Anda di halaman 1dari 7

Tugas Resume Standar Operasional Prosedur

PEMASANGAN KATETER

Disusun Oleh :

Stela Ferbriany Hattu


2108043

PROGAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2021
PEMASANGAN KATETER WANITA

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/6
Tanggal Ditetapkan Oleh
Terbit Ketua STIKES Karya Husada Semarang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
Dr. Ns. Fery Agusman MM, M.Kep,Sp.Kom
PENGERTIAN Uraikan pengertian SOP!
Memasang kateter merupakan tindakan memasukkan slang karet
secara sementara melalui ureta ke dalam kandung kemih.
TUJUAN Jelaskan tujuan dilakukan SOP!
1. Mengatasi distensi kandung kemih.
2. Menangani inkompetensi kandung kemih.
3. Mengambil spesimen urine.
4. Mengkaji jumlah residu urine jika kandung kemih tidak
dapat dikosongkan sepenuhnya.
KEBIJAKAN Sebutkan indikasi dilakukan SOP!
Indikasi Diagnostik Pemasangan Kateter :
1. Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
2. Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai
indikator status cairan dan menilai perfusi renal (terutama
pada pasien kritis)
3. Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
4. Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi
saluran kemih (misalnya striktur atau hipertropi prostat)
yang ditandai dengan kesulitan memasukkan kateter
Indikasi Terapi Pemasangan kateter :
Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:
1. Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic
hyperplasia, bekuan darah, gangguan neurogenik)
2. Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta
tidak dapat diperbaiki dengan obat atau tindakan bedah
3. Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi
lainnya, yang juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit
sekitar kemaluan
4. Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
5. Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih
neurogenik
6. Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif
(pasien terminal) pada kondisi pasien yang memerlukan
istirahat (bedrest) dalam waktu lama
PETUGAS Perawat
PERALATAN Sebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan
SOP!
1. Bak instrument steril berisi :
a. Sarung tangan steril.
b. Duk steril satu buah.
c. Duk berfenestra (duk lubang) satu buah.
d. Bola kapas.
e. Pinset anatomis satu buah.
f. Kateter lurus.
2. Pelumas atau jeli.
3. Larutan antiseptik dalam mangkuk.
4. Sarung tangan bersih.
5. Wadah spesimen urine.
6. Senter jika perlu.
7. Selimut mandi.
8. Sampiran.
9. Perlak pengalas.
10. Bengkok dua buah.
11. Baskom berisi air hangat.
12. Sabun.
13. Handuk kecil.
14. Waslap.
Jelaskan langkah prosedur secara rinci!
PROSEDUR A. FASE ORIENTASI
PELAKSANAAN 1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri / Menanyakan nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah dan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
Petugas mencuci tangan dengan teknik tujuh langka
dengan benar dan tepat.
2. Mendekatkan alat ke pasien
3. Tutup jendela atau sampiran untuk menjaga privasi.
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih.
5. Ganti selimut tidur klien dengan selimut mandi.
6. Pasang perlak pengalas dengan meminta klien menekuk
lutut, kemudianmengangkat bokongnya atau mengatur
posisi miring.
7. Bantu klien memperoleh posisi dorsal rekumben. Untuk
kasus tertentu, misalnya artritis, bantu klien memperoleh
posisi Sims.
8. Buka selimut mandi hanya pada area yang diperlukan.
9. Pasang pispot dengan meminta klien menekuk lutut dan
mengangkat bokong.
10. Bersihkan area perineum dengan sabun dan air hangat
menggunakan waslap sesuai kebutuhan klien wanita.
11. Keringkan area perineum dengan handuk.
12. Angkat pispot dan perlak pengalas.
13. Lepaskan sarung tangan bersih dan cuci tangan.
14. Identifikasi meatus urinarius. Gunakan senter jika perlu.
15. Buka bak instrumen steril.
16. Buka kemasan kateter sesuai petunjuk. Perhatikan bagian
ujung kateter tetap steril.
17. Kenakan sarung tangan steril.
18. Ambil duk steril dengan cara menarik salah satu ujung segi
empat. Pastikan bahwa duk tidak menyentuh permukaan
yang terkontaminasi.
19. Tata ujung atas duk membentuk penutup pada kedua
