian diare dengan nilai P=0,000, ada hubungan penyediaan
jamban keluarga dengan kejadian diare dengan nilai P=0,001, terdapat hubungan
pengelolaan limbah cair dengan kejadian diare dengan nilai P=0,003. Penyediaan
air bersih dalam rumah tangga haruslah dapat memenuhi syarat baik secara fisik,
bakteriologis maupun memenuhi syarat secara kimia. Persyaratan fisik untuk air
minum yang sehat adalah bening (tak berwarna), tidak berasa dan tidak berbau,
suhu dibawah dari suhu udara luarnya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar. Adapun syarat Air
secara bakteriologis adalah harus bebas segala bakteri, terutama bakteri pathogen.
Sedangkan syarat secara kimia, Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat
tertentu didalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu
zat kimia didalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Sumber air minum mempunyai peran dalam penyebaran beberapa penyakit
menular. Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang berkaitan
dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab kasus diare ditularkan
melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam
mulut, cairan ataupun benda yang tercemar dengan tinja. Berkaitan dengan tinja,
27
maka penyediaan jamban keluarga atau tempat pembuangan tinja juga merupakan
sarana sanitasi yang berkaitan dengan kejadian diare. Jenis tempat pembuangan
tinja yang tidak saniter akan memperpendek rantai penularan penyakit diare. Tinja
yang dibuang pada tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan
berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja (faecal
borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia yang
terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran manusia dan hinggap pada
makanan manusia sehingga masaalah diare akan mudah didapatkan.
Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sementara itu, air limbah atau air buangan
adalah sisa air yang dibuang dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu lingkungan. Pembuangan air
limbah ataupun comberan bertujuan untuk menyingkirkan air limbah dari daerah
pemukiman, dan menghindari/mengendalikan kemungkinan berkembangbiaknya
organisme penyebab dan penyebar penyakit. Tujuan lainnya adalah menghindari
gangguan estetika pada pemukiman atau tempat tinggal.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
29
30
Lampiran 1
Yth. Saudara/i
Nama :
STR :
Alamat :
No. Hp :
Dengan ini memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat ikut terlibat dalam
mini project yang saya akan kerjakan untuk kegiatan Unit Kesehatan Masyarakat
(UKM) pada Program Dokter Internship Indonesia. Adapun penelitiannya adalah:
Judul : Hubungan Sanitasi Dasar Rumah Tangga Dengan Kejadian
Diare di Puskesmas Sri Padang
Tujuan : Mengetahui hubungan sanitasi dasar rumah tangga dengan diare
Priode : April - Juni 2022
Besar harapan saya agar Bapak/Ibu dapat berpartisipasi dalam penelitian ini,
agar dapat memajukan kesehatan dan juga mutu pelayanan Puskesmas. Demikian
penjelasan ini saya sampaikan dan juga saya sendiri sebagai peneliti mengucapkan
terima kasih atas perhatian dan kerja sama saudara/i.
Wassalam
( ) ( )
31
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Alamat :
Umur :
Pekerjaan :
No HP :
( ) ( ) ( )
32
Lampiran 3
KUISONER
HUBUNGAN SANITASI DASAR RUMAH TANGGA DENGAN
KEJADIAN DIARE DI PUSKESMAS SRI PADANG
1. No Responden :
Tanggal Wawancara :
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No Pernyataan Ya Tidak
1 Rumah tidak memiliki sarana air bersih
2 Sumber air bersih berjarak kurang10 meter dari jamban
3 Sumber air bersih berwarna/keruh
4 Sumber air bersih berasa
5 Sumber air bersih terbuka
No Pernyataan Ya Tidak
1 Rumah tidak memiliki jamban sehat
2 Jamban jarang dibersihkan
3 Jamban tidak memiliki septic tank
4 Jamban menimbulkan bau
5 Jamban mencemari permukaan tanah
33
No Pernyataan Ya Tidak
1 Terdapat sampah di sekitar rumah
2 Tempat sampah terbuka
3 Sampah padat rumah tangga berserakan di sekitar rumah
4 Tempat sampah sulit ditemukan
5 Sampah terdapat serangga (lalat, kecoak ,dsb) di sekitar
tempat sampah
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saluran pembuangan Air limbah sulit dialirkan
2 Saluran Pembuangan Air Limbah menimbulkan Bau
3 Saluran Pembuangan Air Limbah terbuka
4 Saluran limbah jarang dibersihkan
5 Air limbah yang dibuang terhubung dengan saluran air
limbah umum
34
Lampiran 4
DOKUMENTASI