TINJAUAN TEORI
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian
Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang
serius pada saat ini, hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa
saja, baik muda maupun tua. Hipertensi termasuk dalam jenis penyakit
degeneratif, seiring dengan pertambahan usia akan terjadi peningkatan tekanan
darah secara perlahan. Hipertensi sering disebut sebagai ”silent killer”
(pembunuh secara diam-diam), karena seringkali penderita hipertensi bertahun-
tahun tanpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa disadari penderita
mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun
ginjal. Gejala-gejala yang dapat timbul akibat hipertensi seperti pusing,
gangguan penglihatan, dan sakit kepala. Hipertensi seringkali terjadi pada saat
sudah lanjut dimana tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang
bermakna (Triyanto, 2014).Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
(Dafriani, 2019).
6
7
2.1.2 Klasifikasi
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor
lingkungan yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskuler. Salah satu
kemungkinan penyebab hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan
ginjal untuk menekskresikan natrium yang meningkatkan volume cairan
ekstraseluler dan curah jantung sehingga mengakibatkan peningkatan aliran
darah ke jaringan. Peningkatan aliran darah ke jaringan menyebabkan
konstriksi arteriolar dan peningkatan resistansi caskular perifer (PVR) dan
tekanan darah (Nair & Peate, 2015).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit pada organ yang
mengakibatkan peningkatan Peripheral Vascular Resistance (PVR ) dan
peningkatan curah jantung. Hipertensi sekunder berfokus pada penyakit
ginjal atau kelebihan kadar hormone seperti aldosteron dan kortisol, k
hnedua hormon ini menstimulasi retensi natrium dan air yang
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan darah (Nair & Peate,
2015).
a. Berdasarkan JNC 8
2.1.3 Etiologi
2.1.7 Komplikasi
2.1.8 Penatalaksanaan
ngan percobaan yang telah dipublikasikan baru-baru ini oleh ALLHAT (Antihipertensive and Lipid Lowering Treatment to P
4) Berhenti Merokok
Asupan rokok terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase tar dan fase gas.
Fase tar diartikan sebagai material yang terperangkap dalam ombridge
glasssfiber filter ketika asap rokok melewati filter tersebut. Sementara itu,
fase gas diartikan sebagai zat yang dapat melewati filter. Kedua senyawa
tersebut mengandung radikal bebas dalam jumlah yang cukup banyak.
Fase tar mengandung sebanyak 10 radikal bebas per gramnya, sedangkan
fase gas mengandung >10 radikal bebas per hisapan. Berdasarkan
komponen-komponen yang telah dikenal, nikotin termasuk ke dalam
komponen fase tar, sedangkan monoksida termasuk salah satu komponen
fase gas.
6) Manajemen Stres
2.2.1 Definisi
Pengalaman merupakan salah satu hasil yang diperoleh manusia dari
intraksinya dengan lingkungan. Pengalaman ini memuat beragam hal yang
dapat dipelajari, salah satunya adalah dalam mengetahui lebih jauh mengenai
pemahaman mengenai manusia itu sendiri (Dermawan, 2013).
2.2.2 Klasifikasi
Menurut Darmawan (2013), ada tiga kategori terkait dengan
pengalaman, berikut yang menunjukan keunikan masing-masing indivudu
dalam mengalami tubuhnya (experience the body), yaitu:
1. Experience of Engagement
Merupakan pengalaman yang berkaitan dengan momentum saat tubuh
mengalami kontak dengan dunia luar atau lingkungan. Dalam pengalaman
ini situasi tubuh akan terkategorisasi menjadi dua sub pengalaman, tubuh
dalam vitalitas dan tubuh dalam aktifitas. Tubuh dalam vitalitas ini lebih
kepada kontak secara non fisik dengan lingkungan (seperti rasa sedih, rasa
gembira), sementara tubuh dalam aktifitas lebih kepada kontak secara fisikal
( seperti berlai, berjalan).