tangan anda, kemudian letakkan duk di atas tempat tidur,
di antara paha klien. Sisipkan tepian duk tepat di bawah
bokong klien. Hati-hati untuk tidak menyentuh permukaan
yang terkontaminasi dengan tangan anda yang telah
menggunakan sarung tangan steril.
20. Ambil duk berfenestra dan lakukan hal sama dengan
prosedur no.18, Pasang duk di atas area genitalia klien.
Buka labia klien wanita. Hati-hati untuk tidak menyentuh
permukaan yang terkontaminasi.
21. Letakkan bak instrumen steril beserta isinya di atas duk
steril.
22. Buka mangkuk yang berisi larutan antiseptik dan basahi
bola kapas.
23. Untuk klien wanita, ambil bola kapas dengan pinset dan
bersihkan area perineum. Usapkan kapas tersebut dari
arah depan ke belakang. Gunakan bola kapas bersih baru
untuk setiap usapan, diantaranya area sepanjang lipatan
labia, sepanjang area yang jauh dari lipatan labia, dan
meatus urinarius.
24. Buka wadah spesimen urine dan pertahankan bagian
atasnya tetap steril.
25. Berikan pelumas atau jeli pada ujung kateter sekitar 2,5-
5cm.
26. Buka labia (pada klien wanita) secara hati-hati untuk
pemajanan sempurna meatus urinarius.
27. Ambil kateter sekitar 7,5-10 cm (untuk wanita)
28. Letakkan pangkal kateter pada wadah penampung urine.
29. Minta klien untuk tidak mengejan dengan cara menarik
napas dalam dan memasukkan kateter secara perlahan
melalui meatus urinarius.
30. Untuk klien dewasa wanita, dorong kateter sekitar 5-7,5cm
dan 2,5cm pada klien anak perempuan, atau hingga urine
mengalir keluar pada pangkal kateter. Selanjutnya, dorong
kateter sejauh 5cm lagi.
31. Pegang kateter menggunakan tangan kiri anda.
32. Tampung spesimen urine pada wadah sesuai kebutuhan
(sekitar 20-30 ml).
33. Lipat kateter untuk menghentikan sementara aliran urine.
34. Lepaskan lipatan kateter untuk mengalirkan urine yang
masih tersisa dalam kandung kemih ke bengkok.
35. Tutup wadah spesimen dan siapakah untuk pemberian
label.
36. Biarkan kandung kemih kosong (biasanya 750-1000 ml),
atau kebijakan institusi mengenai volume haluaran urine
maksimal setiap kateter.
37. Tarik kateter secara perlahan hingga terlepas.
38. Rapikan peralatan.
39. Lepaskan sarung tangan.
40. Ganti selimut mandi klien dengan selimut tidur.
41. Lakukan evaluasi terhadap kenyamanan klien.
42. Dokumentasikan volume dan karakteristik urine, serta
toleransi klien terhadap prosedur pemasangan kateter.
C.FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi
Observasi respon klien selama dan sesudah melakukan
prosedur.
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut
Petugas membuat kesepakatan dengan pasien tentang
kegiatan dan pemeriksaan selanjutnya untuk keakuratan
penegakan diaqnostik serta untuk pengobatan.
3. Berpamitan
Petugas berpamitan ke pasien kalau pemeriksaan sudah
selesai.
INTERPRETASI Uraikan bagaimana interpretasi dari data, patient safety,
PROSEDUR komunikasi dan dokumentasi!
Hasil pemasangan katerer :
Normal :
 Tidak terjadi infeksi, trauma maupun komplikasi.
Abnormal :
 Masalah pada kateter: alergi terhadap bahan kateter,
kebocoran urin, obstruksi kateter.
 Masalah pada uretra: striktur uretra, perforasi uretra,
perdarahan
 Masalah saluran kemih lainnya: infeksi pada saluran kemih,
termasuk uretritis, sistitis, pielonefritis, dan bakteremia
transien, parafimosis yang disebabkan oleh kegagalan kuit
preputium untuk kembali ke posisi awal setelah dilakukan
pemasangan kateter, batu saluran kemih, gross hematuria,
kerusakan ginjal

Patient safety
• Petugas membereskan peralatan, jangan sampai tertinggal
di tempat tidur pasien
• Petugas kembali merapihkan pakaian dan tempat tidur
pasien
• Petugas memastikan keamanan dan kenyamanan pasien
setelah tindakan
Komunikasi
 Komunikasi yang efektif antara petugas dan pasien
(komunikasi teraupetik)
Dokumentasi
 Petugas mencatat hasil pemasangan kateter yang telah
dilakukan

DOKUMEN TERKAIT a. Kusyati,E.(2014). Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium


Keperawatan Dasar.Edisi 2
b. Nababan. (2020). Pemasangan Kateter dengan Kejadian
Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien di Ruang Rawat Inap.
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 3.

Anda mungkin juga menyukai