Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA DENGAN INDIKASI CEFALO

PELVIK DISPROPORTION (CPD) DI RUANG DAHLIA

RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

Disusun Oleh :

Stela Ferbriany Hattu

2108043

PROGAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2021
A. Pengertian
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pengeluaran janin dan plasenta melalui
tindakan insisi pada dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh (Ratnawati,
2016).
Persalinan sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
dengan dilakukan insisi pada dinding perut dan rahim, dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2010).
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding perut (Hartanti, 2014). Sectio caesarea adalah suatu
pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada pada dinding abdomen dan uterus
(Hartanti, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sectio caesarea
merupakan salah satu cara persalinan, yang mana janin dikeluarkan dengan dilakukan
insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus, dengan syarat berat janin diatas 500
gram dan rahim utuh.
Section Caesaria atas indikasi Cefalo Pelvik Disproporsi adalah persalinan atau lahirnya
janin dan plasenta melalui sayatan dinding abdomen dan uterus, karena disebabkan antara
ukuran kepala dan panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran
lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami
(Hecker, 2015)

 Mekanisme Persalinan Seksio Caesaria dengan CPD


Menurut Winknjosastro (2006) ada beberapa mekanisme persalinan yang berkaitan
dengan posisi panggul yaitu :
a. Kesempitan pada pintu panggul atas: apabila konjugata vera kurang dari 10
cm, atau diameter trasversa kurang dari 12 cm. Panggul sempit mungkin
menyebabkan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini
serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini mengakibatkan
inersia uteri serta lamanya pendataran dan pembukaan serviks.
b. Kesempitan panggul tengah: apabila ukuran panggul kurang dari 9,5 cm,
perlu kita waspadai terhadap kemungkinan kesulitan pada persalinan,
biasanya pada posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala
dalam posisi lintang tetap.
c. Kesempitan pintu bawah panggul: pintu bawah panggul bukan merupakan
bagian yang datar, tetapi terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang
yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran
yang terakhir ini lebih kecil dari pada biasa, maka sudut arkus pubis
mengecil.

 Dampak Persalinan Cefalo Pelvik Disproporsi


Wiknjosastro (2006) Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik
dibiarkan berlangsung sendiri tanpa ada tindakan yang tepat, dapat timbul bahaya
bagi ibu dan janin.
a. Bahaya bagi ibu dapat menyebabkan partus lama yang sering kali disertai
pecahnya ketuban pada pembukaan kecil sehingga menimbulkan dehidrasi,
asidosis dan infeksi intrapartum, rupture uteri, persalinan tidak maju dan
mengalami tekanan lebih lama dapat menimbulkan gangguan sirkulasi
akibatnya terjadi iskemia dan nekrosis.
b. Janin dapat menyebabkan partus lama dapat meningkatkan kematian, moulase
kepala janin, terjadi robekan tentorium dan perdarahan intrakranial.

B. Penyebab/Faktor Prediposisi
1. Etiologi Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas
indikasi sebagai berikut :
a. Indikasi yang berasal dari ibu Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak,
Cefalo Pelvik Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan
dan persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul
ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan yaitu pre eklampsia
dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung,
DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).
b. Indikasi yang berasal dari janin Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal
posisi kedudukan janin seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak
bayi seperti sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil
seperti prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu plasenta
previa, solutio plasenta, 8 plasenta accreta, dan vasa previa. kegagalan persalinan
vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar (multiple pregnancy).

C. Klasifikasi Bentuk pembedahan Sectio Caesarea


Menurut Manuaba 2012, meliputi :
1. Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim. Pembedahan
dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-kira sepanjang 10 cm.
Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui vagina apabila
sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
disebut juga low cervical yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim.
Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak
cukup tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan
vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
3. Sectio Caesarea Histerektomi Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan
dimana setelah janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan
pegangkatan Rahim
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal 12 Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio
Caesarea berulang pada seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea.
Biasanya dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan
insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala
untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara
ekstraperitoneum.
D. Patofisiologi/Pathway

section caesaria adalah salah satu proses persalinan melalui pembedahan pada bagian
perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram.

Selain berasal dari factor ibu seperti panggul sempit absolut kegagalan melahirkan secara
normal kerena kurang edukut stimulasi, tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan
obstruksi,stenosis serviks/vagina,plasenta previa,disproporsi sefalopelvik, rupture uteri
membakat, indikasi dilakukan section caesarea dapat berasal dari janin seperti kelainan
letak,gawat janin, prolapses plasenta, perkembangan bayi yang terlambat, mencegah
hipoksia janin, misalnya karena preeklamsia.

Setiap operasi section caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai karena lebih aman
untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat mempengaruhi tonus oto pada
kandung kemih sehingga mengalami penurunan yang menyebabkan gangguan eliminasi
urin. Sayatan pada perut dan rahim akan akanmenimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah insisi.

Hal tersebut merangsang keluarnya histamine dan prostaglandin. Histamin dan


prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan nyeri yang
dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.

Selanjutnya hambatan mobilitas fisik yang dialami oleh ibu nifas dapat menimbulkan
masalah keperawatan deficit perawatan dini. Adanya jaringan terbuka juga akan
menimbulkan munculnya resiko tinggi terhadap masuknya bateri dan virus yang akan
menyebabkan infeksi apabila tidak dilakukan perawatan luka yang baik.
Pathway

Indikasi Ibu: (1) Panggul sempit Indikasi Janin: (1) Kelainan


absolut; (2) Tumor jalan lahir; letak; (2) gawat janin.
(3) Stenosis serviks/vagina; (4)
Plasenra previa; (5) Disproporsi
sefalopelvik; (6) Ruptura uteri.