2. Experience of Corporeality
Merupakan bentuk kesadaran akan tubuh secara fisik dan hadir
sebagai obyek ataupun sebagai alat atau instrumen. Tubuh sebagai obyek
merujuk
kepada batasan-batasan yang dimiliki tubuh (seperti sakit, rasa kenyang),
yang serupa dengan batasan yang dimiliki oleh obyek lain (seperti batasan
dimensi). Melalui batasan ini, akan diperoleh mengenai ekstensi atau
kesadaran akan tubuh itu sendiri. Adapun tubuh sebagai alat adalah sebuah
rujukan kepada kesadaran bahwa tubuh ini merupakan media untuk
mencapai suatu atau beberapa tujuan (seperti sebuah televisi yang tidak akan
menyala sebelum tubuh ini bergerak dan menekan tombol on/ off).
2.3.1 Mentimun
Mentimun (Cucumis sativus) memiliki akar tunggang dan bulu-bulu
akar, tetapi daya tembusnya re;latif dangkal., sekitar kedalaman 30-60cm.
oleh karena itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan
kelebihan air. Batang mentimun beruba batang yang lunak dan berair,
berbentuh pipih, berambut halus, berbuku-buku, dan berwarna hijau.
2.3.2 Belimbing
Buah merupakan tanaman berbentuk pohon dengan tinggi mencapai 12
m. daun belimbing berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun
berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas mengkilap,
permukaan bawah buram dengan panjang 1,75 sampai 9 cm dan lebar 1,25
sampai 4,5 mm. Bunga majemuk tersusun dengan baik memiliki warna
keunguan yang keluar dari ketiak daun dan di ujung cabang. Buahnya
memiliki panjang 4 sampai 12,5 cm, berdaging dan banyak mengandung air
saat masak berwarna kuning. Buah belimbing memiliki kandungan sebagai
berikut: energi 36 kal, protein 0,40 gr, lemak 0,40 gr, karbohidrat 8,80 gr,
kalsium 4,00 mg, fosfor 12,00 mg, zat besi 1,6 mg, vit A 170,00 SI, vit B1
0,03 mg, vit C 35,00 mg, air 90,00 gr, serat 0,90 gr. Buah belimbing dapat
membantu untuk menurunkan tekanan darah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Putri Indah, (2011) tentang efektifitas buah belimbing terhadap
penurunan tekanan darah yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut dengan
frekuensi 2x dalam sehari. Didapatkan hasil penelitian yaitu rata-rata MAP
post test (setelah diberikan terapi buah belimbing) sebesar 112,78 mmHg yang
berarti buah belimbing efektif untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi (Ningsih, 2019).
2.3.3 Semangka
Tanaman semangka merupakan tanaman semusim, tumbuh merambat
hingga mencapi kepanjangan 35 meter. Buah semangka mempunyai batang
yang lunak, bersegi, berambut dan panjang mencapai 1,5-5 meter. Daun
semangka berse;ling, bertangkai helaian dauanya lebar dan berbulu, menjari,
dengan ujungnya yang runcing. Buah semngka mempunyai panjang daun
sekitar 3-25cm dengan lebar 1,5-5 cm. Buah semangka mempunyai beragam
bentuk dengan panjang 20-40cm, diameter 15-20cm, dengan berat mulai dari
4 kg sampai 20 kg, buah semangka mempunyai warna kulit yang
bermacammacam, seperti hijau tua, kuning dan hijau muda bergaris putih.
Buah semangka memiliki daging yang renyah, mengandung banyak air. Buah
semangka memiliki banyak kandangun seperti, energy 28 kal, air 92,1%,
protein 0,5 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 6,9 g, vitamin A 590 SI, vitamin C 6
mg, Niasin 0,2 mg, riboflavin 0,05 mg, thiamin 0,05 mg, besi 0,2 mg, fosfor
12mg.