Anda di halaman 1dari 2

POLITEKNIK STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

KESEHATAN
PEMASANGAN KATETER
KEMENKES
KALTIM
No. Halaman Ditetapkan Oleh Direktur
Dokumen 1/3 Poltekkes Kemenkes Kaltim

Jl. Wolter Monginsidi


No. 38 Samarinda

Pengertian Pemasangan kateter urine ialah dengan melaksanakan insersi kateter Folley/
Nelaton melalui uretra ke muara kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

Tujuan 1. Monitoring urine output dengan cara ketat.


2. Memulihkan / mengatasi retensi urine akut / kronis.
3. Mengambil spesimen urine steril untuk pemeriksaan diagnostik.
4. Pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi.
5. Menentukan jumlah urine sisa setelah miksi.

Indikasi Indikasi Diagnostik


Indikasi diagnostik kateterisasi uretra adalah sebagai berikut:
1. Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
2. Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status
cairan dan menilai perfusi renal (terutama pada pasien kritis)
3. Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
4. Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih
(misalnya striktur atau hipertropi prostat) yang ditandai dengan
kesulitan memasukkan kateter

Indikasi Terapi
Kateterisasi uretra digunakan sebagai terapi pada kondisi berikut:
1. Retensi urin akut (misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan
darah, gangguan neurogenik)
2. Obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis, serta tidak dapat
diperbaiki dengan obat atau tindakan bedah
3. Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, yang juga
dapat menyebabkan iritasi pada kulit sekitar kemaluan
4. Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
5. Dekompresi intermiten pada gangguan kandung kemih neurogenik
6. Pemeliharaan kondisi higiene atau sebagai terapi paliatif (pasien
terminal) pada kondisi pasien yang memerlukan istirahat (bedrest)
dalam waktu lama
7. Tindakan bedah urologi

Kontra Indikasi 1. Kateterisasi uretra dikontraindikasikan pada pasien dengan gejala


trauma pada traktus urinarius bagian bawah, misalnya terjadi robekan
pada uretra.
2. Kondisi ini dapat ditemukan pada pasien laki-laki yang mengalami
trauma pelvis atau straddle-type injury. Gejala yang dapat ditemukan
pada pemeriksaan fisik adalah ditemukannya prostat yang meninggi
(high-riding) atau edema, hematom di perineum, atau keluarnya darah
dari lubang uretra.
3. Apabila kondisi ini ditemukan maka harus dilakukan pemeriksaan
uretrogram untuk menghindari terjadinya robekan pada uretra sebelum
dilakukan pemasangan kateter

Alat dan Bahan A. Persiapan Alat :


1. Alat Nonsteril.
1. Plester.
2. Nampan beserta alas.
3. Spuit 10 cc.
4. Bengkok atau nierbeken.
POLITEKNIK STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
KESEHATAN
PEMASANGAN KATETER
KEMENKES
KALTIM
No. Halaman Ditetapkan Oleh Direktur
Dokumen 1/3 Poltekkes Kemenkes Kaltim

Jl. Wolter Monginsidi


No. 38 Samarinda

5. Alat tulis
6. Pot.
7. Gunting.
8. Aquadest.
9. Jelly.
10. Betadine.
11. Kain penutup klien.
12. Bola kapas savlon.
13. Urine bag.
2. Alat Steril.
a. Handscoen steril.
b. Set kateter urine steril :
1) Pinset anatomis 2 buah.
2) Copies 1 buah.
3) Lidi kapas 2 buah.
4) Duk bolong 1 buah.

Prosedur 1. Memberikan salam terapeutik.


2. Menjelaskan tujuan tindakan.
3. Menutup sampiran.
4. Mencuci tangan.
5. Mengatur posisi klien, menganjurkan klien pada posisi supin dengan lutut
ditekuk, paha fleksi, kaki diletakkan ditempat tidur & tutupi klien dengan
selimut atau kain.
6. Meletakkan pot di bawah bokong klien. Letakkan nierbeken diantara ke-2 kaki
klien.
7. Membuka set steril, atur alat steril dengan memanfaatkan pinset, Buka Penutup
kateter letakkan kateter pada alat steril.
8. Menggunakan handscoen steril sebelah kanan terlebih dahulu, tangan sebelah
kanan digunakan mengambil pinset steril tangan kiri untuk membuka tempat
bola kapas yg telah diberi savlon. Letakkan bola kapas savlon pada copies. Pakai
kembali sarung tangan sebelah kiri.
9. Menutup perineal dengan menggunakan duk bolong.
10. Memegang glans penis dengan memakai tangan non dominan. Bersihkan glans
penis sekitar meatus urinaria dengan betadine jaga agar tangan dominan tetap
steril, 1kali usapan.
11. Mengolesi ujung kateter dengan jelly (minta tolong assistant).
12. Memasukkan kateter yg sudah diberi jelly kateter kurang lebih 6–10 centi
meter kedalam meatus uretra.
13. Memastikan urine tetap ke luar, selanjutnya kateter urine disambungkan pada
urine bag.
14. Melakukan fiksasi dengan cara memberikan injeksi air aquadesh ke dalam
folley kateter untuk mengembangkan balon kateter, supaya keteter tak mudah
terlepas (pemberian aquadesh sesuai aturan).
15. Menarik dengan cara perlahan-perlahan folley keteter untuk memastikan
apakah kateter telah terfiksasi dengan aman.
16. Menulis tanggal pemasangan kateter pada plester yg dapat direkatkan ke selang
bag urine dengan paha klien.
17. Memfiksasi selang kateter dengan plester & letakkan selang kateter pada paha
klien.
18. Merapihkan klien & alat-alat.
19. Melepaskan handscoen dan buang pada nierbeken.
20. Mencuci tangan.
Unit Terkait Instalasi Farmasi, Bidang Keperawatan, Dokter.

Anda mungkin juga menyukai