Sectio caesarea

Dilakukan anestesi Dilakukan insisi

Terjadi immobilasi Defisit Terputusnya jaringan,


Perawatan pembuluh darah, dan
Diri
Gangguan syaraf
Mobilitas Fisik
Terdapat luka post operasi Keluarnya histamin
Post dee entry dan prostaglandin

Resiko Nyeri Akut


Infeksi

E. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan, suatu proses kolaborasi tim
kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik,
dalam pengkajian dibutuhkan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga
dapat dikelompokkan dan dianalisis, untuk mengetahui masalah dan kebutuhan ibu
terhadap perawatan (Nursalam, 2011).
Adapun pengkajian yang dilakukan pada ibu Sectio Caesarea antara lain :
a. identitas umum, riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan sekarang.
b. Pemeriksaan fisik meliputi (keadaan umum)
c. Pengkajian kenyamanan : Luka insisi pada dinding abdomen.
d. Pengkajian aktifitas dan istirahat : kelemahan, sulit menggerakkan ekstremitas, sering
terbangun saat tidur.
e. Pengkajian eliminasi : kelemahan pada abdomen motilitas cerna mengalami
penurunan. Pengkajian integritas : kemerahan pada luka post Sectio Caesarea.
f. Pengkajian kebersihan diri: tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara
mandiri.

F. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri Pasca operasi section caesaria
(D.0054)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (section caesaria) (D.0142)

G. Rencana Tindakan Keperawatan (Berdasarkan SLKI&SIKI)

NO TGL/JAM TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


DP HASIL
1. Setelah dilakukan Tindakan Manajemen nyeri ( I. 08238)
keperawatan selama 3x24
Observasi
jam diharapkan tingkat
1. Identifikasi lokasi,
nyeri dapat teratasi dengan
karakteristik, durasi,
dilakukan kriteria hasil :
frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri
intensitas nyeri
menurun (5)
- Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
(5) 3. Identifikasi respon nyeri
- Kesulitas tidur non verbal
menurun (5) 4. Monitor efek samping
penggunaan alagetik
Teraupetik
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
1. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu

2. Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (I.05173)


keperawatan 3 x 24 jam Observasi:
diharapkan; 1. Identifikasi adanya nyeri
Mobilitas fisik meningkat atau keluhan fisik lainnya
(L.05042) meningkat 2. Monitor frekuensi jantung
dengan kriteria hasil: dan tekanan darah sebelum
1. Pergerakkan memulai mobilisasi
ekstremitas 3. Monitor kondisi umum
meningkat (5) selama melakukan
2. Kekuatan otot mobilisasi
meningkat (5) Terapeutik:
3. Rentang gerak 1. Fasilitasi aktivitas
(ROM) meningkat mobilisasi dengan alat
(5) bantu (mis. Pagar tempat
4. Kaku sendi tidur)
meningkat (2) 2. Libatkan keluarga untuk
5. Kelemahan fisik membantu pasien dalam
meningkat (1) meningkatkan pergerakan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosesur mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. 28/09/2021 Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi ( I.14539)
08.00 keperawatan 3x24 jam
Observasi
diharapkan tingkat infeksi
dapat teratasi dengan 1. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil : infeksi lokal dan sistematik
1. Kemerahan menurun
Teraupeutik
(1)
2. Bengkak menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
(1) 2. Cuci tangan sebelum dan
3. Kultur area luka sesudah kontak dengan
membaik (5) pasien dan lingkungan
pasien

Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

H. Evaluasi

N HARI/TGL/JAM EVALUASI
O
1 Senin S:
19/4/2021 - Pasien mengatakan terasa nyeri pada tempat luka operasi
10.15 wib P : Nyeri pada luka operasi section caesarea (SC)
Q : Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
R : Nyeri di bagian perut
S : Nyeri dengan skala 5 (sedang)
T : Nyeri dirasakan terus menerus terus menerus
- Pasien mengatakan bersedia debeikan teknik
nonfarmakologi (napas dalam) untuk mengurangi rasa
nyeri
O:
- Pasien terlihat meringis kesakitan
- Pasien terlihat menahan rasa nyeri

A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan

2 S:
- Pasien mengatakan sulit untuk bergerak
O:
- Keadaan umum cukup
- TTV : tekanan darah 151/ 89mmHg, nadi 98 x/menit RR
20x/menit, Suhu 36,50C
- Pasien terpasang infus RL 20 tpm,
- Pasien terpasang kateter
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3. 15.00 S:
- Pasien mengatakan bersedia dimonitor oleh perawat
- Pasien bersedia melepaskan balutan dan plester
- Pasien mengatakan bersedia diganti balutan luka
Pasien mengatakan bersedia diberikan obat antibiotic
O:
- Pasien terlihat mendengar instruksi perawat
- Luka kering
- Pasien diberikan antibiotic (cefadroxil 500 mg)
- Tanda-tanda infeksi tidak ada
A:
- Masalah sudah teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
I. Daftar Pustaka

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991.Pelatihan Gawat Darurat


Prenatal..Semarang : CV. Grafika Karya.
Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI . Jakarta : Penerbit.
Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran
DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Penangana Perdarahan
Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI.
Doenengeges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and
Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit buku .Kedokteran, EGC
Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara..Long,
Barbara. C. 1996Long,. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I,
manuabaIda bagus. Gde.1998 Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Pendidikan Jakarta : EGC.Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis,
USAPenerbit, USA Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Fisiologi. Bandung : EGC..
Bandung : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2006.Wiknjosastro Ke Ilmu Kebidanan, Edbidanan, Edisi Ketiga.
Jakarta : YBP-SP.. Jakarta : YBP-

Anda mungkin juga menyukai